• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6 Definisi Operasional

1.6.3 Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca yang dimaksud peneliti adalah keterampilan membaca dalam sebuah teks cerita untuk menentukan isi dalam sebuah teks cerita yang pada umumnya tidak dituntut untuk menghafalkan huruf secara benar dan merangkai setiap bunyi, struktur kata, dan kalimat. Namun, di sini ia perlu memahami inti dari bacaan yang ia baca.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Model Pembelajaran SAVI

2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah satu cara kegiatan belajar mengajar secara bertahap yang ditempuh oleh guru dan siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik (Halik, 2012). Model pembelajaran merupakan prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran (Afandi, 2013). Selanjutnya (Kaban, dkk. 2020).

Juga berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan suatu langkah-langkah atau pola yang digunakan dalam proses pembelajaran kemudian diterapkan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan membuat pembelajaran lebih efisen dan efektif. Dalam model pembelajaran terdapat suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai alat bantu dalam mengatur pembelajaran di kelas.Model pembelajaran merupakan suatu langkah-langkah atau pola yang digunakan dalam proses pembelajaran kemudian diterapkan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan membuat pembelajaran lebih efisen dan efektif. Drai beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai alat bantu dalam mengatur pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan (terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran), termasuk dalam tujuan-tujuan pengajaran, tahapan dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan ruang belajar pelaksanaan dikelas.

2.1.1.2 Model Pembelajaran SAVI

Model pembelajaran SAVI merupakan cara belajar yang menggabungkan antara gerakan fisik, dengan aktivitas intelektual, dan penggunaan semua alat indra untuk memberikan pengaruh yang besar pada proses belajar (Kusdiyanti, 2018).

Model pembelajaran SAVI adalah model yang menyajikan sistem seacara lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam belajar, yang merupakan cara belajar secara alami. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditori artinya belajar dengan berbicara dan mendengar, Visual artinya belajar dengan menggambar dan mengamati, dan Intelektual artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan (Rusman, 2012:373). Selanjutnya menurut (Aris, 2014:

177-178) terdapat 4 karakteristik model pembelajaran SAVI, yaitu: (a) Somatic (belajar dengan berbuat dan bergerak) bermakna gerakan tubuh (aktifitas fisik), yakni belajar dengan mengalami dan melakukan; (b) Auditory (belajar dengan berbicara dan mendengar) bermakna belajar haruslah melalui mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentai, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; (c) Visualization (belajar dengan mengamati dan menggambarkan) bermakna belajar haruslah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, menggunakan media dan alat peraga; (d) Intellectualy (belajar dengan memecahkan masalah dan berfikir) bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir, konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkannya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SAVI adalah model pembelajaran yang proses dalam pembelajarannya melibatkan alat indra yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran dengan bergerak, berbicara, mendengar, mengamati, dan kemampuan memahami materi.

2.1.1.3 Langkah Model Pembelajaran SAVI

Tabel 2.1 Langkah-langkah model SAVI 1

Model pembelajaran SAVI menurut (Rusman, 2012:373-374) adalah sebagai berikut:

1. Persiapan (Rusman, 2012:373-374)

Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, member peserta didik perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan peserta didik dalam situasi optimal untuk belajar.

2. Penyampian (Rusman, 2012:373-374)

Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra, dan cocok untuk semua gaya belajar.

3. Tahap persiapan (Rusman, 2012:373-374)

Tujuan pada tahap ini adalah membantu pembelajar mengintregasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.

Persiapan

Penyampaian

Pelatihan

Penampilan

4. Penampilan hasil(Rusman, 2012:373-374)

Tujuan pada tahap ini, membantu pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru peserta didik dengan pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.

Selanjutnya langkah-langkah model pembelajaran menurut (Hendry, 2009) antara lain sebagai berikut:

1. Tahap persiapan (Hendry, 2009) a) Merberikan sugestif positif

b) Memberikan pertanyaan yang bermanfaat bagi siswa c) Memberikan tujuan yang jelas dan signifikan

d) Membangkitkan minat siswa

e) Menciptakan lingkungan emosional yang positif f) Menciptakan lingkungan fisik yang positif g) Menciptakan lingkungan sosial yang positif h) Menenangkan rasa takut

i) Menyingkirkan halangan-halangan untuk belajar j) Merangsang minat siswa

k) Mengajak siswa untuk terlibat secara penuh sejak awal 2. Tahap penyampaian (Hendry, 2009)

a) Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan b) Pengamatan fenomena dunia nyata

c) Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh d) Presentasi interaktif

e) Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni

f) Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar g) Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim

h) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) i) Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual j) Pelatihan memecahkan masalah

3. Tahap pelatihan (Hendry, 2009) a) Aktivitas pemrosesan siswa

b) Usaha aktif atau umpan balik atau renungan c) Simulasi dunia-nyata

d) Permainan dalam belajar e) Pelatihan aksi pembelajaran f) Aktivitas pemecahan masalah g) Refleksi dan artikulasi individu

h) Dialog berpasangan atau berkelompok i) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif

j) Aktivitas praktis membangun keterampilan k) Mengajar balik

4. Tahap penampilan hasil (Hendry, 2009)

a) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi b) Aktivitas penguatan penerapan

c) Pelatihan terus menerus

d) Umpan balik dan evaluasi kinerja e) Aktivitas dukungan kawan

f) Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung

Selanjutnya langkah-langkah model pembelajaran SAVI menurut (Shoimin, 2014:178) adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan (Kegiatan pendahuluan) (Shoimin, 2014:178).

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

2. Tahap penyampaian (Kegiatan Inti) (Shoimin, 2014:178).

Pada tahap ini hendaknya guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara melinbatkan panca indra dan cocok untuk semua gaya belajar.

3. Tahap pelatihan (Kegiatan Inti) (Shoimin, 2014:178).

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.

4. Tahap penampilan hasil (Tahap penutup) (Shoimin, 2014:178).

Pada tahap ini hendaknya guur membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan langkah model pembelajaran SAVI menurut (Shoimin, 2014:178). Yang terdiri dari 4 tahapan yaitu antara lain sebagaia berikut: (1) Tahap persiapan (Kegiatan pendahuluan), (2) Tahap penyampaian (Kegiatan inti), (3) Tahap pelatihan (Kegiatan inti), dan (4) Tahap penampilan hasil (Kegiatan penutup). Contoh membuat aktivitas sesuai dengan cara belajar/gaya belajar siswa dijelaskan dalam tabel di bawah ini (Shoimin, 2014:180)

Tabel 2.2 aktivitas sesuai dengan cara b 1

Gaya Belajar Aktivitas

Somatis Orang dapat bergerak ketika mereka:

1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur.

2. Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep.

3. Mendapatkan pengalaman atau menceritakannya

(merefleksikannya).

4. Menjalankan pelatihan beljar aktif (stimulus, permainan belajar,dll).

5. Melakukan kajian lapangan, lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang apa yang dipelajari.

Auditori Berikut ini gagasan-gasan awal untuk

meningkatkan sarana auditori dalam belajar:

1. Ajaklah pembelajar membaca keras dari buku panduan atau komputer.

2. Ceritakanlah kisah-kisah yang

mengandung materi pembelajaran yang didalam buku pembelajaran yang dibaca mereka.

3. Mintalah pembelajar mempraktikan sesuatu keterampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan.

4. Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara nonstop saat sedang menyusun pemecahan masalah aotau membuat rencana jangka panjang.

Visual Hal-hal yang dilakukan untuk

meningkatkan pembelajaran visual adalah sebagai berikut:

1. Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi).

2. Grafik presentasi yang hidup.

3. Benda 3 dimensi.

4. Bahasa tubuh yang dramatis 5. Cerita yang hidup

6. Kreasi pictogram (oleh pendengar).

7. Pengamatan lapangan 8. Dekorasi berwarna warni 9. Ikon alat bantu kerja

Intelektual Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika pembelajaran diarahkan dalam aktivitas seperti berikut :

1. Memecahkan masalah 2. Menganalisis pengalaman

3. Mengerjakan perencanaan strategis 4. Memilih gagasan kreatif

5. Mencari dan menyaring informasi dari sebuah bacaan

6. Merumuskan pertanyaan

7. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan

8. Menciptakan makna pribadi

9. Meramalkan implikasi suatu gagasan

2.1.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran SAVI 2.1.1.4.1 Kelebihan dari model SAVI

Kelebihan model pembelajaran SAVI yaitu membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual, didesain agar suasana belajar menjadi menyenangkan, menarik, sehingga siswa tidak mudah lupa, karena semua proses pembelajaran tersebut melekat pada diri sendiri, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa, siswa akan termotivasi untuk belajar lebih baik, melatih siswa untuk terbiasa mengemukakan pendapat, bertanya, maupun menjawab pertanyaan, dan kelebihan yang sangat kuat adalah merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar (Alfiani, 2012). Kelebihan model pembelajaran SAVI (Meier, 2002:117) antara lain: 1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa; 2) memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik, dan efektif; 3) membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa; 4) memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori, dan intelektual.

Selanjutnya kelebihan model pembelajaran SAVI menurut (Kusdiyanti, 2018) adalah sebagai berikut :

1. Belajar Somatis

Siswa dapat belajar dengan indra peraba, kinestis, praktis, melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakan tubuh sewaktu belajar.

2. Bealajar Auditory

Siswa dapat belajar dengan melibatka kemampuan pendegaran. Ketika telinga menangkap dan menyimpan informasi, beberapa area penting di otak menjadi aktif.

3. Belajar Visual

Siswa dapat belajar dengan melibatkan kemampuan penghlihatan, dengan alasan bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat memperoses informasi visual dari pada indra yang lain.

4. Belajar Intelektual

Siswa dapat belajar dengan melibatkan kemampuan berfikir, yaitu dengan memecahkan masalah dan merenung.

Dari beberapa penjelasan kelebihan model pembelajaran SAVI diatas dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran SAVI dapat membangkitkan kecerdasan siswa dengan menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual, didesain agar suasana belajar menjadi menyenangkan, menarik, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa, siswa akan termotivasi untuk belajar lebih baik, melatih siswa untuk terbiasa mengemukakan pendapat, bertanya, maupun menjawab pertanyaan.

2.1.1.4.2 Kelemahan dari model SAVI

Kelemahan model pembelajaran SAVI yaitu model ini menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh, dan membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhannya, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar (Ekawati, 2019). Kelemahan dari model pembelejaran SAVI (Alfiani, 2012) adalah model ini menuntut adanya guru yang kreatif, inovatif, sehingga dapat memadukan keempat unsur secara utuh, dan membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah. Selanjutnya kelemahan model pembelajaran SAVI (Kusdiyanti, 2018) antara lain sebagai berikut:

1. Guru haris mempersiapkan diri jauh hari sebelum melaksanakan pembelajaran.

2. Pembelajaran dengan menggunkan model SAVI memerlukan waktu yang panjang saat proses belajar mengajar berlangsung.

3. Pembelajaran SAVI membutuhkan guru yang berkemampuan sosial baik.

4. Penerapan pembelajaran SAVI 90% harus mengenal karakteristik siswa.

Dari beberapa penjelasan kelemahan model pembelajaran SAVI menurut apara ahli dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan model pembelajaran

SAVI kelemahan yang dihadapi yaitu, memerlukan guru yang kreatis dan inovatif dalam memadukan keempat unsur model pembelajaran SAVI, waktu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran panjang, dan membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh yang disesuaikan dengan kebutuhannya.

2.1.2 Media Audio Visual

Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk merangsang kegiatan pemebelajaran siswa di kelas. Pengertian media menurut (Arsyad, 2014), media pendidikan adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. (Sanjaya, 2011) mengemukakan media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Selanjutnya (Prastowo, 2015:295) juga berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu baik berupa alat, atau kegiatan yang direncanakan atau dikondisikan secara sengaja yang dapat menyalurkan pesan pembelajaran guna terjadinya proses pembelajaran pada siswa sekolah dasar untuk tercapainya tujuan secara efektif dan efesien. Jadi dapat disimpulkan bahwa media adalah sebagai salah satu alat yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar mengajar yang diharapkan antara guru dan siswa. Media yang inovatif adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa serta bersifat baru. Salah satu media inovatif yaitu media audio visual.

Penggunaan media Audio visual bukan sekedar upaya guru untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa, Media audio visual itu sendiri adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar (Arsyad, 2011: 32). Menurut (Sadiman 1996: 83) media audio visual juga merupakan perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui

pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat anak mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Menurut (Saputro dkk, 2021)Media audio visual merupakan media pembelajaran yang pemakaiannya dilakukan dengan cara diproyeksikan melalui arus listrik dalam bentuk suara, misalnya, radio, tape recorder dan media yang diproyeksikan ke layar monitor dalam bentuk gambar dan suara misalnya, televisi, video, film, DVD dan VCD. Terdapat alat yang membantu fungsi dalam menampilkan gambar, alat tersebut berupa proyektor LCD yang akan menampilkan gambar melalui layar. Alat yang membantu fungsi dengan mendengarkan suara agar cenderung terdengar jelas adalah pengeras suara (Speaker Dinamis).

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah media pembelajaran yang penggunakannya menggunakan teknologi dilakukan dengan cara memproyeksikan ke layar monitor melalui arus listrik berupa perpaduan antara suara dan video berisi tentang materi pembelajaran yang mampu memperoleh pengetahauan.

Gambar 2 1 Media Audio Visual 1 2.1.2.1 Kelebihan Media Audio Visual

Ada beberpa kelebihan dalam penggunaan media audio visual diantaranya menurut (Arsyad, 2011) seabagai berikut: (1) memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh peserta didik, (2) sangat bagus untuk menerangkan suatu proses, (3) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, (4) lebih

realistis, dapat diulang-ulang dan diberhentikan sesuai dengan kebutuhan, (5) memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa.

(Setiawan, 2020) juga berpendapat bahwa kelebihan media audio visual, yaitu menarik, informasi yang diperoleh langsung dari narasumber, dapat disaksikan lebih dari sekali dan lebih hemat waktu, serta kendali volume suara dan kejernihan berada dalam arahan guru. Selanjutnya kelebihan media audio visual menurut (Ernandia dkk, 2019) antara lain; mengatasi keterbatasan jarak dan waktu mampu menggambarkan secara singkat peristiwa-peristiwa, film atau video dapat diputar berulang-ulang untuk menambah pemahaman, pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat, serta tidak hanya berlangsung satu kali melainkan berkali-kali sampai trercapai tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan media pembelajaran audio visual yaitu antara lain; media yang dibuat menarik, hemat waktu, dapat disaksikan berkali-kali, dan lebih realistis.

2.1.2.2 Kelemahan Media Audio Visual

Kelemahan media audio visual menurut (Setiawan, 2020) yaitu informasi yang searah (hal ini bisa disiasati dengan pemberian umpan balik berupa Tanya jawab), kurangnya detail menampilkan bagian dari objek (hal ini dibisa disiasati dengan penjelasan), dan harga alat yang cenderung mahal dan begitu kompleks.

(Fitria, 2018) juga mengemukakan ada beberapa kelemahan dalam menggunakan media audio visual, antara lain sebagai berikut; (1) sukar untuk direvisi, (2) relatif mahal, (3) memerlukan keahlian khusus, dan (4) peralatan harus lengkap.

Selanjutnya kelemahan media audio visual menurut (Marhayanti, 2018) yaitu umumnya memerlukan biaya dan waktu yang banyak, pada saat video ditayangkan gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan, dan memerlukan keahlian untuk merancang video agar sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang kelemahan media audio visual dapat disimpulkan bahwa kelemahan media audio visual pada umumnya

yaitu; memerlukan waktu yang panjang dan keahlian yang khusus dalam merancang video, peralatan harus lengkap, dan relative mahal.

2.1.3 Keterampilan Mengajar Guru

Keterampilan mengajar adalah suaatu kemampuan khusus yang dimiliki seorang guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efesien, dan profesional dengan melalui penguasaan dan pengemplimentasian keterampilan dasar yang baik seorang guru akan mampu menciptakan situasi, kondisi, dan lingkungan belajar yang akan mendukung proses belajar yang kondusif (Sitepu dkk, 2020). Menurut (Hamalik, 2008:174) keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan atau kecakapan guru dalam melatih atau membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri pada lingkungan. Selanjutnya keterampilan mengajar guru menurut merupakan fondasi atau dasar guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mampu menumbuhkan motivasi siswa sehingga mereka mau melakukan serangkaian kegiatan dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa penjelasan keterampilan mengajar guru dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar guru merupakan dasar dalam kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan pembelajaran dibutuhkan kemampuan khusus yang dimiliki seorang guru dalam menumbuhkan motivasi siswa dan melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efesien, dan professional. Dalam keterampilan mengajar guru ada beberapa keterampilan yang harus dikuasai oleh guru diantaranya, yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, Keterampilan membuka tutup pelajaran, keterampilan diskusi kelompok kecil, dan keterampilan mengelola kelas.

1. Keterampilan bertanya (Lestari, 2018)

Dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, guru ditutntut untuk mengajukan sikap yang baik dalam mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Keterampilan bertanya ada 2 jenis, yaitu keterampilan bertanya dasar, dan keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya dasar

didalamnya memiliki beberapa komponen, yaitu: pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan atau patokan, pemusatan, dan pembeiaan waktu untuk berpikir serta pemberian tuntunan. Sedangkan komponen dalam bertanya lanjut, yaitu: pengubahan suasana tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan pertanyaan pelacak, dan peningkatan terjadinya interaksi. Dalam prosses belajar mengajar proses bertanya hal-hal yang perlu dihindari guru seperti: menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, menulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, dan menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya, serta mengajukan pertanyaan ganda.

2. Keterampilan memberikan penguatan (Lestari, 2018)

Penguatan merupakan suatu tingkah laku guru terhadap respon tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Dalam pemberian penguatan terdapat komponen-komponen yang harus dimiliki seorang guru, antaralain yaitu: penguatan verbal, dan penguatan non verbal. Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, pehargaan, dan sebagainya. Sedangkan penguatan non verbal, penguatan dengan menggunakan mimic dan grerakan badan, penguatan dengan cara mendekaati, penguatan dengan cara sentuhan, serta penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.

3. Keterampilan mengadakan variasi (Lestari, 2018)

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditunjukkan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam sistuasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Dalam proses belajar mengajar bervariasi bisa dilakukan dalam variasi cara mengajar guru dan penggunaan media belajar agar belajar tidak hanya dengan mendengarkan ceramah atau bersifat konvesional.

4. Keterampilan menjelaskan (Lestari, 2018)

Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lain. Dalam keterampilan menjelaskan ada 2 jenis komponen, yaitu

komponen merencanakan dan komponen penyajian suatu penjelasan. Komponen merencanakan yaitu komponen yang mencakup penganalisan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan rumus, hukum, atau generalisasi yang telah ditentukan, sedangkan komponen penyajian suatua penjelas adalah dengan memperhatikan kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, serta pemberian tekanan, dan pengguanaan balikan.

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (Lestari, 2018)

Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokonduksi bagi siswa agar mental maupun perhatian berpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Dalam kegitan tersebut terdapat komponen yang harus diperhatikan oleh guru yaitu; mernarik perhatian siswa, memberikan motivasi, member acuan melalui berbagi usaha, dan membuat kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pembelajaran dengan komponen yang meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, serta mengevaluasi.

6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil (Lestari, 2018)

Guru dituntut untuk membimbing dalam proses diskusi kelompok. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang member kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif.

7. Keterampilan mengelola kelas (Lestari, 2018)

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan melibatkan kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam keterampilan mengelola kelas perlu adanya komponen seperti berikut: kemampuan guru dalam mengambil inisiatf dan mengendalikan pelajaran, keterampilan yang berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat

mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

2.1.4 Keterampilan Membaca 2.1.4.1 Pengertian Membaca

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan (Dalman, 2015:5). Menurut (Tarigan, 1985: 32) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan (Dalman, 2015:5). Menurut (Tarigan, 1985: 32) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

Dokumen terkait