• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan tempat tinggal,

perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan, dan kebutuhan akan sektor

property dan real estate lainnya juga mengalami kenaikan. Selain itu, harga tanah tidaklah ditentukan oleh pasar, tetapi oleh orang yang memiliki tanah. Akhir-akhir

ini property dan real estate tumbuh dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pembangunan rumah dan toko (ruko), apartemen, pusat perbelanjaan,

pusat perkantoran, dan perumahan.

Maraknya pembangunan ini menandakan bahwa terdapat pasar yang cukup

besar bagi sektor property dan real estate di Indonesia. Hal ini merupakan informasi yang positif bagi para investor, yang kemudian meresponnya dengan membeli

saham perusahaan property dan real estate di pasar modal.

Terlepas semakin pesatnya pertumbuhan pasar bisnis property dan real estate. Tentunya disana akan selalu ada Risiko. Semakin besar risiko semakin besar pula

pengembalian yang diperoleh. Risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan

terjadinya kejadian yang menyebabkan kerugian (Kountur, 2006). Namun,

bagaimana reaksi perusahaan dalam menghadapi risiko yang ada merupakan suatu

2 Reaksi perusahaan terhadap risiko tersebut dapat berupa menghindari,

mencegah, mengurangi, atau mengalihkan risiko ke pihak lain. Namun demikian,

mengelola risiko merupakan salah satu cara yang baik dalam menghadapi risiko.

Menghadapi risiko yang ada, perusahaan harus memiliki kemampuan

dalam mengelola risiko dengan baik agar mengurangi kerugian. Salah satu tindakan

dalam mengelola risiko adalah melakukan manajemen risiko. Menurut Kountur

(2006) manajemen risiko yang baik dapat memberikan manfaat bagi perusahaan

yaitu diantaranya mencegah terjadinya risiko dan mengurangi akibat yang

ditimbulkannya yaitu kerugian. Salah satu aspek penting dalam perusahaan yang

melakukan manajemen risiko adalah pengungkapan risiko.

Pengungkapan risiko merupakan bagian dari perusahaan dalam melakukan

manajemen risiko. Perubahan dalam lingkungan bisnis saat ini membuat

perusahaan-perusahaan lebih mengandalkan pada instrumen-instrumen keuangan

dan transaksi-transaksi internasional yang meningkatkan pentingnya

pengungkapan risiko perusahaan, khususnya pada perusahaan-perusahaan non

keuangan (Dobler, 2008). Perusahaan-perusahaan berusaha untuk memenuhi

kebutuhan dari pengguna informasi akuntansi untuk mengungkapan informasi

secara lebih mengenai risiko-risiko yang berbeda yang dihadapi dan keberlanjutan

operasionalnya. Pengguna informasi akuntansi tersebut dalam hal ini adalah

perusahaan, investor, kreditur dan lain-lain. Menurut ICAEW 1997, dalam

Abraham dan Cox, 2007 informasi mengenai risiko dapat memberikan manfaat

bagi pengguna informasi akuntansi. Bagi perusahaan, informasi mengenai risiko

3 pedoman mengenai alur bisnis di masa mendatang. Bagi investor, informasi

mengenai risiko dapat membantu dalam menentukan profil risiko perusahaan,

estimasi nilai pasar dan ketepatan perkiraan harga sekuritas. Selanjutnya, bagi

kreditur, informasi mengenai risiko dapat membantu dalam menentukan keputusan

kredit yang diberikan kepada perusahaan.

Menurut Solomon et al 2000. (dalam Elzahar dan Hussainey, 2012) menunjukkan permintaan yang kuat terhadap peningkatan pengungkapan risiko

dari investor untuk meningkatkan keputusan investasi mereka. Pengungkapan

risiko membantu investor dalam proses pengambilan keputusan investasi dengan

mengevaluasi informasi yang diungkapkan oleh suatu perusahaan dalam halnya

membangun tingkatan-tingkatan risiko yang dihadapinya. Selanjutnya, Cabedo

dan Tirado (2004) menyatakan bahwa keputusan-keputusan investor tersebut akan

diambil berdasarkan pertimbangan atas pengembalian yang diharapkan dan risiko.

Pengungkapan risiko akan mendorong perusahaan untuk melakukan

manajemen risiko yang baik, berikut dalam peningkatan terhadap akuntabilitas

dari pertanggungjawaban manajemen (stewardship), perlindungan investor dan manfaat pelaporan keuangan (ICAEW, 1997 dalam Elzahar dan Hussainey, 2012).

Hal ini akan membantu pengguna laporan keuangan untuk mengidentifikasi

masalah (atau peluang) manajerial yang potensial dan menilai keefektifan dalam

menghadapi isu-isu tersebut (Lajili dan Zeghal, 2005). Namun, di lain pihak,

perusahaan juga memperoleh manfaat dari pengungkapan risiko yaitu dapat

mengurangi kemungkinan mengalami kegagalan keuangan (Beretta dan Bozzolan,

4 Pengungkapan manajemen risiko di beberapa negara telah diteliti untuk

mengetahui sejauh mana pengungkapan manajemen risiko. Penelitian yang

dilakukan Lajili dan Zegal (2005) dengan memeriksa laporan tahunan perusahaan

Kanada mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan hanya ada 82.46 %

pengungkapan manajemen risiko, ditemukan pula bahwa risiko keuangan

merupakan risiko yang paling sering diungkapkan oleh perusahaan dan yang

termasuk diantaranya berkaitan dengan risiko dalam mata uang asing.

Penelitian yang dilakukan oleh Barreta dan Bonzzolan (2004) meneliti

mengenai kualitas pengungkapan risiko di bursa efek Italia dengan menggunakan

sampel 85 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Italia, di dalam

penelitian ini di temukan bahwa perusahaan-perusahaan umumnya menghindari

mengungkapkan dampak dari risiko bagi perusahaan dan juga pengaruh dari

risiko bagi perusahaan baik berpengaruh secara positif maupun negatif.

Penelitian lainnya oleh Linsley dan Shrives (2005) yang menemukan sebanyak

6168 jumlah kalimat pengungkapan risiko di perusahaan United Kingdom,

penelitian ini mengungkapkan bahwa risiko keuangan adalah jenis yang

paling sering ditemukan dalam sampel pengungkapan diikuti dengan risiko

strategis dan risiko integritas. Penelitian yang dilakukan Amran et al (2009) meneliti mengenai pengungkapan manajemen risiko dalam annual report

perusahaan di Malaysia, menemukan hubungan signifikan antara ukuran

5 Penelitian tentang pengungkapan manajemen risiko di Indonesia masih

terbatas pada karakteristik pengungkapan risiko secara umum. Beberapa

penelitian tentang pengungkapan risiko di Indonesia hanya membahas praktik

pengungkapan secara umum seperti penelitian yang dilakukan oleh Retno

Angraini (2006) yang melakukan penelitian tentang pengungkapan informasi

sosial dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial

dalam laporan, Anggraini menemukan variabel kepemilikan manajemen,

financial leverage, biaya politis, profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan.

Almilia dan Retrinasari (2007) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh

karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan

tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, Almilia menemukan rasio

leverage, rasio likuiditas, dan ukuran perusahaan dengan kelengkapan pengungkapan wajib berpengaruh signifikan terhadap karakteristik perusahaan

terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan manufaktur yang

terdaftar di BEJ. Sudarmadji dan Sularto (2007) meneliti tentang pengaruh ukuran

perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe kepemilikkan perusahaan terhadap luas voluntary disclosure laporan tahunan perusahaan dan menemukan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe kepemilikan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan dengan luas voluntary disclosure.

6 Kurangnya penelitian mengenai pengungkapan manajemen risiko di

Indonesia dan tingginya permintaan tentang pengungkapan manajemen risiko oleh

investor dan pemegang saham membuat penelitian mengenai manajemen risiko

ini menarik untuk diteliti di Indonesia. Pengungkapan manajemen risiko yang

akan diteliti adalah pengungkapan risiko pada laporan tahunan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Amran et al

(2009) dengan menggunakan objek sampel yang diambil perusahaan-perusahaan

propery dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dampak krisis keuangan global pada tahun 2008 mengakibatkan para

investor dan kreditor berhati-hati dalam menanamkan modalnya pada suatu

perusahaan demi mengantisipasi risiko yang akan terjadi (Ginting, 2010). Sebelum

melakukan investasi, investor akan menelaah secara teliti laporan keuangan yang

dimiliki oleh suatu perusahaan untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan

tersebut. Sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan publik, investor

akan menilai bagaimana manajemen perusahaan melakukan pengungkapan yang

lebih luas mengenai kinerja perusahaan secara keseluruhan dalam laporan

keuangan untuk meyakinkan dirinya bahwa mereka mempercayakan dananya pada

keputusan investasi yang tepat. Dasar pengambilan keputusan bagi para investor,

kreditor dan pengguna informasi lainnya adalah informasi yang disajikan harus

7 Hal ini sesuai dengan tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi

Keuangan yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja

perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan

keuangan dalam membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan

pertanggung jawaban (Stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Pengungkapan dalam laporan tahunan merupakan sumber informasi untuk

pengambilan keputusan investasi (Susilo, 2008). Untuk itu dalam hal ini para

investor dituntut untuk lebih kritis dalam menilai suatu laporan keuangan dan

mengambil keputusan, karena kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang

mengandung risiko dan ketidakpastian.

Pengungkapan (disclosure) didefinisi-kan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian optimal pasar modal secara efisien

(Hendriksen, 1998). Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral

dari pelaporan keuangan (Suwardjono, 2005). Secara teknis, pengungkapan

merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam

bentuk seperangkat penuh statemen keuangan. Disclosure yang luas dibutuhkan oleh para pengguna informasi khususnya investor dan kreditor, namun tidak

semua informasi perusahaan diungkapkan secara detail dan transparan.

Evans (2003) dalam Soewardjono (2005) mengidentifikasi tiga tingkat

pengungkapan, yaitu memadai (adequate disclosure), wajar atau etis (fair or ethical disclosure), dan penuh (full disclosure). Tingkat ini mempunyai implikasi terhadap apa yang harus diungkapkan. Tingkat memadai (adequate disclosure) merupakan

8 tingkatan minimum yang harus dipenuhi agar laporan keuangan secara

keseluruhan tidak menyesatkan untuk pengambilan keputusan yang terarah.

Tingkat wajar atau etis (fair or ethical disclosure) adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional yang

sama. Tingkat penuh (full disclosure) menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan yang terarah. Informasi

yang penyajian rincian terlalu banyak justru akan mengaburkan informasi yang

signifikan dan menimbulkan kontroversi, sehingga laporan keuangan menjadi sulit

untuk dipahami, oleh karena itu pengungkapan yang tepat mengenai informasi

yang penting bagi para investor dan pihak lainnya hendaknya bersifat cukup,

wajar dan lengkap.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Diantaranya adalah tingkat

likuiditas, tingkat leverage, umur perusahaan, ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, porsi saham public, operating profit margin, return on equity dan status modal perusahaan (Binsar dan Lusy, 2004). Dalam penelitian ini yang akan

dibahas adalah Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan. Karena dalam 2 tema tersebut mempunyai variabel - variabel yang tidak konsisten terhadap hasil

9 Pengungkapan risiko merupakan salah satu bentuk dalam penerapan

mekanisme corporate governance. Corporate governance adalah seperangkat hubungan diantara manajemen, direksi, dewan komisaris, investor dan stakeholders

yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan (Choi dan Meek, 2011).

Pengungkapan risiko mendorong terwujudnya good corporate governance

yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Good corporate governance dilakukan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan (Choi

dan Meek, 2011). Perkembangan penelitian saat ini telah menimbulkan ketertarikan

diantara para peneliti untuk meneliti praktik pengungkapan perusahaan di bidang

pertanggungjawaban sosial dan lingkungan.

Karakteristik yang mungkin berpengaruh dan ditambahkan penelitian ini

adalah tingkat profitabilitas, hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Aljifri dan Hussainey (2007) yang menemukan hubungan yang positif antara

tingkat profitabilitas dengan luas pengungkapan informasi forward-looking dalam laporan tahunan perusahaan di UAE. Semakin tinggi profit margin maka akan semakin tinggi pengungkapannya (Almilia dan Retrinasari, 2007). Profit margin

yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih

terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan

dan kompensasi terhadap manajemen (Shingvi dan Desai, 1971 dalam Almilia dan

10 Ukuran perusahaan disini diartikan secara harfiah, yaitu seberapa besar suatu

perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total

penjualan dan rata-rata aktiva. Ukuran perusahaan dipandang penting karena

semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka “daya jual” sebuah perusahaan akan lebih baik. Para stakeholder akan menganggap perusahaan besar akan lebih tahan dari badai finansial. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung

memiliki publik demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan

perusahaan yang berukuran lebih kecil (Irawan 2006). Karena para stakeholder mengharapkan pos-pos yang ada selengkap mungkin ditampilkan.

Terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menentukan

ukuran perusahaan, seperti banyaknya jumlah pegawai yang digunakan

perusahaan untuk melakukan aktivitas operasi perusahaan, nilai

penjualan/pendapatan yang diperoleh perusahaan dan jumlah aktiva yang dimiliki

perusahaan. Perusahaan besar yang mempunyai sumber daya yang besar akan

melakukan pengungkapan yang lebih luas dan akan mampu membiayai

penyediaaan informasi yang diperlukan pihak internal sekaligus untuk pihak

eksternal. Sehingga tidak memerlukan tambahan biaya lagi untuk melakukan

pengungkapan yang lebih luas. Dengan demikian perusahaan besar mempunyai

biaya produksi informasi yang lebih rendah dari perusahaan kecil.

Pengaruh ukuran perusahaan dengan luas pengungkapan dijelaskan

melalui hubungan agensi Jensen dan Meckling (1976). Dalam hubungan keagenan

yang terjadi antara principle dan agency telah membebani manajer untuk mempertanggung jawabkan sumber daya yang dikelolanya. Semakin besar sumber

11 daya yang dikelola perusahaan, maka semakin besar pula aktivitas suatu usaha

bisnis tersebut. Perusahaan yang berukuran besar akan mengungkapkan informasi

yang lebih banyak dibanding perusahaan kecil sebagai upaya mengurangi biaya

keagenan (Jensen dan Meckling, 1976) dalam (Benardi, dkk 2009). Dalam

penelitian ini digunakan total aktiva sebagai proksi ukuran perusahaan, karena

nilai total aktiva yang disajikan secara historis dapat mencerminkan ukuran

perusahaan, dan perusahaan besar seperti perusahan manufaktur akan mendapat

lebih banyak perhatian dari investor.

Oliviera, et al (2011) menilai praktik pengungkapan risiko dalam laporan tahunan perusahaan di Portugal tahun 2005 pada sektor non keuangan. Oliviera, et al (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan, sensitivitas lingkungan dan

leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko.

Sejalan dengan Abraham dan Cox (2007), jumlah komisaris independen juga

berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko dalam penelitian yang

dilakukan oleh Oliviera, et al (2011).

Penelitian sebelumnya yang kebanyakan berfokus pada laporan tahunan

seperti penelitian yang dilakukan oleh Linsley dan Shrives (2006); Hassan

(2009); Amran, et al (2009); menghasilkan temuan-temuan yang berbeda mengenai pengaruhnya terhadap pengungkapan risiko. Misalnya, pada penelitian

Linsley dan Shrives (2006) menghasilkan hubungan yang signifikan antara

ukuran perusahaan dan tingkat risiko lingkungan dengan luas pengungkapan

risiko. Berbeda dengan Linsley dan Shrives (2006), Hassan (2009) yang menguji

12 tingkat risiko di UEA dengan tingkat pengungkapan risiko menemukan hubungan

signifikan antara tingkat risiko dan jenis industri dengan pengungkapan risiko,

namun tidak menemukan hubungan yang signifikan pada ukuran perusahaan.

Sebaliknya, Amran, et al (2009) yang meneliti pengungkapan manajemen risiko dalam laporan tahunan perusahaan di Malaysia hanya ukuran perusahaan yang

signifikan.

Penelitian mengenai pengungkapan risiko telah dilakukan oleh Taures

(2011) yang meneliti karakteristik perusahaan pada laporan tahunan perusahaan

nonkeuangan di Indonesia. Taures (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan

dan jenis industri secara signifikan berhubungan dengan pengungkapan risiko.

Selanjutnya, Anisa (2012) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

pengungkapan manajemen risiko menemukan bahwa ukuran perusahaan dan

tingkat leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan risiko. Hal ini berbeda dengan temuan yang dihasilkan oleh Taures (2011), dimana jenis industri

signifikan terhadap pengungkapan risiko.

Taures (2011) dan Anisa (2012) merupakan penelitian yang mereplikasi

penelitian yang dilakukan oleh Amran, et al (2009). Perbedaan penelitian dari kedua replikasi tersebut adalah salah satunya terletak pada penambahan dan

atau pengurangan dari variabel penelitian dari Amran, et al (2009). Misalnya, Taures (2011) yang menambahkan variabel profitabilitas, sedangkan Anisa

(2012) selain menambahkan variabel profitabilitas juga mengganti variabel

diversifikasi produk dan diversifikasi pasar dengan variabel struktur kepemilikan

13 Berdasarkan dari penelitian sebelumnya masih perlu diteliti lebih lanjut

mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi Pengunkapan Risiko, mengingat

masih minimnya pengungkapan risiko pada sebuah perusahan, disisi lain juga

masih minimnya faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan Risiko pada

perusahaan property dan real estate. Terlebih lagi akhir - akhir ini semakin meningkatnya pasar bagi bisnis property dan real estate, yang juga menuntut pengungkapan risiko pada Laporan Tahunan perusahaan untuk mengurangi

asymetri informasi perusahaan.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risiko”. Studi empiris pada perusahaan Property dan Real Estate

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014.

Penelitian ini merupakan adaptasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Dirk (2011). Mengenai “Investigating Pengungkapan Risiko Practices in the European Insurance Industry”. Adapun perbedaan dari penelitian ini dibandingkan

penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Variable independen

Penelitian sebelumnya menggunakan karakteristik perusahaan seperti

ukuran perusahaan, risiko, profitability, stuktur kepemilikan, cross-listing, home country, dan type of insurance sold. Sedangkan penelitian ini dengan menambah Corprate Governance, dan meniadakan variable home country, cross-listing dan type of insurance sold.

14 Sample penelitian kali ini adalah perusahaan Property dan Real Estate

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dirk (2011) adalah perusahaan

Asuransi.

3. Periode Penelitian

Periode Penelitian yang digunakan tahun sebelumnya lima tahun yaitu

pada tahun tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, sedangkan penelitian yang

akan dilakukan peneliti kali ini lima tahun yaitu pada tahun 2010 sampai

dengan 2014.

Dokumen terkait