• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.8. Jenis Penelitian

1.8.2. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa kualitatif. Sebab penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan35.Dalam konteks ini tehnik komperatif digunakan untuk menganalisis Peranan Kelompok Tani dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Desa Sei Mencirim Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

Hal tersebut karena dominasi masyarakat petani yang berada didesa sangat berperan aktif dalam memberikan argumentasi dalam membangun dan menjalankan politik desa.

1.9. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : PROFIL DESA SEI MENCIRIM DAN KELOMPOK TANI MAJU JAYA

35 John W. Creshwell. 2012. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal 4

Bab Kedua ini akan menggamabarkan lokasi desa sei mencirim dan juga menjelaskan sejarah kelompok tani maju jaya secara khusus dalam sub bagiannya akan lebih membahas tentang hubungannya dengan partisipasi politik.

BAB III : ANALISIS PERANAN KELOMPOK TANI MAJU JAYA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DESA

Di dalam Bab Ketiga akan memuat analisa data penelitian terhadap Peran Kelompok Tani Maju Jaya dalam partisipasi politik di Desa. Dalam sub bagiannya akan melihat tentang strategi kelompok tani dalam meningkatkan partisipasi politik anggota maupun masyarakat yang berada di Desa Sei Mencirim Kecamatan Kutalimbaru.

BAB IV : PENUTUP

Bab Keempat yaitu penutup akan meliputi kesimpulan-kesimpulan dari ulasan pembahasan sebelumnya, serta saran-saran bagi penulis yang berguna nantinya.

BAB II PROFIL DESA 2.1 KONDISI DESA

2.1.1 SEJARAH DESA

Desa Sei Mencirim dahulu bernama sungai mencirim merupakan daerah strategis dalam mengembangkan tanaman bakau. Karena daerahnya yang subur dan dikelilingi oleh sungai disepanjang perbatasan yaitu sungai minyak, sungai diski, dan sungai mencirim.

Pada tahun 1956 tidak ada lagi tanaman tembakau diwilayah Sei Mencirim dan sebagiam lahan tersebut menjadi areal pertanian/persawahan masyarakat dan berubah nama desa ini menjadi Desa Sei Mencirim hingga saat ini.

Luas wilayah Desa Sei Mencirim Kec Kutalimbaru Kab Deli Serdang ± 632 Ha dimana sebelah utara berbatas dengan Desa Sei Mencirm Kec sunggal dan disebalah selatan berbatas dengan Desa Sawit Rejo dan Desa Silebo-lebo sebelah timur berbatas dengan Desa Sei Mencirim Kec Sunggal dan disebelah barat berbatas dengan Desa Namorube Julu.

Jumlah penduduknya mencapai 5470 jiwa dengan jumlah 1471 kepala keluarga terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 2725 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 2745 jiwa. Pada tahun 1956 pengelola desa diserahkan kepada pemerintah daerah provinsi Sumut dan selanjutnya dilakukan pemilihan kepala desa yang pertama dan terpilih bapak Djase.36

36 Jumlah penduduk pada masa pemerintahan desa pertama

Pada masa pemerintahan kepala desa pertama ini, kegiatan desa Sei Mencirim banyak digunakan untuk menata kelembagaan kelompok masyarakat tersebut walaupun masih bersifat sederhana, mulai dari pembagian regu yang nantinya berkembang menjadi dusun pada penataan kelompok-kelompok pertanian, perkebunan, dan perdagangan. Selanjutnya setelah dua priode masa pemerintahan pak pak Djase, masyarakat desa Sei Mencirim memilih pimpinan baru pada tahun 1970 yang bernaman pak Rasyid, pemilihan kepala desa dilakukan secara langsung yang diiukuti oleh dua orang calon.

Selanjutnya pada tahun 1976 masyarakat desa Sei Mencirim untuk kedua kalinya melakukan pemilihan kepala desa dengan cara seperti pemilihan kepala desa pada saat sekrang ini, dengan beberapa calon kades dan sebelumnya melakukan adu visi dan misi dalam rencana pembangunan desa Sei Mencirim pada pemilihan kepala desa adalah Pak Kastolan rata-rata kepala desa Sei Mencirim ini menjabat selama 2 priode masa pemerintahan desa.

TABEL I

SEJARAH PERKEMBANGAN DESA

TAHUN KEJADIAN YANG BAIK KEJADIAN YANG BURUK 1956 Terbentuknya Desa Sei Mencirim

yang pertama kali yang dipimpin Kepala Desa pertama yang bernama Djase

Banyaknya warga desa yang pindah keluar desa akibat buruknya kondisi ekonomi di desa

1960 Sudah dibentuk oleh pemerintah kabupaten Deli Serdang. Sekolah dasar (3 lokal) beserta tenaga pengajar sebanyak 5 orang pada saat itu.

Kurangnya minat belajar masyarakat karena faktor ekonomi

1970 Adanya program pembangunan desa oleh Kabupaten Deli Serdang yang dikenal dengan nama BANGDES

Sangat banyak manfaat yang dirasakan oleh Masyarakat.

Juga Masih banyaknya buruh tani sehingga SDM sangat tertinggal pada waktu itu.

1980 Mulai adanya pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur dan adanya program abri masuk desa,dan kelompok klompencapir dari dinas pertanian kabupaten Deli Serdang

Meningkatkan taraf hidup

masyarakat dalam mengembangkan

perekonomian di desa. Tetapi masih kurangnya tenaga penyuluhan petani

1990 Program REPELITA (rencana pembangunan lima tahun) dibidang ekonomi , keamanan, serta banyaknya penyuluhan-penyuluhan dari dinas pertanian, dan juga dari dinas pendidikan, dan dinas-dinas lainnya.

Masih banyak yang menanam padi secara tradisional.

2000 Program peningkatan bidang Untuk kelompok ternak dalam

pertanian berupa bantuan pupuk dan induk ternak seperti kambing, sapi secara bergulir dikembalikan dangan atau setelah petani memanen hasilnya juga pengembangan pemeliharaan ternak secra bergulir setelah induk ternak tersebut beranak

- Program penerimaan Beras Raskin dan bantuan langsung tunai

- Program nasional pemberdayaan masyarakat

Dalam penerimaan BLT dan raskin masyarakat banyak mengaku miskin, sehingga angka kemiskinan tersebut melonjak hingga 50% program tersebut PNPM dikelola oleh masyarakat yang disebut TPK desa yang diawasi secara management oleh PUK kecamatan kutalimbaru.

2011 Integrasi dalam perencanaan pembangunana desa

Sumber: Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Kutalimbaru, Desa Sei Mencirim : Rencana Kegiatan Pembangunan Desa Sei Mencirim Tahun Anggaran 2011-2015

2.1.2 DEMOGRAFI

Desa Sei Mencirim terletak di dalam wilayah kecamatan Kutalimbaru kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatra Utara yang berbatasan dengan:

¾ Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal

¾ Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sawit Rejo dan Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru

¾ Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang

¾ Sebelah barat berbatasan dengan Desa Namurambe Julu kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang

Luas wilayah Desa Sei Mencirim adalah 632 Ha dimana 60% daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian juga dimanfaatkan untuk persawahan tadah hujan. Iklim Desa Sei Mencirim sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pada lahan pertanian yang ada di desa Sei Mencirim kecamatan Kutalimbaru.

2.1.3 KEADAAN SOSIAL

Penduduk desa Sei Mencirim berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda, dimana mayoritas penduduknya yang paling dominan berasal dari provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat sehingga tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, dan sebagian suku Batak Karo, gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya desa Sei Mencirim dan hal

tersebut secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat.

Desa Sei Mencirim mempunyai jumlah penduduk 5766 jiwa, yang terdiri dari laki-laki : 2802 jiwa, perempuan : 2964 orang dan 1471 kk, yang terbagi dalam 11 (sebelas) wilayah dusun, dengan rincian sebagai berikut:

TABEL II

Sumber: Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Kutalimbaru, Desa Sei Mencirim : Rencana Kegiatan Pembangunan Desa Sei Mencirim Tahun Anggaran 2011-2015

TABEL III

TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DESA

PRA

Sumber: Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Kutalimbaru, Desa Sei Mencirim : Rencana Kegiatan Pembangunan Desa Sei Mencirim Tahun Anggaran 2011-2015

Karena desa Sei Mencirim merupakan desa Wilayah (perkebunan/pertanian/perikana) maka sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani, selangkapnya sebagai berikut:

TABEL IV

PEKERJAAN

PETANI PEDAGANG PNS BURUH TANI

BURUH KEBUN

TNI POLRI

446 KK 307 KK 98 KK 340 KK 259 KK 12KK 9 KK Sumber: Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Kutalimbaru, Desa Sei Mencirim : Rencana Kegiatan Pembangunan Desa Sei Mencirim Tahun Anggaran 2011-2015

Penggunaan tanag di desa Sei Mencirim sebagai besar diperuntukkan untuk tanah pertanian dan perkebunan sedangkan sisanya untuk (tanah kering/lahan tidur) yang merupakan bangunan fasilitas-fasilitas lainnya

2.1.4 KEADAAN EKONOMI

Kondisi ekonomi masyarakat desa Sei Mencirim secara kasat mata terlihat jelas perbedaannya anatara rumah tangga yang berkategori miskin, sangat miskin, sedang, dan kaya. Hal ini disebabkan karena mata pencahariannya di sektor-sektor usaha yang berbeda-beda pula, sebagian besar di sektor non formal seperti buruh bangunan, buruh tani, petani sawah tadah hujan, perkebunan karet dan sawit dan sebagian kecil di sektor formal seperti PNS pemda, honorer, guru, tenaga medis, TNI/polri, dll

2.1.5 KONDISI PEMERINTAHAN DESA

• Pembagian wilayah desa

Pembagian wilayah desa Sei Mencirim dibagi menjadi 11 wilayah dusun, dan masing-masing dusun tidak ada pembagian wilayah secara khusus, jadi di setiap dusun ada yang mempunyai wilayah pertanian dan perkebunan, sementara pusat desa berada di dusun II, satiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun.

• Struktur Organisasi Pemerintahan Desa (SOPD)

Struktur organisasi desa Sei Mencirim kecamatan Kutalimbaru menganut sistem kelembagaan pemerintah desa dengan pola minimal, selengkapnya disajikan dalam gambar berikut : ( terlampir )

Sturuktur Pemerintahan Desa Sei Mencirim Kecamatan Kutalimbaru Tahun 2016

Kepala Desa : Eri Saputra

Sek. Desa : Hery Suryo Hadi

Bendahara : H.P Manurung, ST

Kaur Umum : Sution

Kaur Pemerintahan : Weni Hariani

Kaur Pembangunan :Johan Wahyu

Kadus I KP. Baru : Mastan

Kadus I-A STAL : P. Sembiring

Kadus II Pondok : A.Yahya

Kadus III S.P ADIOS: Susliadi

Kadus III-A : Kamsiar

Kadus IV : M. Sembiring

Kadus V : Aprijal

Kadus V-A : Wasrah

Kadus VI : Kamsiono

Kadus VII : M.Zein

Kadus VIII : Mariono

2.3 Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya”

2.3.1 Latar Belakang Berdirinya Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya”

Riwayat singkat berdirinya Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya” ini beriringan dengan keluhan dan perjuangan tuntutan pengembalian hak atas tanah di wilayah Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, dan Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 21 kelompok yang terhimpun dalam satu wadah Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya”

terkhususnya kelompok petani yang tergabung di Desa Sei Mencirim dan Desa Namo Rube Julu, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.

Diberinya nama Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya” ini merupakan hasil dari musyawarah mufakat para anggota dimana Maju Jaya maksudnya adanya keinginan para tani Maju untuk Jaya dalam memperjuangkan tanah mereka dan selalu berjaya dalam hak kepemilikan tanah mereka.

Dimana ketua kelompok sebagai pemegang kuasa yang melaksanakan amanah masyarakat (rakyat) untuk melakukan upaya hukum dan menyampaikan permohonan tentang hubungan tuntutan pengembalian tanah di beberapa wilayah Kabupaten/Kota dimana termasuk tanah konsesi perkebunan Sei Mencirim yang dikelola oleh Perusahaan Belanda bernama Verennigde Deli Matchappij (VDM) pada saat itu. Dimana pada tanggal 14 September 1956/1957 penjajahan Belanda meninggalkan atau anjak kaki dari Bumi Persada Republik Indonesia yang dinyatakan bahwa Perkebunan Tembakau Deli Matchappij ditutup. Akan tetapi usaha perkebunan dilanjutkan oleh Bangsa kita yaitu Tembakau Deli I (TD I) dan Tembakau Deli II (TD II) dan PNP penggabungan menjadi PTP IX. Oleh karena

itu, Ketua Kelompok atau sebagai pemegang kuasa seluruh wilayah yang tergabung dalam satu wadah “Maju Jaya” pada tahun 1951/1952 dimana masuk dan mengelola serta menggarap setelah tujuh tahun kemerdekaan Republik Indonesia pada saat itu. Masyarakat desa memperjuangkan hidup mereka dengan cara mereka masing-masing, seperti berdagang, melanjutkan menjadi TNI, bertani dan lain sebagainya. Jadi dalam hal ini yang digarap atau yang dikerjakan oleh petani yaitu menanam padi, jagung, palawija, dan lainnya secara terus menerus dan turun temurun serta membuat gubuk perkampungan untuk tempat tinggal.

Selama petani menggarap atau mengerjakan tanah garapan banyak rintangan yang dialami oleh petani dikarenakan pihak perkebunan Belanda masih berusaha untuk menanam tembakau, hingga pada akhirnya dikeluarkanlah Undang-undang Darurat No. 8 tahun 1954 yang menjadi dasar atau alas hak dari para petani bahwa telah dilindungi hukum. Namun, pihak perkebunan tetap menggusur, mentraktor tanaman yang sudah ditanam, dan gubuk perkampungan habis dirobohkan secara paksa. Hingga pada tanggal 10 Juni 1965 oleh Menteri Agraria mengeluarkan Hak Guna Usaha No. 24/HGU/1965 selama 35 tahun dan HGU berakhir pada tanggal 10 Juni 2000.

Hal ini tidak menjadikan alasan kepada kelompok masyarakat petani

“Maju Jaya” untuk berputus asa, mereka tetap menuntut hak mereka sebagai petani/penggarap karena mereka telah mempunyai bukti Surat Alas Hak yang ada pada mereka.

2.3.2 Struktur Organisasi Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya”

Berdasarkan data Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya” bahwa Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya” terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan tim-tim kelompok pada masing-masing daerahnya. Dimana struktur kepengurusan Kelompok Tani Maju Jaya yaitu:

Penanggung Jawab : Pengurus Kelompok Tani Maju Jaya

Ketua : Widi Wahyudi (Anggota)

Ketua : Musliadi (Anggota)

Ketua : Abd. Kadir Surbakti (Anggota)

Sekretaris : 1. Imam Wahyudi (Anggota)

2. Syahrul (Anggota)

Bendahara : Ali Hasymi (Anggota)

Tim Pengukuran : 1. Susiono

2. Heru

3. Syahrullah

4. Sujono

5. Anuardi

Tim Lapangan : 1. Sapriadi. G

2. Iswandi

3. Sulaiman

4. Rudi Herianto

5. Saifullah

6. Bahrum Ginting

7. Hartono

Tim Humasy : 1. Rusiadi

2. Junaidi

3. Alimin

Tim Sekretariat : 1. Unsur Pengurus KTMJ

Tim Keamanan : 1. Babinkamtibmasy

2. Babinsa

3. Staff Kecamatan

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari ketua Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya” berikut daerah di beberapa Kecamatan dengan luas lahan para petani penggarap yang tergabung pada Kelompok Masyarakat Petani “Maju Jaya”:

1. Kecamatan Kutalimbaru

a. Desa Sei Mencirim seluas 560 Ha

b. Desa Silebo-lebo seluas 360 Ha

2. Kecamatan Hamparan Perak

a. Desa Bulu Cina I seluas 900 Ha

b. Desa Bulu Cina II seluas 275 Ha

c. Desa Klumpang seluas 250 Ha

d. Desa Andan Sari seluas 400 Ha

e. Desa Klambir Lima seluas 132 Ha

3. Kecamatan Sunggal

a. Desa Mulyo Rejo seluas 560 Ha

4. Kecamatan Patumbak

a. Desa Patumbak I seluas 80 Ha

b. Desa Patumbak II seluas 200 Ha

5. Kecamatan Percut Sei Tuan

1. Desa Sampali seluas 121 Ha

2. Desa Bandar Halippah I seluas 88 Ha

3. Desa Bandar Halippah II seluas 79 Ha

6.Kecamatan Tanjung Morawa

a.Desa Bangun Sari seluas 119 Ha

b. Desa Menara seluas 470 Ha

c. Desa Bangun Sari seluas 359 Ha

7. Kecamatan Batang Kuis

a. Desa Sidodadi seluas 56 Ha

8. Kecamatan Serba Jadi

a. Desa Tambak Cakur seluas 250 Ha

9. Kecamatan Sei Bingai

a. Desa Kwala Mencirim seluas 350 Ha

10. Kecamatan Stabat

a. Desa Banyumas seluas 447 Ha

11. Kecamatan Binjai Timur

a. Desa Tunggurono seluas 100 Ha

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PARTISIPASI MASYARAKAT DESA SEI MENCIRIM KUTA LIMBARU

Sistem pemerintahan Indonesia yang menganut sistem demokrasi membuka ruang kepada masyarakat atau kelompok untuk terlibat dalam tindakan politik. Keikutsertaan masyarakat/kelompok dalam berpartisipasi sangatlah penting karena teori demokrasi menyebutkan bahwa masyarakat tersebut sangatlah mengetahui apa yang mereka kehendaki. Tiada demokrasi tanpa partisipasi politik warga, sebab partisipasi merupakan esensi dari demokrasi. Partisipasi atau keterlibatan masyarakat/kelompok dalam berpolitik merupakan ukuran demokrasi suatu negara.

UUD 1945 pasal 28 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat dengan lisan dan tulisan. Atas dasar tersebut, masyarakat atau kelompok mempunyai kebebasan berpartisipasi dalam tindakan politik. Masyarakat dalam sebuah negara demokrasi memiliki andil besar terhadap arah visi dan misi negaranya yang tak lain mensejahterakan masyarakat.

Masyarakat tidak boleh hanya tinggal diam dalam menentukan arah negara, oleh karena itu setiap insan negara berhak untuk ikut dalam partisipasi politik.

Masyarakat atau kelompok mempunyai kebebasan berpartisipasi dalam tindakan politik dalam hal ini bahwa setiap orang berhak atas

kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat dengan lisan dan tulisan37. Masyarakat dalam sebuah negara demokrasi memiliki andil besar terhadap visi dan misi negaranya yang tak lain mensejahterakan masyarakat. Masyarakat tidak boleh hany tinggal diam dalam menentukan arah negara, oleh karena itu setiap insan negara berhak untuk ikut berpartisipasi dalam politik.

Keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut tentang mempengaruhi kehidupan warga Negara, maka warga masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan yang mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, seperti dalam kegiatan musrembang yang membahas masalah pertanian, hutan, serta infrastruktur jalan desa dan jalan tani. Kegiatan masyarakat biasanya dibagi atas dua yaitu, mempengaruhi isi kebijakan umum, dan ikut menentukan pembuatan dan pelaksana keputusan politik.

Sejak berdirinya Kabupaten Deli Serdang, dari tahun 1956 sampai tahun 2018 telah mengalami 11 kali pergantian kepala desa, hal ini membuktikan bahwa tindakan politik di Desa Sei Mencirim berjalan dengan demokratif. Hal ini juga terjadi di Desa Sei Mencirim, yang membuat partisipasi politik masyarakat cukup tinggi, terutama disetiap pelaksanaan pemilihan kepala desa dalam beberapa tahun terakhir.

Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan bapak Eri Saputra:

37 UUD 1945 Pasal 28

“Masyarakat Desa Sei Mencirim itu bisa dikatakan partisipasi politiknya bisa dikatakan tinggi, terutama kelompok tani yang ada didalamnya.

Partisipasi politik dapat dilihat dari segi tindakan yang dilakukan dalam mengikuti pemilu, hubungan timbal balik yang dilakukan antara kelompok tani dengan aparatur pemerintahan desa, kegiatan kelompok tani yang berkenaan dengan arus politik masyarakat didesa, komunikasi kelompok tani dengan kelompok tani lainnya dalam mendapatkan ide maupun gagasan yang berkenaan dengan kebijakan pertanian antar daerah, dan juga tindakan kelompok tani dalam mempengaruhi keputusan”38

Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa kelompok tani memiliki peran aktif dalam partisipasi politik di desa. Partisipasi politik aktif yang diberikan kelompok tani akan berdampak positif dan menjadikan pelajaran bagi masyarakat maupun kelompok-kelompok tani lainnya. Sebagai bentuk bahwa kelompok tani meningkatkan partisipasi politiknya dapat dilihat bentuk-bentuk partisipasi politik yang telah dilakukan.

Adapun bentuk-bentuk partisipasi politik menurut Samuel Huntington dan Jhon M. Nelson, yaitu sebagai berikut:

a. Bentuk kegiatan pemilihan, yang mencakup memberikan suara, sumbangansumbangan untuk kegiatan kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau melakukan tindakan yang bertujuan mempengaruhihasil proses pemilihan.

38 Wawancara dengan bapak Eri saputra selaku Kepala Desa 12 Agustus 2018

b. Bentuk Lobbying, yaitu upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik dengan maksud untuk mempengaruhi keputusan mereka mengenai persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang.

c. Bentuk kegiatan Organisasi, yang menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi dengan tujuan utamanya untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh pemerintah.

d. Bentuk mencari koneksi, yaitu tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat yang hanya dirasakan oleh satu orang atau beberapa orang saja.

e. Bentuk tindakan kekerasan, upaya untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap pejabat pemerintahan atau harta benda. Kekerasan dapat ditujukan untuk mengubah pimpinan politik (Dalam bentuk kudeta dan pembunuhan), mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah (Dalam bentuk huruhara dan pemberontakan, atau mengubah seluruh sistem politik dalam bentuk revolusi). Kekerasan hanya dilakukan setelah tertutupnya kesempatan berpartisipasi politik secara damai.

Lembaga sosial telah berperan besar dalam peningkatan partisipasi politik masyarakat, dengan adanya kemampuan dari lembaga sosial untuk

memberikan sanksi positif dan negatif kepada masyarakat sehingga mempengaruhi masyarakat untuk menentukan ikut berpartisipasi atau tidak. Permasalahan partisipasi politik, lembaga sosial mampu memberikan dorongan kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam politik. Berdasar kanpengamatan peneliti, lembaga sosial yang turut berperan dalam partisipasi politik masyarakat antara lain adalah KPUD, Partai Politik, Media Massa, dan Ormas.

Salah satu lembaga sosial yang berada dekat dengan masyarakat desa yaitu organisasi massa kelompok tani. Di Desa Sei Mencirim ada yang disebut dengan kelompok tani aktif dan kelompok tani tidak aktif.

Dikatakan kelompok tani aktif yaitu kelompok yang mandiri terhadap kelompoknya dalam pemenuhan sarana pertanian dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pemerintah, sedangkan kelompok tani yang tidak aktif yaitu kelompok yang hanya menunggu bantuan dari pemerintah dalam pemenuhan sarana kelompoknya.

Partisipasi yang sejatihnya dapat menghubungkan antara rakyat biasa dengan pemerintah. Partisipasi politik dapat diartikan, yaitu keikutsertaan warga negara dalam segala bentuk kebijakan daerah, baik dalam pembuatan kebijakan publik, sampai pada pelaksanaan kebijakan.

Partisipasi politik bukan sekedar keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pemilihan kepala daerah atau terlibat dalam partai politik, tetapi juga partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan masalah pembangunan dan pemerintah desa.

Peneliti dalam penelitian ini membahas tentang peranan kelompok tani dalam partisipasi politik masyarakat, mengambil konsep yang dikemukakan oleh Miriam Budiardjo, dan Samuel Huntington dan Jhon M. Nelson. Menurut Miriam Budiardjo, partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yakni dengan cara memilih pemimpin Negara atau kepala daerah. Sedangkan menurut Samuel Huntington dan Jhon M.

Nelson, partisipasi politik merupakan kegiatan warga sipil (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan kebijakan oleh pemerintah.

1. Peranan dalam kegiatan politik atau politik praktis

Kehidupan manusia didalam masyarakat memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai

Kehidupan manusia didalam masyarakat memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai

Dokumen terkait