• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Internet

Dalam dokumen SKRIP KARYA SENI SATYENG GURU (Halaman 26-0)

BAB II KAJIAN SUMBER

2.4 Sumber Internet

Wayang.wordpress.com/2010/07/21/bambang-ekalaya-palgunadi. Koleksi google dalam situs internet. Web ini mengulas tentang Bambang Ekalawiya versi Mahabharata, dalam web ini mengisahkantentang ditolaknya Ekalawya sebagai murid, belajar dibawah bayangan patung Sang Guru serta pengorbanan seorang murid. Dalam penggarapan tari kreasi Satyeng Guru sumber ini sangat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui suasana yang terjadi pada setiap bagian yang ada dalam garapan tari putra halus ini.

Residena.com/artikel/2012/31/mengenal-warna-dan-maknanya. Koleksi google dalam situs internet. Web ini memberikan informasi tentang makna warna merah maroon, emas, oranye, dan hijau yang digunakan penggarap dalam kostum garapan tari kreasi Satyeng Guru.

       

BAB III

PROSES KREATIVITAS

Menciptakan sebuah karya seni dalam bentuk apapun, menurut Y.

Sumandiyo Hadi dalam bukunya Mencipta Lewat Tari, lebih lanjut dikatakan penggarapan sebuah karya tari yang baik harus melalui proses yang bertahap, antara lain : Eksplorasi (penggalian, penjajagan, atau pencarian), Improvisasi (percobaan), dan Forming (pembentukan).9

Garapan tari kreasi Satyeng Guru yang ditampilkan dalam ujian Tugas Akhir (TA) ini merupakan karya lanjutan dari kelas koreografi VI. Proses penggarapan karya ini dimulai dari bulan Agustus tahun 2012. Penggarapan karya ini dimaksudkan sebagai prasyarat ujian seni tari untuk mendapatkan nilai koreografi VI. Selanjutnya penggarap mengembangkan garapan ini untuk tugas akhir (TA). Garapan ini diproses kurang lebih selama 8 bulan dimulai dari kelas koreografi VI.

3.1 Tahap Eksplorasi (penggalian, penjajagan/pencarian)

Tahap ini merupakan tahap awal pembentukan sebuah karya, tahap untuk berfikir, berimajinasi, merasakan, dan merespon kehidupan yang ada disekitar kita. Pada tahap ini penggarap melakukan perenungan, diskusi untuk mematangkan konsep, membaca beberapa sumber yang dianggap perlu sebagai

                                                                                                                         

9Alma M. Hawkins. 2003. Mencipta Lewat Tari, Terjemahan dari Craeting Trough Dance oleh Y. Sumandiyo Hadi, Yogyakarta : Manthili, halaman 24-40.

17  

penguat konsep, menonton seni pertunjukan dalam bentuk audio visual, serta menggali informasi lebih dalam untuk mendapatkan informasi yang pasti. Selain itu yang dilakukan adalah mempersiapkan diri baik itu secara fisik maupun mental. Selanjutnya menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk menunjang terbentuknya tari kreasi Satyeng Guru serta kesiapan dari segi material yang akan dihabiskan.

Tidak kalah pentingnya adalah, mencari pendukung garapan dengan mendatangi kelas-kelas praktek tari untuk melihat kemampuan tari adik kelas, melakukan pendekatan dengan adik kelas pada jam-jam istirahat, dan meminta kesediaannya sebagai pendukung garapan. Dari hasil pendekatan tersebut dipilih empat orang penari putri dan pendukung garapan ini adalah lima orang termasuk penggarap. Di dalam pemilihan pendukung ada beberapa kriteria yang ditentukan penggarap, antara lain :

• Postur tubuh sangat diperhitungkan dengan maksud mencari yang sesuai dengan penggarap. Keseragaman postur tubuh ketika dipentaskan diatas panggung terlihat rapi, sama rata dan menarik.

• Mencari karakter yang sesuai dengan keinginan penggarap untuk mempermudah penjiwaan tari dalam garapan ini.

• Serta mencari pendukung yang mempunyai loyalitas untuk membantu penggarap di dalam menggarap tari kreasi Satyeng Guru.

Memilih pendukung tari dalam kenyataan tidaklah semudah apa yang diucapkan.

Penggarap sangat sulit menemukan pendukung yang sesuai dengan kriteria yang

telah ditentukan. Mencari pendukung tari yang benar-benar bersedia meluangkan waktunya untuk mendukung tidaklah mudah. Penggarap sempat kelelahan dalam pencarian pendukung, namun pada akhirnya penggarap berhasil memilih empat orang penari putri yang bersedia mendukung garapan ini.

Setelah mendapatkan pendukung tari penggarap melanjutkan untuk mencari seorang penata iringan yang akan mengiringi garapan ini. Penggarap mencoba mendekati saudara I Wayan Sudiarsa alumnus ISI Denpasar untuk dimintai kesediaannya membuat iringan tari. Sebagai bahan pertimbangan penggarap menyampaikan ide, tema, serta konsep garapan yang akan diwujudkan.

Selama tahap pencarian ini, penggarap juga tidak melupakan hal penunjang lainnya seperti konstum (busana) dan properti panah. Kostum yang akan digunakan untuk mendukung tokoh Ekalawya dari segi bentuknya dirancang oleh penggarap, namun penggarap meminta bantuan seseorang untuk mentranformasikan keinginan penggarap. Penggarap betul-betul memikirkan kostum baik itu dari warna dan aksesorisnya agar sesuai untuk mendukung karakter Ekalawya.

3.2 Tahap Improvisasi (Percobaan)

Tahap ini mulai dilakukan penggarap dari bulan Oktober 2012. Diawali dengan melakukan nuasen di Pura Nareswara ISI Denpasar dan di Merajan Puri Agung Kesiman (tempat latihan iringan). Nuasen dilakukan pada hari Senin, 08 Oktober 2012 untuk memohon restu Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar segala yang dilakukan berjalan sesuai rencana tanpa halangan serta mendapatkan hasil

yang memuaskan. Pada hari yang bersamaan dengan nuasen, penabuh juga memulai latihannya, diawali dengan mencari gending flashback. Penabuh mengambil jadwal latihan 3x seminggu yaitu hari senin, rabu, dan minggu.

Seiring berjalannya waktu, ketika penata iringan menuangkan gending pada bagian I, sambil mendampingi penabuh latihan penggarap mulai mencari-cari gerakan yang sesuai dengan konsep bagian I. Setelah mendapatkan motif gerak yang sesuai, barulah dituangkan kepada pendukung tari. Latihan penari dilakukan pada hari yang berbeda dengan latihan iringan, meskipun demikian setiap latihan penabuh penggarap selalu mendampinginya.

Banyak halangan yang unik dan mengasyikan dilalui penggarap selama proses percobaan dan ini dijadikan pengalaman agar tidak terulang kembali.

Beberapa contoh yaitu kurangnya komunikasi antara penggarap dan penabuh.

Ketika hari minggu jadwal yang sudah ditetapkan untuk mengadakan latihan, ternyata penabuh tidak latihan. Penggarap sudah menyiapkan 30 bungkus nasi campur untuk konsumsi penabuh, namun pada akhirnya penabuh tidak jadi latihan dan penggarap tidak diberitahu. Akhirnya nasi yang tadinya direncanakan untuk konsumsi penabuh dijual kembali dengan harga lebih murah, dari yang mulanya berharga Rp. 5000,- per bungkus dijual kembali dengan harga Rp. 3000,- per bungkus. Tentunya hal itu dapat merugikan penggarap, namun penggarap menjalaninya dengan sabar dan iklas agar terasa ringan walau sebenarnya berat.

Contoh lainnya, ketika latihan garapan tari ada pendukung yang tidak hadir, hal itu juga mengganggu proses percobaan dalam menuangkan pola lantai menjadi

terhambat, karena membentuk pola lantai harus dengan 5 penari atau sesuai kebutuhan garapan.

3.3 Tahap Forming (Pembentukan)

Tahap ini merupakan tahap yang paling penting, tahap terakhir atau tahap penyelesaian dalam proses kreativitas. Pada tahap ini, diadakan latihan dengan seluruh pendukung untuk menuangkan gerak-gerak yang telah ditata pada tahap percobaan. Penuangan dilakukan bertahap agar pendukung lebih mudah untuk menghafalkan gerakan dan tidak kelabakan. Aksen-aksen gerak begitu juga dengan rasa gerak terus dicari untuk memberikan dinamika dan identitas dalam garapan. Hal ini juga dilakukan untuk penyatuan antara rasa gerak dengan musik iringan, rasa gerak antar penari harus dilatih dengan baik hingga menghasilkan karya yang memuaskan dan penyampaian pesan dapat dibaca oleh penikmatnya.

Pada tahap ini terbentuklah :

• Bagian I (flashback), seperti diuraikan pada struktur garapan, menggambarkan tentang permohonan Ekalawya untuk menjadi murid Drona. Adegan ini diawali dengan suasana yang tenang, namun diakhiri dengan suasana sedih dan kecewa karena Ekalawya ditolak oleh Drona.

• Bagian II (pepeson), dalam adegan ini menampilkan suasana yang bersemangat, penuh ambisi, yang menggambarkan karakter tokoh Ekalawya.

• Bagian III (pengawak), munculnya suasana gundah yang menyebabkan Ekalawya bingung, namun pada akhirnya ia menemukan ide untuk

membuat patung Drona dan dihormati sebagai gurunya dalam belajar memanah.

• Bagian IV (pengecet), menggambarkan kegembiraan Ekalawya dengan semangat dan ketekunan yang tinggi dalam belajar memanah sambil menatap patung Drona.

• Bagian V (pekaad), menggambarkan suasana tegang, pada bagian ini terjadi pertemuan antara Ekalawya dan Drona yang diakhiri dengan melakukan Dhaksina (mempersembahkan ibu jari)oleh Ekalawya.

Selama proses penggarapan terdapat banyak hambatan, diantaranya adalah : pengaturan waktu latihan yang berubah-ubah karena pendukung mempunyai tugas dan kegiatan yang lain diluar mendukung garapan ini. Dalam waktu yang bisa dibilang singkat harus menyelesaikan garapan ini dengan baik. Menyamakan kualitas gerak dan ekspresi dari kelima penari tidaklah mudah dan membutuhkan banyak waktu untuk latihan.

Selain adanya hambatan, ada pula yang mendukung kelancaran proses penggarapan tari kreasi Satyeng Guru antara lain :

- Loyalitas dari para pendukung tari dan karawitan baik dari segi waktu, tenaga, dan pikiran banyak membantu untuk mewujudkan garapan ini.

- Dukungan moral, material, dan spiritual dari keluarga dan teman-teman yang memotifasi penggarap untuk lebih semangat guna menyelesaikan tugas akhir ini yang diwujudkan dengan sebuah garapan tari kreasi baru.

Berikut ini adalah jadwal dari proses penjelajahan, percobaan, dan pembentukan tari kreasi Satyeng Guru perlu diketahui karya ini merupakan lanjutan dari kelas koreografi VI sehingga sisa waktu yang masih digunakan untuk pembentukan dan melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing.

Tabel 1.

Susunan Kegiatan Latihan Tari Kreasi Satyeng Guru

Tgl/Bln/Thn Kegiatan Hasil yang dicapai 15/ 02 / 2013 Pertemuan dengan semua pendukung bisa hadir, namun kehadiran pendukung sedikit terlambat dengan jam yang sudah disepakati.

Dalam pertemuan ini ada sedikit masalah, salah satu pendukung tiba-tiba ingin mengundurkan diri untuk mendukung. Alasannya dia takut menghambat proses latihan karena dia sedikit ada waktu untuk garapan ini.

Seringnya dia pulang kampung untuk mengerjakan tugas PKM dan adanya banyak tugas dikelas membuat dia takut tidak bisa mengikuti latihan.

Dalam hal ini perlu ketenangan untuk menyelesaikan masalah, tidak boleh terburu-buru dan gegabah. Akhirnya dengan pertimbangan yang matang dia tetap ikut mendukung, penggarap yang akan menyesuaikan waktu latihan dengan kegiatan yang dilakukannya agar penggarap tidak banyak menyita dan mengganggu waktunya.

21/ 02/ 2013 Latihan garapan tari bagian I (flashback)

Memcari dan langsung menyusun gerak pada bagian I. Hasil yang didapat belum maksimal karena masih kotor dan kurangnya fokus pendukung menghambat proses penuangan gerakan.

24/ 02/ 2013 Latihan garapan bagian I

Memantapkan gerakan yang dicari pada latihan sebelumnya. Pertemuan ini ada salah satu pendukung yang tidak bisa hadir dikarenakan ada kegiatan lain yang dia lakukan dan itu menghambat proses latihan dalam pencarian pola lantai yang jelas.

26/ 02/ 2013 Latihan garapan bagian II ( pepeson )

Mencari perubahan gerakan pepeson.

Berjalan sesuai rencana kelima pendukung hadir dan waktu latihan lebih cepat karena semua fokus dalam pencarian gerak maupun pola lantai, hanya saja pola lantai belum terlihat bersih.

27/ 02/ 2013 Bimbingan I Perbaikan proposal yang telah diajukan untuk Tugas Akhir. Dalam pertemuan ini pembimbing I

menyarankan agar tulisan proposal yang diajukan segera diperbaiki. Hal itu mampu membantu dalam

mempermudah pembuatan skrip karya, karena tinggal menambahkan

kekurangan pada proposal dan kata-kata proposal lebih dikembangkan untuk digunakan didalam skrip karya.

28/02/2013 Latihan garapan bagian II dan III (pengawak)

Memantapkan hasil yang didapat dari latihan sebelumnya dan melanjutkan dengan mencari perubahan gerakan pengawak. Adanya dua penari yang tidak hadir membuat penggarap susah menentukan pola lantai dan hal ini juga membuat penggarap bekerja dua kali, karena dipertemuan berikutnya

penggarap harus mengajari kembali apa yang telah dicari pada saat pertemuan ini.

03/ 03/ 2013 Latihan garapan bagian III

Menyelesaikan bagian III dan langsung memantapkan gerakan bagian III.

Latihan ini berjalan sesuai rencana

dengan latihan yang panjang

dikarenakan pencarian gerak. Kadang hal ini membuat pendukung maupun penggarap jenuh apalagi tidak ada ide gerakan yang didapatkan penggarap.

06/ 03/ 2013 Bimbingan skrip karya Bab I

Pada bimbingan ini mendapatkan banyak perbaikan dan penambahan kata yang tidak sesuai. Pada BAB I Pendahuluan, paragraf kedua kaliamat pertama disempurnakan oleh

pembimbing. Beliau juga menyarankan untuk lebih sering membaca tulisan yang dibuat agar kesalahan kata maupun kalimat dapat terlihat.

08/ 03/ 2013 Bimbingan skrip karya Bab I dan II

Perbaikan bimbingan sebelumnya dan menyerahkan bab II. Pada bimbingan ini, pembimbing menyarankan agar penggarap mencari buku yang mengacu pada cerita yang dijadikan acuan pada garapan ini agar lebih jelas dan lebih yakin. Disarankan untuk mencari buku Adiparva.

15/ 03/ 2013 Bimbingan Karya Melakukan bimbingan bagian I dengan hasil tidak ada perubahan yang

dilakukan hanya saja perlu ketegasan dalam gerak untuk memperkuat aksen.

Seperti pose Rsi Drona yang diatas trap, harus yakin dan memperlihatkan bahwa itu adalah Rsi Drona.

30/ 03/ 2013 Latihan garapan bagian IV

Perbaikan hasil bimbingan dan

melakukan pencarian gerak perubahan bagian IV. Latihan ini tidak berjalan lancar, ditengah-tengah proses latihan ada dua orang pendukung yang pulang lebih awal karena ada suatu kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. Hal ini membuat lesu penggarap namun disemangati kembali oleh pendukung yang lain dan pencarian gerak bagian IV tetap dilakukan hanya dengan tiga orang penari.

09/ 04/ 2013 Bimbingan skrip karya Bab III

Mendapatkan hasil perbaikan kalimat dan ada beberapa kata yang salah ketik.

Terdapat pada halaman 18, halaman 22 pada bagian V, serta tabel kegiatan latihan.

10/ 04/ 2013 Bimbingan karya bagian I, II, dan III

- Mengurangi gerak yang tidak sesuai dan menambah gerak yang sesuai.

Seperti transisi untuk mencari garis lurus kesamping agar kelihatan penari tidak terburu-buru dalam mengambil gerakan.

- Gerakan gandang-gandang kurang tegas.

- Kurang kompak

- Salah satu pendukung harus digenjot lagi karena masih terlihat gerak-gerak putri pada gerakannya.

- Volume gerak lebih diperbesar. Seperti gerakan pada bagian kedua (pepeson), pengembangan gerak terunajaya.

- Pola lantai perlu lebih diperjelas. Garis-garis pola lantai masih belum terlihat seperti pola 2 didepan 3 dibelakang, 1 didepan 3 ditengah 1 dibelakang. Jadi semua pola lantai harus terlihat jelas garis-garis yang ingin disampaikan.

12/ 04/ 2013 Bimbingan skrip karya Bab III

Perbaikan kalimat dan kata-kata serta kesalahan pada ketikan.

16/ 04/ 2013 Latihan garapan

bagian V Mencari dan memantapkan hasil latihan sebelumnya. Hasil yang didapat adalah pembentukan gerak dan suasana pada ending.

21/ 04/ 2013 Latihan garapan keseluruhan

Pemantapan ekspresi. Menyamakan ekspresi dan gerak sudah terlihat lebih kompak. Garis-garis pola lantai sudah terlihat lebih jelas dari sebelumnya.

22/ 04/ 2013 Latihan garapan keseluruhan

Pada awalnya penggarap

merencanakan latihan dilakukan dengan tiga pendukung karena satu pendukung sedang fokus untuk

persiapan UN. Namun secara mendadak salah satu penari

membatalkan untuk bisa ikut latihan sehingga latihan berjalan dengan tiga orang termasuk penggarap. Hal ini membuat penggarap jengkel dan kesal.

27/ 04/ 2013 Latihan iringan Mengingat kembali iringan yang sudah diciptakan untuk garapan tari Satyeng Guru. Gending bagian I sampai III sudah dikuasai pada pertemuan pertama ini, gending bagian IV dan V masih diingat dan dicari.

30/ 04/ 2013 Latihan garapan Pemantapan gerak dan ekspresi. Dua orang pendukung tidak hadir membuat garapan terlihat kotor dan

ketidakhadiran dua orang ini cukup menghambat dalam penyamaan ekspresi dan gerak. Penyatuan rasa gerak harus dengan penari yang

lengkap agar rasa gerak diantara penari menjadi satu (menyatu).

01/ 05/ 2013 Latihan iringan Perubahan iringan pada bagian IV dan V. Adanya penambahan iringan pada bagian V.

02/ 05/ 2013 Bimbingan karya - Gerak pada bagian IV perlu dikembangkan lagi ketika gerakan memanah.

- Pola lantai masih belum jelas, masih kacau terutama pada bagian IV.

- Perlu adanya latihan yang lebih untuk menyamakan rasa gerak.

04/ 05/ 2013 Latihan iringan dan tari

Menyatukan rasa antara iringan tari dengan gerak tari. Pertama kalinya latihan bersama iringan belum mendapatnya hasil yang diinginkan.

Penabuh masih melakukan banyak kesalahan sehingga membuat penari menjadi tidak fokus dan konsen dalam latihan.

05/ 05/ 2013 Latihan garapan Penyatuan gerak terhadap panggung pertunjukan dan tata cahaya. Latihan pertama ini masih terlihat banyak kesalahan karena masih penyesuaian.

07/ 05/ 2013 Latihan garapan Merasakan kenyamanan kostum yang akan digunakan. Dari latihan ini ada beberapa kostum yang harus diperbaiki karena mengganggu gerakan penari.

Pada latihan ini ada salah satu penari tidak bisa datang untuk latihan karena sakit. Penggarap sangat khawatir akan kondisi penari. Hal ini membuat penggarap tidak konsen dan terlihat beban karena memikirkan banyak hal, serta penggarap menjadi sulit untuk mengontrol emosi. Untungnya, pendukung tari yang lainnya mampu memahami karakter penggarap, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti pertengkaran antara penggarap dan pendukung tari.

08/ 05/ 2013 Latihan iringan dan tari

Penyatuan rasa antara gerak dengan iringan pada latihan ini sudah ada perubahan dan mulai ada penyatuan rasa.

Adanya beberapa penabuh yang tidak bisa hadir cukup mengganggu

prosesnya latihan namun latihan tetap berjalan.

09/ 05/ 2013 Latihan garapan tari Penari sudah mulai terbiasa dengan panggung pertunjukan, ekpresi penari juga mulai terlihat, dan penggunaan properti garapan juga mulai dilakukan supaya penari terbiasa. Pada latihan ini semua penari hadir dan semua penuh semangat yang membuat penggarap menjadi bersemangat.

14/ 05/ 2013 Gladi bersih Dari gladi ini banyak masukan untuk perbaikan yang didapat seperti pada bagian IV dan V dalam garapan ini masih bisa dikembangkan dan disempurnakan lagi.

15/ 05/ 2013 Latihan pemantapan dan perbaikan

Ada satu orang penari yang tidak bisa hadir. Latihan tetap berlanjut dengan empat orang penari. Dalam latihan ini penari lebih yakin terhadap arah hadap dan ekspresi dalam garapan, karena latihan ini untuk memperkuat dan mempertegas ekspresi.

17/ 05 /2013 Latihan dengan

kostum Penari kembali melakukan latihan dengan kostum yang akan digunakan.

Semua penari khawatir dalam

penggunaan kamen lelancingan dengan motif berbeda antara tampak depan dan belakang sehingga terlihat masih kotor.

Jadi masih perlu adanya latihan menggunakan kamen lelancingan dan simpingnya.

19/ 05/ 2013 Latihan Latihan ringan untuk mengingat dan memantapkan. Latihan ini lebih baik dari latihan-latihan sebelumnya, karena penari terlihat lebih kompak dan lebih terlihat adanya ekspresi. Dalam latihan ini ada salah satu penari tidak bisa mengikuti latihan karena ada pembinaan ke Negara.

21/ 05/ 2013 Pemantapan garapan Latihan untuk pemantapan keseluruhan dan hasil yang diinginkan hampir mendekati.

22/ 05/ 2013 TA ( Tugas Akhir ) Mementaskan garapan yang sudah digarap selama ini. Hasilnya cukup memuaskan dan sesuai dengan apa yang diharapkan penggarap.

Tabel. 2

Tabel Jadwal PelaksanaanTari Kreasi Satyeng Guru

Tahap-tahap Kegiatan

Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Tahap eksplorasi Tahap improvisasi Tahap pembentukan O I X

Keterangan :

: Tahap eksplorasi, tahap-tahap untuk mematangkan ide maupun konsep yang akan dituangkan.

: Tahap improvisasi mencari gerak yang pas dengan ide yang akan dituangkan.

: Tahap pembentukan, tahap-tahap menyusun gerak yang telah didapat.

: Bimbingan.

O : Gladi kotor

I : Gladi bersih

X : Ujian TA

 

BAB IV

WUJUD GARAPAN

Wujud mengacu pada suatu kenyataan yang nampak (dapat dipersepsi dengan mata atau telinga) maupun kenyataan yang tidak nampak, yang abstrak, yang hanya bisa dibayangkan, seperti suatu yang diceritakan atau dibaca dalam buku.10 Proses akhir dalam penggarapan karya tari adalah wujud garapan. Sebuah karya yang utuh memerlukan wujud garapan yang tertata dan berpola, di dalam wujud juga dapat ditemukan wujud-wujud khusus yang detail, seperti wujud kain yang digunakan, wujud gelungan, dan hiasan serta properti yang digunakan.

4.1 Deskripsi Garapan

Satyeng Guru merupakan tari kreasi yang berpatokan pada pola-pola tradisi yang dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan garapan, seperti pada gerak, kostum, properti, maupun iringannya. Garapan ini merupakan garapan kelompok yang didukung oleh 5 orang penari putri dengan karakter tari putra halus.

Tari kreasi Satyeng Guru bertemakan kesetiaan dengan menggunakan cerita sebagai acuannya. Cerita yang diangkat dalam garapan ini diambil dari buku Mahabharata (Adiparva Bahasa Jawa Kuna dan Indonesia) bab XIV halaman 210, bagian yang menggambarkan tentang kegigihan tokoh Ekalawya belajar memanah walau ia ditolak oleh Rsi Drona. Semangatnya tidak berkurang                                                                                                                          

10A.A.M. Djelantik. 2004. Estetika Sebuah Pengantar, Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Halaman 17.

sampai ia bisa menjadi pemanah yang handal. Oleh karena keinginan Ekalawya ditolak Rsi Drona, Ekalawya belajar memanah hanya melalui spirit patung Rsi Drona. Suatu ketika Rsi Drona datang dan bangga melihat keahlian Ekalawya memanah. Rsi Drona takut dan meyakini bahwa Ekalawya mampu menyaingi bahkan mengalahkan Arjuna dalam kemahiran memanah. Rsi Drona akhirnya meminta Ekalawya untuk melakukan Dakshina, supaya Ekalwya memotong ibu jari tangan kanannya dan diserahkannya kepada Rsi Drona. Persembahan Ekalawya sebagai murid kepada gurunya merupakan tanda terimakasih karena telah menyelesaikan pendidikan ilmu memanah. Tanpa ragu lagi Ekalawya memotong ibu jari tangan kanannya.

Durasi waktu yang akan digunakan dalam tari kreasi Satyeng Guru kurang lebih 11 menit 40 detik, disajikan di panggung procenium Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Adapun faktor pendukung yang berhasil diolah adalah cerita, gerak, properti, struktur, desain pola lantai, busana, dan tata rias, panggung, tata lampu/cahaya, serta iringan.

4.2 Analisis Pola Struktur

Struktur dari suatu karya seni adalah menyangkut keseluruhan dari konsep karya yang akan di garap. Bagian-bagian yang tersusun dalam struktur karya tari saling berkaitan untuk mencapai sebuah karya yang sempurna dalam bentuk garapan. Ada tiga unsur estetik mendasar dalam struktur setiap karya seni yang diciptakan. Ketiga unsur tersebut adalah keutuhan (unity), penonjolan

(dominance), dan keseimbangan (balance).11Struktur yang digunakan dalam tari kreasi Satyeng Guru ada 5 struktur. Diantaranya adalah bagian I, bagian II, bagian III, bagian IV, dan bagian V. Kelima struktur tersebut didalamnya sudah mengandung ketiga unsur estetika yang telah disebutkan. Berikut akan dipaparkan suasana yang terdapat dalam setiap bagian di garapan tari kreasi Satyeng Guru.

Bagian I (Flashback)

Menggambarkan pertemuan Ekalawya dengan Rsi Drona. Pada bagian ini

Menggambarkan pertemuan Ekalawya dengan Rsi Drona. Pada bagian ini

Dalam dokumen SKRIP KARYA SENI SATYENG GURU (Halaman 26-0)

Dokumen terkait