BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan umat manusia yang senantiasa berkembang, sastra merupakan bagian dari hasil cipta dan karya manusia. Melalui sastra manusia dapat berekspresi untuk menuangkan ide, gagasan serta pikirannya dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Keterampilan menyusun kata demi kata, mengolah dan merangkainya menjadi tulisan adalah merupakan bagian hasil karya sastra.
Karya sastra juga merupakan hasil pengungkapan hidup dan kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi seorang pengarang dengan dukungan pengalaman dan pengetahuannya atas kehidupan manusia tersebut.
Salah satu bentuk karya sastra melalui buah pikiran dalam bentuk tulisan adalah novel, selain puisi, cerpen, dan drama. Karya-karya novel pada umumnya mengangkat berbagai fenomena yang kerap terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Karya-karya yang menarik terjadi di dalam novel tersebut dapat mempengaruhi pola pikir, suasana hati, dan perasaan para pembacanya. Dengan demikian mereka dapat mengambil sikap, jarak, serta selanjutnya menilai buah karya sastra tersebut.
Novel sebagai karya sastra memiliki muatan ideologis untuk memberikan wacana-wacana yang menarik. Pengarang dengan kepekaan melihat realitas yang timpang untuk disuarakan sebagai kepeduliannya.
Kepekaan itu menjadikan adanya kreatifitas untuk menulis sesuatu hal yang lain, dari pada fakta sehari-hari. Melalui membaca novel, seseorang bisa saja ikut terharu, senang, bahkan menjadi sedih. Efek lainnya, bahkan bisa saja tergetar hatinya untuk memperjuangkan sesuatu hal yang secara tersembunyi diungkapkan oleh pengarang.
Membaca sebuah novel, untuk sebagian besar orang hanya ingin menikmati cerita yang disuguhkan (Nugiyantoro, 2013: 13-14). Novel selalu menyajikan kisah-kisah yang menarik perhatian sehingga cerita yang begitu tebal menjadi asyik untuk dibaca. Kisah-kisah di dalam novel dirangkai dengan adanya ketegangan, keindahan bahasa yang tidak seperti sehari-hari, dan hal-hal lain. Keindahan novel itu sebagai kompleksitas karena di dalamnya ada makna yang dapat dipetik oleh pembaca. Oleh karena itu, pembaca menemukan filosofi kehidupan dari hasil pembacaan-pembacaan yang dilakukannya.
Pembelajaran sastra berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan, menjadi rangkaian pedoman untuk membimbing tiap peserta didik menghargai, mencintai, serta dapat mewariskan hasil budaya bangsa dan negaranya. Dengan mempelajari serta membaca karya sastra diharapkan peserta didik dapat memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal dan memahami
nilai-nilai budaya serta mendapatkan ide-ide baru. Disamping itu, pembelajaran sastra dengan menggunakan novel sebagai media pembelajarannya mempunyai peran untuk terus menanamkan serta menumbuhkan rasa kepedulian terhadap karya-karya yang telah dihasilkan oleh para pengarangnya.
Kegiatan membaca merupakan rangkaian proses pembelajaran yang terdapat pada kurikulum bahasa Indonesia. Melalui kegiatan membaca ini, peserta didik diharapkan mampu untuk menemukan pengetahuan serta informasi yang berguna bagi kelangsungan kehidupannya. Melalui kegiatan membaca manusia dapat belajar banyak hal. Hal-hal yang dapat diperoleh seperti, Mendapatkan perbendaharaan kata-kata yang selama ini belum pernah didengarnya. Mendapatkan kosa kata yang baru, serta memperoleh pengetahuan tentang cara penulisan yang baik dan benar, menjadi wawasan baru dan tersendiri bagi peserta didik dalam pembelajaran hidup mereka.
Namun, rendahnya minat baca peserta didik di Indonesia menjadi masalah tersendiri yang harus disikapi. Berdasarkan hasil survey lembaga UNESCO (United Nation Education Society and Cultural Organization) pada tahun 2011, juga menemukan fakta : bahwa indeks membaca masyarakat indonesia betul-betul rendah yaitu baru sekitar 0,001. Artinya dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. (http://gobekasi.pojoksatu.id/2016/05/19/survei-unesco-minat-baca-masyarakat-indonesia-0001-persen/)
Baru-baru ini The World’s Most Literate Nations (WMLN) merilis daftar peringkat negara-negara dengan tingkat literasi paling tinggi di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Jhon W. Miller, Presiden Central Connecticut State University, New Britain ini dilakukan terhadap lebih dari 60 negara di dunia mengungkapkan bahwa ternyata negara-negara Nordic seperti Finlandia, Islandia, Denmark, Swedia and Norwegia menempati daftar teratas dalam peringkat ini. Sedangkan negara-negara maju di dunia seperti Amerika Serikat menempati peringkat ke-7, Kanada ke-11, Perancis ke-12, dan United Kingdom (Inggris) menempati urutan ke-17. Sementara negara Indonesia berada di peringkat ke 60, tentunya hal ini sangat memprihatinkan mengingat di antara negara-negara tetangga kita, kita berada di bawah Thailand (59), Malaysia (53), dan Singapura (36) sebagai negara dengan peringkat literasi tertinggi di Asia Tenggara.
(http://pustakawanjogja.blogspot.co.id/2016/03/peringkat-negara-literasi-di-dunia-no-1.html)
Minimnya minat membaca, tentunya berdampak pada kurangnya pemahaman dan pengetahuan untuk menyelami serta mengkaji nilai-nilai yang terdapat pada novel secara mendalam dan menyeluruh. Rendahnya kesadaran membaca, dapat membawa pemahaman tersendiri terhadap kehadiran novel, dimana membaca adalah kegiatan yang tidak memberikan hiburan. Dengan demikian, membaca novel adalah kegiatan yang tidak memiliki nilai tambah.
Pemahaman terhadap novel selama ini kurang mendalam, sehingga untuk menyikapi hal ini, penulis dalam menyusun karya ilmiah ini akan mengkaji novel melalui topik tunggal dan topik sambung loncat pada novel. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, topik itu sendiri dapat berarti, (1) pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan, bahan diskusi dan lain sebagainya. (2) Hal yang menarik perhatian umum pada waktu akhir-akhir ini; bahan pembicaraan. Topik tunggal adalah pokok pembicaraan yang dilakukan dengan lawan dialog dengan hanya memperbincangkan satu masalah tertentu. Sementara topik sambung loncat atau topik ganda adalah pokok didalam pembicaraan yang mengangkat permasalahan lebih dari satu masalah, melainkan banyak masalah.
Dalam penelitian ini, penulis mengkaji novel karya Pramoedya Ananta Toer melalui topik tunggal dan topik sambung loncat. Sejauh dan sedalam mana, penulis menguraikan dialog yang terjadi didalam cerita novel tersebut. Menemukan dan menganalisa topik tunggal serta topik sambung loncat didalam novel karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “MIDAH Simanis Bergigi Emas”. Alasan penulis memilih novel karya Pramoedya Ananta Toer adalah karena karya-karya Pramoedya Ananta Toer banyak memberikan motivasi, dan dorongan serta semangat untuk meraih setiap impian kita. Disamping itu juga karya-karya beliau banyak yang mencerminkan situasi dan kondisi dalam lingkungan sosial didalam masyarakat. Pramoedya Ananta Toer juga merupakan sosok
penulis yang patut diteladani karena semangatnya dalam membangun hubungan dialog antar budaya.
Analisis dalam penelitian ini difokuskan pada analisis mengenai topik tunggal dan topik sambung loncat yang terdapat didalam novel
“MIDAH Simanis Bergigi Emas“ Karya Pramoedya Ananta Toer, dimana topik-topik tersebut sangat berhubungan erat dalam membangun komunikasi atau dialog antara tokoh utama dan tokoh- tokoh yang lainnya yang ikut serta dalam cerita novel tersebut. Memahami dialog yang terjadi didalam novel dengan mengacu pada topik tunggal dan topik sambung loncat dapat dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan pesan dan amanat yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembacanya.
Gambaran mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam novel dapat diketahui melalui adanya dialog pada novel tersebut. Tindakan, ucapan, serta penjelasan didalam novel selalu dapat dihubungkan melalui adanya topik tunggal dan topik sambung loncat dengan ikut memperhatikan unsur-unsur, latar belakang dan gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang.