• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Studi Awal Berkaitan dengan Listrik Indonesia

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan Nuklir dan Kelistrikan Indonesia

Kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Fukhusima Jepang tanggal 11 Maret 2011 adalah kecelakaan nuklir terparah kedua setelah kejadian serupa di Chernobyl Rusia. Sebab utama kecelakaan PLTN tersebut karena adanya gempa bumi Iwate (Tohoku) yang terjadi berkekuatan magnitudo 9.2, dilanjutkan sistem pendinginan reaktor yang tidak bekerja baik disebabkan oleh mesin diesel yang tidak berfungsi. Dari banyak rentetan kejadian kecelakan reaktor Fukushima Daichi tersebut menyebabkan terdistribusinya sebagian radionuklida dalam reaktor menuju udara.

Kecelakaan fasilitas PLTN paling parah yang pernah terjadi di dunia sampai saat ini adalah kecelakaan yang terjadi pada tanggal 26 April 1986 yang terjadi fasilitas PLTN Chernobyl berada di Ukraine sekitar 20 km bagian selatan yang berbatasan dengan Belarus. Akibat dari kecelakaan tersebut telah membuat para pekerja luka-luka dan ribuan penduduk sekitar diungsikan. Kecelakaan menyebabkan kematian 30 orang pekerja PLTN dan pegawai pemadam kebakaran dalam beberapa hari atau minggu setelah kejadian, dan sekitar 116 000 orang penduduk telah diungsikan. Berkaitan dengan kecelakaan PLTN tersebut dapat di rujuk pada Sources, Effects and Risks of Ionizing Radiation (UNSC 1988).

Kecelakaan PLTN Chernobyl telah mencemari kawasan luas di tiga negara, Belarus, Rusia dan Ukraina. Daerah-daerah di tiga negara bagian ini telah mengalami kontaminasi dari penyebaran sisa radionuklida, dan telah mendorong 240.000 orang pekerja dan pencinta lingkungan untuk mebantu penyelesaian pasca kejadian kecelakaan. Pada tahun 1986 sampai dengan 1987 diberlakukan penetapan zona wilayah radius 30 km yang dijadikan wilayah mitigasi terhadap cemaran radionuklida, untuk menghindari paparan radiasi dari radionuklida yang masih tersisa (Dibb 1996).

Kecelakaan PLTN yang terjadi merupakan pelajaran bagi perencana maupun penanggungjawab fasilitas PLTN yang lain untuk mengambil langkah- langkah penting agar terhindar dari kecelakaan serupa yang mungkin terjadi serta

2

mencari langkah penyelesasaian dalam menangani pengaruh radiasi terhadap lingkungan. Kecelakaan yang telah terjadi di Chernobyl dan Fukhusima telah menjadi referensi sebagai bahan kajian dan tinjauan penting berkenaan jumlah radiasi yang akan diterima oleh lingkungan, baik lingkungan biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (benda tak hidup). Paparan radiasi residu setelah kecelakaan akan tersebar di area penduduk yang erat kaitannya dengan radiasi yang berakibat pada kesehatan masyarakat sekitar (IAEA 2006).

Indonesia berencana membangun PLTN di Ujung Lemah Abang (ULA) di Muria, oleh karena itu kecelakaan yang terjadi pada PLTN Chernobyl dan Fukhushima dapat menjadi bahan referensi yang berharga supaya pelaksanaan oprasional PLTN Muria nantinya tidak akan pernah mengalami kecelakaan yang serupa.

PLTN Muria bagi Indonesia adalah penyedia pasokan tenaga listrik alternatif dan sudah ditetapkan dalam perencanaannya sebagai bagian dari strategi tenaga listrik nasional jangka panjang yang dimaksudkan untuk kepentingan energi rakyat yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang ketenaganukliran. Akan tetapi, Indonesia yang merencanakan pemanfaatan PLTN sebagai bagian dari strategi energi nasional sampai saat ini belum dapat merealisasikannya dengan baik karena mengalami berbagai hambatan dan penolakan. Meskipun Indonesia mengalami keterlambatan dan jauh tertinggal dari negara-negara maju lain dalam pengembangan PLTN, tetapi masih terus berencana untuk membangun PLTN ULA di Muria Jawa Tengah dengan harapan apabila pembangunan PLTN dapat direalisasikan maka akan berperan dalam pengadaan sumber energi, mewujudkan pembangunan nasional dan dapat meningkatkan daya saing bangsa yang selanjutnya dapat mensejahterakan masyarakat tanpa mengesampingkan aspek lingkungan hidup.

Penyediaan tenaga listrik yang akan dilakukan pemerintah adalah hal penting dengan pemahaman bahwa listrik adalah kebutuhan dasar utama sebagai mesin penggerak pembangunan dalam era globalisasi informasi saat ini. Listrik yang dihasilkan dari proses pembangunan pembangkit listrik berperan dalam memajukan berbagai aspek pembangunan, baik aspek pendidikan maupun pembangunan kesejahteraan secara umum serta memiliki kontribusi penting

3

dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan di segala bidang kehidupan bangsa Indonesia.

Kebutuhan listrik terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk Indonesia sesuai data Biro Pusat Statistik (BPS 2010) dan sudah disadari bahwa Indonesia sedang dan sudah mengalami krisis listrik karena pasokan listrik yang ada saat ini tidak mampu mengimbangi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Oleh karena itu. akar masalah yang harus segera diatasi adalah peningkatan pasokan sumber listrik diantaranya melalui alternatif pilihan pembangunan PLTN yang akan dibangun di Ujung Lemah Abang (ULA) Muria Jawa Tengah dengan harapan dapat melayani kebutuhan energi masyarakat dengan pasokan energi stabil dengan harga relatif rendah yang dapat diwujudkan pada tahun 2016.

Distribusi Radionuklida Akibat Kecelakaan PLTN

Pemanfaatan tenaga nuklir perlu memperhatikan keselamatan, keamanan, ketentraman, kesehatan pekerja dan masyarakat, dan memperhatikan perlindungan terhadap makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, pembangunan PLTN selain untuk mendapatkan keuntungan besar dalam pengadaan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, perlu terus dilakukan kajian pemanfaatan energi nuklir secara tepat dan oprasionalnya dilakukan dengan penuh kewaspadaan dengan kesiap-siagaan tinggi.

Oprasional PLTN memiliki potensi terjadinya kecelakaan reaktor yang berdampak negatif bagi lingkungan, karena dari kecelakaan dan kebocoran reaktor dapat meghasilkan paparan radiasi yang berpengaruh pada lingkungan udara, tanah dan air. Kebocoran reaktor PLTN dapat menyebabkan bahan radioaktif hasil fisi terlepas ke lingkungan udara menyebar terbawa angin.

Penyebaran radionuklida hasil dari kebocoran reaktor dipengaruhi oleh faktor iklim dan cuaca. Pergerakan radionuklida ditentukan oleh dorongan angin dengan kecepatan dan kategori atmosfir spesifik untuk tiap lokasi tertentu. Perhitungan densitas sebaran radionuklida yang memasuki wilayah udara akan memerlukan data stabilitas udara yang merupakan mudah tidaknya campuran cemaran melakukan gerakan arah vertikal-horisontal, selain itu kelas kestabilan

4

dinyatakan sebagai variabel penentu besaran dispersi y dan z (Susilo 1995) yang merupakan lebar beluk arah horisontal dan vertikal dari distribusi radionuklida di atmosfir wilayah sekitar kebocoran reaktor.

Radionuklida yang menyebar dari kebocoran reaktor menuju lingkungan udara karena dorongan angin selanjutnya akan terdeposisi memasuki ke wilayah darat mencemari lingkungan tanah dan vegetasi. Perhitungan densitas radionuklida yang masuk ke wilayah udara ditentukan dengan persamaan penyebaran asap gaussian, selanjutnya dengan memperhitungkan faktor deposisi basah dan kering radionuklida akan memasuki permukaan darat (tanah dan vegetasi). Pada permukaan tanah radionuklida akan mengalami kinetika sorpsi sebagai fungsi waktu kontak karena tanah memiliki nilai koefissien distribusi (Kd) terhadap serapan radionuklida. Masing-masing cemaran radionuklida memiliki sifat serapan tertentu terhadap jenis tanah sampai terjadinya kesetimbangan sorpsi (Setiawan 1998b). Radionuklida yang menyebar di udara juga akan sampai di lingkungan air selanjutnya akan mengalami proses fisika kimia dengan air, akan terjadinya pergeseran dan pergerakan radionuklida yang terbawa oleh air. Pergerakan radionuklida tersebut akan tergantung pada sifat fisika kimia air di suatu lokasi dan akan mengalami distribusi pengaruh kecepatan dan arus air.

Model Distribusi Spasial Untuk Radionuklida

Pembangunan PLTN memerlukan perkiraani terburuk yang mungkin terjadi untuk acuan standar dasar keselamatan untuk perlindungan dan keselamatan lingkungan. Perkiraan terperinci berkenaan dengan risiko-risiko yang mungkin timbul sebagai dampak dari pembangunan fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dimaksudkan memberikan gambaran akurat berkaitan dengan paparan radiasi radionuklida yang dihasilkan dari kecelakaan PLTN yang parah. Perkiraan model distribusi spasial radionuklida penting dibuat untuk menentukan luasan wilayah yang akan tercemar dan besaran cemaran yang mungkin timbul apabila terjadi kecelakaan PLTN terjadi. Perkiraan distribusi radionuklida secara spasial terhadap kecelakaan PLTN akan memberi rekomendasi bagi stakeholder dan masyarakat serta lingkungan lainnya dan memberi informasi praktis dalam membuat berbagai keputusan terarah baik untuk

5

pengambil kebijakan ataupun bagi masyarakat umum dan lingkungan lain yang akan terkena dampak kecelakaan PLTN. Perkiraan distribusi radionuklida akibat kecelakaan PLTN yang mencemari lingkungann dapat dihasilkan dari pemodelan secara spasial dari distribusi radionuklida.

Model distribusi spasial radionuklida yang dihasilkan lebih lanjut diharapkan akan dapat memperkirakan luasan wilayah yang akan tercemar dan menentukan besaran cemaran yang mungkin timbul akibat kecelakaan PLTN terjadi. Model dimaksudkan untuk menggambarkan perpindahan cemaran radionuklida ke lingkungan melalui perkiraan distribusi radionuklida yang diakibatkan oleh kecelakaan PLTN di wilayah yang berdekatan dengan PLTN. Selain itu, model spasial dapat digunakan untuk evaluasi dan perkiraan luasan distribusi radionuklida yang memasuki wilayah udara, tanah dan wilayah air.

Model distribusi spasial radionuklida akan bermanfaat dan menjadi acuan dasar dalam pelaksanaan pembangunan serta oprasional PLTN untuk mencegah dampak besar bagi lingkungan yang diakibatkan kesalahan oprasi atau sebab- sebab lain yang mungkin timbul tidak terduga. Model spasial ini akan menambah pemahaman berkenaan dengan perencanaan oprasional PLTN yang dikembangkan dalam tinjauan pembangunan PLTN di Indonesia. Model distribusi spacial radionuklida dimaksudkan untuk menggambarkan perpindahan cemaran radionuklida ke lingkungan melalui perkiraan distribusi radionuklida akibat kecelakaan PLTN ULA Muria Jepara Jateng diperlukan untuk mengetahui luasan sebaran radionuklida yang akan berdampak negatif bagi lingkungan pada radius 35 km dari titik pusat lokasi yang meliputi wilayah kabupaten Jepara, sebagian wilayah kabupaten Pati, Demak, dan Kudus. Model distribusi spasial radionuklida yang terdapat di lingkungan udara dan lingkungsn darat dari kecelakaan besar PLTN dapat menjadi sumber informasi sebagai pijakan dalam strategi sistematika penyelamatan lingkungan hidup di sekitar pusat kecelakaan. Oleh karena itu, model distribusi spasial radionuklida dari simulasi kecelakaan PLTN adalah hal penting dalam pijakan pengambilam keputusan baik keputusan pemerintah pusat dan pemerintah daerah kabupaten di sekitar lokasi PLTN serta

6