• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA KELAS V SDN 02 BUNGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA KELAS V SDN 02 BUNGU"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MEMBACA PADA KELAS V SDN 02 BUNGU

Oleh

LUSI INDRIANA SELVIANI NIM 201833139

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

(2)

DAFTAR ISI

JUDUL ... 1

DAFTAR TABEL ... 1

DAFTAR GAMBAR ... 2

BAB 1 ... 3

LATAR BELAKANG ... 3

1.1 Latar Belakang ... 3

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian... 10

1.4 Manfaat ... 10

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 10

1.4.2 Manfaat Praktis ... 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 11

1.6 Definisi Operasional... 11

1.6.1 Model Pembelajaran SAVI ... 12

1.6.2 Media Audio Visual ... 12

1.6.3 Keterampilan Membaca ... 12

BAB II ... 13

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 13

2.1 Kajian Pustaka ... 13

2.1.1 Model Pembelajaran SAVI ... 13

2.1.2 Media Audio Visual ... 22

2.1.3 Keterampilan Mengajar Guru ... 25

2.1.4 Keterampilan Membaca ... 28

(3)

2.1.5 Teks Narasai Sejarah 5 W + 1H, dan Kosa Kata Baku... 31

2.1.6 Aktivitas Belajar ... 36

2.2 Penelitian Relevan... 38

2.3 Kerangka Berpikir ... 40

2.4 Hipotesis Tindakan ... 43

BAB III ... 44

METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Setting dan Karakteristik Penelitian ... 44

3.1.1 Setting Penelitian ... 44

3.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian ... 44

3.2 Variabel Penelitian ... 44

3.2.1 Variabel Bebas ... 45

3.2.2 Variabel Terikat ... 45

3.3 Prosedur Penelitian ... 45

3.3.1 Siklus I ... 48

3.3.2 Siklus II ... 50

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.4.1 Teknik Observasi ... 53

3.4.2 Teknik Wawancara ... 53

3.4.3 Teknik Tes ... 53

3.4.4 Teknik Dokumentasi ... 54

3.5 Instrumen Penelitian ... 54

3.5.1 Lembar Observasi ... 54

3.5.2 Pedoman Wawancara ... 55

3.5.3 Tes Keterampilan membaca Siswa ... 55

(4)

3.6 Uji Validitas dan Realibilitas ... 56

3.6.1 Uji Validitas ... 56

3.6.2 Realibilitas... 57

3.7 Analisis Data ... 58

3.7.1 Analisis Data Kuantitatif ... 58

3.7.2 Analisis Data Kualitatif... 60

3.8 Indikator Keberhasilan ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 66

Daftar Nilai ... 67

Media Audio Visual ... 68

Lembar Wawancara Guru ... 72

Lembar Hasil Wawancara Guru ... 74

Lembar Wawancara Siswa ... 76

Lembar Hasil Wawancara Siswa ... 77

Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 78

Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 79

Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterampilan Membaca Siswa ... 81

Lembar Observasi Keterampilan Membaca Siswa ... 82

Indikator Penilaian ... 83

Silabus Bahasa Indonesia Kelas V ... 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 5

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 7

(5)

Lembar Kerja Peserta Didik Siklus I ... 9

Lembar Kerja Peserta Didik Siklus II ... 13

Kisi-Kisi Soal Akhir Siklus I... 18

Lembar Akhir Siklus I... 19

Kunci Jawaban Akhir Siklus I ... 24

Rubrik Penilaian Siklus I ... 26

Kisi-Kisi Soal Akhir Siklus II ... 28

Lembar Akhir Siklus II ... 29

Kunci Jawaban Akhir Siklus II ... 33

Rubrik Penilaian Siklus II ... 35

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah model SAVI ... 15

Tabel 2.2 aktivitas sesuai dengan cara belajar... 18

Tabel 2.3 ciri-ciri kota baku ... 34

Tabel 3.1 Indiikator dan pembagian materi siklus I ... 48

Tabel 3.2 Indikator dan pembagian materi siklus II ... 50

Tabel 3.3 kategori keterampilan membaca ... 58

Tabel 3.4 Presentase ketuntasan klasikal ... 59

Tabel 3.5 Kategori aktivitas siswa ... 60

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1 Media Audio Visual ... 23

Gambar 2.2 Landasan kerangka berpikir ... 42

Gambar 3.1 Model Stephen Kemmis dan Roby ... 46

(8)

BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan materi pembelajaran yang wajib dipelajari di sekolah. Bahasa Indonesia sendiri merupakan alat komunikasi yang menjadi salah satu ciri khas bangsa Indonesia dan digunakan sebagai bahasa nasional. Belajar merupakan alat utama dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsur proses pendidikan di sekolah. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ini mencangkup empat aspek keterampilan, yaitu antaralain sebagai berikut: aspek keterampilan membaca, aspek keterampilan menyimak, aspek keterampilan menulis, dan aspek keterampilan berbicara. Keterampilan membaca merupakan salah satu jalan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dalam proes pembelajaran melalui media teks. Aktivitas membaca siswa sebagai salah satu keterampilan berbahasa Indonesia yang bertujuan memahami ide, gagasan dan perasaan dari teks bacaan.

Tarigan (1985: 32) berpendapat Membaca adalah tahap yang dilakukan dan dimanfaatkan oleh pembaca untuk menerima pesan yang akan disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahan tertulis atau memetik dan memahami arti yang terkandung dalam bahan tertulis. Ekwal (2020) juga berpendapat bahwa membaca pemahaman adalah kemampuan yang berarti untuk memahami ide pokok dari suatu bacaan, memahami detail yang penting dan menumbuhkan pikiran kreatif visual.Salah satu masalah yang tampak dalam proses pembelajaran di Indonesia merupakan kurangnya dari sistem pembelajaran. Dalam sistem pembelajaran, siswa kurang didorong untuk menumbuhkan kemampuan berfikir.

Proses pembelajaran hanya ditujukan pada kemampuan mengingat informasi, siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun informasi tanpa dituntut untuk memahami isi informasi pada sebuah teks bacaan.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan dimanfaatkan oleh pembaca untuk menerima pesan yang akan disampaikan oleh penulis melalui

(9)

bahasa yang tersusun. Melalui membaca, kita dapat menyampaikan pemikiran atau mencari informasi dari sebuah teks pemahaman. (Zuchdi dalam Dien, 2021), mendefinisikan membaca sebagai proses komunikasi yang berupa pemerolehan informasi dari penulis oleh pembaca. Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa membaca bertujuan untuk memperoleh informasi. Pada dasarnya, membaca pemahaman adalah kelanjutan dari membaca awal.Di sini, pembaca umumnya tidak dituntut untuk menghafalkan huruf secara benar dan merangkai setiap bunyi, struktur kata, dan kalimat. Namun, di sini ia perlu memahami inti dari bacaan yang ia teliti. Dengan cara ini, hasil sebenarnya dari membaca adalah untuk memahami isi bacaan yang dibacanya. Ada beberapa aspek yang harus dikuasai siswa dalam memahami isi bacaan atau pesan yang dituangkan penulis dalam bacaan. (Dien, 2021) menyatakan ada beberapa aspek dalam memahami isi bacaan adalah sebagai berikut:

1. Aspek memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal) Siwa dituntut untuk memahami pengertian sederhana yang terdapat dalam teks bacaan berupa lesikal (makna konotasi dan denotasi), gramatikal (perubahan bentuk kata), dan retorikal (kemampuan dalam membuat argument)

2. Aspek memahmi signifikan atau makna

Siswa dituntut memahami maksud dan tujuan pengarang relevansi atau keadaan kebudayaan, reaksi pembaca dalam teks bacaan yang telah dibaca.

3. Aspek mengevaluasi isi

Siswa dituntut untuk mencari atau mengumpulkan informasi dari teks bacaan yang telah dibaca kemudian digunakan untuk alternatife terbaik dalam membuat kesimpulan

4. Aspek kemampuan reaksi

Kemampuan siswa dalam melakukan tindakan atau reaksi dalam membaca teks.

5. Aspek membuat kesimpulan

aspek penyesuaian tujuan, aspek mengevaluasi isi, aspek kemampuan reaksi, dan aspek membuat kesimpulan.

(10)

Dalam pembelajaran di sekolah, masalah kesulitan belajar yang dialami siswa, disebabkan oleh model atau pendekatan pembelajaran guru kurang tepat.

Seingga keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran berkurang yang dapat mempengaruhi ketrampilan membacanya. Selanjutnya, sehubungan dengan berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel. Variabel-variabel ini ada di dalam dan di luar diri sendiri. Untuk variabel dari dalam diri sendiri yaitu motivasi dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan variabel dari luar diri sendiri yaitu keterampilan mengajar guru masih banyak yang menggunakan metode konvesional dengan teknik ceramah, dan sarana media pendukung yang tidak memadai.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru diSDN 02 Bungu pada hari Rabu, 19 Januari 2022 memperoleh beberapa informasi mengenai penyebab rendahnya keterampilan membaca siswa, antara lain sebagai berikut: (1) Pembelajaran dikelas masih menggunakan konvesional yang berpusat pada guru dan metode ceramah, (2) Kurangya media yang digunakan untuk penunjang pembelajaran, (3)Masih kurangnya aktivitas siswa dalam belajar, siswa cenderung pasif atau diam, dan (4) Peneliti melihat bahwa beberapa siswa di kelas V ini kurang bersemangat dalam menerima pembelajaran bahasa Indonesia dan kurangnya pemahaman mencari informasi dari sebuah teks bacaan. Dilihat dari data nilai rata-rata ulangan harian keterampilan membaca siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diperoleh dari dokumen guru kelas V SDN 02 Bungu yaitu 74 dengan rata-rata KKM yang telah ditentukan yaitu 75, dari 23 siswa hanya 7 siswa yang tuntas dan 16 siswa selebihnya masih tergolong rendah atau belum mencapai KKM. Dalam proses pembelajaran masih sedikit siswa yang memiliki semangat untuk belajar dan kemampuan untuk mencari informasi dari sebuah teks bacaan yang ditunjukkan oleh keaktifan dalam menjawab pertanyaan,Dilihat dari data nilai rata-rata ulangan harian keterampilan membaca siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diperoleh dari dokumen guru kelas V SDN 02 Bungu yaitu 74 dengan rata-rata KKM yang telah ditentukan yaitu 75, dari 23 siswa hanya 7 siswa yang tuntas, dan 16 siswa selebihnya masih

(11)

tergolong rendah atau belum mencapai KKM. mengajukan pertanyaan kepada guru dan memaparkan informasi yang didapat dengan benar.

Berdasarkan masalah yang terjadi, maka perlu dicari solusi untuk permaslahan tersebut. Berdasarkan masalah yang terjadi, maka perlu dicari solusi untuk permaslahan tersebut. Solusi tersebut diharapkan dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Salah satu solusi untuk masalah ini adalah dengan meningkatkan keterampilan mengajar guru. Keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan atau kecakapan guru dalam melatih atau membimbing aktivitas dan pengalaman serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri pada lingkungan. (Sitepu dkk, 2020) menyatakan bahwa keterampilan mengajar adalah suaatu kemampuan khusus yang dimiliki seorang guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efesien, dan profesional dengan melalui penguasaan dan pengemplimentasian keterampilan dasar yang baik seorang guru akan mampu menciptakan situasi, kondisi, dan lingkungan belajar yang akan mendukung proses belajar yang kondusif. Dalam keterampilan mengajar guru diperlukanya penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran adalah cara yang dapat berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan pembelajaran dan media pembelajaran berfungsi meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga siswa dapat berpikir dan menganalisis materi dengan baik.

Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah model pembelajaran yang dapat memahami kondisi siswa, dapat mengaktifkan semua siswa, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan aktivitasnya dengan memanfaatkan semua indera yang dimiliki dan mempraktikkan materi yang sedang dipelajari secara langsung. Salah satu model pembelajaran yang dapat memaksimalkan aktivitas siswa dan memberikan pengalaman bermakna bagi siswa dalam proses pembelajaran adalah model dan media pembelajaran yang tepat.

Model pembelajaran SAVI merupakan model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indera yang dimiliki siswa yang melibatkan beberapa unsur yaitu raga (somatic), suara (auditori), gambar

(12)

(visual), pemahaman (intelektual) siswa agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Istilah SAVI sendiri bermakna gerakan tubuh, dimana belajar haruslah menggunakan indera melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Intelectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar,menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, menciptakan, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. (Suyatno, 2009: 65) Pengertian tersebut menekankan bahwa model pembelajaran SAVI haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki oleh siswa. Dalam model pemebelajaran SAVI Ada empat tahapan dalam belajar (Meier, 2000:106-108) yaitu tahap persiapan, tahap prnyampaian, tahap pelatihan, dan tahap penampilan.

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

2. Tahap penyampaian

Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra dan cocok untuk semua gaya belajar.

3. Tahap pelatihan

Pada tahap ini guru membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara

4. Tahap penampilan

Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.

Selain model pembelajaran yang tepat pembelajaran merupakan satu hal yang kompleks sehingga diperlukan alat bantu berupa media yang relevan untuk menyampaikan berita atau informasi, yang dapat merangsang minat, pemikiran, emosi, serta perhatian siswa terhadap materi pembelajaran salah satunya dengan menggunakan media Audio Visual.

(13)

Media Audio Visual merupakan salah satu media yang mampu merangsang motivasi serta minat seseorang dalam belajar. Ditinjau dari semua aspek, media semacam ini merupakan pilihan yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis teknologi. Menurut (Sadiman, 1996:83) Media audio visual juga merupakan perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat anak mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Berdasarkan sudut pandang yang berbeda, pembelajaran berbasis media audiovisual dapat digunakan sebagai pilihan alternatif untuk mengoptimallisasikan pembelajaran, adapun kemudahan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media pembelajaran berbasis audiovisual adalah (a) kemudahan dalam proses pengemasan, (b) menarik motivasi siswa, (c) kemudahan dalam editing (reshuffle), (d) kemudahan akses secara daring (online) maupun tatap muka secara langsung, Melalui pemanfaatan teknologi komputer, pembelajaran audiovisual diharapkan mampu menyajikan materi yang lebih bervariatif, termasuk visualisasi sebuah bahan ajar, sehingga mampu meningkatkan kemampuan siswa saat belajar.

Disamping itu pembelajaran audiovisual dapat dilakukan secara interaktif, melalui lalu lintas dua arah antara guru, siswa, dan media, yang terjadi selama proses pembelajaran.

Penelitian terdahulu yang serupa adalah penelitian (Nur, 2018) yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Terhadap Hasil Belajar Murid Dalam Keterampilan Membaca Bahasa Indonesia Kelas V Sd Inpres Ana Gowa Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.

Dilihat dari hasil analisis data tes, hasil belajar menunjukkan bahwa tingkat kemampuan murid kelas V sebelum menerapkan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) dikategorikan rendah dengan persentase 33% dengan rata-rata 66. Hasil belajar setelah diterapkan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) dikategorikan tinggi dengan persentase 49% dengan rata-rata 81. Hasil analisis deskriptif menggunakan rumus uji t diketahui bahwa nilai tHitung 29,3 dengan frekuensi db = 27-1 = 26 pada taraf signifikansi 5% diperoleh tTabel 2,05. Karena tHitung > tTabel maka

(14)

dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) berpengaruh terhadap hasil belajar dalam keterampilan membaca bahasa Indonesia kelas V SD Inpres Ana Gowa.

Perbedaanya dengan penelitian saat ini dengan peneliti (Nur, 2018), yaitu meningkatkan hasil belajar menggunakan model pembelajaran SAVI, sedangkan pada penelitian saat ini menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan media pembelajaran. Terdapat juga penelitian yang serupa dengan penelitian menggunakan media audio visual yaitu penelitian dari (Saputro,dkk 2021) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Dengan Menggunakan Media Audio Visual Di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut dilakukan pada kelas II SDN 04 Kemiri Kecamatan KebakKramat Kabupaten Karanganyar. Dilihat dari nilai rata-rata siswa siklus 1 yaitu 68,19% dari 15 siswa dan 31,81% dari 7 siswa, pada tahap siklus 2 menggunakan media audio visual diperoleh nilai rata-rata 95,46%

dari 21 siswa dan 4,54% 1 siswa, dapat dikatakan bahwa menggunakan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian (Saputro,dkk 2021) terletak pada subjek kelas yang diteliti dan penggunakan model pembelajaran yang digunakan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Savi Berbantuan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pada Kelas V SDN 02 Bungu”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaiamana keterampilan mengajar guru dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa dengan menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SDN 02 Bungu?

2. Bagaimana aktivitas siswa terhadap keterampilan membaca menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SDN 02 Bungu?

(15)

3. Bagaimana penerapan model pembelajaran SAVI berbantuan media audio visual terhadap peningkatan keterampilan membaca pada siswa kelas V SDN 02 Bungu?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui keterampilan mengajar guru dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa dengan menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SDN 02 Bungu 2. Mengetahui aktivitas siswa terhadap keterampilan membaca menggunakan

model pemebelajaran SAVI berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SDN 02 Bungu

3. Mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan membaca siswa dalam menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SDN 02 Bungu

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis kepada pihak yang bersangkutan.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat penambah wawasan dalam melakukan penelitian untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa .

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah dalam bidang pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa.

b. Dapat memberikan referensi model dan media pembelajaran yang variatif, kreatif, dan menyenangkan dalam model pembelajaran Somatis Auditory Visual Intelektual berbantuan media audio visual.

(16)

2. Bagi Guru

a. Dapat mengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan model dan media pembelajaran yang menarik, efektif, dan efisien

b. Sebagai motivasi guru untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa dengan menggunakan model berbantuan media yang tepat.

3. Bagi Sekolah

a. Sebagai bahan acuan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di kelas, dan hasil penelitian dapat meningkatkan kualitas pendidikan sekolah yang semakin maju

4. Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini, diharapkan peneliti sebagai calon guru sekolah dasar dapat memilih model pembelajaran yang tepat dan penggunaan media pembelajara yang membangun minat, motivasi,dan menyenangkan bagi siswa agar suasana pembelajaran aktif dan kreatif.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini berfokus pada keterampilan membaca siswa pada materi bahasa Indonesia 3.5 Menggali informasi penting dari teks narasi sejarah yang disajikan secara lisan dan tulis menggunakan aspek: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana, dan 4.5 Memaparkan informasi penting dari teks narasi sejarah menggunakan aspek: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana serta kosakata baku dan kalimat efektif dengan menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SDN 02 Bungu.

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang keliru dari pembaca dalam memahami maksud yang terkandung dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran SAVI Berbantuan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Kelas V SDN 02 Bungu” maka peneliti akan memberikan batasan pengertian sebagai berikut :

(17)

1.6.1 Model Pembelajaran SAVI

Model SAVI yang dimaksud peneliti adalah kemampuan dalam memilih model pembelajaran yang sesuai untuk dapat mengoptimalkan aktivitas pembelajaran dengan menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indera yang dimiliki siswa yang melibatkan beberapa unsur yaitu raga (somatic), suara (auditori), gambar (visual), pemahaman (intelektual) siswa agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

1.6.2 Media Audio Visual

Media Audio Visual yang dimaksud peneliti yaitu alat yang digunakan dalam pemebelajaran sebagai perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya dengan penayangan video animasi melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat anak mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

1.6.3 Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca yang dimaksud peneliti adalah keterampilan membaca dalam sebuah teks cerita untuk menentukan isi dalam sebuah teks cerita yang pada umumnya tidak dituntut untuk menghafalkan huruf secara benar dan merangkai setiap bunyi, struktur kata, dan kalimat. Namun, di sini ia perlu memahami inti dari bacaan yang ia baca.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Model Pembelajaran SAVI

2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah satu cara kegiatan belajar mengajar secara bertahap yang ditempuh oleh guru dan siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik (Halik, 2012). Model pembelajaran merupakan prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran (Afandi, 2013). Selanjutnya (Kaban, dkk. 2020).

Juga berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan suatu langkah-langkah atau pola yang digunakan dalam proses pembelajaran kemudian diterapkan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan membuat pembelajaran lebih efisen dan efektif. Dalam model pembelajaran terdapat suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai alat bantu dalam mengatur pembelajaran di kelas.Model pembelajaran merupakan suatu langkah-langkah atau pola yang digunakan dalam proses pembelajaran kemudian diterapkan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan membuat pembelajaran lebih efisen dan efektif. Drai beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai alat bantu dalam mengatur pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan (terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran), termasuk dalam tujuan-tujuan pengajaran, tahapan dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan ruang belajar pelaksanaan dikelas.

(19)

2.1.1.2 Model Pembelajaran SAVI

Model pembelajaran SAVI merupakan cara belajar yang menggabungkan antara gerakan fisik, dengan aktivitas intelektual, dan penggunaan semua alat indra untuk memberikan pengaruh yang besar pada proses belajar (Kusdiyanti, 2018).

Model pembelajaran SAVI adalah model yang menyajikan sistem seacara lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam belajar, yang merupakan cara belajar secara alami. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditori artinya belajar dengan berbicara dan mendengar, Visual artinya belajar dengan menggambar dan mengamati, dan Intelektual artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan (Rusman, 2012:373). Selanjutnya menurut (Aris, 2014:

177-178) terdapat 4 karakteristik model pembelajaran SAVI, yaitu: (a) Somatic (belajar dengan berbuat dan bergerak) bermakna gerakan tubuh (aktifitas fisik), yakni belajar dengan mengalami dan melakukan; (b) Auditory (belajar dengan berbicara dan mendengar) bermakna belajar haruslah melalui mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentai, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; (c) Visualization (belajar dengan mengamati dan menggambarkan) bermakna belajar haruslah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, menggunakan media dan alat peraga; (d) Intellectualy (belajar dengan memecahkan masalah dan berfikir) bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir, konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkannya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SAVI adalah model pembelajaran yang proses dalam pembelajarannya melibatkan alat indra yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran dengan bergerak, berbicara, mendengar, mengamati, dan kemampuan memahami materi.

(20)

2.1.1.3 Langkah Model Pembelajaran SAVI

Tabel 2.1 Langkah-langkah model SAVI 1

Model pembelajaran SAVI menurut (Rusman, 2012:373-374) adalah sebagai berikut:

1. Persiapan (Rusman, 2012:373-374)

Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, member peserta didik perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan peserta didik dalam situasi optimal untuk belajar.

2. Penyampian (Rusman, 2012:373-374)

Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra, dan cocok untuk semua gaya belajar.

3. Tahap persiapan (Rusman, 2012:373-374)

Tujuan pada tahap ini adalah membantu pembelajar mengintregasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.

Persiapan

Penyampaian

Pelatihan

Penampilan

(21)

4. Penampilan hasil(Rusman, 2012:373-374)

Tujuan pada tahap ini, membantu pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru peserta didik dengan pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.

Selanjutnya langkah-langkah model pembelajaran menurut (Hendry, 2009) antara lain sebagai berikut:

1. Tahap persiapan (Hendry, 2009) a) Merberikan sugestif positif

b) Memberikan pertanyaan yang bermanfaat bagi siswa c) Memberikan tujuan yang jelas dan signifikan

d) Membangkitkan minat siswa

e) Menciptakan lingkungan emosional yang positif f) Menciptakan lingkungan fisik yang positif g) Menciptakan lingkungan sosial yang positif h) Menenangkan rasa takut

i) Menyingkirkan halangan-halangan untuk belajar j) Merangsang minat siswa

k) Mengajak siswa untuk terlibat secara penuh sejak awal 2. Tahap penyampaian (Hendry, 2009)

a) Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan b) Pengamatan fenomena dunia nyata

c) Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh d) Presentasi interaktif

e) Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni

f) Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar g) Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim

h) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) i) Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual j) Pelatihan memecahkan masalah

(22)

3. Tahap pelatihan (Hendry, 2009) a) Aktivitas pemrosesan siswa

b) Usaha aktif atau umpan balik atau renungan c) Simulasi dunia-nyata

d) Permainan dalam belajar e) Pelatihan aksi pembelajaran f) Aktivitas pemecahan masalah g) Refleksi dan artikulasi individu

h) Dialog berpasangan atau berkelompok i) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif

j) Aktivitas praktis membangun keterampilan k) Mengajar balik

4. Tahap penampilan hasil (Hendry, 2009)

a) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi b) Aktivitas penguatan penerapan

c) Pelatihan terus menerus

d) Umpan balik dan evaluasi kinerja e) Aktivitas dukungan kawan

f) Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung

Selanjutnya langkah-langkah model pembelajaran SAVI menurut (Shoimin, 2014:178) adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan (Kegiatan pendahuluan) (Shoimin, 2014:178).

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

2. Tahap penyampaian (Kegiatan Inti) (Shoimin, 2014:178).

Pada tahap ini hendaknya guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara melinbatkan panca indra dan cocok untuk semua gaya belajar.

(23)

3. Tahap pelatihan (Kegiatan Inti) (Shoimin, 2014:178).

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.

4. Tahap penampilan hasil (Tahap penutup) (Shoimin, 2014:178).

Pada tahap ini hendaknya guur membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan langkah model pembelajaran SAVI menurut (Shoimin, 2014:178). Yang terdiri dari 4 tahapan yaitu antara lain sebagaia berikut: (1) Tahap persiapan (Kegiatan pendahuluan), (2) Tahap penyampaian (Kegiatan inti), (3) Tahap pelatihan (Kegiatan inti), dan (4) Tahap penampilan hasil (Kegiatan penutup). Contoh membuat aktivitas sesuai dengan cara belajar/gaya belajar siswa dijelaskan dalam tabel di bawah ini (Shoimin, 2014:180)

Tabel 2.2 aktivitas sesuai dengan cara b 1

Gaya Belajar Aktivitas

Somatis Orang dapat bergerak ketika mereka:

1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur.

2. Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep.

3. Mendapatkan pengalaman atau menceritakannya

(merefleksikannya).

4. Menjalankan pelatihan beljar aktif (stimulus, permainan belajar,dll).

5. Melakukan kajian lapangan, lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang apa yang dipelajari.

Auditori Berikut ini gagasan-gasan awal untuk

meningkatkan sarana auditori dalam belajar:

1. Ajaklah pembelajar membaca keras dari buku panduan atau komputer.

2. Ceritakanlah kisah-kisah yang

(24)

mengandung materi pembelajaran yang didalam buku pembelajaran yang dibaca mereka.

3. Mintalah pembelajar mempraktikan sesuatu keterampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan.

4. Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara nonstop saat sedang menyusun pemecahan masalah aotau membuat rencana jangka panjang.

Visual Hal-hal yang dilakukan untuk

meningkatkan pembelajaran visual adalah sebagai berikut:

1. Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi).

2. Grafik presentasi yang hidup.

3. Benda 3 dimensi.

4. Bahasa tubuh yang dramatis 5. Cerita yang hidup

6. Kreasi pictogram (oleh pendengar).

7. Pengamatan lapangan 8. Dekorasi berwarna warni 9. Ikon alat bantu kerja

Intelektual Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika pembelajaran diarahkan dalam aktivitas seperti berikut :

1. Memecahkan masalah 2. Menganalisis pengalaman

3. Mengerjakan perencanaan strategis 4. Memilih gagasan kreatif

5. Mencari dan menyaring informasi dari sebuah bacaan

6. Merumuskan pertanyaan

7. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan

8. Menciptakan makna pribadi

9. Meramalkan implikasi suatu gagasan

(25)

2.1.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran SAVI 2.1.1.4.1 Kelebihan dari model SAVI

Kelebihan model pembelajaran SAVI yaitu membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual, didesain agar suasana belajar menjadi menyenangkan, menarik, sehingga siswa tidak mudah lupa, karena semua proses pembelajaran tersebut melekat pada diri sendiri, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa, siswa akan termotivasi untuk belajar lebih baik, melatih siswa untuk terbiasa mengemukakan pendapat, bertanya, maupun menjawab pertanyaan, dan kelebihan yang sangat kuat adalah merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar (Alfiani, 2012). Kelebihan model pembelajaran SAVI (Meier, 2002:117) antara lain: 1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa; 2) memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik, dan efektif; 3) membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa; 4) memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori, dan intelektual.

Selanjutnya kelebihan model pembelajaran SAVI menurut (Kusdiyanti, 2018) adalah sebagai berikut :

1. Belajar Somatis

Siswa dapat belajar dengan indra peraba, kinestis, praktis, melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakan tubuh sewaktu belajar.

2. Bealajar Auditory

Siswa dapat belajar dengan melibatka kemampuan pendegaran. Ketika telinga menangkap dan menyimpan informasi, beberapa area penting di otak menjadi aktif.

3. Belajar Visual

Siswa dapat belajar dengan melibatkan kemampuan penghlihatan, dengan alasan bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat memperoses informasi visual dari pada indra yang lain.

(26)

4. Belajar Intelektual

Siswa dapat belajar dengan melibatkan kemampuan berfikir, yaitu dengan memecahkan masalah dan merenung.

Dari beberapa penjelasan kelebihan model pembelajaran SAVI diatas dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran SAVI dapat membangkitkan kecerdasan siswa dengan menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual, didesain agar suasana belajar menjadi menyenangkan, menarik, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa, siswa akan termotivasi untuk belajar lebih baik, melatih siswa untuk terbiasa mengemukakan pendapat, bertanya, maupun menjawab pertanyaan.

2.1.1.4.2 Kelemahan dari model SAVI

Kelemahan model pembelajaran SAVI yaitu model ini menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh, dan membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhannya, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar (Ekawati, 2019). Kelemahan dari model pembelejaran SAVI (Alfiani, 2012) adalah model ini menuntut adanya guru yang kreatif, inovatif, sehingga dapat memadukan keempat unsur secara utuh, dan membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah. Selanjutnya kelemahan model pembelajaran SAVI (Kusdiyanti, 2018) antara lain sebagai berikut:

1. Guru haris mempersiapkan diri jauh hari sebelum melaksanakan pembelajaran.

2. Pembelajaran dengan menggunkan model SAVI memerlukan waktu yang panjang saat proses belajar mengajar berlangsung.

3. Pembelajaran SAVI membutuhkan guru yang berkemampuan sosial baik.

4. Penerapan pembelajaran SAVI 90% harus mengenal karakteristik siswa.

Dari beberapa penjelasan kelemahan model pembelajaran SAVI menurut apara ahli dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan model pembelajaran

(27)

SAVI kelemahan yang dihadapi yaitu, memerlukan guru yang kreatis dan inovatif dalam memadukan keempat unsur model pembelajaran SAVI, waktu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran panjang, dan membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh yang disesuaikan dengan kebutuhannya.

2.1.2 Media Audio Visual

Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk merangsang kegiatan pemebelajaran siswa di kelas. Pengertian media menurut (Arsyad, 2014), media pendidikan adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. (Sanjaya, 2011) mengemukakan media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Selanjutnya (Prastowo, 2015:295) juga berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu baik berupa alat, atau kegiatan yang direncanakan atau dikondisikan secara sengaja yang dapat menyalurkan pesan pembelajaran guna terjadinya proses pembelajaran pada siswa sekolah dasar untuk tercapainya tujuan secara efektif dan efesien. Jadi dapat disimpulkan bahwa media adalah sebagai salah satu alat yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar mengajar yang diharapkan antara guru dan siswa. Media yang inovatif adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa serta bersifat baru. Salah satu media inovatif yaitu media audio visual.

Penggunaan media Audio visual bukan sekedar upaya guru untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa, Media audio visual itu sendiri adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar (Arsyad, 2011: 32). Menurut (Sadiman 1996: 83) media audio visual juga merupakan perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui

(28)

pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat anak mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Menurut (Saputro dkk, 2021)Media audio visual merupakan media pembelajaran yang pemakaiannya dilakukan dengan cara diproyeksikan melalui arus listrik dalam bentuk suara, misalnya, radio, tape recorder dan media yang diproyeksikan ke layar monitor dalam bentuk gambar dan suara misalnya, televisi, video, film, DVD dan VCD. Terdapat alat yang membantu fungsi dalam menampilkan gambar, alat tersebut berupa proyektor LCD yang akan menampilkan gambar melalui layar. Alat yang membantu fungsi dengan mendengarkan suara agar cenderung terdengar jelas adalah pengeras suara (Speaker Dinamis).

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah media pembelajaran yang penggunakannya menggunakan teknologi dilakukan dengan cara memproyeksikan ke layar monitor melalui arus listrik berupa perpaduan antara suara dan video berisi tentang materi pembelajaran yang mampu memperoleh pengetahauan.

Gambar 2 1 Media Audio Visual 1 2.1.2.1 Kelebihan Media Audio Visual

Ada beberpa kelebihan dalam penggunaan media audio visual diantaranya menurut (Arsyad, 2011) seabagai berikut: (1) memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh peserta didik, (2) sangat bagus untuk menerangkan suatu proses, (3) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, (4) lebih

(29)

realistis, dapat diulang-ulang dan diberhentikan sesuai dengan kebutuhan, (5) memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa.

(Setiawan, 2020) juga berpendapat bahwa kelebihan media audio visual, yaitu menarik, informasi yang diperoleh langsung dari narasumber, dapat disaksikan lebih dari sekali dan lebih hemat waktu, serta kendali volume suara dan kejernihan berada dalam arahan guru. Selanjutnya kelebihan media audio visual menurut (Ernandia dkk, 2019) antara lain; mengatasi keterbatasan jarak dan waktu mampu menggambarkan secara singkat peristiwa-peristiwa, film atau video dapat diputar berulang-ulang untuk menambah pemahaman, pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat, serta tidak hanya berlangsung satu kali melainkan berkali-kali sampai trercapai tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan media pembelajaran audio visual yaitu antara lain; media yang dibuat menarik, hemat waktu, dapat disaksikan berkali-kali, dan lebih realistis.

2.1.2.2 Kelemahan Media Audio Visual

Kelemahan media audio visual menurut (Setiawan, 2020) yaitu informasi yang searah (hal ini bisa disiasati dengan pemberian umpan balik berupa Tanya jawab), kurangnya detail menampilkan bagian dari objek (hal ini dibisa disiasati dengan penjelasan), dan harga alat yang cenderung mahal dan begitu kompleks.

(Fitria, 2018) juga mengemukakan ada beberapa kelemahan dalam menggunakan media audio visual, antara lain sebagai berikut; (1) sukar untuk direvisi, (2) relatif mahal, (3) memerlukan keahlian khusus, dan (4) peralatan harus lengkap.

Selanjutnya kelemahan media audio visual menurut (Marhayanti, 2018) yaitu umumnya memerlukan biaya dan waktu yang banyak, pada saat video ditayangkan gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan, dan memerlukan keahlian untuk merancang video agar sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang kelemahan media audio visual dapat disimpulkan bahwa kelemahan media audio visual pada umumnya

(30)

yaitu; memerlukan waktu yang panjang dan keahlian yang khusus dalam merancang video, peralatan harus lengkap, dan relative mahal.

2.1.3 Keterampilan Mengajar Guru

Keterampilan mengajar adalah suaatu kemampuan khusus yang dimiliki seorang guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efesien, dan profesional dengan melalui penguasaan dan pengemplimentasian keterampilan dasar yang baik seorang guru akan mampu menciptakan situasi, kondisi, dan lingkungan belajar yang akan mendukung proses belajar yang kondusif (Sitepu dkk, 2020). Menurut (Hamalik, 2008:174) keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan atau kecakapan guru dalam melatih atau membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri pada lingkungan. Selanjutnya keterampilan mengajar guru menurut merupakan fondasi atau dasar guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mampu menumbuhkan motivasi siswa sehingga mereka mau melakukan serangkaian kegiatan dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa penjelasan keterampilan mengajar guru dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar guru merupakan dasar dalam kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan pembelajaran dibutuhkan kemampuan khusus yang dimiliki seorang guru dalam menumbuhkan motivasi siswa dan melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efesien, dan professional. Dalam keterampilan mengajar guru ada beberapa keterampilan yang harus dikuasai oleh guru diantaranya, yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, Keterampilan membuka tutup pelajaran, keterampilan diskusi kelompok kecil, dan keterampilan mengelola kelas.

1. Keterampilan bertanya (Lestari, 2018)

Dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, guru ditutntut untuk mengajukan sikap yang baik dalam mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Keterampilan bertanya ada 2 jenis, yaitu keterampilan bertanya dasar, dan keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya dasar

(31)

didalamnya memiliki beberapa komponen, yaitu: pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan atau patokan, pemusatan, dan pembeiaan waktu untuk berpikir serta pemberian tuntunan. Sedangkan komponen dalam bertanya lanjut, yaitu: pengubahan suasana tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan pertanyaan pelacak, dan peningkatan terjadinya interaksi. Dalam prosses belajar mengajar proses bertanya hal-hal yang perlu dihindari guru seperti: menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, menulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, dan menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya, serta mengajukan pertanyaan ganda.

2. Keterampilan memberikan penguatan (Lestari, 2018)

Penguatan merupakan suatu tingkah laku guru terhadap respon tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Dalam pemberian penguatan terdapat komponen-komponen yang harus dimiliki seorang guru, antaralain yaitu: penguatan verbal, dan penguatan non verbal. Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, pehargaan, dan sebagainya. Sedangkan penguatan non verbal, penguatan dengan menggunakan mimic dan grerakan badan, penguatan dengan cara mendekaati, penguatan dengan cara sentuhan, serta penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.

3. Keterampilan mengadakan variasi (Lestari, 2018)

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditunjukkan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam sistuasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Dalam proses belajar mengajar bervariasi bisa dilakukan dalam variasi cara mengajar guru dan penggunaan media belajar agar belajar tidak hanya dengan mendengarkan ceramah atau bersifat konvesional.

4. Keterampilan menjelaskan (Lestari, 2018)

Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lain. Dalam keterampilan menjelaskan ada 2 jenis komponen, yaitu

(32)

komponen merencanakan dan komponen penyajian suatu penjelasan. Komponen merencanakan yaitu komponen yang mencakup penganalisan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan rumus, hukum, atau generalisasi yang telah ditentukan, sedangkan komponen penyajian suatua penjelas adalah dengan memperhatikan kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, serta pemberian tekanan, dan pengguanaan balikan.

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (Lestari, 2018)

Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokonduksi bagi siswa agar mental maupun perhatian berpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Dalam kegitan tersebut terdapat komponen yang harus diperhatikan oleh guru yaitu; mernarik perhatian siswa, memberikan motivasi, member acuan melalui berbagi usaha, dan membuat kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pembelajaran dengan komponen yang meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, serta mengevaluasi.

6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil (Lestari, 2018)

Guru dituntut untuk membimbing dalam proses diskusi kelompok. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang member kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif.

7. Keterampilan mengelola kelas (Lestari, 2018)

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan melibatkan kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam keterampilan mengelola kelas perlu adanya komponen seperti berikut: kemampuan guru dalam mengambil inisiatf dan mengendalikan pelajaran, keterampilan yang berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat

(33)

mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

2.1.4 Keterampilan Membaca 2.1.4.1 Pengertian Membaca

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan (Dalman, 2015:5). Menurut (Tarigan, 1985: 32) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/ bahan tulis atau memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan yang tertulis. Selanjutnya (Harianto, 2020) berpendapat bahwa membaca adalah pengucapakan kata-kata dan perolehan kata dari bahan cetakan yang melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai keterampilan yang kompleks, termasuk didalamnya pelajaran, pemikiraan, pertimbangan, perpaduan, dan pemecahan masalah yang berarti menimbulkan penjelasan informasi bagi pembaca.

Berdasarkan bebrerapa penjelasan tersebut dapat diperoleh bahwa keterampilan membaca adalah kemampuan seseorang dalam memahami isi teks bacaan dari bahan cetakan yang melibatkan analisis dan pengeorganisasian berbagai keterampilan yang kompleks yang dipengaruhi oleh proses berpikir.

2.1.4.2 Keterampilan Membaca

Keterampilan adalah suatu kecakapan seseorang dalam menyelesaikan tugas. (Mutaqqin, 2008) mengemukakan bahawa keterampilan dalam konteks pembelajaran adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. Marabimin (dalam Suwarjo, 2008: 94) menyatakan bahwa keterampilan membaca adalah keterampilan reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Membaca juga dapat dianggap sebagai interaksi untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pertimbangan yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis.

(34)

Tingkat keterkaitan antar implikasi yang ingin disampaikan oleh penulis dan pemahaman atau terjemahan pembaca juga menentukan ketepatan membaca dengan teliti. Sejalan dengan itu (Dalman, 2013:87) juga berpendapat bahawa membaca pemhaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami). Membaca pemahaman menurut Dalman dikelompokan menjadi empat, yaitu pemahaman literal, interpretative, kritis, dan kreatif.

1. Pemahaman literal (Dalman, 2013:87)

Pemahaman literal adalah memahami makna apa adanya, sesuai dengan makna symbol-simbol bahasa yang ada dalam bacaan.

2. Pemahaman Interpretatif (Dalman, 2013:87)

Pemahaman interpretative adalah mampu menangkap pesan secara tersirat dari suatau bacaan.

3. Pemahaman Kritis (Dalman, 2013:87)

Pemahaman kritis adalah pemahaman yang lebih tinggi tingkatnya disbanding pemahaman interpretatife. Dalam pemahaman kritis pembaca mampu membuat kritik terhadap suatu bacaan.

4. Pemahaman Kreatif (Dalman, 2013:87)

Dalam pemahaman kreatif pembaca dapat mencoba atau beereksperimen membuat sesuatu yang baru berdasarkan isi suatu bacaan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca adalah usaha seseorang dalam menyelesaikan tugas untuk memperoleh informasi dari suatu bacaan, memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar.

2.1.4.3 Tujuan Membaca

Pentingnya membaca tidak terletak pada penafsiran, tetapi pada pemikiran pembaca, tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna, arti (meaning) yang erat sekali hubungannya dengan maksud tujuan atau intensif kita dalam membaca. Resmini (2006: 94) menjelaskan bahwa pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan tersebut yaitu:

(35)

b) menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan

c) membaca bersuara memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan.

d) menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan.

e) menggali simpanan pengetahuan atau schemata siswa tentang suatu topic.

f) menghubungkan pengetahuan baru dengan schemata siswa.

g) mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan dan tertulis.

h) melakukan penguatan dan penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat oleh siswa sebelum melakukan perbuatan membaca.

i) memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan.

j) mempelajari struktur bacaan.

k) menjawab pertanyaan khususnya yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh penulis bacaan.

Menurut (Rahim, 2007:11) ada beberapa tujuan dari membaca, antara lain sebagai berikut; 1) kesenangan; 2) menyempurnakan membaca nyaring; 3) menggunakan strategi tertentu; 4) memperbarui pengetahuannya tentang suatu topik; 5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; 6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; 7) mengkonfirmasi untuk menolak prediksi; 8) menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik. Selanjutnya (Tarigan, 1985:37) juga mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan membaca antara lain sebagai berikut: (1) menemukan ide pokok, kalimat, paragraf, wacana, (2) memilih butir-butir penting, (3) menentukan organisasi bacaan, (4) menarik kesimpilan, (5) menduga makna dan meramalkan dampak-dampak, (6) merangkum apa yang terjadi, (7) membedakan fakta dan opini, (8) memperoleh informasi.

Beradasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari membaca adalah untuk memperoleh keidahan yang terkandung didalam bacaan, untuk memperoleh informasi dari sebuah bacaan, dan minyimpulkan isi dari sebuah bacaan.

(36)

2.1.4.4 Indikator Keterampilan Membaca

Dalam keterampilan membaca terdapat Indikator keterampilan membaca menurut Hogson dan Tarigan (dalam Putri dkk, 2020) ada empat, antara lain yaitu:

1. Menentukan setiap ide pokok disetiap paragraf yang ada dalam isi teks bacaan,

2. Menjawab pertanyaan mengenai isi teks bacaan 3. Membuat simpulan

4. Menceritakan kembali

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Salah satunya adalah faktor intelektual. Pengetahuan adalah kemampuan untuk berpikir yang terdiri dari pemahaman mendasar tentang keadaan tertentu dan merespon dengan benar. Berkaitan dengan pembelajaran hal itu berkaitan dengan penentuan teknik dan pengemasan materi.

2.1.5 Teks Narasai Sejarah 5 W + 1H, dan Kosa Kata Baku

Materi yang akan digunakan peneliti diambil dari (Maryanto,dkk. 2017) Materi pembelajaran Teks Narasi Sejarah 5W + 1H dan kosa kata baku pada buku siswa peristiwa dalam kehidupan muatan bahasa Indonesia kelas V.

2.1.5.1 Teks Narasi Sejarah 5W + 1H

Tek narasi sejarah adalah teks yang membahas peristiwa sejarah yang terjadi dan disampaikan dalam urutan cerita. Didalam teks narasi terdapat informasi penting dan fakta-fakta sejarah yang dapat diketahui menggunakan kata Tanya 5W+1H. 5W +1H biasanya digunakan untuk mengembangkan suatu ide cerita maupun berita. Penggunaan unsur 5W + 1H dalam membuat berita atau cerita yang ditulis memiliki alur dan inti yang jelas.

Unsur – unsur 5W + 1H yaitu sebagai berikut :

1. Apa (What) menanyakan keaadaan, perilaku atau penjelasan isi teks, 2. Dimana (where), menanyakan tempat suatu peristiwa berlangsung, lokasi

yang akan dituju, tempat yang sedang digunakan dalam teks

(37)

3. Kapan (when), menanyakan waktu terjadinya suatu keadaan atau peristiwa dalam teks

4. Siapa (who), menyakan pelaku yang terkait atau turut serta dalam suatu peristiwa/kejadian dalam teks

5. Mengapa (why), menanyakan alasan atau sebab-sebab sebuah peristiwa terjadi dalam teks

6. Bagaimana (how), menyakan cara atau proses sebuah peristiwa berlangsung, keadaan/kejelasan satu hal dalam teks.

Contoh soal teks narasi sejarah:

Bacalah teks narasi dibawah ini dan buatlah pertanyaan yang tepat dalam teks narasi sejarah menggunakan format Siapa, Apa, kapan, dimana, Mengapa dan Bagaimana!

Raden Ajeng Kartini

Raden Ajeng Kartini namanya. Pemikirannya membawa terang bagi hidup wanita-wanita di zamannya dan dampaknya terasa hingga kini. Putri Bupati Jepara yang lahir 21 April 1879 di Jepara, itu mendobrak tembok pembatas hak untuk berpendidikan antar-gender, wanita dan pria. Meski hanya bisa merasakan bangku sekolah sampai umur 12 tahun, karena pada saat itu wanita tidak boleh berpendidikan lebih tinggi dari pria, Kartini tak berhenti. Dia mengisi hari-harinya dengan menuliskan surat berisi pemikiran-pemikirannya kepada teman-temannya di Belanda. Surat-surat itulah yang dikumpulkan lalu diterbitkan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Hidupnya menginspirasi wanita-wanita lainnya dan mengubah pandangan terhadap perempuan pribumi. Dan karena itulah masyarakat Indonesia mengenang hari kelahiran Kartini pada 21 April setiap tahunnya. Kartini adalah pahlawan. Namanya diakui sebagai pahlawan nasional lewat SK Nomor 108 Tahun 1964. Namun dia tak sendirian. Masih ada sederet pahlawan nasional wanita lainnya yang juga menorehkan tinta perjuangan bagi masa depan negeri ini.

(38)

Buatlah pertanyaan yang tepat sesuai dengan jawaban dibawah ini !

1. Raden Ajeng Kartini mendobrak tembok pembatas hak untuk berpendidikan antar-gender, wanita dan pria karena pada saat itu wanita tidak boleh berpendidikan lebih tinggi dari pria,

2. Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara

3. Putri Bupati Jepara yang lahir 21 April 1879 di Jepara 4. Raden Ajeng Kartini

5. Hidupnya menginspirasi wanita-wanita lainnya dan mengubah pandangan terhadap perempuan pribumi

6. Dia mengisi hari-harinya dengan menuliskan surat berisi pemikiran- pemikirannya kepada teman-temannya di Belanda. Surat-surat itulah yang dikumpulkan lalu diterbitkan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Jawaban yang diharapkan :

1) Apa yang melatarbelakangi Raden Ajeng Kartini meembuat buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang?

2) Diamana Raden Ajeng kartini dilahirkan?

3) Kapan Raden Ajeng Kartini dilahirkan?

4) Siapa wanita yang membuat buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang?

5) Mengapa Raden Ajeng Kartini dikenang sebagai pahlawan nasional?

6) Bagaimana kisah hidup Raden Ajeng Kartini semasa penjajahan Belanda?

(39)

2.1.5.2 KosaKata Baku

Kosakata Baku adalah kosakata baku yang sesuai dengan KBBI dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau yang saaat ini menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kosakata adalah perbendaharaan kata. Sedangkan, baku adalah tolak ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

Baku juga dapat diartikan sebagai standar. Ciri-ciri kata baku adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 ciri-ciri kota baku 1

No

Tidak dipengaruhi bahasa Asing

Bukan merupakan

bahasa percakapan

Pemakaian imbuhan dilakukan secara

eksplisit

Pemakaian yang sesuai dengan konteks

kalimat

Baku Tidak Baku

Baku Tidak Baku

Baku Tidak Baku

Baku Tidak Baku 1. Itu

benar Itu adalah benar

Bagai mana

Gimana Menangis Nangis Sehubu ngan dengan

Sehub ungan 2. Banya

k guru

Bayak guru- guru

Tidak Nggak Bermain Main Terdiri atas

Terdiri

Contoh soal :

Ayo, temukan kosakata baku pada bacaan dibawah ini. Kemudian, carilah arti katanya. Kamu dapat mencarinya di Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertanya kepada Guru, atau berdiskusi.

(40)

Cut Nyak Dhien (1850-1908)

Cut Nyak Dhien berasal dari keluarga bangsawan yang agamis di Aceh.

Pada usianya yang ke-12 tahun dia sudah menjalani bahtera rumah tangga bersama Teuku Ibrahim Lamnga. Kebenciannya pada pasukan kolonial Belanda mulai timbul semenjak Belanda menyerang Aceh untuk pertama kalinya pada 26 Maret 1873. Kemarahan Cut Nyak Dhien makin tersulut saat sang suami gugur di medan perang melawan Belanda. Dia pun bersumpah akan menikah dengan pria yang bersedia membantunya membalaskan kematian sang suami. Selama menjanda,Cut Nyak Dhien memimpin sendiri pasukannya. Hingga 2 tahun setelah kematian Teuku Ibrahim Lamnga, dia bertemu Teuku Umar yang juga merupakan pahlawan nasional. Keduanya pun menikah. Bersama Teuku Umar,Cut Nyak Dhien bergerilya melawan penjajahan Belanda. Hingga akhirnya Teuku Umar wafat, Cut Nyak Dhien yang harus menjanda 2 kali tetap berjuang. Menjelang akhir hidupnya, Cut Nyak Dhien dibuang ke Sumedang, Jawa Barat. 6 November 1908 dia mengembuskan napas terakhirnya di kota itu. Atas perjuangannya, nama Cut Nyak Dhien disahkan sebagai pahlawan nasional lewat SK Nomor 106 Tahun 1964.

Perhatikan cara-cara menggunakan kamus berikut!!.

1. Pilihlah sebuah kata dari daftar kosakata barumu, misalnya: Bangsawan.

2. Bukalah kamusmu. Carilah daftar kata-kata yang dimulai dengan huruf awal “b”.

Ingat, setiap kata pada kamus selalu diurutkan berdasarkan urutan abjad.

3. Dalam daftar kata yang berhuruf awal “b”, carilah daftar kata yang dimulai dengan

“ba”.

4. Carilah daftar kata yang dimulai dengan “bang”. Kata bangsawan akan kamu temukan di antara kata-kata itu. Selamat mencari!!

Kosakata Pada Bacaan

Kosakata Baku Arti kata

Bangsawan Keturunan orang mulia

Sudah Telah jadi

Gugur Memimpin Pahlawan

(41)

2.1.6 Aktivitas Belajar 2.1.6.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah proses aktivitas yang dilakukan dengan sengaja untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa dan yang bersifat menetap (Setiawati, 2018). Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu, indikator belajar ditujukan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan sikap, kebiasaan, kecakapan, atau pemahaman (Sumiati, 2013).

Menurut (Parnawi, 2019) Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kulitas dan kuantitas tingkahlaku,seperti peningkatan keterampilan, daya piker, dan lain-lain kemampuan. Selanjutnya Belajar menurut (Sutisna, 2020) adalah suatu proses individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga menimbulkan terjadinya perubahan tingkah laku, baik sikap, keterampilan, pengetahuan. Perubahan ini terjadi karena adanya respons dari individu terhadap rangsangan-rangsangan atau stimulus yang diterimanya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dari dalam diri individu melalui proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu untuk mencapai suatu perubahan yang ditampakan dalam bentuk peningkatan kulitas dan kuantitas tingkahlaku, seperti peningkatan keterampilan, daya piker, dan lain-lain kemampuan.

2.1.6.2 Pengertian aktivitas belajar

Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang

(42)

dimaksud adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (Sumiati, 2013). Menurut (Sumianto, 2021) Aktivitas belajar merupakan serentetan aktivitas kegiatan yang dirancang guru untuk membelajarkan siswa yang berkaitan dengan kegiatan melakukan sesuatu dalam menemukan ilmu. Selanjutnya menurut Kuswanti dalam (Sumianto, 2021) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, fikiran, perbuatan dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan pembelajaran.

Banyak jenis-jenis aktivitas belajar yang dilakukan disekolah yang tidak hanya mendengarkan serta menulis. Seperti yang diungkapkan Paul B. Diedrich dalam (Agustin, dkk 2017):

1.Listening activities, sebagai contoh mendengarkan diskusi, musik, pidato, percakapan, uraian.

2.Oral activities, contohnya seperti bertanya, menyatakan, merumuskan, mengeluarkan pendapat, memberi saran, bersikusi.

3.Visual activities, contohnya seperti membaca, memperhatikan gambar dan video demonstrasi.

4. Writing activities, seperti menulis laporan, cerita, dan angket

5.Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat model mereparasi, kontruksi, bermain, berternak, dan berkebun.

6.Mental activities, seperti menanggapi, memecahkan soal, mengingat, menganalisis serta mengambil keputusan.

7.Emotional activities, seperti merasa bosan, berminat, bergairah, tenang, dan gembira.

Dari beberapa uraian pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah seretetan aktivitas belajar siswa yang dirancang oleh guru dan keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, fikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam proses belajar, seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas, dan

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria pengendalian konversi lahan pertambakan yang dapat digunakan sebagai masukan pada perumusan arahan pengendalian konversi lahan pertambakan di Kecamatan Manyar,

Gambar 6 diatas merupakan grafik persentase reduksi perpindahan sistem utama dengan CPVA. Simulasi dilakukan dengan variasi frekuensi yang berada di daerah frekuensi

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin penulis..

Berdasarkan latar belakang masalah ini kita coba lakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan usaha perikanan ikan Selais, terutama untuk melihat kehidupan sosial

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik dengan menggunakan metode snowball throwing dalam mata Pendidikan Agama Islam materi Adab Makan

Kehidupan manusia tidak lepas dari sifat sosial yaitu saling membantu antara orang yang satu dengan orang yang lain. Dalam hidupnya manusia juga memiliki hasrat untuk berkumpul

Kegiatan Normalisasi Sungai Pekerjaan Normalisasi Afour Kragilan Ds Kragilan, Kadilanggon Kec Gantiwarno.

Selain makna bertanya dan menyatakan, dalam konteks membahas soal dan menyampaikan materi, guru menggunakan tuturan yang bermakna menyuruh siswa untuk melakukan sesuatu sesuai apa