• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor pertanian pada PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) provinsi mencapai 26.97 persen dan penyerapan tenaga kerja sebesar 48.05 persen (BPS Prov. Sul-Sel 2011). Sektor pertanian Kabupaten Bulukumba menyumbang sebesar 45.29 persen terhadap total PDRB kabupaten dan menyerap tenaga kerja sebesar 64.13 persen (BPS Kab. Bulukumba 2011). Data tersebut memberikan gambaran pentingnya pembangunan pertanian sebagai penggerak perekonomian daerah.

Provinsi Sulawesi Selatan merupakan provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang berperan sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Guna pencapaian pembangunan pertanian, Provinsi Sulawesi Selatan sejak awal Pelita V menerapkan konsep Pewilayahan Komoditi sebagai salah satu kebijaksanaan dalam strategi dasar pengembangan wilayah daerah guna tercapainya struktur ekonomi yang berimbang antara sektor pertanian dengan sektor lainnya. Pewilayahan komoditas pertanian merupakan suatu bentuk usaha dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal sesuai dengan karakteristik di masing- masing wilayah sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian. Dalam pelaksanaannya, dilakukan pengembangan jenis-jenis komoditas utama pada suatu wilayah tertentu sebagai daerah sentra pengembangan produksi. Dengan peningkatan hasil pertanian, secara langsung dapat meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat secara luas. Menurut Rustiadi et al. (2011) pewilayahan komoditas adalah contoh penetapan wilayah perencanaan/pengelolaan berbasis pada unit-unit wilayah homogen. Sistem pewilayahan komoditas diharapkan dapat meningkatkan efisiensi sistem produksi dan distribusi komoditas karena pewilayahan komoditas pada dasarnya adalah suatu upaya memaksimalkan “comparative advantage” setiap wilayah.

Pewilayahan komoditas dalam perkembangannya mengarah pada pengembangan komoditas unggulan yang dapat diterapkan untuk wilayah berdasarkan potensi yang dimilikinya. Undang-undang No.32 Tahun 2004 pasal 14 ayat 2, menegaskan bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah kabupaten/kota guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. UU ini dapat memacu kabupaten untuk mengembangkan setiap wilayahnya sehingga dapat mendorong keseimbangan pembangunan antar wilayah dimana tidak hanya kota kabupaten yang mendapat perhatian penuh dari pemerintah dan pembangunan terkonsentrasi di kota tersebut akan tetapi kecamatan-kecamatan lainnya sebagai penyuplai sumber daya dapat berkembang dengan potensi yang dimiliki. Terbentuknya daerah-daerah pengembangan yang baru sebagai sentra pengembangan komoditi dapat mengurangi disparitas antara kota dan desa.

Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih

keunggulan komparatif dan kompetitif (Hendayana 2003). Komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan di suatu wilayah (Badan Litbang Pertanian dalam Baehaqi 2010).

Kondisi geografis Kabupaten Bulukumba yakni memiliki wilayah pantai dan pegunungan sehingga keragaman wilayah ini merupakan modal dasar yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan komoditas unggulan. Pengembangan komoditas di sektor pertanian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah dan menjadikan wilayah tersebut sebagai daerah penyangga pangan di tingkat propinsi.

Kabupaten Bulukumba berdasarkan Peta Pewilayahan Komoditas yang dilaksanakan Provinsi Sulawesi Selatan sejak tahun 1988 (Bappeda Prov. Sul-Sel 1988) termasuk sentra pengembangan tanaman pangan (padi dan palawija), sentra pengembangan hortikultura (jeruk, mangga dan durian), sentra pengembangan perkebunan (kelapa, kapas, kapok, kopi, kakao, cengkeh, pala, lada, vanili, karet), sentra pengembangan peternakan (ayam ras) dan sentra pengembangan perikanan (budidaya tambak dan kolam). Penentuan pewilayahan dapat dijabarkan ke kecamatan-kecamatan yang ada di Bulukumba untuk pengembangan komoditas dimana dalam pewilayahan kecamatan juga didasarkan pada karakteristik dan potensi lahan yang tersedia. Kecamatan-kecamatan ini nantinya akan dijadikan sebagai sentra pengembangan komoditi sehingga dari komoditi-komoditi tersebut berpotensi menjadi unggulan.

Salah satu pendekatan wilayah basis pengembangan di kabupaten adalah dalam satuan wilayah kecamatan. Satu kecamatan dipandang sebagai satu kesatuan wilayah pengembangan yang memiliki keunggulan kompetitif untuk menghasilkan satu atau beberapa komoditas. Konsentrasi wilayah pengembangan komoditas utama di beberapa kecamatan sentra (basis) dengan kondisi agroekologi yang sesuai akan mempermudah pengembangan komoditas tersebut (Pranoto 2008).

Program pemerintah dalam pengembangan sentra produksi pertanian menuju pengembangan komoditi unggulan menuntut adanya keterlibatan masyarakat yang dapat diartikan sebagai keterlibatan dalam memanfaatkan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Petani sebagai pelaku utama dalam pengelolaan lahan pertaniannya secara utuh dilibatkan dalam proses program pembangunan pertanian sehinggga merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap program pemerintah. Dengan demikian petani memanfaatkan hasil dari program pembangunan tersebut.

Berhasil tidaknya pelaksanaan suatu program sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat dalam semua aktivitas program tersebut karena tanpa adanya partisipasi maka program yang sudah dirancang tidak dapat berjalan sesuai yang diharapkan (Mulyasari 2009). Tingkat partisipasi petani akan muncul dan terwujud secara nyata apabila di dukung adanya kemauan, kemampuan dan kesempatan untuk berperan dan terlibat dalam pelaksanaan pembangunan pertanian karena sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama bagi kesejahteraan hidup masyarakat (Rayyudin dan Toha 2009).

Pengembangan komoditas unggulan sudah menjadi perhatian serius pemerintah Kabupaten Bulukumba yang sejalan misi pembangunan daerah Kabupaten Bulukumba yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun 2005-2025, yaitu “Mewujudkan masyarakat

Bulukumba yang sejahtera dan mandiri melalui pengembangan agroindustri”. Agroindustri merupakan sub sistem agribisnis yang berperan dalam pembangunan sektor pertanian dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal sehingga kemajuan dan keberlanjutan agroindustri sangat tergantung dengan ketersediaan hasil pertanian sebagai bahan bakunya. Dengan adanya pengembangan komoditi unggulan diharapkan ketersediaan bahan baku untuk agroindustri dapat tercapai dan berkelanjutan serta agroindustri memberikan jaminan kepada petani akan tersedianya pasar untuk hasil-hasil pertanian mereka.

Pengembangan agroindustri diharapkan mampu menunjang pengembangan komoditas sektor pertanian sehingga pembangunan pertanian ke depannya tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi hasil pertanian (on-farm) akan tetapi diarahkan menjadi bahan baku setengah jadi maupun barang jadi (off-farm) yang siap dikonsumsi dan dipasarkan ke konsumen. Peranan agroindustri akan memberikan nilai tambah pada produk pertanian baik dari segi kuantitas, kualitas maupun harga serta membuka lapangan kerja sehingga pekerjaan di masyarakat tidak berpusat di sektor pertanian saja tetapi di sektor industri dapat meningkat. Data pada Tabel 1 menunjukkan penduduk yang bekerja pada sektor industri pengolahan paling rendah jumlahnya dibandingkan jenis lapangan pekerjaan lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa industri pengolahan di Kabupaten Bulukumba jumlahnya relatif kecil dan umumnya didominasi oleh industri kecil yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah sedikit.

Industri berbasis pertanian sangat berperan menggerakkan ekonomi rakyat yang mayoritas penduduknya bekerja di bidang pertanian. Kegiatan agroindustri tidak hanya menghasilkan barang jadi tetapi juga dapat berfungsi sebagai pemasok bahan baku (input) bagi perusahaan menengah dan besar. Artinya, gerakan roda ekonomi agroindustri dengan skala usaha mikro dan kecil dapat mendorong berkembangnya usaha besar yang diharapkan dapat membuka peluang kesempatan kerja baru (Pasaribu 2011).

Mengembangkan daerah melalui pemanfaatan potensi dan sumber daya yang ada di Kabupaten Bulukumba diharapkan memberikan kontribusi langsung Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang

Bekerja menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bulukumba Tahun 2010

No Lapangan Pekerjaan Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) (%) 1 Pertanian 70 008 39 062 109 070 64.13 2 Industri Pengolahan 6 539 5 660 12 199 7.17 3 Perdagangan, Rumah dan

Hotel

7 663 14 808 22 471 13.21

4 Jasa Kemasyarakatan 7 242 5 484 12 726 7.48

5 Lainnya 12 201 1 402 13 603 8

Bulukumba 103 653 66 416 170 069 100

terhadap pencapaian sasaran pembangunan Propinsi Sulawesi Selatan dan berdampak positif terhadap pengembangan Kabupaten Bulukumba sekitarnya.

Dokumen terkait