BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan sesuatu ilmu pengetahuan yang anak peroleh dari pengamatan dan pengalaman di lingkungan sekitar. Ilmu pengetahuan alam (IPA) dapat melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif.
Dictionary of science (dalam Iskandar, 2001:2) menjelaskan bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan alam, pengetahuan manusia diperoleh melalui pengamatan dan eksperimen serta dijelaskan dengan bantuan aturan, hukum, prinsip, teori dan hipotesis. Samatowa (2011:4) juga menjelaskan bahwa mata pelajaran IPA memiliki nilai-nilai pendidikan yaitu potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Kegiatan pembelajaran dalam proses pembelajaran IPA yang berlangsung harus sesuai antar situasi belajar anak dan situasi lingkungan kehidupan nyata siswa di masyarakat. Oleh sebab itu, siswa membutuhkan bahan ajar yang mudah ditemukan, mudah dibawa, bisa digunakan kapanpun dan dimanapun, menarik, bervariasi, bisa meningkatkan antusias siswa untuk belajar dan dapat membantu siswa untuk belajar secara mandiri.
Berdasarkan pernyataan di atas, data hasil analisis kebutuhan yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 14 – 16 November 2020 pada tiga sekolah dasar di Yogyakarta menunjukkan bahwa bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran kurang bervariasi yaitu hanya menggunakan buku paket dan LKS sehingga menyebabkan siswa kurang tertarik dan antusias dalam belajar. Ada beberapa materi yang sulit untuk dikuasai oleh siswa. Salah satu materi yang sulit dikuasai oleh siswa yaitu materi sistem gerak manusia. Berdasarkan data hasil analisis kebutuhan yang dilakukan oleh penulis, materi ini dianggap sulit karena siswa harus menghafal semua nama tulang serta letak persendian pada manusia. Materi-materi yang dianggap sulit oleh guru selalu diatasi dengan penggunaan modul atau eksperimen tetapi pada materi sistem gerak manusia ketiga guru dari tiga sekolah tersebut belum ada yang menerapkan penggunaan modul sebagai bahan ajar.
Ketiga sekolah tempat melakukan analisis kebutuhan tersebut juga
2
merekomendasikan bahan ajar yang dibutuhkan dan perlu dikembangkan yaitu berupa modul pembelajaran, ensiklopedia, buku cerita, LKS serta bahan ajar yang murah dan mudah dibawa oleh siswa kemanapun serta mendukung pembelajaran.
Oleh karena itu, penulis mencoba untuk mengembangkan modul pembelajaran untuk materi sistem gerak manusia.
Modul pembelajaran adalah bahan ajar berisi materi pembelajaran dari sumber-sumber belajar yang telah dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu, yang dipelajari oleh siswa secara mandiri. Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:3-5) menjelaskan bahwa modul pembelajaran yang baik harus memenuhi karakteristik berikut yaitu self instruction (dapat membantu siswa belajar secara mandiri), self contained (memiliki materi yang lengkap), stand alone (tidak bergantung pada bahan ajar lain), adaptif (disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi) dan user friendly (mudah digunakan oleh pengguna modul). Purwanto (dalam Warsita, 2011:111) menjelaskan bahwa modul memiliki fungsi yaitu sebagai bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami pelajaran dan membantu serta mendukung siswa untuk belajar dimanapun dan kapanpun secara mandiri. Siswa dapat menggunakan modul dengan mandiri maka modul harus disusun dengan sistematis, menarik dan juga materi yang disajikan harus lengkap dan jelas. Siswa juga dapat menggunakan modul pembelajaran dimanapun dan kapanpun.
Berdasarkan hasil wawancara dan pembagian kuesioner, penulis menemukan informasi bahwa salah satu materi yang sulit dikuasai oleh siswa yaitu materi sistem gerak manusia tetapi pada tiga sekolah tempat melakukan wawancara dan pembagian kuesioner tersebut belum digunakan modul pembelajaran sebagai bahan ajar pada materi sistem gerak manusia. Modul pembelajaran memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh buku paket dan LKS yang sering digunakan di tiga sekolah sekolah tersebut. Modul pembelajaran memiliki tujuan pembelajaran, indikator dan kompetensi dasar yang jelas untuk dicapai. Modul pembelajaran didesain dan dirancang menarik sehingga menarik perhatian dan ketertarikan siswa untuk belajar. Modul pembelajaran juga memiliki banyak
3
gambar untuk mendukung penjelasan materi yang dibahas. Modul pembelajaran terfokus pada satu materi pembahasan saja sehingga cakupan materi yang dibahas mendalam dan lengkap. Modul pembelajaran dirancang untuk sistem pembelajaran secara mandiri dan bisa menggantikan peran pengajar. Modul pembelajaran juga memiliki latihan soal uantuk mengukur pemahaman siswa dan kunci jawaban yang telah disiapkan sehingga siswa dapat mencocokkan jawaban dan mengetahui bagian yang salah. Modul pembelajaran yang dirancang untuk dipelajari secara mandiri dapat dipelajari sesuai tingkat pemahaman setiap pengguna dan dapat dipelajari secara berulang karena sudah ada bahan ajarnya.
Kelebihan modul tersebut diperkuat dengan pendapat Lasmiyanti dan Harta (2014:164 ) yang menjelaskan bahwa modul pembelajaran memiliki beberapa kelebihan dibandingkan LKS dan buku paket yaitu (a) modul dapat memberikan umpan balik sehingga pebelajar mengetahui kekurangan mereka dan segera melakukan perbaikan, (b) dalam modul ditetapkan tujuan pembelajaran yang jelas sehingga kinerja siswa belajar terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran, (c) modul yang didesain menarik, mudah untuk dipelajari, dan dapat menjawab kebutuhan tentu akan menimbulkan motivasi siswa untuk belajar, (d) modul bersifat fleksibel karena materi modul dapat dipelajari oleh siswa dengan cara dan kecepatan yang berbeda, (e) kerjasama dapat terjalin karena dengan modul dapat meminimalisir persaingan dan antara guru dan siswa, dan (f) remidi dapat dilakukan karena modul memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk dapat menemukan sendiri kelemahannya berdasarkan evaluasi yang diberikan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mencoba untuk mengembangkan bahan ajar berupa modul pembelajaran sistem gerak manusia untuk siswa kelas V sekolah dasar. Modul pembelajaran ini dijadikan sebagai bahan ajar tambahan selain buku tematik dan LKS cemara yang telah disediakan oleh sekolah. Maka dari itu, penulis mengambil judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Sistem Gerak Manusia Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.
4 B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pengembangan modul pembelajaran sistem gerak manusia untuk siswa kelas V sekolah dasar ?
2. Bagaimana kualitas modul pembelajaran sistem gerak manusia untuk siswa kelas V sekolah dasar ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan prosedur pengembangan modul pembelajaran sistem gerak manusia untuk siswa kelas V sekolah dasar.
2. Untuk mengetahui kualitas produk modul pembelajaran sistem gerak manusia untuk siswa kelas V sekolah dasar.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa
Siswa memperoleh bahan ajar tambahan berupa modul pembelajaran sistem gerak manusia sehingga siswa dapat belajar secara mandiri dan memudahkan siswa kelas V sekolah dasar untuk memahami pelajaran IPA materi sistem gerak manusia.
2. Bagi guru
Guru memperoleh referensi berupa modul pembelajaran sistem gerak manusia untuk siswa kelas V sekolah dasar sebagai bahan ajar tambahan yang dapat digunakan untuk membantu penyampaian materi sistem gerak manusia dalam pembelajaran IPA.
3. Bagi sekolah
Sekolah memperoleh bahan ajar tambahan berupa modul pembelajaran sistem gerak manusia untuk siswa kelas V sekolah dasar.
4. Bagi penulis
Penelitian ini memberikan pengalaman langsung bagi penulis tentang jenis penelitian Research and development ( R&D) dalam mengembangkan modul pembelajaran sistem gerak manusia untuk siswa kelas V sekolah dasar.
5 E. Definisi Operasional
1. Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang berisi materi pembelajaran dari sumber-sumber belajar yang telah dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu untuk dipelajari oleh siswa secara mandiri.
2. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan untuk mempelajari gejala-gejala yang terjadi di alam.
3. Sistem gerak manusia adalah sebuah materi ajar yang terdapat dalam pembelajaran IPA pada kelas V sekolah dasar.
F. Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangkan berupa modul pembelajaran sistem gerak manusia untuk siswa kelas V sekolah dasar. Modul pembelajaran yang dibuat memiliki ciri-ciri menarik, bergambar, berwarna dan dapat digunakan secara mandiri oleh pengguna. Modul pembelajaran yang dibuat oleh peneliti ini terdapat gambar, latihan soal, melakukan kegiatan mencoba berupa teka-teki silang dan lainnya.
Modul yang dibuat memiliki struktur yang terdiri dari (1) topic statement yang terdapat pada sampul modul pembelajaran, (2) concept statement berupa kata pengantar, (3) daftar isi, (4) pedoman guru atau petunjuk belajar,(5) behavioral objective (kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran), (6) concept atau materi yang disajikan (kegiatan belajar 1 tetang bagian rangka manusia, kegiatan belajar 2 tentang fungsi rangka manusia, kegiatan belajar 3 tentang penyakit dan gangguan serta cara memelihara kesehatan pada rangka manusia), (7) lembar kerja atau latihan soal yang berisi tes (evaluation) untuk mengukur kemampuan siswa, (8) kunci jawaban lembaran kerja, (9) multimedia recources (daftar referensi).
Modul pembelajaran sistem gerak manusia untuk siswa kelas V sekolah dasar berbentuk buku dengan berukuran 21,59 cm x 27,94 cm dan jumlah halaman sebanyak 35 halaman. Modul pembelajaran ini dibuat menggunakan Microsoft Word (doc) dan Corel Draw X7. Bentuk huruf yang digunakan yaitu pada bagian sampul (cover) manggunakan huruf Cambria sedangkan pada bagian isi menggunakan huruf Adobe Calson Pro. Ukuran huruf pada modul terdiri dari beberapa ukuran yaitu pada sampul menggunakan ukuran huruf 28 dan 14
6
sedangkan pada bagian isi ukuran huruf yang digunakan yaitu 12 dengan jarak antar baris 1,15. Sampul modul dicetak menggunakan kertas Ivory310 yang dilaminasi glossy sedangkan isi modul dicetak berwarna dengan HVS A4 80 gr.
Gambar 1.1 Modul pembelajaran sistem gerak manusia
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Modul Pembelajaran
a. Pengertian modul pembelajaran
Purwanto (dalam Warsita, 2011:111) menjelaskan bahwa modul adalah bahan belajar yang telah dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dapat dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Fungsi dari modul ialah sebagai bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pengguna modul juga dapat belajar lebih terarah dan sistematis serta menguasai kompetensi yang dituntut oleh kegiatan pembelajaran yang diikuti. Purwanto (dalam Warsita, 2011:115) menjelaskan bahwa modul perlu dilengkapi dengan visualisasi untuk menghindari penjelasan yang abstrak. Visualisasi memiliki peran penting dalam pencapain proses pembelajaran. Visualisasi modul dalam bentuk gambar, foto, lukisan, bagan, diagram, grafik, skema, flowchart, ilustrasi, kartun dan tulisan hias. Selain itu, modul bisa dalam bentuk desain grafis, warna, ukuran, jarak, bentuk jenis huruf dan lainnya. Visualisasi memperjelas atau mendukung uraian materi dalam modul.
Wiyanto (2012:41) mengemukakan bahwa modul pembelajaran adalah lembaran tertulis berisi materi pelajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipakai belajar siswa secara mandiri. Dick dan Carey (dalam Wena, 2018:231) menjelaskan modul sebagai unit pembelajaran berbentuk cetak. Modul pembelajaran menyajikan dan mengajarkan materi secara terpadu yang memiliki satu tema terpadu, menyajikan kepada siswa keterangan-keterangan yang diperlukan untuk menguasai dan menilai pengetahuan dan keterampilan yang ditentukan dan berfungsi media pembelajaran mandiri dan isinya berupa unit materi pembelajaran. Kemp (dalam Wena, 2018:231) menjelaskan modul sebagai paket pembelajaran mandiri yang berisi satu topic atau unit materi pembelajaran dan memerlukan waktu belajar untuk satu minggu. Pengertian ini ditinjau dari
8
fungsi sebagai media pembelajaran mandiri yang berupa satu topik atau unit materi pelajaran dan ketentuan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari modul.
Winkel (dalam Susilo,dkk, 2016:51) mengemukakan bahwa modul pembelajaran merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri self instructional. Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:3), menjelaskan bahwa modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri dan juga tes evaluasi yang sudah disediakan untuk diselesaikan oleh siswa. Sukiman (2012:132) menjelaskan modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar. Modul tersebut memiliki komponen-komponen yaitu berisi tujuan belajar, bahan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar dan sistem evaluasi.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara pemelajar dan sumber-sumber belajar dan didalamnya terdapat proses belajar dan membelajarkan (Sitepu, 2012:9). Ratumanan dan Rosmiati (2019:26) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses dimana pendidik mendayagunakan semua sumber-sumber belajar yang ada dan menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dan mengonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Pembelajaran dapat membentuk dan mengembangkan kompetensi pengetahuan (knowledg/kognitif), keterampilan (performance/psikomotor) dan sikap (attitude/afektif) secara komprehensif. Dalam upaya mencapai kompetensi-kompetensi tersebut maka pembelajaran harus dirancang secara baik.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa modul pembelajaran merupakan bahan ajar berisi materi pembelajaran dari sumber-sumber belajar yang telah dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu, yang dipelajari oleh siswa secara mandiri.
b. Karakteristik Modul Pembelajaran
Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:3) menjelaskan bahwa sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut:
9
1) Self instructional, yaitu melalui modul seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak bergantung pada pihak lain.
2) Self contained, yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat dalam satu modul yang utuh.
3) Stand alone (berdiri sendiri), yaitu modul yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar yang lain. Jika masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai bahan ajar yang berdiri sendiri.
4) Adaptive, yaitu modul harus dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta fleksibel digunakan. Modul dikatakan adaptif jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai kurun waktu tertentu.
5) User friendly;modul hendaknya bersahabat dengan penggunanya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang ditampilkan bersifat membantu dan bersahabat dengan penggunanya, termasuk kemudahan pemakaian dalam merespon, mengakses sesuai keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umu digunakan.
Karakteristik tersebut sependapat dengan Daryanto (2013:9) yang menjelaskan modul yang baik adalah modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar sehingga pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik sebagi berikut :
1) Self instruction
Modul memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakteristik self instruction, modul harus memuat tujuan pembelajaran yang jelas, memuat materi yang dikemas dalam unit, unit kegiatan yang spesifik, terdapat soal-soal latihan, kontekstual, menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif dan terdapat rangkuman materi pembelajaran.
10 2) Self Contained
Modul dikatakan self contained apabila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi pelajaran secara tuntas.
3) Stand Alone
Karakteristik modul lainnya yaitu stand alone yang berarti modul tidak bergantung pada bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan modul, siswa tidak perlu mencari sumber lain atau bahan ajar lain untuk mengerjakan tugas yang terdapat pada modul. Jika siswa masih menggunakan bahan ajar lain selain modul tersebut maka modul tidak bisa dikategorikan sebagai modul yang stand alone (berdiri sendiri).
4) Adaptive
Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Modul dikatakan adaptif apabila dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan diberbagai perangkat keras (hardware).
5) User Friendly
Modul hendaknya user friendly (bersahabat) dengan penggunanya. Setiap instruksi dan paparan informasi harus bersifat membantu dan bersahabat dengan penggunanya, termasuk kemudahan pengguna dalam merespon dan mengakses sesuai keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti dan penggunaan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, penulis menyimpulkan bahwa modul memiliki beberapa karakteristik yaitu self instruction (belajar secara mandiri), self contained (memiliki materi yang lengkap), stand alone (tidak bergantung pada bahan ajar lain), adaptif (disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi) dan user friendly (mudah digunakan oleh pengguna modul).
11 c. Struktur Modul Pembelajaran
Dikson dan Leonard (dalam Wena,2018:232) mengemukakan bahwa ada 12 unsur dalam modul yaitu :
1) Topic Statement, yaitu sebuah kalimat yang menyertakan pokok permasalahan yang akan dibahas atau diajarkan.
2) Rational, yaitu peryataan singkat yang mengungkapkan rasional dan kegunaan materi tersebut untuk siswa.
3) Concept statement and prerequisite, yaitu pernyataan yang mendefinisikan ruang lingkup dan sekuen dari konsep-konsep dalam hubungannya dengan konsep lain dalam bidang pokok.
4) Concept, yaitu ide pokok dari materi yang tertuang di dalam modul.
5) Behavioral objective, yaitu pernyataan tentang kemampuan apa yang harus dikuasai siswa.
6) Pretest, yaitu tes untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pelajaran.
7) Suggest teacher techniques, yaitu petunjuk kepada guru tentang metode yang diterapkan dalam membantu siswa.
8) Suggest student activities, yaitu aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
9) Multimedia resources, yaitu menunjukkan berbagai sumber atau pilihan materi yang dapat digunakan ketika mengerjakan modul.
10) Post tes and evaluation, yaitu guru menerapkan kondisi dan kriteria penilaian terhadap penampilan siswa.
11) General reassessment potential, yaitu mengacu pada kebutuhan penilaian terus menerus dari unsur-unsur modul.
Suryosubroto (dalam Wena,2018:233) mengemukakan tentang unsur-unsur modul adalah sebagai berikut :
1) Pedoman guru, yang berisi petunjuk untuk guru agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara efisien. Pedoman guru juga memberikan petunjuk tentang (a) macam-macam kegiatan yang harus dilaksanakan oleh kelas, (b)
12
waktu yang disediakan untuk modul itu, (c) alat pembelajaran yang harus digunakan, (d) petunjuk evaluasi.
2) Lembar kegiatan siswa, yang berisi materi pelajaran yang harus dikuasai siswa.
3) Lembaran kerja, yaitu lembaran yang digunakan untuk mengerjakan tugas yang harus dikerjakan.
4) Kunci lembaran kerja, yaitu jawaban atas tugas-tugas agar siswa dapat mencocokkan pekerjaannya sehingga dapat mengevaluasi sendiri hasil pekerjaannya.
5) Lembaran tes, yaitu alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan didalam modul.
6) Kunci lembaran tes, yaitu alat koreksi terhadap penilaian.
Soedijarto (dalam Wena,2018:233) mengemukakan bahwa unsur-unsur dalam sebuah modul yang digunakan sebagai program pembelajaran mandiri adalah sebagai berikut : (1) pedoman guru, (2) lembar kegiatan siswa, (3) lembar kerja, (4) kunci lembaran kerja, (5) lembaran tes, (6) kunci lembaran tes.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, penulis menyimpulkan bahwa unsur-unsur dalam sebuah modul yang baik terdiri dari (1) topic statement, (2) concept statement berupa kata pengantar, (3) daftar isi, (4) pedoman guru, (5) behavioral objective (kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran), (6) concept atau materi yang disajikan, (7) lembar kerja yang berisi tes (evaluation) untuk mengukur kemampuan siswa, (8) kunci jawaban lembaran kerja, (9) multimedia recources (daftar referensi).
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Bundu (2006:9) menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan alam atau sains berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam.
Fowler (dalam Trianto,2010:136) menjelaskan bahwa IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan diluar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak
13
dapat diamati indera. Kardi dan Nur (dalam Trianto,2010:136) mengemukakan bahwa IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Adapun Wahyana (dalam Trianto,2010:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan tidak hanya ditandai dengan adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Susanto (2013:167) menjelaskan bahwa sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Para pengajar sains di sekolah dasar, diharapkan untuk mengetahui dan mengerti tentang hakikat pembelajaran IPA sehingga pengajar tidak mengalami kesulitan dalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran serta menyampaikan materi. Darmojo (dalam Samatowa,2018:27) juga menjelaskan bahwa IPA atau yang saat ini dikenal dengan sains merupakan pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta. Nash dalam Samatowa (2018:27) menjelaskan bahwa ilmu semesta yang dimaksudkan terdiri dari ilmu fisik dan life sciences (ilmu biologi), yang termasuk dari physical sciences yaitu ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, metorologi dan fisik, sedangkan life sciences meliputi imu biologi. Dari pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan untuk mempelajari gejala-gejala yang terjadi di alam.
Puskur (dalam Kumala,2016:6) menjelaskan pada hakikatnya IPA meliputi empat unsur yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi. Sikap yang akan lebih dikenal sebagai sikap ilmiah yang didasari seorang ilmuwan selama proses mendapat suatu pengetahuan, sikap tersebut terdiri dari rasa ingin tahu, terbuka, kreatif, teliti, luwes, mendahulukan bukti, kritis dan peka terhadap lingkungan.
Sulistyorini (dalam Susanto,2013:169) menjelaskan bahwa ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran sains yaitu sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap bekerja sama, tidak putus asa, tidak
14
berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas dan kedisiplinan diri. Proses yaitu prosedur pemecahan masalah melalui metode-metode ilmiah.
Produk yaitu berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. Aplikasi yaitu penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
3. Sistem Gerak Manusia
Materi sistem gerak manusia ini terdapat pada kompetensi dasar untuk kelas V sekolah dasar yaitu kompetensi dasar 3.1 yaitu menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan alat gerak manusia. Samantoro dan Hermana (2009:3-5) menjelaskan bahwa tubuh kita itu seperti rumah, yang ketika dibangun harus membangun rangkanya terlebih dahulu agar rumahnya kokoh. Begitupun dengan tubuh kita yang membutuhkan rangka yang akan menopang tubuh kita. Rangka manusia terdiri atas tulang-tulang yang merupakan alat gerak pasif karena hanya dapat digerakkan bila ada otot dan
Materi sistem gerak manusia ini terdapat pada kompetensi dasar untuk kelas V sekolah dasar yaitu kompetensi dasar 3.1 yaitu menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan alat gerak manusia. Samantoro dan Hermana (2009:3-5) menjelaskan bahwa tubuh kita itu seperti rumah, yang ketika dibangun harus membangun rangkanya terlebih dahulu agar rumahnya kokoh. Begitupun dengan tubuh kita yang membutuhkan rangka yang akan menopang tubuh kita. Rangka manusia terdiri atas tulang-tulang yang merupakan alat gerak pasif karena hanya dapat digerakkan bila ada otot dan