• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hipotesis Penelitian

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 46-0)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

H. Landasan Teori

I. Hipotesis Penelitian

Sediaan nanokrim KAD yang memiliki stabilitas fisik yang baik dapat dihasilkan dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan propilen glikol menggunakan metode mixer.

30 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian tentang metode pembuatan nanokrim KAD merupakan penelitian pra eksperimental.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode pembuatan nanokrim menggunakan mixer.

b. Variabel tergantung. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah hasil sifat fisik dan stabilitas fisik nanokrim KAD, meliputi organoleptis, homogenitas, pH, ukuran droplet, tipe krim, viskositas, daya lekat, dan daya sebar.

c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah kecepatan pengadukan, lama pengadukan, suhu dan kelembaban saat penyimpanan sediaan.

d. Variabel pengacau tidak terkendali. Variabel pengacau tidak terkendali pada penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan saat pembuatan dan pengujian sediaan.

2. Definisi operasional

a. Kojic Acid Dipalmitate (KAD). KAD merupakan zat aktif yang digunakan dalam penelitian ini. KAD merupakan senyawa sintetis, derivat dari kojic acid, yang memiliki aktivitas antioksidan serta depigmentasi.

b. Nanokrim. Nanokrim merupakan nanoemulsi berbentuk semisolid dengan ukuran droplet 20 nm – 500 nm. Tipe nanokrim yang diinginkan yaitu tipe M/A.

c. Surfaktan. Surfaktan merupakan suatu molekul yang memiliki gugus hidrofil dan gugus hidrofobik, sehingga dapat mencampurkan air dan minyak menjadi satu fase. Surfaktan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Tween 80.

d. Kosurfaktan. Kosurfaktan merupakan alkohol rantai pendek hingga medium (C3-C8) yang berfungsi mengurangi tegangan permukaan dan meningkatkan miscibility dari fase air dan fase minyak. Kosurfaktan yang digunakan pada penelitian ini adalah propilen glikol.

e. Mixer. Mixer merupakan alat yang digunakan untuk mencampur semua komponen nanokrim KAD. Mixer yang digunakan yaitu mixer tipe Miyako SM-625. Level kecepatan yang digunakan yaitu level satu.

f. Sifat fisik. Sifat fisik merupakan karakteristik nanokrim, meliputi organoleptis, homogenitas, pH (4,5- 7), ukuran droplet (20 – 500 nm), tipe krim (M/A), viskositas (8 Pa.s – 14 Pa.s), daya lekat (1 s – 3 s), dan daya sebar (5 cm – 7 cm).

g. Stabilitas fisik. Stabilitas fisik merupakan kestabilan nanokrim yang telah terbentuk yang dinilai dari hasil evaluasi sifat fisik nanoemulsi setelah uji stabilitas dipercepat pada suhu 40°C ± 2°C dan RH 75% ± 5% selama satu bulan. Sediaan dikatakan stabil bila tidak terjadi pemisahan fase dan hasil analisis statistika sifat fisik menunjukkan nilai p lebih dari 0,05.

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kojic Acid Dipalmitate (KAD) (kualitas PT. Cortico Mulia Sejahtera), Tween 80 (kualitas Bratachem), propilen glikol (kualitas Bratachem), Virgin Coconut Oil (VCO) (kualitas Tekun Jaya), dan akuades.

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex), neraca analitik (OHAUS dan Mettler PC 16), mixer (Miyako SM-625), wadah plastik, anak timbang, kaca ekstensometer, gelas objek, stopwatch, particle size analyzer tipe Dynamic Light Scattering (Horiba SZ-100), pH meter (SI Analytics), viscometer/rheometer (Rheosys Merlin VR), dan climatic chamber (Memert) (Laboratorium Kimia Fisika dan Laboratorium Teknologi dan Formulasi Sediaan Padat).

E. Tata Cara Penelitian 1. Formulasi nanokrim KAD

a. Formula nanokrim KAD. Formula acuan yang digunakan untuk membuat sediaan nanokrim KAD tertera pada tabel II.

Tabel II. Formula acuan sediaan nanokrim Berdasarkan formula tersebut, dilakukan modifikasi seperti yang tertera pada tabel III.

Tabel III. Formula modifikasi sediaan nanokrim

Bahan Fungsi Formula (% b/b)

KAD Zat aktif 1

VCO Fase minyak 20

Tween 80 Surfaktan 30,4

Propilen glikol Kosurfaktan 7,6

Akuades Fase air 42

b. Cara pembuatan nanokrim KAD. Metode pembuatan nanokrim KAD mengacu pada penelitiaan Abdulkarim et al. (2010) mengenai formulasi dan karakterisasi nanokrim piroxicam. Pada penelitian tersebut, nanokrim piroxicam dibuat dengan mencampurkan minyak (palm oil esters) dan surfaktan selama 15 menit pada 750 rpm di dalam sebuah beaker dengan menggunakan mixer propeller. Kemudian piroxicam ditambahkan ke dalam campuran tersebut dan diaduk menggunakan mixer selama 30 menit. Fase eksternal, yaitu air dengan pH tertentu ditambahkan dan diaduk selama 30 menit.

Berdasarkan metode pembuatan nanokrim tersebut, peneliti melakukan beberapa perubahan untuk menghasilkan nanokrim KAD.

Nanokrim KAD dibuat dengan mencampurkan minyak VCO, surfaktan, dan kosurfaktan menggunakan mixer Miyako SM-625 dengan kecepatan level

satu selama 15 menit. KAD ditambahkan ke dalam campuran minyak, surfaktan, dan kosurfaktan dan diaduk menggunakan mixer selama 30 menit.

Selanjutnya air ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran tersebut dan diaduk dengan mixer selama 30 menit.

2. Evaluasi sifat fisik nanokrim KAD

a. Organoleptis. Pengamatan dilakukan secara visual terhadap warna, bau, konsistensi, dan ada tidaknya pemisahan fase pada nanokrim KAD.

b. Homogenitas. Sediaan nanokrim KAD diletakkan di antara dua kaca obyek dan diamati persebaran partikelnya.

c. pH. Sediaan nanokrim KAD diukur pH-nya menggunakan pH meter.

Elektroda dicelupkan pada sediaan dan ditunggu beberapa saat hingga muncul nilai pH sediaan. Kalibrasi pH meter dilakukan dengan cara mencelupkan elektroda pada larutan penyangga pH 4 dan pH 7.

d. Tipe emulsi. Sediaan nanokrim dilarutkan ke dalam akuades (1:100). Jika nanokrim dapat terdispersi sempurna dalam akuades, maka tipe nanokrim adalah minyak dalam air. Sediaan nanokrim dilarutkan ke dalam VCO (1:100). Jika nanokrim terdispersi sempurna dalam VCO, maka tipe nanokrim adalah air dalam minyak.

e. Ukuran droplet. Ukuran droplet nanoemulsi diukur menggunakan particle size analyzer Horiba SZ-100. Sediaan nanokrim KAD diencerkan 1000 kali menggunakan akuabides. Hasil pengenceran tersebut dimasukkan ke dalam kuvet kaca dan diletakkan pada alat Horiba SZ-100. Kemudian ditembakkan

sinar secara otomatis dari sudut 90°. Ukuran partikel akan terbaca pada komputer dengan menggunakan software Horiba SZ-100.

f. Viskositas dan rheologi. Pengukuran viskositas dan rheologi menggunakan alat Rheosys Micra cup dan bob. Sediaan nanokrim dimasukkan ke dalam cup hingga spindel tercelup seluruhnya. Kecepatan spindel yang digunakan yaitu 1 – 250 rpm, integral time yaitu 10 detik, delayed time yaitu 10 detik, zero time yaitu 30 detik, dan titik pengujian sebanyak 10 titik.

g. Daya sebar. Sediaan nanokrim KAD sebanyak satu gram diletakkan di atas kaca bulat berskala (ekstensometer). Beban seberat ± 125 g diletakkan di atasnya dalam waktu satu menit. Kemudian dilakukan pengukuran diameter sebanyak empat kali dengan posisi yang berbeda-beda.

h. Daya lekat. Sediaan nanokrim KAD diletakkan di antara kaca obyek dan diberikan beban seberat satu kilogram selama satu menit. Kemudian kedua sisi kaca obyek dijepit dan di salah satu ujungnya diberi pemberat 80 g. Waktu yang dibutuhkan kedua kaca obyek tersebut untuk terpisah dicatat.

3. Evaluasi stabilitas fisik nanokrim KAD

Evaluasi stabilitas fisik sediaan nanokrim KAD dilakukan dengan pengujian stabilitas yang dipercepat. Sediaan nanokrim KAD diletakkan dalam wadah kaca dan disimpan dalam climatic chamber pada suhu 40°C ± 2°C dan RH 75% ± 5% selama satu bulan. Evaluasi fisik sediaan nanokrim KAD dilakukan pada suhu ruangan setelah satu bulan penyimpanan. Apabila terjadi pemisahan fase, maka tidak dilakukan evaluasi sifat fisik, tetapi dilakukan perhitungan rasio pemisahan fase dengan rumus sebagai berikut.

Rasio pemisahan fase = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑚𝑢𝑙𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑠𝑎ℎ (𝑐𝑚) 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑚𝑢𝑙𝑠𝑖 (𝑐𝑚)

F. Analisis Data

Data hasil uji sifat fisik dan uji stabilitas diolah menggunakan aplikasi program R-3.2.2. Normalitas data diuji menggunakan Shapiro Wilk. Jika hasil tes tersebut menunjukkan data terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji T berpasangan. Nilai p yang kurang dari 0,05 menandakan bahwa terdapat perbedaan signifikan setelah sampel mengalami uji stabilitas, sehingga dikatakan sediaan tersebut tidak stabil. Jika hasil uji normalitas menunjukkan data tidak terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji Wilcoxon. Nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 menandakan bahwa terdapat perbedaan sifat fisik yang signifikan setelah sampel mengalami uji stabilitas, sehingga dikatakan sediaan tersebut tidak stabil secara fisik.

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Formulasi Nanokrim Kojic Acid Dipalmitate (KAD)

Nanokrim Kojic Acid Dipalmitate (KAD) dibuat dengan menggunakan VCO sebagai fase minyak, Tween 80 sebagai surfaktan, propilen glikol sebagai kosurfaktan, dan akuades sebagai fase air. Metode yang digunakan dalam pembuatan nanokrim KAD yaitu emulsifikasi energi tinggi dengan menggunakan alat mixer. Mixer termasuk dalam sistem rotor stator. Mekanisme pengecilan droplet oleh mixer yaitu menggunakan gaya sentripetal yang dihasilkan oleh tungkai pengaduk yang berputar dengan kecepatan tinggi. Gaya sentripetal ini mengakibatkan emulsi tertarik ke dalam sistem rotor dan terlempar ke luar sistem rotor secara bergantian. Adanya sekat-sekat pada tungkai rotor memaksa droplet untuk membentuk ukuran yang lebih kecil.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ukuran droplet nanokrim KAD yaitu 181,398 nm. Ukuran tersebut sudah masuk dalam rentang persyaratan ukuran droplet nanokrim, yaitu 20-500 nm. Ukuran droplet nanokrim yang dibuat dengan mixer tidak berbeda jauh bila dibandingkan dengan penelitian Al-Edresi and Baie (2009) mengenai pembuatan nanokrim KAD dengan metode EIP.

Nanokrim dengan metode EIP tersebut memiliki rata-rata ukuran droplet 171,3 nm – 240,2 nm.

B. Evaluasi Sifat Fisik

Evaluasi sifat fisik nanokrim KAD dilakukan sehari setelah pembuatan sediaan. Hal ini dimaksudkan agar hasil dari pengujian sifat fisik tidak dipengaruhi oleh pengadukan dalam proses pembuatan sehingga hasil tidak bias. Parameter yang dilihat dalam evaluasi sifat fisik yaitu organoleptis, homogenitas, pH, tipe krim, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat.

1. Organoleptis, homogenitas, dan pH

Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati beberapa aspek, yaitu warna, bau, konsistensi, dan ada tidaknya pemisahan fase pada nanokrim KAD. Pengujian organoleptis penting untuk dilakukan karena aspek pengamatan tersebut berkaitan erat dengan penerimaan dan kenyamanan pasien atau konsumen. Nanokrim KAD yang dibuat dengan menggunakan VCO dan kombinasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan propilen glikol menghasilkan organoleptis seperti yang tersedia pada tabel IV.

Tabel IV. Data organoleptis, homogenitas, dan pH nanokrim KAD Parameter Nanokrim KAD

Warna Putih kekuningan

Bau Khas kelapa

Konsistensi Kental Pemisahan fase Tidak ada

Homogenitas Homogen

pH 7,004 ± 0,076

Bau khas kelapa pada nanokrim KAD timbul karena adanya VCO.

VCO memberikan bau khas seperti kelapa. Konsistensi nanokrim yang kental disebabkan oleh adanya Tween 80 dalam sistem emulsi tersebut. Tween 80 merupakan polimer yang dapat meningkatkan konsistensi suatu sediaan.

Evaluasi homogenitas pada nanokrim KAD bertujuan untuk melihat bahwa seluruh bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan tercampur merata. Homogenitas suatu sediaan akan mempengaruhi efek terapetik zat aktif yang terkandung. Hal ini disebabkan karena zat aktif tersebar merata sehingga kadar obat selalu sama pada setiap penggunaan sediaan. Selain itu, pengujian homogenitas juga dapat digunakan untuk mengevaluasi proses pencampuran bahan, apakah berlangsung dengan baik dan efektif. Hasil pengujian homogenitas nanokrim KAD tersaji pada tabel IV. Nanokrim KAD yang dihasilkan homogen, yang berarti kinerja mixer dalam proses pencampuran cukup efektif.

Nanokrim KAD memiliki pH 7,004 ± 0,076 (tabel IV). Nilai pH tersebut sesuai dengan persyaratan pH sediaan topikal, yaitu 4,5 – 7 (Swastika et al., 2013). Evaluasi pH sediaan merupakan suatu evaluasi yang penting karena dapat memprediksi resiko adanya iritasi jika sediaan diaplikasikan pada kulit.

Iritasi pada kulit terjadi jika pH sediaan tidak sesuai dengan pH kulit. pH yang terlalu basa maupun terlalu asam dapat mengganggu keseimbangan pH kulit sehingga menyebabkan integritas stratum corneum menurun, serta terjadi iritasi dan kulit bersisik.

2. Tipe emulsi

Pengujian tipe emulsi bertujuan untuk memastikan tipe emulsi yang terbentuk. Tipe emulsi dari nanokrim KAD yaitu M/A sehingga nanokrim KAD berjenis krim hidrofilik. Emulsi tipe M/A terdiri dari droplet minyak sebagai fase internal yang terdispersi ke fase air sebagai fase eksternal. Hal ini dibuktikan

dengan pengujian kelarutan. Saat nanokrim KAD dilarutkan dengan minyak, maka nanokrim tidak terdispersi. Saat dilarutkan dengan air, nanokrim KAD dapat terdispersi sempurna (gambar 11).

a B

Gambar 11. Pengujian tipe emulsi: (a) nanokrim KAD dalam akuades; (b) nanokrim KAD dalam VCO

Tipe emulsi juga ditentukan oleh nilai HLB surfaktan pada sistem.

Tween 80 memiliki HLB 15 dan propilen glikol memilliki HLB 11,6.

Berdasarkan perhitungan (lampiran 2), HLB campuran pada sistem yaitu 14,32.

Nilai HLB ini masuk dalam rentang HLB emulsi M/A, yaitu 8 -18.

3. Ukuran droplet

Evaluasi ukuran droplet nanokrim KAD bertujuan untuk mengetahui ukuran droplet nanokrim tersebut. Pengukuran ukuran droplet menggunakan alat particle size analyzer Horriba SZ-100. Prinsip alat tersebut menggunakan dynamic light scattering, yaitu pengukuran fluktuasi intensitas cahaya yang dihamburkan dalam waktu tertentu. Sampel yang diletakkan dalam kuvet kaca akan ditembak dengan cahaya. Sudut penembakan cahaya ada 2, yaitu 90° untuk

sampel dengan konsentrasi rendah dan 135° untuk sampel dengan konsentrasi tinggi. Adanya gerak Brownian partikel menyebabkan cahaya tersebut dihamburkan, sehingga terjadi fluktuasi intensitas cahaya. Gerak Brownian merupakan gerak acak partikel pada medium atau difusi partikel pada medium.

Oleh karena itu, dapat dihubungkan antara fluktuasi intensitas penghamburan cahaya dengan difusi partikel. Semakin besar ukuran partikel, semakin lambat difusi partikelnya jika dibandingkan dengan partikel berukuran kecil.

Preparasi sampel dengan pengenceran dibutuhkan untuk mendispersikan fase internal di dalam suatu fase cair. Pengenceran nanokrim KAD dilakukan menggunakan akuabides dengan tujuan mengurangi impuritis dengan massa molar besar. Signal hamburan cahaya dari impuritis tersebut dapat menutupi signal dari droplet yang akan diukur.

Hasil uji ukuran droplet menunjukkan bahwa nanokrim KAD memiliki rata-rata ukuran droplet 181,398 nm ± 11,13. Ukuran droplet tersebut masuk dalam rentang persyaratan nanokrim, yaitu 20 nm – 500 nm. Selain metode pembuatannya, konsentrasi surfaktan yang digunakan juga mempengaruhi ukuran droplet (Koroleva and Yurtove, 2012). Putaran dalam kecepatan tinggi dari tungkai pengaduk mixer menyebabkan fase minyak (fase internal) terdispersi dalam air (fase eksternal) berupa droplet dalam ukuran yang kecil.

Tween 80 (surfaktan) dan propilen glikol (kosurfaktan) dapat teradsorpsi pada permukaan droplet fase minyak dan membentuk misel. Pembentukan misel dapat menurunkan tegangan antarmuka sehingga menghasilkan krim dengan sistem satu fase. Selain itu, pembentukan misel dari kombinasi Tween 80 dan

propilen glikol menciptakan halangan sterik yang mencegah pemisahan fase karena fase minyak bergabung kembali.

Gambar 12. Kurva distribusi ukuran droplet nanokrim KAD

Kurva pada gambar 12 menunjukkan distribusi ukuran droplet nanokrim KAD. Frekuensi menggambarkan jumlah droplet pada diameter tertentu, diameter menggambarkan ukuran diameter dari droplet dalam ukuran nanometer, dan undersize menggambarkan persen kumulatif droplet yang diukur. Hasil pengukuran menggunakan Horiba SZ-100 menunjukkan distribusi ukuran droplet nanokrim KAD berupa polydisperse, dengan polydispersity index (PI) sebesar 0,132 dan % polydispersity (% Pd) sebesar 36,33% (lampiran 7).

Arzenšek (2010) menyatakan bahwa sampel yang termasuk dalam polydisperse memiliki % Pd > 20%.

4. Viskositas dan rheologi

Viskositas dan rheologi nanokrim KAD diukur dengan menggunakan rheometer Rheosys Merlin Vr. Viskositas nanokrim KAD pada 56,3 rpm, yaitu 8,50183 ± 0,97 Pa.s (tabel V). Viskositas tersebut disebabkan oleh adanya Tween 80 yang merupakan polimer. Berdasarkan gambar 13 dapat disimpulkan

bahwa rheologi nanokrim KAD bersifat pseudoplastis. Pseudoplastis disebut juga shear thinning system karena viskositas akan semakin menurun jika shear rate ditingkatkan. Peningkatan shear rate mengakibatkan penyusunan kembali rantai polimer Tween 80 menjadi rantai lurus sehingga menurunkan ketahanan sistem dan viskositas menjadi lebih rendah.

Gambar 13. Grafik viskositas nanokrim KAD versus share rate

Tabel V. Hasil uji viskositas, daya sebar, daya lekat, dan stabilitas

Uji Hasil

Viskositas (56,3 rpm) 8,50183 ± 0,97 Pa.s

Daya sebar 5,9 ± 0,5 cm

Daya lekat 1,63 ± 0,49 detik

Rasio pemisahan fase 0,8 ± 0,1

5. Daya sebar

Daya sebar sediaan memiliki hubungan terbalik dengan viskositas sediaan tersebut. Semakin tinggi viskositasnya, maka daya sebar akan semakin kecil (Swastika et al., 2013). Berdasarkan hasil pengujian, diameter daya sebar nanokrim KAD yaitu 5,9 ± 0,5 cm (tabel V). Nilai ini masuk dalam rentang jenis krim semifluid, yaitu > 5 cm dan < 7 cm.

6. Daya lekat

Daya lekat sediaan berhubungan dengan viskositas sediaan. Semakin tinggi viskositas sediaan, maka semakin besar daya lekatnya (Swastika et al., 2013). Daya lekat diinterpretasikan dalam satuan waktu. Hal ini disebabkan karena tujuan pengujian daya lekat dimaksudkan untuk melihat durasi sediaan kontak dengan kulit. Berdasarkan hasil evaluasi, nanokrim KAD memiliki daya lekat 1,63 ± 0,49 detik (tabel V).

C. Stabilitas fisik

Evaluasi terhadap stabilitas fisik nanokrim KAD dilakukan menggunakan uji stabilitas dipercepat. Sediaan diletakkan pada wadah gelas dan disimpan dalam climatic chamber selama satu bulan pada suhu 40°C ± 2°C dan RH 75% ± 5%. Uji stabilitas menunjukkan bahwa nanokrim KAD tidak stabil karena mengalami pemisahan fase, yaitu creaming. Fenomena ketidakstabilan ini mulai terlihat pada minggu ke-3 seperti yang tersaji pada lampiran 9.

Terjadinya creaming atau sedimentasi dapat disebabkan karena meningkatnya gerak Brownian droplet akibat suhu penyimpanan selama uji stabilitas. Sistem nanokrim KAD dengan viskositas rendah ini, tidak dapat menahan gerak acak Brownian droplet sehingga gaya tarik antar droplet besar dan cenderung untuk berkumpul menjadi satu (Tadros, 2013). Hukum Stokes menjelaskan bahwa creaming atau sedimentasi dapat dicegah dengan meningkatkan viskositas sediaan, dan memperkecil ukuran droplet (Ali et al., 2013).

Fenomena creaming pada nanokrim KAD ditandai dengan pemisahan fase, di mana fase minyak berada di bawah dan fase air berada di atas. Pengumpulan

fase minyak di bawah diduga karena KAD telah terlarut di dalam minyak dan adanya surfaktan dan kosurfaktan, sehingga mengakibatkan bobot jenis minyak bertambah hingga lebih besar dari pada air. Rasio pemisahan fase nanokrim KAD yaitu 0,8 ± 0,1 (tabel V).

Ketidakstabilan nanokrim KAD dapat diatasi dengan melakukan optimasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan propilen glikol. Jumlah surfaktan dan kosurfaktan yang optimal akan teradsorbsi di permukaan droplet minyak sehingga memperkecil tegangan antarmuka fase minyak dan fase air. Tegangan antarmuka yang kecil akan mencegah droplet minyak berkumpul menjadi satu dan memisah.

Pada penelitian sebelumnya mengenai nanokrim KAD dengan metode EIP, menggunakan Emulium Kappa® sebagai emulsifier. Emulium Kappa® merupakan campuran dari candelilla/jojoba/ricebran polyglyceryl-3-esters, glyceryl stearate, stearoyl alcohol, dan sodium stearoyl lactylate. Emulsifier tersebut berbentuk padat sehingga memiliki konsistensi yang lebih besar daripada Tween 80 (Al-Edresi et al., 2009). Akibatnya nanokrim yang dibuat menggunakan emulsifier tersebut memiliki viskositas lebih bagus dan dapat mencegah terjadinya creaming.

46 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sediaan nanokrim KAD yang memiliki stabilitas fisik yang baik tidak dapat dihasilkan dengan kombinasi surfaktan Tween 80 (30,4% b/b) dan kosurfaktan propilen glikol (7,6% b/b) menggunakan metode mixer dengan nilai rasio pemisahan fase sebesar 0,8 ± 0,1.

B. Saran

1. Perlu dilakukan optimasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan propilen glikol sehingga menghasilkan nanokrim KAD yang stabil.

2. Perlu dilakukan optimasi kecepatan mixer dan waktu stirring untuk mendapatkan ukuran droplet yang lebih kecil.

3. Perlu dilakukan uji iritasi sediaan nanokrim KAD.

4. Perlu dilakukan pengujian penetrasi nanokrim KAD ke dalam kulit.

5. Perlu dilakukan uji in vivo dan in vitro terkait dengan khasiat nanokrim sebagai antioksidan.

47

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, M. F., Abdullah, G. Z., Chitneni, M., Mahdi, E. S., Yam, M. F., Faisal, A. et al., 2010, Formulation and Characterization of Palm Oil Esters Based Nano-cream for topical Delivery of Piroxicam, Int. J. of Drug Delivery, 2:

287-298.

Al-Edresi, S., and Baie, S., 2009, Formulation and Stability of Whitening VCO-In-Water Nano-Cream, Int. J. Pharm., 373: 174-178.

Al-Edresi, S., and Baie, S., 2010, In-Vitro and In-Vivo Evaluation of A Photo-Protective Kojic Dipalmitate Loaded Into Nano-Creams, Asian J. of Pharmaceutical Sci., 5 (6), pp. 251-265.

Allen, L. V., Popovich, N. G., and Ansel, H. C., 2005, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 8th Edition, Lippincott Williams

& Wilkins, USA, p. 282.

Allen, L. V., Popovich, N. G., and Ansel, H. C., 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 9th Edition, Lippincott Williams

& Wilkins, USA, pp. 383, 394.

Ali, A., Akhtar, N., and Khan, M. S., 2013, Assessment of Physical Stability and Antioxidant Activity of Polysiloxane Polyalkyl Polyether Copolymer-Based Creams, J. of Chem., 2013: 2.

Ali, M., S., Alam, S. M., Alam, N., Anwer, T., and Safhi, M. M. A., 2013, Accelerated Stability Testing of a Clobetasol Propionate-Loaded Nanoemulsion as per ICH Guidelines, Sci. Pharm., 81: 1089-1100.

APCC, 2009, APCC Standard for Virgin Coconut Oil, APCC, http://www.apccsec.org/document/VCO-STANDARDS.pdf diakses tanggal 15 Mei 2015.

Arzenšek, D., 2010, Dynamic Light Scattering and Application to Proteins in Solutions, University of Ljubljana, Ljubljana, pp. 11-12.

Azeem, A., Rizwan, M., Ahmad, F. J., Iqbal, Z., Khar, R. K., Aqil, M. et al., 2009, Nanoemulsion Componenets Screening and Selectio: a Thechnical Note, APPS Pharm Sci Tech, 10 (1): 69-75.

Balaguer, A., Salvador, A., and Chisvert, A., 2008, A Rapid And Reliable Size-Exclusion Chromatographic Method For Determination of Kojic Dipalmitate In Skin-Whitening Cosmetic Products, Talant, 75 (2): 407–411.

Borhade, V., Pathak, S., Sharma, S., and Patrayale, V., 2012, Clotrimazole Nanoemulsion for Malaria Chemotherapy. Part I: Preformulation Studies, Formulation Design and Physicochemical Evaluation, Int. J. Pharm., 431:

138-148.

Chang, T. S., 2012, Natural Melanogenesis Inhibitors Acting Through the Down-Regulation of Tyrosinase Activity, Materials, 5: 1661-1662.

Dash, A. K., Singh, S., and Tolman, J. (Eds.), 2014, Pharmaceutics: Basic Principles and Application to Pharmacy Practice, Academic Press, London, pp. 260 – 263.

Dayan, N. (Eds.), 2008, Skin Aging Handbook: An Integrated Approach to Biochemistry and Product Development, William Andrew, USA, pp. 19, 56-58.

Farn, R. J. (Eds.), 2006, Chemistry and Technology of Surfactants, Blackwell Publishing Ltd., Oxford, pp. 1-2.

Florence, A. T. and Siepmann, J. (Eds.), 2010, Modern Pharmaceutics: Basic Principles and Systems, Vol. 1, 5th Edition, Taylor and Francis, Suite, p.

389.

Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., and Singla, A. K., 2002, Spreading of Semisolid Formulations: An Update, Pharmaceutical Technology, p. 86.

Gonςalez, M. L., Marcussi, D. G., Calixto, G. M. F., Corrêa, M. A., and Chorilli, M, 2015, Structural Characterization and In Vitro Antioxidant Activity of Kojic Dipalmitate Loaded W/O/W Multiple Emulsions Intended for Skin Disorders, BioMed Reaserch International, 2015: 1-7.

Gonςalez, M. L., Correa, M., and Chorolli, M., 2013, Skin Delivery of Kojic Acid-Loaded Nanotechnology-Based Drug Delivery Systems for the Treatment of Skin Aging, BioMed Reaserch International, 2013: 1-2.

Joshi, S. S., and Barhate, S. D., 2011, Physical Characteristics of Three Component Creams Containing Span (60, 80) As Surfactants, Der Pharmacia Sinica, 2 (5): 82.

Kawakami, K., Yoshikawa, T., Moroto, Y., Kanaoka, E., Takahashi, K., Nishihara, Y. et al., 2002, Microemulsion Formulation for Enhanced Absorption of Poorly Soluble Drugs, J. Controlled Release, 81: 65 –74.

Koroleva, M. Y., and Yurtove, E. V., 2012, Nanoemulsions: The Properties, Methods of Preparation and Promising Applications, Russ. Chem. Rev., 81

Koroleva, M. Y., and Yurtove, E. V., 2012, Nanoemulsions: The Properties, Methods of Preparation and Promising Applications, Russ. Chem. Rev., 81

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 46-0)

Dokumen terkait