• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hipotesis Penelitian

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 43-0)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

J. Hipotesis Penelitian

Sediaan nanokrim KAD yang memiliki stabilitas fisik yang baik dapat dihasilkan dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 menggunakan mixer.

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai pembuatan nanokrim kojic acid dipalmitate (KAD) dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 menggunakan mixer termasuk jenis penelitian pra-eksperimental.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode pembuatan nanokrim KAD.

b. Variabel tergantung. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah sifat fisik dan stabilitas fisik dari sediaan nanokrim KAD yang dihasilkan.

c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah lama pengadukan, kecepatan pengadukan, suhu dan kelembapan penyimpanan sediaan.

d. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini adalah suhu dan kelembapan saat pembuatan dan pengujian sediaan.

2. Definisi operasional

a. Kojic acid dipalmitate. KAD merupakan senyawa ester dari kojic acid yang mempunyai stabilitas lebih baik terhadap pH, cahaya, dan panas.

b. Nanokrim. Nanokrim merupakan salah satu bentuk emulsi berbentuk yang stabil secara kinetika, mengandung dispersi yang sangat halus dengan ukuran droplet berkisar antara 20-500 nm. Nanokrim yang dibuat pada penelitian ini adalah nanokrim minyak dalam air.

c. Surfaktan. Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat menyatukan fase minyak dan air.

Surfaktan yang digunakan pada penelitian ini adalah kombinasi Tween 80 dan Span 80 dengan perbandingan 8 : 2.

d. Mixer. Mixer adalah alat yang dapat mencampurkan liquid-liquid atau liquid-solid dengan pengadukan kecepatan tinggi. Mixer yang digunakan yaitu mixer miyako SM-625 dengan kecepatan level 1.

e. Sifat fisik. Sifat fisik merupakan parameter yang digunakan untuk melihat karakteristik fisik sediaan nanokrim yang terbentuk, mencakup organoleptis, homogenitas, pH, tipe krim, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat. pH sediaan nanokrim yang baik yaitu mendekati pH kulit 4,5 – 7. Viskositas nanokrim yang diharapkan yaitu dalam rentang 7,5 – 45 Pa.s.

f. Stabilitas fisik. Stabilitas fisik adalah parameter yang digunakan untuk melihat tingkat kestabilan nanokrim yang telah terbentuk, dinilai dari hasil

evaluasi sifat fisik nanokrim setelah melalui accelerated testing pada suhu 40 ± 2 °C dan RH 75 ± 5 % selama satu bulan.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KAD (Kualitas Farmasetik, PT. Cortico Mulia Sejahtera), Tween 80 (Kualitas Farmasetik, Bratachem), Span 80 (Kualitas Farmasetik, Laboratorium Farmasi dan Teknologi UGM), VCO (Kualitas teknis, Tekun Jaya), dan akuades.

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex), neraca analitik (OHAUS), mixer (Miyako SM-625), anak timbang, kaca ekstensometer, gelas objek, stopwatch, particle size analyzer tipe dinamic light scattering (Horiba SZ-100), pH meter (SI Analytics), climatic chamber (Memmert), dan viskometer Merlin VR.

E. Tata Cara Penelitian 1. Formula sediaan nanokrim KAD

Formula acuan yang digunakan untuk membuat nanokrim tercantum dalam tabel II.

Tabel II. Formula acuan nanokrim

Bahan Fungsi Formula (% b/b)

Palm Oil Esters (POEs) Fase minyak 25

Tween 80 Surfaktan 30,4

Span 20 Surfaktan 7,6

Akuades Fase air 37

(Abdulkarim et al., 2010)

Berdasarkan formula diatas, dilakukan modifikasi pada konsentrasi minyak dan air, serta penambahan KAD sebagai zat aktif sediaan nanokrim.

Tabel III. Formula nanokrim KAD

2. Pembuatan sediaan nanokrim KAD

Metode pembuatan nanokrim KAD mengacu pada penelitian Abdulkarim et al. (2010) mengenai formulasi dan karakteristik palm oil ester pada pembuatan nanokrim piroksikam. Pada penelitian tersebut, pembuatan piroksikam dilakukan dengan cara mencampurkan fase minyak dan surfaktan selama 15 menit pada kecepatan 750 rpm menggunakan mixer yang mempunyai tiga mata pisau. Piroksikam ditambahkan dan dilanjutkan pengadukan selama 30 menit. Air ditambahkan dan diaduk selama 30 menit.

Perbedaan dengan pembuatan nanokrim KAD yaitu pada alat yang digunakan. Mixer yang digunakan pada pembuatan nanokrim KAD adalah mixer tanpa menggunakan mata pisau. Pembuatan dilakukan dengan cara VCO, Tween 80, dan Span 80 di aduk dengan menggunakan mixer selama 15 menit. KAD ditambahkan ke dalam campuran tersebut dan dilanjutkan pengadukan selama 30 menit. Akuades ditambahkan dan diaduk kembali selama 30 menit.

3. Evaluasi sediaan nanokrim KAD a. Evaluasi sifat fisik

1) Uji organoleptis

Pengamatan visual dilakukan terhadap warna, bau, konsistensi dan ada tidaknya pemisahan fase pada sediaan nanokrim KAD.

2) Uji homogenitas

Sediaan diletakkan pada gelas objek, tutup dengan cover glass, dan diamati pendispersian partikelnya apakah terdispersi homogen atau tidak.

3) Pengukuran pH

Nilai pH diukur menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan menggunakan buffer pH 4 dan 7. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam sediaan nanokrim kemudian nilai pH sediaan akan terbaca pada monitor alat.

4) Uji tipe krim

Sampel nanokrim didispersikan dalam akuades (1:100) dan dalam VCO (1:100) dengan tujuan untuk mengetahui tipe sediaan nanokrim yang dihasilkan. Jika nanokrim terdispersi sempurna dalam akuades, maka tipe nanokrim adalah minyak dalam air, sedangkan jika nanokrim terdispersi sempurna dalam fase minyak, maka tipe nanokrim adalah air dalam minyak (Firoz et al., 2012).

5) Pengukuran ukuran droplet

Distribusi ukuran droplet diukur menggunakan particle size analyzer (PSA) tipe dynamic light scattering. Sampel dimasukkan ke dalam kuvet kaca yang dimasukkan ke dalam particle size analyzer.

Kemudian cahaya ditembakkan pada sudut 90°. Jumlah partikel pada ukuran tertentu akan terbaca pada monitor komputer yang terhubung dengan alat menggunakan software Horiba SZ-100.

6) Pengukuran viskositas dan rheologi

Pengukuran viskositas dan rheologi menggunakan alat viskometer Merlin VR. Sampel nanokrim diletakkan di atas plate kemudian plate viskometer diturunkan, dan diukur rheologi sediaan pada range kecepatan 1 - 50 rpm dengan 10 titik yang berbeda untuk mendapat bentuk kurva rheologinya. Nilai viskositas diambil pada satu titik di antara rentang kecepatan 1 - 50 rpm di mana nilai viskositas dan bentuk rheologi sediaan akan langsung terbaca pada layar komputer menggunakan software MICRA.

7) Pengukuran daya sebar

Sampel nanokrim ditimbang sebanyak satu gram, lalu diletakkan di atas kaca ekstensometer bagian tengah. Tutup kaca ekstensometer ditimbang dan ditambahkan beban hingga 125 gram. Penutup kaca dan beban diletakkan di atas massa sediaan selama satu menit.

Diameter sediaan yang menyebar diukur dengan mengambil rata-rata diameter dari empat sisi (Parchuri et al., 2013).

8) Pengukuran daya lekat

Sampel nanokrim ditimbang sebanyak 0,03 gram, diratakan pada gelas objek dan ditutup dengan gelas objek lainnya. Beban seberat satu kg ditambahkan dan didiamkan selama satu menit.

Setelah satu menit, beban diturunkan. Gelas objek ditempatkan pada alat uji dan ditarik dengan beban 80 gram. Waktu yang dibutuhkan untuk melepaskan kedua gelas objek dicatat.

b. Evaluasi stabilitas fisik

Metode evaluasi stabilitas fisik nanokrim yang digunakan adalah accelerated testing. Sediaan nanokrim disimpan pada climatic chamber dengan suhu 40 ± 2 ºC dengan RH 75 ± 5 % selama satu bulan. Setelah waktu uji, perubahan warna, bau, konsistensi dan terjadinya pemisahan fase nanokrim diamati. Apabila sampel tetap stabil maka dilakukan uji organoleptis, homogenitas, pH, tipe krim, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat.

F. Analisis Data

Aplikasi program R-3.2.2 digunakan untuk melakukan uji statistika dengan membandingkan data sifat fisik dan stabilitas fisik. Pada tingkat kepercayaan 95% maka dilihat apakah nilai p-value menunjukkan distrubusi data normal atau tidak normal. Data yang terdistribusi normal diolah dengan uji T sedangkan untuk data yang tidak normal diolah dengan Wilcoxon untuk mendapatkan p-value. Jika nilai p-value kurang dari 0,05 dapat disimpulkan terdapat perbedaan setelah sampel mengalami accelerated testing.

33 BAB IV

PEMBAHASAN HASIL

A. Formulasi Nanokrim KAD

Pada penelitian ini, dibuat formulasi nanokrim kojic acid dipalmitate (KAD) dengan fase minyak virgin coconut oil (VCO) dan kombinasi surfaktan antara Tween 80 dan Span 80. Metode pembuatan yang digunakan adalah metode emulsifikasi energi tinggi dengan pengadukan kecepatan tinggi mengunakan mixer. Metode ini diacu dari metode hasil penelitian Abdulkarim et al. (2010) dengan menggunakan alat berupa propeller dengan prinsip yang sama yaitu pengadukan kecepatan tinggi.

B. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Nanokrim KAD

Sediaan nanokrim KAD yang baik yaitu memiliki kriteria ukuran droplet kurang dari 500 nm, tidak mengalami pemisahan fase, memiliki pH sesuai dengan pH kulit yaitu antara 4,5 – 7, serta mempunyai viskositas antara 7,5 – 45 Pa.s.

Karakterisasi sediaan nanokrim KAD tersaji dalam tabel IV.

Tabel IV. Karakterisasi sediaan nanokrim KAD

Spesifikasi Hasil

Bentuk Krim

Warna Putih kekuningan

Bau Minyak kelapa

Pemisahan fase Tidak terjadi

pH 6,395 ± 0,298

Daya lekat 0,49±0,02 detik

1. Pemeriksaan organoleptis dan pH

Gambar 11. Nanokrim KAD

Ketiga replikasi nanokrim masing-masing dilakukan evaluasi awal terhadap organoleptisnya. Uji organoleptis meliputi warna, bau dan pemisahan fase. Nanokrim KAD yang dihasilkan berwarna putih kekuningan.

Warna tersebut terbentuk dari perpaduan kojic acid dipalmitate yang berwarna putih dan Tween 80-Span 80 yang berwarna kuning. Bau khas kojic acid dipalmitate tidak tercium karena tertutup oleh bau dari virgin coconut oil dalam sediaan. Ketiga replikasi formula tidak mengalami pemisahan fase.

Secara umum, pH ketiga formula cenderung bersifat netral yaitu dengan pH rata-rata 6,395 ± 0,298 yang menunjukkan bahwa pH sediaan sesuai dengan persyaratan pH untuk sediaan kulit yaitu 4,5-7. Hal ini akan menurunkan resiko terjadinya iritasi saat pengaplikasian sediaan pada kulit.

2. Pemeriksaan homogenitas

Sediaan dikatakan homogen apabila susunan partikelnya terdistribusi merata. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, hasil menunjukkan bahwa dari ketiga replikasi sediaan nanokrim yang dibuat memiliki homogenitas

yang baik dan menunjukkan pendistribusian partikel yang merata. Hasil pengamatan homogenitas ditunjukkan pada gambar 12.

Gambar 12. Hasil uji homogenitas nanokrim KAD

3. Pemeriksaan tipe nanokrim

Tipe nanokrim diperiksa dengan mendispersikan sampel nanokrim pada fase minyak dan fase air yang digunakan. Fase di mana sampel dapat terdispersi homogen menunjukkan tipe emulsi tersebut. Berdasarkan hasil yang dilakukan, diketahui sediaan nanokrim KAD memiliki tipe minyak dalam air. Sampel dapat terdispersi dalam fase air dengan baik, sedangkan tidak terlarut (membentuk droplet) pada fase minyak (gambar 13).

Gambar 13. Kelarutan sediaan nanokrim KAD (a) dalam air (b) dalam minyak

Tipe sediaan juga dapat diketahui dari nilai HLB sistem yang digunakan. Apabila nilai HLB campuran lebih dari 8 menunjukkan tipe minyak dalam air dan apabila kurang dari 8 menunjukkan tipe air dalam

a b

minyak. Nilai HLB campuraan sediaan nanokrim KAD yaitu 12,86 sehingga diklasifikasikan dalam tipe minyak dalam air. Perhitungan nilai HLB tertera pada lampiran 2.

4. Pemeriksaan ukuran droplet

Gambar 14. Distribusi droplet nanokrim KAD

Pemeriksaan ukuran droplet dari sediaan nanokrim KAD dengan menggunakan mixer menghasilkan ukuran sebesar 80,78 nm. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nanokrim KAD yang dibuat menggunakan mixer termasuk dalam kategori sediaan nanokrim. Namun simpangan baku yang diperoleh masih cukup besar yaitu 79,99 nm. Hal ini disebabkan karena pengecilan ukuran droplet dengan menggunakan emulsifikasi energi tinggi akan menyebabkan ukuran yang terbentuk tidak seragam dan memiliki puncak yang banyak (Affandi, Julianto, and Majeed, 2011). Untuk mendapat ukuran droplet yang seragam maka diperlukan energi yang lebih tinggi serta pembuatan nanokrim dilakukan dengan beberapa siklus di mana sistem nanokrim yang terbentuk pertama kali di hitung sebagai siklus pertama.

5. Pengukuran viskositas

Viskositas adalah tahanan untuk mengalir. Viskositas, elastisitas, dan rheologi adalah karakteristik yang penting dalam produk sediaan semisolid.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sediaan nanokrim KAD memiliki viskositas sebesar 22,345±6,546 Pa.s dengan rheologi yang bersifat pseudoplastis.

Gambar 15. Kurva rheologi sediaan nanokrim KAD

Sediaan dengan sifat aliran pseudoplastis menunjukkan semakin besar gaya atau shearing stress yang diberikan mengakibatkan penurunan viskositas sediaan (Martin et al., 2008). Rheologi yang ideal untuk sediaan nanokrim yaitu pseudoplastis karena saat dioleskan pada wajah maka viskositas sediaan akan menurun yang berakibat daya sebar akan meningkat sehingga memudahkan saat pemakaian sediaan.

0

Rheogram lengkung pada gambar 15 disebabkan karena kerja (aksi) shearing terhadap molekul-molekul bahan yang berantai panjang seperti Tween 80. Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul yang secara normal tidak beraturan mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah aliran. Akibatnya, tahanan dalam dari bahan tersebut akan berkurang dan mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress berikutnya. Selain itu, beberapa dari pelarut yang berikatan dengan molekul dapat terlepas, sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi efektif dan penurunan ukuran molekul-molekul yang terdispers (Martin et al., 2008).

6. Pemeriksaan daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan menyebar pada permukaan kulit ketika diaplikasikan. Daya sebar berhubungan dengan viskositas sediaan. Sampel dengan viskositas kecil akan mempunyai daya sebar yang besar. Hasil uji daya sebar sediaan nanokrim yaitu 2,51 ± 0,05 cm. Untuk krim dengan daya sebar < 5 cm termasuk tipe krim semistiff.

7. Pemeriksaan daya lekat

Kemampuan atau daya lekat nanokrim dilihat dengan menghitung waktu yang diperlukan untuk memisahkan kedua gelas objek uji. Daya lekat ini berhubungan dengan konsistensi sampel uji. Konsistensi sampel semakin kental maka waktu yang diperlukan untuk memisahkan kedua gelas objek

akan semakin lama. Sebaliknya, semakin encer konsistensi sampel maka waktu yang diperlukan untuk memisah akan semakin cepat (Susanti, 2012).

Daya lekat sediaan nanokrim KAD yaitu 0,49±0,02 detik.

C. Stabilitas Fisik Sediaan Nanokrim KAD

Pengamatan stabilitas dilakukan dengan accelerated testing yaitu penyimpanan di climatic chamber pada suhu 40±2 °C dengan RH 75±5 % selama satu bulan. Sediaan dikatakan stabil apabila tidak terdapat perubahan sifat fisik sediaan antara sebelum dan sesudah pengujian. Parameter sediaan yang stabil secara umum yaitu tidak mengalami pemisahan, tidak terbentuk endapan atau gumpalan, serta tidak mengalami perubahan warna dan bau (Faizatun, Kartiningsih, and Liliyana, 2008).

Sediaan yang stabil setelah melewati accelerated testing dapat dinyatakan stabil selama dua tahun pada masa simpannya (Kumar et al., 2011).

Tabel V. Stabilitas sediaan nanokrim KAD setelah accelerated testing Karakteristik Sebelum Sesudah p-value Keterangan

Bentuk Krim Krim - -

pH 6,395±0,298 5,948±0,0130 0,1199 Tidak berbeda signifikan

Homogenitas Homogen Tidak homogen - -

Tipe krim M/A M/A - -

Ukuran 80,78±79,99 nm 305,90±308,53 nm - -

Viskositas 22,345±6,546 Pa.s 9,876±4,223 Pa.s 0,177 Tidak berbeda signifikan

Rheologi Pseudoplastis Pseudoplastis - -

Daya sebar 2,51±0,05 cm 2,53±0,02 cm 0,8219 Tidak berbeda signifikan Daya lekat 0,49±0,02 s 0,40±0,07 s 0,1786 Tidak berbeda

signifikan

1. Stabilitas organoleptis dan pH sediaan nanokrim KAD

Gambar 16. Stabilitas sediaan nanokrim KAD setelah accelerated testing

Dari hasil pengamatan fisik pada ketiga replikasi sediaan nanokrim KAD terlihat bahwa ketiga nanokrim stabil secara fisik pada penyimpanan suhu tinggi (40°±2°C). Penampilan fisik ketiga replikasi tidak menunjukkan adanya perubahan dan tidak terjadi pemisahan fase. Hal ini memperlihatkan bahwa konsentrasi kombinasi surfaktan yang digunakan cukup untuk membuat nanokrim yang stabil.

pH sediaan nanokrim KAD setelah mengalami accelerated testing selama satu bulan secara umum mengalami perubahan namun perubahan pH yang terjadi masih dalam rentang pH kulit. Hasil pengujian secara statistika menunjukkan bahwa pH yang dihasilkan oleh sediaan nanokrim KAD sebelum dan setelah accelerated testing tidak berbeda signifikan dengan p-value sebesar 0,1199 yang berarti pengujian accelerated testing tidak mempengaruhi stabilitas pH sediaan nanokrim KAD.

2. Stabilitas homogenitas sediaan nanokrim KAD

Homogenitas merupakan parameter yang penting untuk sebuah sediaan.

Distribusi partikel yang tidak merata menunjukkan sediaan tidak homogen.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, diketahui bahwa ketiga replikasi sediaan nanokrim KAD setelah mengalami accelerated testing tidak homogen yang ditandai dengan distribusi partikel hanya pada bagian tertentu.

Persebaran partikel KAD dalam sediaan dapat dilihat pada gambar 17.

Gambar 17. Hasil uji homogenitas nanokrim KAD setelah accelerated testing.

3. Stabilitas tipe emulsi sediaan nanokrim KAD

Tipe nanokrim diuji kembali dengan melarutkan sampel nanokrim pada fase minyak dan fase air yang digunakan. Berdasarkan hasil uji, diketahui sediaan nanokrim KAD memiliki tipe minyak dalam air. Sampel dapat terdistribusi sempurna dalam air, namun tidak terdispersi pada VCO. Hal ini menandakan tidak terjadi perubahan tipe emulsi setelah melewati accelerated testing.

4. Stabilitas ukuran droplet sediaan nanokrim KAD

Ukuran droplet merupakan parameter penting dalam sediaan nanokrim.

Setelah mengalami accelerated testing, ukuran droplet yang terbentuk

semakin besar. Hal ini dapat terjadi karena ketidakstabilan akibat adanya efek Oswald ripening di mana droplet kecil dengan energi bebas yang besar akan cenderung untuk saling bertabrakan dan menyatu (Abdulkarim et al, 2010).

Ukuran droplet yang tidak seragam dalam sediaan akan menyebabkan kemungkinan terjadinya Ostwald ripening semakin besar didukung dengan dispersi droplet ke dalam medium dispers yang semakin mudah maka peristiwa ini lebih cepat terjadi (Tadros, 2005). Untuk mencegah terjadinya Ostwald ripening maka hal yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan viskositas pada sediaan sehingga akan menurunkan tekanan Laplace atau menyeragamkan ukuran droplet yang terbentuk dengan meningkatkan energi dan menambahkan jumlah siklus pada proses pembuatannya.

Namun ukuran droplet yang terbentuk setelah mengalami accelerated testing masih masuk dalam klasifikasi ukuran droplet untuk sediaan nanokrim yaitu 20-500 nm sehingga dapat dikatakan sediaan nanokrim KAD masih stabil setelah melewati accelerated testing.

5. Stabilitas viskositas sediaan nanokrim KAD

Setelah pengujian accelerated testing selama satu bulan terlihat bahwa viskositas sediaan nanokrim KAD mengalami penurunan. Pembesaran ukuran droplet akan menurunkan interaksi antar globul sehingga viskositas menurun (Fletcher, 2012). Penurunan viskositas dapat terjadi karena droplet yang bergerak bebas akan saling bertabrakan dan cenderung untuk menyatu

akibatnya tahanan di dalam sistem akan berkurang sehingga terjadi penurunan viskositas (Abdulkarim et al, 2010).

Penurunan viskositas kemudian diuji secara statistika dan hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa viskositas yang dihasilkan oleh sediaan nanokrim KAD sebelum dan setelah accelerated testing tidak berbeda signifikan dengan p-value sebesar 0,177 yang berarti pengujian accelerated testing tidak mempengaruhi stabilitas viskositas sediaan nanokrim KAD.

Gambar 18. Kurva rheologi sediaan nanokrim KAD setelah melewati accelerated testing

Sifat aliran sediaan nanokrim KAD tidak mengalami perubahan yaitu masih menunjukkan sifat aliran pseudoplastis setelah mengalami accelerated testing.

6. Stabilitas daya sebar sediaan nanokrim KAD

Daya sebar dipengaruhi oleh viskositas. Terjadinya penurunan viskositas akan menyebabkan daya sebar sediaan semakin meningkat.

Terjadinya kenaikan daya sebar setelah accelerated kemudian diuji secara statistik dengan menggunakan T-test dan diperoleh p-value 0,8219 yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara daya sebar sediaan nanokrim KAD sebelum dan setelah accelerated testing.

7. Stabilitas daya lekat sediaan nanokrim KAD

Daya lekat yang menurun disebabkan karena viskositas sediaan yang menurun. Semakin kecil viskositas sediaan nanokrim KAD maka waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan kaca objek akan semakin cepat.

Hasil uji normalitas data menggunakan shapiro test diketahui menghasilkan nilai p-value > 0,05 (α=5%) maka parameter normalitas terpenuhi sehingga dilanjutkan uji T-test dan dihasilkan nilai p-value sebesar 0,1786, yang berarti tidak terdapat perbedaan signifikan antara daya lekat nanokrim KAD sebelum dan setelah accelerated testing.

45 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sediaan nanokrim KAD dapat dihasilkan dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 dengan perbandingan 8:2 sebesar 38% menggunakan mixer serta kombinasi surfaktan tersebut dapat menjaga stabilitas fisik nanokrim KAD setelah melewati accelerated testing pada suhu 40±2 °C, RH 75±5 % selama satu bulan.

B. Saran

1. Dilakukan optimasi jumlah siklus untuk pembuatan nanokrim dengan emulsifikasi energi tinggi agar dihasilkan ukuran droplet yang seragam.

2. Perlu dilakukan uji aktivitas untuk mengetahui seberapa besar daya antioksidan dari kojic acid dipalmitate yang terkandung dalam sediaan nanokrim KAD.

3. Perlu dilakukan uji penetrasi nanokrim kojic acid dipalmitate melewati kulit.

46

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, M. F., Abdullah, G. Z., Chitneni, M., Mahdani, E. S., Yam, M. F., Faisal, A., et al., 2010, Formulation and Characterization of Palm Oil Esters Based Nano-cream for Topical Delivery of Piroxicam, International Journal of Drug Delivery, 2, 333-339.

ACCSQ-PPWG, 2005, Asean Guideline on Stability Study of Drug Products, 9th Edition, Philippines.

Affandi, M. M. M., Julianto, T., and Majeed, A., 2011, Development and Stability Evaluation of Astaxanthin Nanoemulsion, Asian J Pharm Clin Res, 4 (1), 142-148.

Al-Edresi, S. and Baie, S., 2009, Formulation and Stability of Whitening VCO In Water Nano-cream. Internation Journal of Pharmaceutics, 73 (2009), 174-178.

Al-Edresi, S. and Baie, S., 2010, In-vitro and In-vivo Evaluation of a Photo-protectective Kojic Dipalmitate Loaded Into Nano-creams, Asian Journal of Pharmaceutical Sciences, 5 (6), 251-265.

Ali, S. M. and Yosipovitch, G., 2013, Skin pH: From Basic Science to Basic Skin Care, Acta Derm Venereol, 93 (1), 261.

Allen, L. V., Popovich, N. G., and Ansel, H. C., 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 9th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, USA, pp. 383, 394.

American Pharmaceutical Association, 1994, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 2end Edition, The Pharmaceutical Press, London, pp.2114-2117.

Aulton, M. E., 2002, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Second Edition, Churchill Livingstone, London, pp. 49-50.

Balaguer, Salvador, and Chisvert, 2008, A Rapid and Reliable Size-exclusion Chromatographic Method for Determination of Kojic Dipalmitate In Skin-whitening Products, Talanta, 75 (2008), 407-411.

Depkes RI., 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, p.6.

Dizaj, S. M., 2013, Preparation and Study of Vitamin A Palmitate Microemulsion Drug Delivery System and Investigation of Co-surfactant Effect, Journal of Nanostructure in Chemistry, 3 (59), 2-6.

Faizatun, Kartiningsih, and Liliyana., 2008, Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Bunga Chamomile dengan Hidroksi Propil Metil Selulosa sebagai Pengental, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 6 (1), 18-19.

Fletcher, J., 2012, Making the connection-particle Size, Size distribution and Rheology, www.chemeurope.com/en/whitepapers/61207/making-the-connection-particlesize-size-distribution-and-rheology.html, di akses tanggal 1 November 2015.

Firoz, A., Afzal, M., and Imran, K., 2012, Preparation and Evaluation of Antifungal Micro-Emulsion / Gel using reduce Dose of Silver, Supported by Ciprofloxacin, Indian Patent Journal, 2 (3), 75.

Gadhave, A.D., 2002, Nanoemulsions: Formation, Stabilityand Applications, IJRSAT, 2 (3), 38-43.

Goncalez, M. L., Marcussi, D. G., Calixto, G. M. F., Correa, M. A., and Chorilli, M., 2015, Structural Characterization and In Vitro Antioxidant Activity of

Goncalez, M. L., Marcussi, D. G., Calixto, G. M. F., Correa, M. A., and Chorilli, M., 2015, Structural Characterization and In Vitro Antioxidant Activity of

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 43-0)

Dokumen terkait