• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6. Kerangka Teori

1.6.3 Teori Partisipasi

Pelaksanaan suatu kegiatan tidak lepas dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang akan dicapai harus ada dukungan serta keikutsertaan dari setiap anggotanya baik secara mental, maupun secara emosional. Keterlibatan atau keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan merupakan partisipasi seseorang yang patut dihargai, serta diharapkan ada manfaat dan tujuan atas keikutsertaan tersebut. Partisipasi ditandai dengan keterlibatan seseorang dalam suatu kelompok baik moral maupun materil, serta adanya rasa tanggung jawab.

Partisipasi politik dipahami dalam dua konsep, yaitu partisipasi dan politik. Partisipasi berarti perihal turut berperan dan ikut serta atau berperan serta dalamkegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kekuasaan (power), kewenangan(authority), kehidupan public (publik life), pemerintahan (government), negara(state), konflik dan resolusi konflik (conlict and conflict resolution), kebijakan(policy), pengambilan keputusan (decision making), dan

pembagian (distribution),atau alokasi (allocation), sedangkan politik berarti teori, metode atau cara untukbisa meraih apa yang dituju. Partisipasi merupakan tarap partisipasi politik wargamasyarakat dalam kegiatan-kegiatan politik baik yang bersifat aktif maupun pasifdan bersifat langsung maupun tidak langsung guna mempengaruhi kebijakanpemerintah. Sementara dalam politik, Miriam Budiardjo menyatakan bahwapolitik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Politik sangat eratkaitannya dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publikdan alokasi atau distribusi.25

Partisipasi politik menurut Samuel Huntington dan Jhon M. Nelson merupakan kegiatan warga sipil (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan kebijakan oleh pemerintah. Sedangkan menurut Miriam Budiardjo, partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yakni dengan cara memilih pemimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah.26

Ramlan Surbakti membagi dua bagian partisipasi politik, yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif adalah mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintah.Sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi pasif

25Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, edisi ke Dua, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2010), hal. 179.

26Ibid, hal 179.

berupa kegiatan-kegiatan yang menaati pemerintah, menerima, dan melaksanakan setiap keputusan pemerintah.27

Milbrath dan Goel membedakan partisipasi politik menjadi beberapa kategori perilaku yakni:

a. Apatis, adalah orang-orang yang menarik diri dari proses politik.

b. Spectator, yaitu berupa orang-orang yang setidaknya pernah ikut dalam Pemilu.

c. Gladiator, yaitu orang-orang yang selalu aktif terlibat dalam proses politik.

d. Pengkritik, yaitu orang-orang yang berpartisipasi dalam bentuk konvensional.

Partisipasi politik dapat pula didasarkan pada jumlah pelaku, yaituindividual dan kolektif. Partisipasi politik individual ialah kegiatan warga negarasecara perseorangan terlibat dalam kehidupan politik. Adapun yang dimaksudpartisipasi politik kolektif adalah kegiatan warga negara serentak untuk mempengaruhi penguasa seperti kegiatan dalam pemilihan umum. Partisipasi kolektif dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi kolektif konvensional, seperti kegiatan dalam pemilihan umum dan partisipasi kolektif nonkonvensional (agresif), seperti pemogokan yang sah, pembangkangan warga negara (civil disobedience), pemilikan bangunan umum, dan huru-hara.28

Adanya kebebasan rakyat dalam menjalankan partisipasi politik menjadi ukuran untuk melihat eksistensi demokrasi dalam suatu negara. Ada banyak

27Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Widisarana Indonesia, 2007), hal. 142.

28A.A. Said Gatara dan Moh. Dzulkiah Said, Sosiologi Politik Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), hal. 99.

bentuk partisipasi politik, diantaranya melalui pemberian suara (voting behavior), diskusi politik, kegiatan kampanye, ikut dalam kegiatan politik dan lain sebagainya.29

Adapun bentuk-bentuk partisipasi politik menurut Samuel Huntington dan Jhon M. Nelson, yaitu sebagai berikut:30

a. Bentuk kegiatan pemilihan, yang mencakup memberikan suara, sumbangansumbangan untuk kegiatan kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau melakukan tindakan yang bertujuan mempengaruhihasil proses pemilihan.

b. Bentuk Lobbying, yaitu upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik dengan maksud untuk mempengaruhi keputusan mereka mengenai persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang.

c. Bentuk kegiatan Organisasi, yang menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi dengan tujuan utamanya untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh pemerintah.

d. Bentuk mencari koneksi, yaitu tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat yang hanya dirasakan oleh satu orang atau beberapa orang saja.

29Sudijono, Sastroatmodjo, Perilaku Politik,(Semarang: IKIP Pres, 1995), hal. 5.

30Samuel Hungtinton dan Jhon M. Nelson, Partisipasi Politik: Tak Ada Pilihan Mudah, (Jakarta:

PT. Sangkala Pulsar, 1984), hal. 127.

e. Bentuk tindakan kekerasan, upaya untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap pejabat pemerintahan atau harta benda. Kekerasan dapat ditujukan untuk mengubah pimpinan politik (Dalam bentuk kudeta dan pembunuhan), mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah (Dalam bentuk huruhara dan pemberontakan, atau mengubah seluruh sistem politik dalam bentuk revolusi).

Kekerasan hanya dilakukan setelah tertutupnya kesempatan berpartisipasi politik secara damai.

1.6.4 Teori Masyarakat

Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan orang lain. Manusia tanpa manusia lainnya tidak akan mampu bertahan hidup.

Olehnya itu, keberadaan manusia diharuskan menyatu dengan manusia lain atau membentuk kelompok-kelompok manusia yang biasa kita kenal dengan sebutan masyarakat. Kata masyarakat sering kita dengar dan bahkan kita menggunakannya tetapi penggunaan kata masayarakat seringkali tercampuradukkan dalam kehidupan sehari-hari, di satu waktu kita menggunkanan kata “masyarakat” tetapi di lain waktu juga kita sering menggunakan kata “rakyat” padahal dua kata ini berlainan makna. Bahkan kata rakyat sering digunakan dalam menyebut kata masyarakat begitu pun sebaliknya menggunakan kata masyarakat dalam menyebut kata rakyat.

Masyarakat (society) diartikan sebagai sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar

interaksinya adalah antara individi-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata “Masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, Musyarak . lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antara entitas-entitas. Masyarakat yaita sekumpulan orang yang terdiri dari berbagai kalangan baik golongan mampu ataupun golongn tidak mampu, yang tinggal di dalam suatu wilayah dan telah memiliki hukum adat, norma-norma serta berbagai peraturan yang siap untuk ditaati. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdefenden (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu komunitas yang teratur.31

Masyarakat yang dikehendaki oleh Islam adalah masyarakat yang hidup teratur (beradap) memiliki tujuan dan mempunyai aturan main berkelompok untuk mewujudkan suatu tujuan. Masyarakat yang dibentuk atas dasar ideologi sekuler, juga memiliki norma dan nilai dikonstruksi berdasarkan ideologi dan tujuan yang juga dikehendaki berbeda dengan masyarakat yang dibentuk berdasarkan ikatan – ikatan teologis atau masyarakat religius. Tradisi dan kebiasaan merupakan manifestasi dari pemahaman dan pengamalan nilai-nilai dalam masyarakat, kebudayaan pun erinstitusionalisasi berdasarkan pemahaman umum masyarakat tersebut.32

Menurut Krech, masyarakat memiliki ciri atau unsur yaitu sebagai berikut:33

31Shadily Hasan, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 47.

32Syarifuddin Jurdi, Sosiologi Nusantara: Sosiologi Integralistik, Cet.1, (Jakarta: Kencana Prenadamedia, 2013), hal. 173.

33Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Prenada Putra Grafika, 2009), hal. 80-

a. Kumpulan orang

b. Sudah terbentuk sejak lama

c. Sudah memiliki sistem sosial atau struktur sosial tersendiri

d. Memiliki kepercayaan, sikap dan perilaku yang dimiliki bersama.

Istilah yang dikemukakan di atas, tidak ada perbedaan ungkapan yang mendasar, justru yang ada yaitu mengenai persamaannya. Paling utama itu adalah masyarakat yang merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama, kehidupan yang lama tersebut sehingga membangun dan hidup dalam tempat atau wilayah tertentu secara bersama-sama.

1.7. Metode Penelitian

Berdasarkan metode yang diterapkan, maka penulis menggunakan penelitian deskriptif. Sebab metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dimana data yang diperoleh disusun dan kemudian diinterpretasikan. Sehingga memberikan keterangan-keterangan terhadap masalah-masalah yang aktual berdasarkan data-data yang terkumpul. Langkah yang diambil dalam penelitian ini terlebih dahulu mendeskripsikan latar belakang yang mempengaruhi lahirnya kelompok tani. Kemudian rumusan latar belakang peran kelompok tani dalam

83.

partisipasi politik masyarakat desa dan mendeskripsikan bahwasanya kelompok tani yang semestinya diperkuat didesa karena sumber daya alam yang ada didesa bersandar pada bidang pertanian.

1.8. Jenis Penelitian

Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian deskritif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan.34

Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan bagaimana peranan kelompok tani dalam partisipasi politik masyarakat didesa. Tentunya penelitian menggunakan data-data, konsep-konsep yang berguna sebagai kerangka acuan untuk menjelaskan hasil penelitian, menganalisis dan sekaligus untuk menjawab persoalan yang diteliti.

1.8.1. Teknik Pengumpulan Data

Data-data, keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sumber data pustaka yang berasal dari buku-buku, jurnal, tabloid, serta literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

34 Hadar Nawawi. Metodelogi Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 1987. Hal 63

1.8.2. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa kualitatif. Sebab penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan35.Dalam konteks ini tehnik komperatif digunakan untuk menganalisis Peranan Kelompok Tani dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Desa Sei Mencirim Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

Hal tersebut karena dominasi masyarakat petani yang berada didesa sangat berperan aktif dalam memberikan argumentasi dalam membangun dan menjalankan politik desa.

1.9. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : PROFIL DESA SEI MENCIRIM DAN KELOMPOK TANI MAJU JAYA

35 John W. Creshwell. 2012. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal 4

Bab Kedua ini akan menggamabarkan lokasi desa sei mencirim dan juga menjelaskan sejarah kelompok tani maju jaya secara khusus dalam sub bagiannya akan lebih membahas tentang hubungannya dengan partisipasi politik.

BAB III : ANALISIS PERANAN KELOMPOK TANI MAJU JAYA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DESA

Di dalam Bab Ketiga akan memuat analisa data penelitian terhadap Peran Kelompok Tani Maju Jaya dalam partisipasi politik di Desa. Dalam sub bagiannya akan melihat tentang strategi kelompok tani dalam meningkatkan partisipasi politik anggota maupun masyarakat yang berada di Desa Sei Mencirim Kecamatan Kutalimbaru.

BAB IV : PENUTUP

Bab Keempat yaitu penutup akan meliputi kesimpulan-kesimpulan dari ulasan pembahasan sebelumnya, serta saran-saran bagi penulis yang berguna nantinya.

BAB II PROFIL DESA 2.1 KONDISI DESA

2.1.1 SEJARAH DESA

Desa Sei Mencirim dahulu bernama sungai mencirim merupakan daerah strategis dalam mengembangkan tanaman bakau. Karena daerahnya yang subur dan dikelilingi oleh sungai disepanjang perbatasan yaitu sungai minyak, sungai diski, dan sungai mencirim.

Pada tahun 1956 tidak ada lagi tanaman tembakau diwilayah Sei Mencirim dan sebagiam lahan tersebut menjadi areal pertanian/persawahan masyarakat dan berubah nama desa ini menjadi Desa Sei Mencirim hingga saat ini.

Luas wilayah Desa Sei Mencirim Kec Kutalimbaru Kab Deli Serdang ± 632 Ha dimana sebelah utara berbatas dengan Desa Sei Mencirm Kec sunggal dan disebalah selatan berbatas dengan Desa Sawit Rejo dan Desa Silebo-lebo sebelah timur berbatas dengan Desa Sei Mencirim Kec Sunggal dan disebelah barat berbatas dengan Desa Namorube Julu.

Jumlah penduduknya mencapai 5470 jiwa dengan jumlah 1471 kepala keluarga terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 2725 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 2745 jiwa. Pada tahun 1956 pengelola desa diserahkan kepada pemerintah daerah provinsi Sumut dan selanjutnya dilakukan pemilihan kepala desa yang pertama dan terpilih bapak Djase.36

36 Jumlah penduduk pada masa pemerintahan desa pertama

Pada masa pemerintahan kepala desa pertama ini, kegiatan desa Sei Mencirim banyak digunakan untuk menata kelembagaan kelompok masyarakat tersebut walaupun masih bersifat sederhana, mulai dari pembagian regu yang nantinya berkembang menjadi dusun pada penataan kelompok-kelompok pertanian, perkebunan, dan perdagangan. Selanjutnya setelah dua priode masa pemerintahan pak pak Djase, masyarakat desa Sei Mencirim memilih pimpinan baru pada tahun 1970 yang bernaman pak Rasyid, pemilihan kepala desa dilakukan secara langsung yang diiukuti oleh dua orang calon.

Selanjutnya pada tahun 1976 masyarakat desa Sei Mencirim untuk kedua kalinya melakukan pemilihan kepala desa dengan cara seperti pemilihan kepala desa pada saat sekrang ini, dengan beberapa calon kades dan sebelumnya melakukan adu visi dan misi dalam rencana pembangunan desa Sei Mencirim pada pemilihan kepala desa adalah Pak Kastolan rata-rata kepala desa Sei Mencirim ini menjabat selama 2 priode masa pemerintahan desa.

TABEL I

SEJARAH PERKEMBANGAN DESA

TAHUN KEJADIAN YANG BAIK KEJADIAN YANG BURUK 1956 Terbentuknya Desa Sei Mencirim

yang pertama kali yang dipimpin Kepala Desa pertama yang bernama Djase

Banyaknya warga desa yang pindah keluar desa akibat buruknya kondisi ekonomi di desa

1960 Sudah dibentuk oleh pemerintah kabupaten Deli Serdang. Sekolah dasar (3 lokal) beserta tenaga pengajar sebanyak 5 orang pada saat itu.

Kurangnya minat belajar masyarakat karena faktor ekonomi

1970 Adanya program pembangunan desa oleh Kabupaten Deli Serdang yang dikenal dengan nama BANGDES

Sangat banyak manfaat yang dirasakan oleh Masyarakat.

Juga Masih banyaknya buruh tani sehingga SDM sangat tertinggal pada waktu itu.

1980 Mulai adanya pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur dan adanya program abri masuk desa,dan kelompok klompencapir dari dinas pertanian kabupaten Deli Serdang

Meningkatkan taraf hidup

masyarakat dalam mengembangkan

perekonomian di desa. Tetapi masih kurangnya tenaga penyuluhan petani

1990 Program REPELITA (rencana pembangunan lima tahun) dibidang ekonomi , keamanan, serta banyaknya penyuluhan-penyuluhan dari dinas pertanian, dan juga dari dinas pendidikan, dan dinas-dinas lainnya.

Masih banyak yang menanam padi secara tradisional.

2000 Program peningkatan bidang Untuk kelompok ternak dalam

pertanian berupa bantuan pupuk dan induk ternak seperti kambing, sapi secara bergulir dikembalikan dangan atau setelah petani memanen hasilnya juga pengembangan pemeliharaan ternak secra bergulir setelah induk ternak tersebut beranak

- Program penerimaan Beras Raskin dan bantuan langsung tunai

- Program nasional pemberdayaan masyarakat

Dalam penerimaan BLT dan raskin masyarakat banyak mengaku miskin, sehingga angka kemiskinan tersebut melonjak hingga 50% program tersebut PNPM dikelola oleh masyarakat yang disebut TPK desa yang diawasi secara management oleh PUK kecamatan kutalimbaru.

2011 Integrasi dalam perencanaan pembangunana desa

Sumber: Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Kutalimbaru, Desa Sei Mencirim : Rencana Kegiatan Pembangunan Desa Sei Mencirim Tahun Anggaran 2011-2015

2.1.2 DEMOGRAFI

Desa Sei Mencirim terletak di dalam wilayah kecamatan Kutalimbaru kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatra Utara yang berbatasan dengan:

¾ Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal

¾ Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sawit Rejo dan Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru

¾ Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang

¾ Sebelah barat berbatasan dengan Desa Namurambe Julu kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang

Luas wilayah Desa Sei Mencirim adalah 632 Ha dimana 60% daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian juga dimanfaatkan untuk persawahan tadah hujan. Iklim Desa Sei Mencirim sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pada lahan pertanian yang ada di desa Sei Mencirim kecamatan Kutalimbaru.

2.1.3 KEADAAN SOSIAL

Penduduk desa Sei Mencirim berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda, dimana mayoritas penduduknya yang paling dominan berasal dari provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat sehingga tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, dan sebagian suku Batak Karo, gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya desa Sei Mencirim dan hal

tersebut secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat.

Desa Sei Mencirim mempunyai jumlah penduduk 5766 jiwa, yang terdiri dari laki-laki : 2802 jiwa, perempuan : 2964 orang dan 1471 kk, yang terbagi dalam 11 (sebelas) wilayah dusun, dengan rincian sebagai berikut:

TABEL II

Sumber: Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Kutalimbaru, Desa Sei Mencirim : Rencana Kegiatan Pembangunan Desa Sei Mencirim Tahun Anggaran 2011-2015

TABEL III

TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DESA

PRA

Sumber: Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Kutalimbaru, Desa Sei Mencirim : Rencana Kegiatan Pembangunan Desa Sei Mencirim Tahun Anggaran 2011-2015

Karena desa Sei Mencirim merupakan desa Wilayah (perkebunan/pertanian/perikana) maka sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani, selangkapnya sebagai berikut:

TABEL IV

PEKERJAAN

PETANI PEDAGANG PNS BURUH TANI

BURUH KEBUN

TNI POLRI

446 KK 307 KK 98 KK 340 KK 259 KK 12KK 9 KK Sumber: Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Kutalimbaru, Desa Sei Mencirim : Rencana Kegiatan Pembangunan Desa Sei Mencirim Tahun Anggaran 2011-2015

Penggunaan tanag di desa Sei Mencirim sebagai besar diperuntukkan untuk tanah pertanian dan perkebunan sedangkan sisanya untuk (tanah kering/lahan tidur) yang merupakan bangunan fasilitas-fasilitas lainnya

2.1.4 KEADAAN EKONOMI

Kondisi ekonomi masyarakat desa Sei Mencirim secara kasat mata terlihat jelas perbedaannya anatara rumah tangga yang berkategori miskin, sangat miskin, sedang, dan kaya. Hal ini disebabkan karena mata pencahariannya di sektor-sektor usaha yang berbeda-beda pula, sebagian besar di sektor non formal seperti buruh bangunan, buruh tani, petani sawah tadah hujan, perkebunan karet dan sawit dan sebagian kecil di sektor formal seperti PNS pemda, honorer, guru, tenaga medis, TNI/polri, dll

2.1.5 KONDISI PEMERINTAHAN DESA

• Pembagian wilayah desa

Pembagian wilayah desa Sei Mencirim dibagi menjadi 11 wilayah dusun, dan masing-masing dusun tidak ada pembagian wilayah secara khusus, jadi di setiap dusun ada yang mempunyai wilayah pertanian dan perkebunan, sementara pusat desa berada di dusun II, satiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun.

• Struktur Organisasi Pemerintahan Desa (SOPD)

Struktur organisasi desa Sei Mencirim kecamatan Kutalimbaru menganut sistem kelembagaan pemerintah desa dengan pola minimal, selengkapnya disajikan dalam gambar berikut : ( terlampir )

Sturuktur Pemerintahan Desa Sei Mencirim Kecamatan Kutalimbaru Tahun 2016

Kepala Desa : Eri Saputra

Sek. Desa : Hery Suryo Hadi

Bendahara : H.P Manurung, ST

Kaur Umum : Sution

Kaur Pemerintahan : Weni Hariani

Kaur Pembangunan :Johan Wahyu

Kadus I KP. Baru : Mastan

Kadus I-A STAL : P. Sembiring

Kadus II Pondok : A.Yahya

Kadus III S.P ADIOS: Susliadi

Kadus III-A : Kamsiar

Kadus IV : M. Sembiring

Kadus V : Aprijal

Kadus V-A : Wasrah

Kadus VI : Kamsiono

Kadus VII : M.Zein

Kadus VIII : Mariono

2.3 Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya”

2.3.1 Latar Belakang Berdirinya Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya”

Riwayat singkat berdirinya Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya” ini beriringan dengan keluhan dan perjuangan tuntutan pengembalian hak atas tanah di wilayah Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, dan Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 21 kelompok yang terhimpun dalam satu wadah Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya”

terkhususnya kelompok petani yang tergabung di Desa Sei Mencirim dan Desa Namo Rube Julu, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.

Diberinya nama Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya” ini merupakan hasil dari musyawarah mufakat para anggota dimana Maju Jaya maksudnya adanya keinginan para tani Maju untuk Jaya dalam memperjuangkan tanah mereka dan selalu berjaya dalam hak kepemilikan tanah mereka.

Dimana ketua kelompok sebagai pemegang kuasa yang melaksanakan amanah masyarakat (rakyat) untuk melakukan upaya hukum dan menyampaikan permohonan tentang hubungan tuntutan pengembalian tanah di beberapa wilayah Kabupaten/Kota dimana termasuk tanah konsesi perkebunan Sei Mencirim yang dikelola oleh Perusahaan Belanda bernama Verennigde Deli Matchappij (VDM) pada saat itu. Dimana pada tanggal 14 September 1956/1957 penjajahan Belanda meninggalkan atau anjak kaki dari Bumi Persada Republik Indonesia yang dinyatakan bahwa Perkebunan Tembakau Deli Matchappij ditutup. Akan tetapi usaha perkebunan dilanjutkan oleh Bangsa kita yaitu Tembakau Deli I (TD I) dan Tembakau Deli II (TD II) dan PNP penggabungan menjadi PTP IX. Oleh karena

itu, Ketua Kelompok atau sebagai pemegang kuasa seluruh wilayah yang tergabung dalam satu wadah “Maju Jaya” pada tahun 1951/1952 dimana masuk dan mengelola serta menggarap setelah tujuh tahun kemerdekaan Republik Indonesia pada saat itu. Masyarakat desa memperjuangkan hidup mereka dengan cara mereka masing-masing, seperti berdagang, melanjutkan menjadi TNI, bertani dan lain sebagainya. Jadi dalam hal ini yang digarap atau yang dikerjakan oleh petani yaitu menanam padi, jagung, palawija, dan lainnya secara terus menerus dan turun temurun serta membuat gubuk perkampungan untuk tempat tinggal.

Selama petani menggarap atau mengerjakan tanah garapan banyak rintangan yang dialami oleh petani dikarenakan pihak perkebunan Belanda masih berusaha untuk

Selama petani menggarap atau mengerjakan tanah garapan banyak rintangan yang dialami oleh petani dikarenakan pihak perkebunan Belanda masih berusaha untuk

Dokumen terkait