• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku

1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perempuan dan kecantikan merupakan hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Kecantikan wajah ataupun tubuh selalu menjadi perhatian perempuan terutama para remaja puteri. Para remaja puteri selalu ingin menjadi pusat perhatian sehingga mereka akan berusaha sebaik mungkin untuk tampil cantik. Kecantikan yang menjadi impian para remaja puteri pada umumnya adalah yang memiliki tubuh langsing atau ideal seperti foto model di media massa. Hal ini bisa terlihat pada berbagai bidang yang selalu mengutamakan tubuh yang proposional seperti pada dunia kerja, interaksi keseharian, dan sebagainya (Rohmawatik,2011).

Kecantikan dan tubuh proposional tidak hanya di inginkan oleh perempuan dewasa saja tetapi perempuan yang memasuki usia-usia 15 tahun atau dikatakan remaja puteri juga sudah mulai mengkhawatirkan bentuk tubuhnya. Dari yang mengeluh akan perutnya yang buncit dan berlipat, lemak-lemak yang menggantung dilengan, paha besar yang menyebabkan sulit memilih ukuran celana, dan sebagainya. Kebanyakan perempuan masa kini sangat khawatir akan bentuk tubuhnya apalagi dengan pengaruh media massa yang selalu menyiarkan perempuan-perempuan cantik dengan bentuk tubuh yang dianggap ideal masa kini, lengan yang kecil, kaki jenjang, dan tubuh yang langsing. Remaja-remaja putri ini pun tidak lagi ragu melakukan berbagai hal untuk mendapatkan bentuk tubuh idealnya dengan menghilangkan beberapa kilogram berat badannya (Aprianinda dan Sihombing, 2013).

2

Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase remaja. Pada fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan aktualisasi mereka dengan menunjukkan diri mereka bahwa mereka menarik terutama terjadi pada remaja puteri yang ingi memiliki bentuk badan yang ideal (Khomsan, 2008).

Memiliki bentuk tubuh ideal pasti menjadi impian semua wanita khususnya remaja puteri. Dengan bentuk badan yang ideal, secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan diri, menunjang kesehatan, dan menjadi lebih energik. Jadi, upaya penurunan berat badan bukan untuk penampilan semata, tapi juga untuk mengembalikan vitalitas tubuh dan produktivitas seseorang (Sayogo, 2006).

Remaja adalah golongan individu yang sedang mencari identitas diri, mereka suka ikut-ikutan, dan terkagum-kagum pada idola yang berpenampilan menarik. Banyak remaja sering merasa tidak puas dengan penampilan dirinya sendiri. Apalagi kalau sudah menyangkut body image. Remaja ingin mempunyai postur tubuh sempurna seperti bintang film, penyanyi, peragawati. Mengenai body image, hampir 70% remaja puteri mempunyai keinginan untuk mengurangi berat badan karena merasa kurang langsing. Body image ini banyak dipengaruhi media massa. Iklan-iklan tentang berbagai metode penurunan berat badan sangat berperan dalam menarik kaum remaja, khususnya remaja puteri yang ingin langsing dan memiliki berat badan ideal (Khomsan A, 2008).

Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2002 menyebutkan bahwa masyarakat telah membelanjakan uang mereka sebesar 32 juta dolar hanyak untuk

3

kurang seimbang dengan jumlah uang yang dikeluarkan, karena hasil statistik menunjukkan bahwa hanya 10% dari konsumen pelaku diet tersebut yang dapat mempertahankan berat badan normal selama 5 (lima) tahun, sedangkan 90% sisanya mengalami peningkatan berat badan kembali seperti semula, bahkan tidak jarang terdapat kecenderungan semakin gemuk (Wirakusumah, 2011). Dalam pemilihan obat pelangsing biasanya mereka juga memperhatikan beberapa lama jangka watu yang dapat dihasilkan oleh obat pelangsing tersebut untuk dapat memperoleh berat badan yang ideal. Dari penelitian yang dilakukan oleh Vander Wal kepada 2.409 remaja puteri di Australia, didapatkan data bahwa 8,9% remaja perempuan menggunakan pil – pil diet atau pil – pil pengurus badan (Vander Wal, 2011).

Menurut Grabber, dkk (2004), remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialam remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan mental remaja. Remaja menjadi salah satu pusat perhatian mengingat remaja banyak mengalami perubahan fisik, kognitif, emosi, maupun sosial. Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja cenderung akan menimbulkan berbagai permasalahan dan perubahan perilaku di kehidupan remaja. Salah satu perubahan bentuk perilaku pada masa remaja adalah perubahan perilaku makan baik mengarah ke perilaku makan yang sehat ataupun cenderung mengarah kepada perilaku makan yang tidak sehat yang ditujukan untuk memiliki body image yang baik atau berat badan yang ideal agar tubuh terlihat menarik.

Hasil dari penelitian Syarafina dan Probosari (2014) terdapat sebanyak 43 subjek (72,8%) memiliki perilaku makan yang tidak baik ataupun sering melewatkan waktu makan hanya karena ingin mendapatkan berat badan ideal.

4

Melewatkan waktu makan yang dimaksud yaitu makan tidak teratur atau makan hanya sekali dalam sehari, tentu hal ini akan menimbulkan masalah baru yaitu kejadian kekurangan gizi pada remaja.

Apa yang ada didalam fikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya, seperti misalnya banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan dan keinginan untuk menjadi kurus dengan menguragi makan bahkan menolak untuk makan, hal ini dapat meningkatkan perilaku makan sesorang menjadi tidak sehat ( Nisa dan Uyun, 2007). Salah satu akibat dari perilaku makan yang tidak sehat adalah terjadinya obesitas atau kegemukan dan juga masalah terjadinya penurunan berat badan atau kurus karena kekurangan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.. Fakta yang terjadi saat ini yaitu, banyaknya persepsi remaja perempuan yang salah dalam pemilihan makanan diet untuk mendapat bentuk tubuh yang ideal. Akibatnya remaja perempuan mengalami obesitas atau penurunan berat badan secara cepat tetapi tidak efektif dan tidak bertahan lama. Ditambah lagi remaja perempuan melakukan diet tidak di ikuti dengan olahraga yang teratur sehingga penurunan berat badan dan cara diet menjadi salah dan tidak sehat untuk dirinya sendiri.

Hasil Riset Kesehatan dasar Nasional (Riskesdasnas 2010), prevalensi kegemukan pada anak umur 13-15 tahun adalah 2,5%. Ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi kegemukan pada anak 13-15 tahun di atas prevalensi nasional, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Papua. Untuk prevalensi kegemukan pada anak 16-18 tahun adalah 1,4%. Terdapat

5

11 provinsi yang memiliki prevalensi kegemukan pada anak 16-18 tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua.

Permatasari (2009) mengemukakan bahwa remaja puteri dalam rangka mencapai berat badan ideal yang diinginkan, berdiet adalah salah satu pilihan yang sering dilakukan. Namun cenderung salah mengartikan diet yang sesungguhnya, dan ini dapat memunculkan masalah-masalah yang mengganggu kesehatan dan psikis seperti kasus anoreksia yang merupakan salah satu dampak buruk dalam menjalankan pola diet yang salah seperti makan sekali dalam sehari. Menurut Gilber dalam Kurnia (2008) menyatakan bahwa anoreksia adalah suatu keadaan dimana penderitanya menolak untuk makan dalam jumlah yang cukup agar dapat mencapai berat badan ideal.

Kebanyakan remaja mempraktekkan diet yang salah. Hal ini terjadi karena pengaruh dari iklan di televisi, media cetak, dan internet yang selalu memperlihatkan remaja-remaja khususnya perempuan yang memiliki body image yang langsing, yang akan mempengaruhi remaja puteri untuk memiliki bentuk tubuh seperti yang dilihatnya pada televisi, media cetak dan internet (Sayogo, 2006). Remaja puteri memperoleh sumber informasi tentang diet sehat melalui televisi, media cetak, internet, teman, dan keluarga, tetapi mereka tidak tahu cara penerapan yang benar. Dari televisi seperti acara reality show tentang kesehatan oleh dokter-dokter ahli gizi yang mengatakan bahwa untuk mendapatkan berat badan ideal haruslah mengubah pola makan dan mengurangi porsi makan. Banyaknya informasi-informasi dari majalah-majalah remaja dan internet yang

6

menyajikan tips-tips cara berdiet untuk remaja dengan metode diet yang tepat dan cepat, yang akan mempengaruhi remaja untuk melakukan diet. Faktanya remaja puteri tidak tahu cara pelaksanaan diet sehat yang tepat dan benar. Mereka dengan cepat mengubah pola makan mereka dengan tidak mengkonsumsi nasi, gula, makanan berlemak, dan mengurangi porsi makan mereka dari biasanya. Mereka hanya mengkonsumsi buah dan sayuran saja. Padahal anjuran diet sehat yang benar tidak seperti yang dilakukan mereka, mereka hanya ingin memiliki badan yang langsing dengan cara yang instan/cepat tanpa memikirkan kesehatan dan kebutuhan gizi mereka. Informasi tentang diet dari teman dan keluarga juga bisa mempengaruhi remaja puteri untuk melakukan diet, dengan melihat teman-teman atau keluarga yang sedang melakukan diet keinginan remaja puteri untuk diet juga besar. Seharusnya jika ingin melakukan diet pada masa remaja jangan dilakukan sendiri, harus diawasi oleh dokter ahli gizi agar kebutuhan gizi remaja cukup dan tidak mengalami gangguan kesehatan (Saraswati, 2006).

Masa remaja adalah masa coba-coba dan ini termasuk dalam perilaku makan, dengan diiringi keinginan yang kuat dari remaja puteri untuk menurunkan berat badannya agar menjadi langsing (Saraswati, 2006). Pada hasil penelitian Hana (2007), remaja puteri SMA di Sumatera Utara paling tidak sekali telah mencoba berdiet dalam upaya memiliki berat badan ideal dan 40% berdiet karena ikut-ikutan dan secara sembarangan. Hal ini sangat berkaitan dengan upaya siwi SMA Negeri 1 Babalan untuk mendapatkan berat badan ideal. Mereka lebih cenderung memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan berat badal ideal dengan cara yang cepat dan praktis tanpa memikirkan dampak ataupun resiko

7

Hasil penelitian oleh Situmorang (2008), disebuah Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) X dikota Medan, didapatkan bahwa dari 77 orang siswi yang menjadi responden 14 diantaranya ternyata mengalami kekurangan zat besi (Fe) dan sebanyak 29,87% menderita anemia yang diakibatkan oleh pola makan yang salah demi mendapatkan berat badan yang ideal.

Dari hasil penelitian terdahulu diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang sama tentang upaya mendapatkan berat badan ideal di Kabupaten Langkat karena Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang cukup besar di daerah Sumatera Utara, dimana globalisasi informasi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat khususnya pada remaja. Banyaknya terdapat sekolah-sekolah menengah atas yang ada di Kabupaten Langkat sangat memacu para remaja khususnya remaja puteri untuk berlomba- lomba agar diri mereka dapat terlihat lebih menarik dengan mempunyai berat badan yang ideal. Salah satunya adalah SMA Negeri 1 Babalan Kota Pangkalan Berandan.

Dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Babalan dengan wawancara singkat dengan beberapa siswi di sekolah tersebut, didapatkan gambaran umumnya para remaja puteri yang menjadi siswi SMA Negeri 1 Babalan sangat memperhatikan penampilan mereka, dikarenakan menurut mereka bahwa dengan memiliki penampilan dan bentuk tubuh yang menarik maka mereka akan cepat dikenal banyak orang serta dapat menjadi salah satu kebanggan tersendiri bagi mereka. Kebanyakan remaja putri cenderung melakukan hal- hal yang sangat ekstrim demi untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk tubuh yang ideal itu merupakan salah satu poin terbesar yang menjadi pertimbangan bagi semua remaja untuk berpenampilan manarik serta

8

percaya diri. Berbagai macam cara yang berbeda mereka lakukan untuk dapat memiliki berat badan yang ideal seperti apa yang mereka inginkan. Cara yang biasa mereka lakukan antara lain pengaturan pola makan, olahraga, bahkan sampai mengkonsumsi obat pelangsing. Tetapi fakta yang terjadi dilapangan terdapat beberapa siswi yang cenderung memiliki berat badan yang tidak ideal, obesitas, atau terlalu kurus. Bahkan efek yang dirasakan oleh beberapa siswi akibat keinginan mereka yang sangat besar untuk mendapatkan berat badan ideal itu adalah ada yang mengalami sakit sehingga harus dirawat dirumah sakit akibat diet ataupun makan yang tidak teratur dan ini sangatlah merugikan dirinya sendiri. Kebanyakan dari mereka tidak berfikir apa dampak negatif yang akan terjadi jika mereka melakukan diet yang salah ataupun mengkonsumsi obat pelangsing dan melakukan pola diet yang salah hanya untuk mendapatkan berat badan ideal.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran perilaku siswi SMA dalam upaya mendapatkan berat badan ideal di SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan tahun 2016.

Dokumen terkait