• Tidak ada hasil yang ditemukan

P1 merupakan seorang perempuan berusia 22 tahun dan sudah lulus dari perguruan tinggi. P1 memiliki seorang kakak perempuan dengan selisih usia 3 tahun. Saat ini P1 tinggal bersama dengan kedua orang tua, kakak, beberapa saudara ibunya, dan beberapa asisten rumah tangga yang membantu mengurus pekerjaan rumah. Ayah P1 tidak bekerja, namun memiliki usaha rumah makan gudeg yang dikelola oleh ibu P1. Selain mengelola rumah makan gudeg, ibu P1 juga mengelola salah satu hotel di Yogyakarta bersama dengan beberapa saudara ayah P1.

Ketika berusia 5 tahun, kedua orang tua P1 kerap bertengkar hingga saling merusak barang yang ada di rumah. Maka dari itu, ketika Taman Kanak-kanak, P1 sempat merasa takut dengan guru laki-laki hingga pindah sekolah dan hanya dibimbing oleh guru perempuan saja. Selain itu, ayah P1 jarang berada di rumah. Beliau kerap pergi bersama teman-temannya. Sehingga beberapa pekerjaan rumah tangga yang umumnya dikerjakan oleh laki-laki seperti mengganti lampu yang mati, dapat diatasi sendiri oleh P1, kakak, dan ibunya. Kondisi ini menyebabkan P1 tidak memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya. Bahkan P1 merasa bahwa ayahnya tidak memiliki peran yang penting di dalam keluarganya.

Pada usia 17 tahun P1 mengetahui bahwa ayahnya melakukan perselingkuhan dengan salah satu karyawan rumah makan gudeg milik ayahnya. Kondisi ini menyebabkan ibu P1 memutuskan untuk pergi dari rumah

bersama kedua putrinya, dan tinggal di rumah kontrakan. Kemudian Ibu P1 memutuskan untuk bercerai secara hukum dengan ayahnya. Selama kurang lebih 1 tahun, kedua orang tua P1 akhirnya resmi bercerai ketika P1 berusia 19 tahun. P1 dan kakaknya tinggal bersama dengan ibunya, sedangkan ayahnya tinggal sendiri. Walaupun demikian orang tua P1 memutuskan untuk kembali tinggal bersama setelah hubungan keduanya membaik. Akan tetapi interaksi antar anggota keluarga dengan ayah P1 sangat jarang terjadi.

P1 merupakan pribadi yang sangat teliti dalam memilih pasangan. P1 cenderung menghindar dari laki-laki yang sangat agresif yang mencoba berkenalan dengannya. Bahkan P1 menghiraukan laki-laki yang mendekatinya dengan sangat agresif. Maka dari itu, P1 baru pertama kali menjalin hubungan romantis pada usia 19 tahun. Dibandingkan dengan teman-teman sebayanya, P1 merasa bahwa ia terlambat mulai memiliki hubungan romantis dengan pasangan lawan jenis.

Pasangan pertama P1 merupakan kakak tingkat P1 semasa kuliah. Keduanya saling berkenalan ketika tergabung dalam organisasi fakultas yang sama. Pasangan P1 mulai mendekati P1 dan menjalin pertemanan yang dekat selama kurang lebih 2 bulan. Kemudian pasangan P1 mengajak P1 untuk menjalin hubungan romantis dengannya. Akhirnya keduanya resmi menjalin hubungan romantis. Setelah 2 tahun menjalin hubungan romantis, pasangan P1 memutuskan untuk mengakhiri hubungan romantis dengan P1 karena pasangannya merasa P1 begitu posesif. Walaupun hubungan keduanya telah berakhir, namun komunikasi P1 dengan pasangan pertamanya tetap terjalin

dengan baik. Bahkan setelah 1 tahun mengakhiri hubungan dan melajang, pasangan pertama P1 justru mengajak P1 untuk kembali melanjutkan hubungan romantis mereka yang sebelumnya. Maka dari itu, hingga saat ini hubungan P1 dengan pasangan pertamanya sudah terjalin kembali selama kurang lebih 10 bulan.

2. Partisipan 2 (P2)

P2 merupakan seorang perempuan berusia 23 tahun dan telah lulus dari perguruan tinggi. Saat ini P2 bekerja sebagai salah satu admin di salah satu perusahaan e-commerce di Yogyakarta. P2 memiliki seorang kakak perempuan dan kakak laki-laki. Kakak perempuan P2 telah berkeluarga dan menetap di rumahnya sendiri di Yogyakarta. Sedangkan kakak laki-laki P2 bekerja di luar kota. P2 tinggal bersama dengan kedua orang tuanya di Yogyakarta. Ayah P2 tidak bekerja, sedangkan ibunya bekerja di kantor kejaksaan kota Sleman.

Ketika P2 masih TK, ayah P2 melakukan perselingkuhan dengan perempuan lain. Ayah P2 berselingkuh hingga memiliki seorang anak. Anak tersebut sempat tinggal bersama dengan P2 dan keluarganya, sehingga ketika P2 berusia sekitar 5 tahun, P2 mulai menyadari bahwa ayahnya melakukan perselingkuhan. Sebelumnya, P2 tidak dijelaskan mengenai permasalahan yang terjadi pada ayah dan ibunya. Ibu P2 hanya menjelaskan bahwa anak tersebut merupakan anak rekan ayahnya yang tinggal bersama dengan keluarganya. Namun, P2 merasa janggal karena ibu P2 jadi sering marah di rumah semenjak anak tersebut tinggal bersama dengan keluarganya. Bahkan anak tersebut juga memanggil ayahnya dengan panggilan “bapak”.

Sejak sekolah dasar, P2 merasa lebih menyayangi ayahnya daripada ibunya walaupun ayahnya melakukan perselingkuhan. Bahkan P2 selalu berebut kasih sayang dari ayah dengan anak hasil perselingkuhan ayahnya. Sejak kecil P2 merasa ibunya mudah marah dan tidak memberikan perhatian kepadanya. Sedangkan ayahnya lebih sering memberikan perhatian dan jarang memarahi P2. Ketika memasuki usia remaja, P2 mulai menyadari bahwa ibunya menjadi lebih mudah marah disebabkan oleh peristiwa perselingkuhan ayahnya. Setelah mengalami perselingkuhan, kedua orang tua P2 tidak memutuskan untuk bercerai, karena dalam hukum agama Katolik tidak dianjurkan untuk bercerai. Bahkan anak hasil perselingkuhan ayahnya, ikut tinggal bersama dengan keluarga P2 hingga P2 SMA. Maka dari itu, akhirnya ibu P2 menanggung seluruh tanggung jawab keluarga dan rumah tangga. Meskipun P2 sudah mampu memahami kondisi ibunya, namun hal tersebut tidak membuat hubungan antara P2 dan ibunya menjadi dekat. Walaupun tidak terlalu dekat, ibu P2 masih sering memberikan beberapa nasihat yang berkaitan dalam menjalin hubungan romantis. Salah satunya, Ibu P2 menganggap jika seseorang pernah melakukan perselingkuhan, maka seterusnya akan melakukan perselingkuhan.

Sejak SMA, P2 lebih suka pergi bermain dengan teman-temannya dibandingkan berada di rumah. Hal ini karena P2 merasa tidak nyaman berada di rumah. P2 merasa kesal dengan kondisi keluarganya yang tidak harmonis dan kurangnya komunikasi antara anggota keluarga. Walaupun lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya, P2 mengaku tidak terlalu

nyaman berteman dengan lawan jenis. P2 merasa takut ketika harus berinteraksi dengan teman lawan jenis, sehingga interaksi P2 dengan teman lawan jenis hanya sebatas obrolan ringan saja.

Ketika kuliah, P2 pernah mencoba dekat dengan teman laki-lakinya. Keduanya memiliki ketertarikan antara satu sama lain. Namun, lagi-lagi P2 merasa takut ketika berinteraksi dengan lawan jenis dan justru menjaga jarak dengan laki-laki tersebut. P2 merasa takut apabila kondisi dirinya justru mengecewakan dan tidak seperti yang diharapkan oleh laki-laki tersebut. Hingga pada akhirnya, hubungan antara keduanya menjadi semakin renggang. Setelah berusia 20 tahun, P2 baru memulai hubungan romantis untuk pertama kalinya. Pasangan P2 merupakan salah seorang teman dari komunitas kaum muda di lingkungan gerejanya. Sejak awal P2 sudah memiliki ketertarikan fisik terhadap pasangannya. Hubungan yang dekat antara P2 dengan pasangan berawal ketika P2 menjadi teman curhat bagi pasangannya yang baru saja mengakhiri hubungan romantis sebelumnya. Pertemanan dekat tersebut terjalin selama kurang lebih 1,5 tahun. Kemudian karena merasa saling menyukai, keduanya memutuskan untuk menjalin hubungan romantis. Hingga saat ini, P2 telah menjalin hubungan romantis dengan pasangannya yang pertama selama kurang lebih 1 tahun. Setelah P2 menjalin hubungan romantis dengan pasangannya, ibu P2 berpesan kepada P2 agar tidak terlalu menyayangi dan menyakini bahwa pasangannya saat ini akan menjadi suaminya kelak. Menurut ibu P2, pasangan hubungan romantis yang pertama belum tentu akan bertahan dan berlanjut ke hubungan pernikahan.

Setelah menyelesaikan perguruan tinggi, P2 merasa kondisi keluarganya semakin membaik. Ibu dan ayahnya sudah tidak banyak bertengkar, dan komunikasi antar anggota keluarga semakin baik. P2 juga beranggapan bahwa ayahnya telah sadar dengan kesalahannya yang pernah berselingkuh hingga memiliki seorang anak. Sehingga pada masa-masa tersebut P2 memiliki harapan yang kuat untuk memiliki keluarga yang lebih harmonis daripada sebelumnya. Akan tetapi, ketika berusia 23 tahun, P2 justru mendapati bahwa ayahnya kembali melakukan perselingkuhan. P2 diberi tahu oleh saudaranya bahwa sebenarnya selama ini ayahnya masih kerap melakukan perselingkuhan dengan banyak perempuan lain. Setelah mengetahui kabar tersebut, hubungan P2 dengan ayahnya kembali merenggang. P2 tidak menjalin komunikasi dengan ayahnya walaupun mereka tinggal bersama. Karena merasa kecewa, P2 juga sempat mencari-cari artikel mengenai perselingkuhan dalam keluarga. P2 menemukan bahwa ternyata perselingkuhan dalam hubungan rumah tangga merupakan hal yang umum terjadi. Sehingga timbul anggapan bahwa dalam hubungan pernikahan kemungkinan besar akan ada konflik perselingkuhan.

3. Partisipan 3 (P3)

Partisipan merupakan seorang perempuan berusia 24 tahun dan merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. P3 memiliki seorang kakak perempuan dengan selisih usia 10 tahun. Saat ini, kakak P3 telah berkeluarga dan tinggal di luar kota. Sedangkan P3 tinggal bersama dengan ibu dan neneknya. Ibu P3 berperan sebagai kepala keluarga dan tulang punggung

keluarga. Ibu P3 bekerja sebagai seorang guru les privat bagi siswa SMP dan SMA. Sedangkan ayah P3 merupakan seorang pensiunan PNS Kota Yogyakarta. Namun kedua orang tuanya telah bercerai semenjak P3 berusia 8 tahun.

Kedua orang tua P3 bercerai karena ayah P3 melakukan perselingkuhan ketika P3 masih di dalam kandungan. Ayah P3 berselingkuh dengan perempuan lain dan pergi meninggalkan keluarga. Semenjak P3 lahir, P3 tidak didampingi oleh ayahnya. Ayah P3 hanya menjenguk beberapa kali, sehingga sejak kecil P3 tidak memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya. Bahkan P3 maupun ayahnya jarang menjenguk dan memberikan kabar tentang satu sama lain.

Kedua orang tua P3 resmi bercerai ketika P3 berusia 8 tahun. Pada saat itu P3 tidak mengetahui apa yang terjadi pada orang tuanya. Maka dari itu, perceraian orang tua bukan menjadi hal yang baru bagi P3, karena sejak kecil ia sudah tinggal bersama dengan ibu, kakak, Alm kakek, dan neneknya. Perceraian kedua orang tua P3 memutuskan bahwa hak asuh P3 dan kakaknya jatuh ke tangan ibunya. Serta ayahnya harus memenuhi kewajiban untuk memberi nafkah kepada kedua anaknya hingga menyelesaikan pendidikan. Maka dari itu, sampai saat ini ayah P3 masih memberikan sedikit nafkah sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Ketika P3 kelas 2 SMP, P3 baru memahami alasan penyebab perceraian orang tuanya. Saat itu ibu P3 mengganggap P3 sudah siap mendengar cerita perselingkuhan ayahnya, sehingga ibu P3 menceritakan kronologis

perselingkuhan ayahnya hingga akhirnya memutuskan untuk bercerai. P3 memang tidak dekat dengan ayahnya, namun hal ini tidak membuat P3 dekat dengan anggota keluarganya yang lain. P3 tumbuh menjadi pribadi yang cukup tertutup dan jarang berbagi cerita kepada keluarga maupun teman-temannya. Sejak SMP, P3 merasa malu ketika harus berinteraksi dengan lawan jenis. Serta ketika SMA P3 bersekolah di sekolah khusus perempuan, sehingga P3 memiliki lebih banyak teman perempuan dibandingkan laki-laki. Ketika kelas 3 SMA, P3 mengikuti sebuah komunitas stand up comedy. Melalui komunitas tersebut P3 berkenalan dengan pasangan hubungan romantisnya yang pertama. Awalnya P3 dan pasangannya hanya menjalin hubungan pertemanan biasa, karena P3 tidak memiliki ketertarikan terhadap pasangannya. Walaupun tidak tertarik, namun intensitas kedekatan antara P3 dengan pasangannya justru semakin meningkat karena P3 menjadi teman curhat bagi pasangan P3, yang pada saat itu menyukai salah satu teman P3. Akan tetapi, teman P3 justru menjauhi pasangan P3. Di saat yang bersamaan, P3 sedang menyukai laki-laki lain seperti yang selama ini P3 idamkan. Hal ini menyebabkan P3 menjalin hubungan pertemanan yang dekat dengan pasangannya dan laki-laki yang ia sukai. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, P3 merasa tidak nyaman apabila harus dengan dekat 2 laki-laki dalam waktu yang bersamaan. Akhrinya, P3 memutuskan untuk lebih serius pada pasangannya. P3 dan pasangannya telah menjalin pertemanan yang dekat selama kurang lebih 1 tahun. Ketika P3 berusia 19 tahun, P3 memutuskan untuk menjalin hubungan romantis untuk

pertama kali dengan pasangannya. Hingga saat ini, hubungan P3 dengan pasangannya sudah terjalin selama 4,5 tahun.