• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOPIK TUNGGAL DAN TOPIK SAMBUNG LONCAT PADA NOVEL MIDAH SIMANIS BERGIGI EMAS KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TOPIK TUNGGAL DAN TOPIK SAMBUNG LONCAT PADA NOVEL MIDAH SIMANIS BERGIGI EMAS KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

TOPIK TUNGGAL DAN TOPIK SAMBUNG LONCAT PADA NOVEL MIDAH SIMANIS BERGIGI EMAS

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Tesis

diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai

gelar magister

NAMA : ERWIN SETYAWAN NPM : 20157170037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI 2017

(2)

Lembar Pengesahan

Tesis ini telah diujikan pada hari ……….

Tim Penguji Tanda Tangan Ketua : ……….

Anggota : 1. ……….

2. ……….

Mengesahkan

Ketua Sekretaris

………

………

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis ini adalah karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian isi tesis ini bukan hasil tulisan saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal 25 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta, 03 Juni 2017

Erwin Setyawan

(4)

ABSTRACT

A. Erwin Setyawan, NPM : 20157170037

B. The Single Topic and The Skip Connect Topic on Midah Simanis Bergigi Emas Novel By Pramoedya Ananta Toer

C. viii + 5 chapters + 142 pages + attachments

D. Keywords : Single Topic, Skip Connect Topic, Discourse

E. The purpose of this study is to describe the empirical data on kinds of topic on Midah Simanis Bergigi Emas novel, and to see the discourse aspects of single topic and skip connect topic.

The research method is a method of content analysis of documentary studies.

Data in Midah Simanis Bergigi Emas novel by Pramoedya Ananta Toer in 2015 which was studied months by randomly selected episodes from the discourse. Data collection techniques used in this research is to study the literature, namely by conducting research on the novel. Steps of data’s analysis was done by determining the text, decontextualization, determining the couple’s close together, writing partner, an analysis of each pair, recapitulation, and describing the results of the analysis. The study was conducted on March 20, 2017 until June 20, 2017.

The results showed that a sentence form 148 couples studied, 80 or 54,05 % of couples discourse sentences used the single topic and 68 or 45,95 % of couples discourse sentences used the skip connect topic.

F. Bibliography : 30 books, 1 novel, 2 papers, and 3 internet sources.

G. Supervisor :

1. Material Supervisor : Prof. Dr. H.E Zaenal Arifin 2. Technical Supervisor : Dr. Bambang Sumadyo, M.Pd

(5)

”Gantungkan cita-cita mu setinggi langit!

Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang”

Ir. Soekarno Presiden Indonesia Pertama

“Tesis ini

kupersembahkan

untuk Alm. Ayah & Ibunda tercinta,

Kasih sayang serta pengorbananmu akan selalu kukenang

sepanjang hayatku”

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.

Tesis yang berjudul Topik Tunggal dan Topik Sambung Loncat pada Novel Midah Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar magister pada Universitas Indraprasta PGRI.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. E. Zaenal Arifin selaku Dosen pembimbing I Universitas Indraprasta PGRI.

2. Bapak Dr. Bambang Sumadyo, M.Pd selaku Dosen pembimbing Teknik.

3. Bapak Prof. Dr. H. Sumaryoto, selaku Rektor Universitas Indraprasta PGRI.

4. Bapak Dr. H. Suparman Ibrahim Abdullah, M.Sc. selaku Dekan Pascasarjana Universitas Indraprasta PGRI.

5. Orang tua dan kedua adiku tercinta, Almarhum Ayahanda Djoko Sukito serta Ibunda Endang Rahayu Manailawati dan Adikku yaitu Erlyn Rosalina dan Ery Lukito Dewi, yang tiada henti memberikan dukungan

(7)

sepenuhnya baik dalam materi maupun non materi kepada penulis selama ini.

6. Seluruh teman-teman kantor yaitu para dosen dan staf Universitas Bunda Mulia Jakarta Utara yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

7. Teman-teman sekelas jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia program Pascasarjana Universitas Indraprasta PGRI. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya yang telah diberikan kepada penulis. Semoga masa-masa kita akan menjadi sebuah kisah klasik untuk masa yang akan datang.

8. Kekasihku tercinta terima kasih untuk semangat, doa dan dukungan moril yang selalu diberikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu hingga tesis ini dapat terselesaikan. Semoga amal ibadah dan jasa kalian tercatat sebagai kebaikan di sisi Allah SWT. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan baik bentuk, isi, maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan tangan terbuka serta sangat diharapkan.

Semoga kehadiran tesis ini memenuhi sasarannya.

Jakarta, Juni 2017

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

hal

LEMBAR PENGESAHAN i

LEMBAR PERNYATAAN ii

ABSTRAK iii

LEMBAR MOTTO iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 7

C. Batasan Masalah 7

D. Rumusan Masalah 8

E. Tujuan Penelitian 8

F. Kegunaan Penelitian 9

G. Sistematika Penulisan Tesis 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 11

A. Landasan Teori 11

B. Kerangka Berpikir 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian 37

B. Metode Penelitian 37

C. Populasi dan Sampel 37

D. Teknik Pengumpulan Data 38

E. Teknik Analisis Data 41

F. Fokus Penelitian 42

G. Uji Keabsahan Data 42

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 44

B. Temuan dan Pembahasan 135

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 138

A. Kesimpulan 138

B. Implikasi 139

C. Saran 141

DAFTAR PUSTAKA 143

LAMPIRAN 146

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan umat manusia yang senantiasa berkembang, sastra merupakan bagian dari hasil cipta dan karya manusia. Melalui sastra manusia dapat berekspresi untuk menuangkan ide, gagasan serta pikirannya dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.

Keterampilan menyusun kata demi kata, mengolah dan merangkainya menjadi tulisan adalah merupakan bagian hasil karya sastra.

Karya sastra juga merupakan hasil pengungkapan hidup dan kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi seorang pengarang dengan dukungan pengalaman dan pengetahuannya atas kehidupan manusia tersebut.

Salah satu bentuk karya sastra melalui buah pikiran dalam bentuk tulisan adalah novel, selain puisi, cerpen, dan drama. Karya-karya novel pada umumnya mengangkat berbagai fenomena yang kerap terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Karya-karya yang menarik terjadi di dalam novel tersebut dapat mempengaruhi pola pikir, suasana hati, dan perasaan para pembacanya. Dengan demikian mereka dapat mengambil sikap, jarak, serta selanjutnya menilai buah karya sastra tersebut.

(11)

Novel sebagai karya sastra memiliki muatan ideologis untuk memberikan wacana-wacana yang menarik. Pengarang dengan kepekaan melihat realitas yang timpang untuk disuarakan sebagai kepeduliannya.

Kepekaan itu menjadikan adanya kreatifitas untuk menulis sesuatu hal yang lain, dari pada fakta sehari-hari. Melalui membaca novel, seseorang bisa saja ikut terharu, senang, bahkan menjadi sedih. Efek lainnya, bahkan bisa saja tergetar hatinya untuk memperjuangkan sesuatu hal yang secara tersembunyi diungkapkan oleh pengarang.

Membaca sebuah novel, untuk sebagian besar orang hanya ingin menikmati cerita yang disuguhkan (Nugiyantoro, 2013: 13-14). Novel selalu menyajikan kisah-kisah yang menarik perhatian sehingga cerita yang begitu tebal menjadi asyik untuk dibaca. Kisah-kisah di dalam novel dirangkai dengan adanya ketegangan, keindahan bahasa yang tidak seperti sehari-hari, dan hal-hal lain. Keindahan novel itu sebagai kompleksitas karena di dalamnya ada makna yang dapat dipetik oleh pembaca. Oleh karena itu, pembaca menemukan filosofi kehidupan dari hasil pembacaan- pembacaan yang dilakukannya.

Pembelajaran sastra berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan, menjadi rangkaian pedoman untuk membimbing tiap peserta didik menghargai, mencintai, serta dapat mewariskan hasil budaya bangsa dan negaranya. Dengan mempelajari serta membaca karya sastra diharapkan peserta didik dapat memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal dan memahami

(12)

nilai-nilai budaya serta mendapatkan ide-ide baru. Disamping itu, pembelajaran sastra dengan menggunakan novel sebagai media pembelajarannya mempunyai peran untuk terus menanamkan serta menumbuhkan rasa kepedulian terhadap karya-karya yang telah dihasilkan oleh para pengarangnya.

Kegiatan membaca merupakan rangkaian proses pembelajaran yang terdapat pada kurikulum bahasa Indonesia. Melalui kegiatan membaca ini, peserta didik diharapkan mampu untuk menemukan pengetahuan serta informasi yang berguna bagi kelangsungan kehidupannya. Melalui kegiatan membaca manusia dapat belajar banyak hal. Hal-hal yang dapat diperoleh seperti, Mendapatkan perbendaharaan kata-kata yang selama ini belum pernah didengarnya. Mendapatkan kosa kata yang baru, serta memperoleh pengetahuan tentang cara penulisan yang baik dan benar, menjadi wawasan baru dan tersendiri bagi peserta didik dalam pembelajaran hidup mereka.

Namun, rendahnya minat baca peserta didik di Indonesia menjadi masalah tersendiri yang harus disikapi. Berdasarkan hasil survey lembaga UNESCO (United Nation Education Society and Cultural Organization) pada tahun 2011, juga menemukan fakta : bahwa indeks membaca masyarakat indonesia betul-betul rendah yaitu baru sekitar 0,001. Artinya dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. (http://gobekasi.pojoksatu.id/2016/05/19/survei-unesco-minat- baca-masyarakat-indonesia-0001-persen/)

(13)

Baru-baru ini The World’s Most Literate Nations (WMLN) merilis daftar peringkat negara-negara dengan tingkat literasi paling tinggi di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Jhon W. Miller, Presiden Central Connecticut State University, New Britain ini dilakukan terhadap lebih dari 60 negara di dunia mengungkapkan bahwa ternyata negara-negara Nordic seperti Finlandia, Islandia, Denmark, Swedia and Norwegia menempati daftar teratas dalam peringkat ini. Sedangkan negara-negara maju di dunia seperti Amerika Serikat menempati peringkat ke-7, Kanada ke-11, Perancis ke-12, dan United Kingdom (Inggris) menempati urutan ke-17. Sementara negara Indonesia berada di peringkat ke 60, tentunya hal ini sangat memprihatinkan mengingat di antara negara-negara tetangga kita, kita berada di bawah Thailand (59), Malaysia (53), dan Singapura (36) sebagai negara dengan peringkat literasi tertinggi di Asia Tenggara.

(http://pustakawanjogja.blogspot.co.id/2016/03/peringkat-negara-literasi- di-dunia-no-1.html)

Minimnya minat membaca, tentunya berdampak pada kurangnya pemahaman dan pengetahuan untuk menyelami serta mengkaji nilai-nilai yang terdapat pada novel secara mendalam dan menyeluruh. Rendahnya kesadaran membaca, dapat membawa pemahaman tersendiri terhadap kehadiran novel, dimana membaca adalah kegiatan yang tidak memberikan hiburan. Dengan demikian, membaca novel adalah kegiatan yang tidak memiliki nilai tambah.

(14)

Pemahaman terhadap novel selama ini kurang mendalam, sehingga untuk menyikapi hal ini, penulis dalam menyusun karya ilmiah ini akan mengkaji novel melalui topik tunggal dan topik sambung loncat pada novel. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, topik itu sendiri dapat berarti, (1) pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan, bahan diskusi dan lain sebagainya. (2) Hal yang menarik perhatian umum pada waktu akhir-akhir ini; bahan pembicaraan. Topik tunggal adalah pokok pembicaraan yang dilakukan dengan lawan dialog dengan hanya memperbincangkan satu masalah tertentu. Sementara topik sambung loncat atau topik ganda adalah pokok didalam pembicaraan yang mengangkat permasalahan lebih dari satu masalah, melainkan banyak masalah.

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji novel karya Pramoedya Ananta Toer melalui topik tunggal dan topik sambung loncat. Sejauh dan sedalam mana, penulis menguraikan dialog yang terjadi didalam cerita novel tersebut. Menemukan dan menganalisa topik tunggal serta topik sambung loncat didalam novel karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “MIDAH Simanis Bergigi Emas”. Alasan penulis memilih novel karya Pramoedya Ananta Toer adalah karena karya-karya Pramoedya Ananta Toer banyak memberikan motivasi, dan dorongan serta semangat untuk meraih setiap impian kita. Disamping itu juga karya-karya beliau banyak yang mencerminkan situasi dan kondisi dalam lingkungan sosial didalam masyarakat. Pramoedya Ananta Toer juga merupakan sosok

(15)

penulis yang patut diteladani karena semangatnya dalam membangun hubungan dialog antar budaya.

Analisis dalam penelitian ini difokuskan pada analisis mengenai topik tunggal dan topik sambung loncat yang terdapat didalam novel

“MIDAH Simanis Bergigi Emas“ Karya Pramoedya Ananta Toer, dimana topik-topik tersebut sangat berhubungan erat dalam membangun komunikasi atau dialog antara tokoh utama dan tokoh- tokoh yang lainnya yang ikut serta dalam cerita novel tersebut. Memahami dialog yang terjadi didalam novel dengan mengacu pada topik tunggal dan topik sambung loncat dapat dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan pesan dan amanat yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembacanya.

Gambaran mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam novel dapat diketahui melalui adanya dialog pada novel tersebut. Tindakan, ucapan, serta penjelasan didalam novel selalu dapat dihubungkan melalui adanya topik tunggal dan topik sambung loncat dengan ikut memperhatikan unsur-unsur, latar belakang dan gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang.

(16)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pramoedya Ananta Toer membangun komunikasi yang terjadi didalam novel agar dapat menghasilkan topik tunggal dalam novel MIDAH Simanis Bergigi Emas?

2. Bagaimanakah Pramoedya Ananta Toer membangun komunikasi yang terjadi didalam komunikasi agar dapat menghasilkan topik sambung loncat dalam novel MIDAH Simanis Bergigi Emas?

3. Bagaimanakah peran topik tunggal dan topik sambung loncat dalam novel MIDAH Simanis Bergigi Emas?

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya jenis-jenis topik yang ada didalam dialog pada novel, penulis hanya membatasi analisis pada topik tunggal dan topik sambung loncat pada novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer.

(17)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran topik tunggal dalam novel MIDAH Simanis Bergigi Emas yang di sajikan oleh Pramoedya Ananta Toer?

2. Bagaimanakah peran topik sambung loncat dalam novel MIDAH Simanis Bergigi Emas yang di sajikan oleh Pramoedya Ananta Toer?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada novel MIDAH Simanis Bergigi Emas, adalah untuk :

1. Memberikan sumbangan dan data empiris yang berarti bagi peserta didik tentang topik tunggal dalam novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer.

2. Memberikan sumbangan dan data empiris yang berarti bagi peserta didik tentang topik sambung loncat dalam novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer.

(18)

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian pada novel MIDAH Simanis Bergigi Emas adalah sebagai berikut:

1. Membantu pembaca yang berminat untuk menggali, memahami, dan mengapresiasikan novel MIDAH Simanis Bergigi Emas secara lebih mendalam.

2. Memahami adanya topik tunggal dan topik sambung loncat pada novel MIDAH Simanis Bergigi Emas.

3. Menjadi salah satu landasan bagi mahasiswa Pascasarjana Universitas Indraprasta-PGRI lainnya yang ingin melakukan penelitian terhadap novel MIDAH Simanis Bergigi Emas.

4. Bagi Pengarang penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya sastra yang makin lebih baik.

5. Bagi pembaca penelitian ini dapat menambah minat baca dalam mengapresiasikan karya sastra.

G. Sistematika Penulisan Tesis

Agar data-data dan uraian dalam penelitian tersaji secara sistematis, maka tesis ini di tulis dengan susunan sebagai berikut:

Bab I : Penulis menjelaskan mengenai gambaran secara umum tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian.

(19)

Bab II : Penulis menguraikan tentang landasan teori yang di gunakan dalam penyusunan tesis ini, antara lain:

definisi topik, pengertian topik tunggal, pengertian topik sambung loncat, jenis-jenis topik serta teori-teori lainnya yang dapat menguatkan dalam penyusunan kerangka berpikir.

Bab III : Menjelaskan tentang metode yang digunakan penulis dalam penulisan tesis ini. Adapun metode yang digunakan adalah tentang pendekatan struktural, teknik Penelitian, Instrumen Penelitian serta Teknik Pencatatan Data.

Bab IV : Merupakan Inti tesis, didalamnya akan dibahas mengenai adanya topik tunggal dan topik sambung loncat, serta analisisnya yang terdapat dalam novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer.

Bab V : Merupakan akhir dari penulisan Tesis ini yang berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya.

Daftar Pustaka Lampiran

Daftar Riwayat Hidup Penulis

(20)

20

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

Pada bab ini akan diuraikan teori-teori dan pendapat dari para ahli sebagai landasan penelitian, terutama yang berhubungan dengan pengertian mengenai topik, topik tunggal dan topik sambung loncat. Pengertian mengenai novel serta unsur-unsur yang terkandung di dalam novel.

A. Landasan Teori 1. Topik

a. Pengertian Topik

Topik berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat, dalam tulis menulis berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, topik itu sendiri memiliki pengertian sebagai:

(i) Pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan dan sebagainya: bahan diskusi

(ii) Hal yang menarik perhatian umum pada waktu akhir-akhir ini:

sebagai bahan pembicaraan.

Menurut Antoen M. Moeliono (Via Mulyana, 2005:39-40) menjelaskan bahwa wujud topik bisa berbentuk frasa atau kalimat yang menjadi inti pembicaraan atau pembahasan.

(21)

Topik adalah proposisi utama dari paragraf, biasanya diartikan sebagai “aboutness” suatu satuan wacana (Renkema, 2004:90).

Maksudnya, topik merepresentasikan bagian inti suatu wacana secara umum.

Topik menurut Givon (dalam Baryadi 2002:54) disebutkan sebagai pusat perhatian (centre of attention) dalam wacana.

b. Pengertian Topik Tunggal

Topik Tunggal adalah bahan perbincangan yang dipakai oleh penutur kepada lawan bicaranya dengan hanya mengangkat satu pokok dialog atau satu masalah yang diperbincangkan.

Satu topik yang dibagi dan dibicarakan oleh dua atau banyak pembicara disebut sebagai ‘topik tunggal’, yaitu dialog yang hanya membicarakan satu topik. (Mulyana, 2005: 41).

Umumnya pada topik tunggal pasangan bicara hanya mengikuti alur si pembicara saja. Berikut ini adalah salah satu contoh dialog topik tunggal :

Ade: Saya ke Parangtritis, kemarin.

Joko: Ramai, ya?

Ade: luar biasa. Enggak seperti biasanya. Orang berjubel di pantai. Tapi setelah agak sore, sepi. Semua pulang.

Joko : Emang kenapa?

Ade : Hujan!

(22)

Topik pembicaraan pada contoh percakapan di atas adalah ‘pergi ke Parangtritis’. Percakapan di atas berbicara tentang satu topik karena diantara Ade dan Joko yang melakukan percakapan itu, Joko hanya mengikuti pembicaraan Ade sebagai lawan bicaranya.

c. Pengertian Topik Sambung Loncat

Topik Sambung Loncat adalah komunikasi yang dilakukan antara penutur dan lawan bicara dengan tidak hanya mengetengahkan satu pokok masalah saja, akan tetapi memperbincangkan juga masalah yang lain.

Topik Sambung Loncat adalah lebih dari satu topik yang dibagi dan dibicarakan oleh dua atau banyak pembicara (Mulyana, 2005: 41).

Umumnya pada topik sambung loncat pasangan bicara tidak hanya mengikuti alur si pembicara saja melainkan pada masing-masing pembicara tersebut bisa menceritakan ke pembicaraan yang lebih luas lagi. Berikut ini adalah salah satu contoh dialog topik sambung loncat : Ade : Kemarin saya ke Parangtritis. Indah tapi panas!

Joko : Saya juga pergi. Tapi ke Pangandaran.

Ade : Parangtritis ramai sekali.

Joko : Pangandaran, apalagi. Luar biasa. Penuh orang!

Topik pembicaraan pada contoh percakapan di atas adalah

‘rekreasi’. Namun, masing masing pembicara saling berbagi cerita dan pengalamannya sendiri-sendiri. Joko mengimbangi cerita Ade dengan

(23)

cara menceritakan kisah bandingan. Hal ini yang menyebabkan percakapan mereka tetap berjalan lancar dan koheren (Mulyana, 2005:41).

2. Jenis-Jenis Topik

Istilah topik wacana (selanjutnya disebut topik) sering dikacaukan dengan konsep topik dalam tata kalimat. Pada pembahasan ini, keduanya dibedakan secara tegas, dalam tata kalimat topik mempunyai kaitan dengan struktur kalimat secara fungsional. Bahkan topik merupakan suatu deskripsi struktur kalimat. Selain itu dalam konteks wacana topik merupakan suatu ide atau hal yang dibicarakan dan dikembangkan sehingga membentuk sebuah wacana.

Menurut Brown dan Yule (1996:65), untuk menganalisis topik wacana diperlukan setidak-tidaknya satu penggal wacana. Didalam peristiwa percakapan itu, peserta berusaha mengembangkan topiknya masing-masing. Contohnya: (Nina dan Rama sedang belajar menggambar)

Nina : “Dik Lama (RAMA) nggak punya mobin (MOBIL) ya!”

Rama : “Punya, punya sepeda moton (MOTOR) (sambil tertawa)”

Rama : “Ini (sambil menunjukkan gambar) punyaku bagus.”

Pada contoh diatas tampak bahwa kedua peserta percakapan itu mempunyai topik yang berbeda. Keduanya terlibat dalam suatu peristiwa percakapan, tetapi keduanya mempunyai topik yang berbeda. Pada penggalan percakapan di atas, topik yang dibicarakan oleh pembicara

(24)

pertama adalah mobil sedangkan pembicara kedua membicarakan sepeda motor. Dengan demikian, jelas bahwa topik yang dibicarakan dalam percakapan dapat lebih dari satu topik meskipun dalam sebuah peristiwa percakapan. Percakapan seperti pada contoh diatas, tidak terhindarkan karena tiap pembicara sudah ada keinginan menyampaikan topik yang merupakan sesuatu yang telah dialaminya, yang dianggap menarik untuk disampaikan kepada orang lain (Samsuri dalam Rani, 2006 : 145-146).

Topik berbeda dengan judul dan tema. Judul mengacu pada suatu nama atau identitas sebuah wacana. Judul sebuah wacana kadang-kadang tidak mencerminkan isi yang terkandung dalam wacana tersebut.

Topik dapat menjadi bagian dari tema dan juga bagian dari judul, namun perbedaan tema dan topik tidak dapat dijelaskan secara tegas.

Keduanya dapat berimpitan dan tidak mempunyai batas.

a. Topik wacana percakapan

Pemilihan topik yang dikembangkan dalam percakapan dipengaruhi oleh norma atau budaya yang berlaku dalam masyarakat.

Selain ditentukan oleh norma atau budaya, topik percakapan yang dipilih juga ditentukan oleh faktor situasional. Situasi yang terjadi di sekitar terjadinya percakapan itu mempunyai peranan penting dalam pemilihan topik. Oleh karena itu, seorang analis harus memperhatikan hal-hal disekitar peristiwa percakapan (konteks) dan koteks (Brown dan Yule dalam Rani, 2006 : 147)

(25)

Berdasarkan acuan yang dirujuknya, topik percakapan dibedakan atas:

1) Topik lama dan baru

a) Dalam percakapan para penutur biasanya memperhatikan masalah urutan lama-baru tersebut.

b) Dalam percakapan sehari-hari, berdasarkan penelitian Keenan dan Schieffelin (dalam Rani, 2006:149), pendengar menuntut agar pembicara dalam percakapan menggunakan pola urutan topik lama-baru. Hal itu sangat penting untuk membentuk praduga (presupposition).

c) Untuk mengetahui apakah pendengar telah memahami atau belum, pembicara dapat mengetahuinya dengan berbagai macam cara, misalnya dengan melihat tanggapan pendengar (contohnya sebagai tanda belum dapat memahami pendengar mengucapkan uh, tidak, atau menggelengkan kepala). Biasanya untuk memancing tanggapan yang positif dari pendengar, sebelum memulai percakapan, seorang pembicara dapat menggunakan pertanyaan sebagai penanda pancingan, seperti pertanyaan:

“Apakah kau ingat?” dan sebagainya (Keenan dan Schieffelin dalam Rani, 2006:149).

(26)

2) Topik nyata

Topik nyata merupakan topik yang referensinya seperti yang dirujuk dengan kata-kata yang digunakan dalam ujaran (Rani, 2006:149). Topik nyata itu seperti contoh berikut ini:

Ayah : “Bapak pergi dulu.”

Anak : “Rani suka dipangku.”

Ayah : “Sebentar saja. Bapak segera pulang.”

Anak : “Sekarang musim gelang yang ada namanya.”

Ayah : “Biar Bapak yang beli.”

Anak : “Rani bisa nulis Pak.”

Ayah : “Bagus, tapi bapak saja yang beli.”

Contoh diatas merupakan pertukaran yang membicarakan topik yang dibicarakan yaitu gelang yang ada namanya.

Berdasarkan referensi, topik nyata itu dibedakan menjadi : a) Topik yang referensinya ditunjuk

Topik ini membicarakan tentang hal-hal yang ditunjuk dan merupakan bahan atau topik pembicaraan yang menarik, contoh:

Konteks : Guru TK yang menunjukkan gambar pemandangan alam kepada siswanya.

Guru : “Ini gambar apa, anak-anak?”

Siswa : “Pohon!”

Guru : “Siapa yang membuat?”

Siswa : “Gusti Allah.”

(27)

Topik yang dibicarakan pada penggalan percakapan diatas adalah gambar pohon. Topik itu referensinya berupa barang / hal yang ditunjuk dengan jari.

b) Topik yang referensinya dipegang

Pada saat melakukan percakapan, hal-hal yang dipegang sering diangkat menjadi pokok pembicaraan dalam percakapan.

Contohnya:

Al : “Pak, Al mengantar surat dulu ya?”

El : “Kemana pak?”

Al : “Ke Pusat, ke FS, terus ke fakultas lain.”

El : “Sekarang?”

Al : “Sekarang ke Pusat dulu terus setelah itu kembali ke kantor lagi.”

Pada percakapan itu topiknya adalah surat yang akan diantarkan oleh Pak Al. Dengan demikian, topik yang mereka percakapkan mempunyai referensi yang dipegang.

c) Topik yang referensinya dilihat, tetapi tidak ditunjuk dan tidak dipegang.

Benda-benda yang dilihat sering diangkat menjadi pokok pembicaraan. Hal-hal yang dilihat pada umumnya dapat menarik untuk dipercakapkan. Contohnya:

Konteks : Seseorang menawarkan barang baru kepada temannya.

Duta : “Ada antioksidan jenis baru yang efektif, Pak Fahri.”

(28)

Fahri : “Kita mungkin tidak bisa bayar, lagi krisis.”

Duta : “Lah, soal pembayaran kan bisa dirundingkan.”

Fahri : “Bukan begitu, lah wong RS ini tidak punya uang.”

Referensi topik yang dibicarakan pada contoh diatas adalah antioksidan jenis baru yang diketahui oleh Duta yang coba ditawarkan kepada Fahri.

d) Topik yang referensinya didengar

Hal-hal yang didengar juga merupakan bahan pokok pembicaraan yang menarik, contoh:

Konteks : Mendengar bunyi Tokek pada malam hari waktu menjelang tidur.

Anak : “Itu suara apa, Bu?”

Ibu : “Itu tokek. Cepat tidur!”

Anak : “Nggigit nggak, Bu?”

Ibu : “Ndak.”

Topik yang dibicarakan adalah tokek yang suaranya terdengar sampai ke dalam kamar. Dengan demikian, topik yang dibicarakan itu bermula dari suara tokek yang didengar.

e) Topik yang referensinya berupa kegiatan atau tindakan.

Kegiatan yang hendak, sedang, dan telah dilakukan dapat diangkat menjadi topik pembicaraan. Contohnya:

Konteks : Maria dan Asiya memetik gitar.

Maria : “Kamu saja yang nyanyi!”

(29)

Asiya : (menyanyi lagu Ayat-ayat Cinta) “Sudah, sekarang ayo kamu nyanyi.”

Maria : “Emoh.”

Pada contoh diatas merupakan topik yang berupa tindakan yaitu menyanyi.

Penjelasan-penjelasan diatas merupakan referensi yang nyata. Selain itu juga dibedakan referensi atau topik yang tak nyata, yaitu:

(1) Topik imajinasi

Topik ini merupakan topik pembicaraan sebagai hasil rekaan sehingga seolah-olah menjadi benar-benar ada. Topik tersebut pada dasarnya merupakan hasil peniruan dari kenyataan yang telah diketahui atau dialami.

Contoh:

Konteks : Anak-anak bermain kereta api mainan.

Diva : “Semuanya minggir! Nanti ketabrak loh!”

Rama : “Minggir! Minggir! Situ ada hitam-hitam loh!”

Yang dibicarakan pada contoh diatas yaitu naik kereta api-kereta apian. Topik yang dibicarakan itu hanya merupakan hasil pengolahan imajinatif, sehingga seolah-olah mereka naik kereta api sungguhan.

(30)

(2) Topik tidak berkelanjutan

Topik ini merupakan topik yang dibicarakan dalam 2 (dua) ujaran. Contoh:

Konteks : Seorang anak yang sedang meminta-minta kepada seorang ibu.

Anak : “Bu, nyuwun paring!” (sambil menjulurkan tangannya) Ibu : “Kecil-kecil sudah minta-minta. Prei dulu, sedang ada tamu.”

Dalam contoh tersebut, pertukaran hanya berlangsung dalam satu alih tutur. Namun topik dalam contoh diatas hanya bisa dibicarakan dalam 2 (dua) ujaran, dengan demikian topik yang dibicarakan diatas tergolong topik tidak berkelanjutan.

(3) Topik berkelanjutan

Topik ini merupakan topik yang cukup banyak dikemukakan dalam percakapan sehari-hari. Topik berkelanjutan itu dikembalikan lebih dari 2 (dua) ujaran.

Contoh 1 :

Konteks : Melihat gambar Candi Prambanan di kalender.

Nita : “Ini dimana?”

Nurul : “Candi Prambanan.”

Nita : “Papanya pernah ke sini, dulu Mbak Ni kecil pernah ke sini.”

Nurul : “Ini Candi kecil.” (sambil menunjuk gambar) Nita : “Ini Candi besar.” (menunjuk candi yang besar) Nurul : “Candi Borobudur mana?”

(31)

Nita : “Disobek Om Ivan.”

Dari contoh diatas mempunyai topik yang berkaitan erat.

Pertukaran itu mengandung pokok pembicaraan yang berkenaan dengan candi. Meskipun mempunyai topik yang berbeda namun kedua pertukaran itu terikat oleh satu pokok pembicaraan yang umum. Sehingga topik tersebut disebut topik wacana bergabungan (incorporating discourse topik).

Contoh 2:

Adik : “Kakak nanti malam tidur dimana?”

Kakak : (diam tidak menanggapi)

Adik : “Di hotel ya? Aku sudah besar ya kak? Bisa tidur sendiri.kok.”

Kakak : “Kan hanya semalam saja kakak tidur di hotel.”

Topiknya hanya satu yaitu tidur di hotel, tetapi dibicarakan dalam beberapa ujaran.

3. Pengertian Alur

Alur atau plot adalah kerangka dasar yang amat penting karena alur mengatur bagaimana tindakan pada cerita harus bertalian satu sama lain, bagaimana suatu peristiwa mempunyai suatu hubungan dengan peristiwa yang lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu, semuanya terkait dalam suatu kesatuan.

“Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para

(32)

pelaku dalam suatu cerita (Siswanto, Wahyudi. 2008:159. Pengantar Teori Sastra).

Untuk itu alur merupakan suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang merupakan rangkaian pola kejadian. Namun suatu kejadian ada karena ada sebabnya dan kejadian tersebut dijabarkan melalui alur.

Berdasarkan paparan diatas, alur terdiri atas empat bagian atau tahapan yaitu eksposisi, rumitan, klimaks, dan penyelesaian. Parlindungan pardede dan Supeno (2004: 58) menjelaskan fungsi masing-masing tahapan tersebut sebagai berikut:

“The exposition or the beginning of the story, introduces characters and their interrelationship to their environment.

Although they maybe involved in actions and events with which reader is unfamiliar, the situation quickly develops into a hint or promise of conflict. Once the conflict begins to develop, the largest section of the story begins: the complication. The complication continues until it reaches the climax, i.e. the point of greatest emotional impact, at which the outcome of the conflict is determined. Soon after the climax, the resolution (finan proportion of the story) present the solution to the problem raised, answer the questions possed and resolves the conflict”.

a. Tahapan - Tahapan alur

Nurgiantoro (2002: 149-151) membedakan tahapan alur menjadi lima bagian: (1) Tahap Eksposisi atau tahap situasi awal, tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. (2) Tahap generating circumstances atau tahap pemunculan konflik, masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap-tahap awalnya muncul konflik dan konflik itu sendiri

(33)

akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik pada tahap berikutnya. (3) Rising action atau tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang kadar intensinya. Peristiwa-peristiwa yang dramatis menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. (4) Climax atau klimaks, konflik atau pertentangan yang terjadi diakui atau ditimpahkan kepada para tokoh cerita sehingga mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadi konflik utama. (5) Denoument atau tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan konflik-konflik yang lain, sub-sub konflik atau konflik- konflik tambahan, jika ada diberi jalan keluar untuk kemudian sampai pada akhir cerita.

Alur atau plot bukanlah suatu keadaan yang datar tetapi berkembang, dari gelombang tenang semakin lama semakin besar dan akhirnya kembali menjadi gelombang kecil. Aminudin (1987: 84) membagi tahapan-tahapan peristiwa atas beberapa tahapan: (1) Exposition yaitu tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita. (2) Inciting force yakni ketika timbul kekuatan kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku. (3) Rising action yakni situasi panas pelaku-

(34)

pelaku dalam cerita yang mulai berkonflik. (4) Crisis yaitu situasi panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya. (5) Climax yakni situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar nasibnya masing-masing. (6) Falling action yakni kadar konflik sudah menurun sehingga ketengangan-ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju pada conclusion atau penyelesaian cerita.

b. Jenis-Jenis Alur

Semi (1988: 44) berpendapat bahwa pada umumnya alur cerita rekaan terdiri dari (a) Alur buka, yaitu situasi terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan dikejutkan dengan kondisi berikutnya. (b) Alur tengah, yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks perisitiwa. (c) Alur tertutup, yaitu kondisi sebelumnya mulai menampakkan pemecahan.

Jika urutan kronologis yang disajikan dalam karya sastra disela dengan peristiwa sebelumnya maka terjadilah apa yang disebut dengan sorot balik. Hal ini dikemukakan oleh Nurgiantoro (2002: 153) dimana menurutnya ada beberapa kriteria urutan waktu dimana alur atau plot dapat dibedakan dalam beberapa kategori yaitu: (1) Alur atau plot lurus (progresif). Sebuah alur dikatakan progresif jika peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa pertama diikuti dengan peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (pengenalan pemunculan konflik), tahap pertengahan (konflik meningkat, klimaks dan

(35)

akhir penyelesaian). (2) Alur atau plot sorot balik (flash back) dimana urutan-urutan kejadian dikisahkan dalam fiksi yang beralur regresif, tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan bisa diawali dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal dikisahkan.

4. Tokoh dan Penokohan a. Tokoh Utama

Tokoh yang memegang peran utama disebut tokoh utama atau protagonis. Berdasarkan intensitas peranannya dalam mengembangkan suatu cerita, tokoh terbagi atas dua jenis yaitu tokoh utama (mayor) dan tokoh bawahan (minor). Tokoh utama selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita, bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisah tersebut serta merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Tokoh protagonis juga merupakan tokoh yang menimbulkan serta terlibat dalam konflik-konflik pada sebuah cerita. “Tokoh protagonis merupakan pengejewantahan nilai- nilai atau norma-norma ideal, serta menampilkan suatu pandangan, keyakinan serta harapan pembaca” (Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro, 2002:178). Adapun tokoh yang berlawanan dengan tokoh protagonis adalah tokoh lawan atau antagonis.

Berbeda dengan tokoh protagonis, tokoh antagonis hampir selalu mewakili pihak yang jahat, sehingga seringkali tidak menarik simpati para pembaca. Tokoh ini memegang peranan penting didalam cerita karena

(36)

perannya berlawanan dengan tokoh utama. Menurut Nurgiyantoro (2002:

176-177) “Tokoh sentral atau tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah novel. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, termasuk konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot”.

Tokoh utama merupakan bagian atau unsur artistik sebuah karya sastra. Untuk mengenal karakter tokoh utama kita harus mengamati hubungannya dengan cerita tersebut secara keseluruhan dan fungsi tokoh tersebut didalam cerita dengan pedoman tersebut kita dapat lebih memahami peran tokoh utama dengan identitas yang jelas. Seperti yang dinyatakan Nurgiyantoro (2002: 167) “Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Tokoh cerita seolah-olah hanya sebagai corong penyampai pesan, bahkan merupakan refleksi pikiran, sikap, pendirian dan keinginan-keinginan pengarang”.

Penokohan adalah penyajian watak tokoh atau cara yang dipakai oleh pengarang dalam menyampaikan tokoh. Penokohan dalam bahasa inggris disebut character, yang mencakup dua pengertian yang berbeda yaitu tokoh dan perwatakan. Menurut Nurgiyantoro (2003: 165)

“Perwatakan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Pelukisan tersebut meliputi gambaran fisik dan nonfisik”.

(37)

b. Tokoh Bawahan

Menurut Sayuti (2000: 74) tokoh tambahan atau tokoh bawahan adalah tokoh yang dimunculkan sekali atau beberapa kali (peripheral character), tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral.

Ada kalanya tokoh bawahan muncul dalam suatu peristiwa, namun tidak dalam peristiwa yang lain. Meskipun demikian, kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Biasanya tokoh ini berfungsi untuk menonjolkan tokoh utamanya. Berdasarkan keterkaitannya dalam cerita tokoh bawahannya, ada yang pro dengan tokoh sentral dan ada juga tokoh bawahan yang kontra dengan tokoh sentral.

5. Hakikat Karya Sastra

Karya sastra adalah sarana dalam menyampaikan ide dan gagasan kreatif yang mengisahkan tentang kehidupan manusia. Menurut Saryono (2009: 16-17) sastra bukan sekedar artefak (barang mati), tetapi sastra merupakan sosok yang hidup. Sebagai sosok yang hidup, sastra berkembang dengan dinamis menyertai sosok-sosok lainnya, seperti politik, ekonomi, kesenian, dan kebudayaan. Sastra dianggap mampu menjadi pemandu menuju jalan kebenaran karena sastra yang baik adalah sastra yang ditulis dengan penuh kejujuran, kebeningan, kesungguhan,

(38)

kearifan, dan keluhuran nurani manusia. Sastra yang baik tersebut mampu mengingatkan, menyadarkan, dan mengembalikan manusia ke jalan yang semestinya, yaitu jalan kebenaran dalam usaha menunaikan tugas-tugas kehidupannya (Saryono, 2009: 20).

Menurut pandangan Sugihastuti (2007: 81-82) karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya. Sebagai media, peran karya sastra sebagai media untuk 1. Esei 2. Kritik 3. Biografi 4. Otobiografi 5. Sejarah 6. Memoar 7. Catatan Harian 8. Surat-surat 1. Epik 2. Lirik 3. Dramatik 1.

Novel 2. Cerita pendek 3. Novelet 1. Komedi 2. Tragedi 3. Melodrama 4.

Tragikomedi. Menghubungkan pikiran-pikiran pengarang untuk disampaikan kepada pembaca. Selain itu, karya sastra juga dapat merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungannya. Realitas sosial yang dihadirkan melalui teks kepada pembaca merupakan gambaran tentang berbagai fenomena sosial yang pernah terjadi di masyarakat dan dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk dan cara yang berbeda. Selain itu, karya sastra dapat menghibur, menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan pembacanya dengan cara yang unik, yaitu menuliskannya dalam bentuk naratif. Sehingga pesan disampaikan kepada pembaca tanpa berkesan mengguruinya.

Keindahan isi dan bahasa pun menjadi fokus penceritaan karya sastra. Karya sastra harus mengedepankan aspek keindahan bahasa,

(39)

disamping isi yang baik. Pembaca sastra akan memperoleh pengalaman batin dan memetik pesan moral yang disampaikan melalui karya sastra.

Karya sastra tidak hanya memperlihatkan keindahan semata. Keindahan dalam sastra tidak hanya terlihat dari lahirnya saja, tetapi dari segi batiniah. Cerita yang bersifat mengharukan adalah wujud keindahan yang terkandung dalam karya sastra.

Karya sastra adalah ungkapan dan ekspresi pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, dan keyakinan pengarang dalam menciptakan karya sastra. Beragam kisah yang disajikan dalam karya sastra diharapkan dapat memberikan pengalaman batin bagi pembaca. Melalui bahasa sastra, nilai emosional dan psikologis karya sastra bisa dirasakan oleh pembaca sastra. Sastra memiliki misi sebagai pelajaran hidup bagi para pembacanya. Dalam karya sastra terdapat ajaran tentang nilai-nilai kehidupan. Karya sastra adalah pencerminan atas kondisi kehidupan yang terjadi dalam masyarakat. Sastra dilahirkan dari proses kehidupan dan diciptakan juga untuk kehidupan.

Keberadaan karya sastra memiliki tugas yang tidak ringan. Sastra ditugaskan untuk mencapai keindahan dalam berkarya, Sastra harus mampu menjadi pelajaran kehidupan. Sastra memiliki misi sebagai cerminan nilai-nilai kemanusiaan dan bukan formulasi nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Sastra menjadi penting bagi kehidupan karena sastra menggunakan bahasa dalam penyampaiannya. Sastra sangat berkaitan dengan ilmu, disamping karya sastra memiliki kekuatan cerita.

(40)

Sebagai cerita rekaan atau fiksi, sastra terdiri dari berbagai jenis.

Sastra dapat berbentuk puisi, prosa, dan drama. Setiap jenis karya sastra tersebut memiliki pesan moral dan nilai keindahan yang berbeda-beda.

Selera dan kepentingan pembaca sangat menentukan pilihan karya sastra yang disukai.

Karya sastra mengandung sifat mengkhayalkan (fictionally), penciptaan (Invention), dan kekuatan angan-angan (Imagination). Sifat- sifat sastra tersebut merupakan hakikat sastra. Seni sastra mengandung unsur-unsur yang menunjukan sifat kesusasteraan itu sendiri, yang terdiri dari fiksi, penciptaan, dan daya khayal. Sastra pun memiliki sifat estetis.

Mengacu pada uraian diatas, karya sastra dapat disimpulkan sebagai karya seni kreatif dan dapat memberikan pengalaman batin yang berharga kepada pembaca. Melalui karya sastra pembaca dapat memperoleh pesan moral dan pengalaman batin yang berguna bagi kehidupan. Sastra merupakan sesuatu yang indah dan melibatkan perasaan.

Sekalipun karya sastra bersifat fiksi dan imajinasi, karya sastra mengemban fungsi sebagai karya yang bermanfaat dan menyenangkan.

Karya sastra membangun dunia melalui kata-kata sebab kata-kata memiliki energi. Melalui energi itulah terbentuk citra tentang dunia tertentu, Sebagai dunia baru. Melalui kualitas hubungan paradimatis, sistem tanda dan sistem simbol, kata-kata menunjukan sesuatu yang lain di luar dirinya, sehingga peristiwa baru hadir secara terus menerus. Kata-kata itupun memiliki aspek dokumenter yang dapat menembus ruang dan

(41)

waktu, melebihi kemampuan aspek-aspek kebuadayaan yang lain.

Pengetahuan mengenai masa lampau dapat diketahui melalui kata-kata.

Informasi kekayaan alam, dengan keanekaragaman budaya, dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dan sebagainya.

Aspek kebudayaan yang paling banyak memanfaatkan kata-kata, dalam hubungan ini sebagai bahasa, adalah sastra. Dengan kalimat lain, medium utama karya sastra adalah bahasa. Bahasalah yang mengikat keseluruhan aspek kehidupan, disajikan melalui cara-cara yang khas dan unik, berbeda dengan bentuk bentuk penyajian yang dilakukan dalam narasi nonsastra. Bentuk penyajian yang berbeda tidak dimaksudkan agar karya sastra terpisah dari kehidupan masyarakat yang sesungguhnya.

Sebaliknya, bentuk penyajian tersebut justru bertujuan agar peristiwa yang sesungguhnya dapat dipahami secara lebih bermakna, lebih intens, dan dengan sendirinya lebih luas dan mendalam.

6. Hakikat Novel sebagai Suatu Karya Sastra

Dalam khazanah kasusastraan, karya fiksi berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi roman atau sering di sebut juga novel, novelette dan cerpen. Namun, pada dasarnya, perbedaan tersebut terletak pada kadar panjang pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah pelaku yang mendukung cerita. Unsur-unsur yang terkandung dalam karya fiksi dan cara pengarang memaparkan isi cerita memiliki kesamaan meski dalam unsur-unsur tertentu mengandung perbedaan. Oleh karena itu, hasil

(42)

telaah suatu roman, misalnya pemahaman ataupun ketrampilan melalui telaah tersebut dapat diterapkan dalam menelaah novel maupun cerpen.

Menurut Yassin (dalam Nurgiyantoro, 2009: 15), roman adalah cerita yang ditulis dalam bahasa roman yaitu bahasa rakyat Prancis pada abad 15 pertengahan. Roman juga dapat diartikan sebagai cerita prosa yang melukiskan pengalaman lahir dari beberapa orang yang berhubungan satu sama lain dalam suatu keadaan. Sedangkan menurut Frye dalam Nurgiyantoro (2009: 15), roman lebih tua daripada novel. Roman tidak berusaha menggambarkan tokoh secara nyata (realistis). Roman lebih merupakan gambaran angan, dengan tokoh yang bersifat introvert dan subjektif. Di sisi lain, novel lebih mencerminkan gambaran tokoh nyata, tokoh yang berangkat dari realitas sosial. Meskipun novel, cerita pendek dan roman sering dibedakan. Namun, pada perkembangan selanjutnya antara novel dan roman sudah tidak dibedakan lagi. Sedangkan antara novel dan cerita pendek masih dibedakan. Pembedaan tersebut tidak hanya terletak pada panjang pendeknya cerita, melainkan meliputi aspek-aspek pembentuk lainnya karena pada dasarnya novel merupakan bentuk pencitraan yang bebas, lebih rinci, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2009: 8-12). Secara rinci, novel berasal dari bahasa latin novellus, diturunkan dari kata novies yang berarti baru. Novel merupakan karya sastra yang paling baru dibandingkan puisi, drama, dan lainnya. Dalam The American College Dictionary, novel diartikan sebagai suatu cerita prosa yang fiktif dalam

(43)

panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau keadaan yang agak kacau atau kusut. Goldmann via Faruk (1994: 31) membagi novel menjadi tiga jenis, yaitu novel idealisme abstrak, romantisme keputusasaan, dan novel pendidikan. Novel jenis pertama menampilkan tokoh yang masih ingin bersatu dengan dunia. Novel tersebut memperlihatkan suatu idealisme. Novel kedua menampilkan kesadaran hero yang terlampau luas, sehingga berdiri sendiri dan terlepas dari dunia.

Sang hero cenderung pasif. Novel ketiga berada di antara keduanya, yaitu sang hero mempunyai interioritas dan juga ingin bersatu dengan dunia.

Hal tersebut disebabkan oleh adanya interaksinya dengan dunia, hero itu mengalami kegagalan dan menyadari sebab kegagalan itu. Dalam menggambar dunia roman (novel) penulis mau tidak mau melakukan kegiatan kreatif, dimulai dari menyeleksi bahan-bahan dari seluruh kenyataan yang tak terbatas, kemudian menciptakan struktur naratif dengan sudut pandang tertentu yang membatasi kebebasannya selaku penggambar kenyataan.

7. Pengertian Wacana

Menurut Sumarlam, dkk (2009:15) bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk

(44)

bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.

Hasan Alwi, dkk (2000:41) menjelaskan pengertian wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak dapat disebut wacana jika tidak ada keserasian makna.

Sebaliknya, rentetan kalimat membentuk wacana karena dari rentetan tersebut terbentuk makna yang serasi.

Menurut Harimurti Kridalaksana, wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. (1983:179 dalam Sumarlam, 2009:5).

Berdasarkan pengertian tersebut, persyaratan terbentuknya wacana adalah penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran).

Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent).

Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukan keruntutan ide yang diungkapkan.

(45)

B. Kerangka Berpikir

Sebagai salah satu jenis karya sastra, novel merupakan karya sastra yang menghasilkan keindahan melalui bahasa sebagai media dalam suatu upaya pengungkapan kembali pengalaman hidup manusia. Novel juga berfungsi sebagai karya yang menghibur dan sekaligus mendidik

Meskipun novel secara umum menarik, sebagian anggota masyarakat menemui kesulitan untuk memahami dan mengapresiasi karya sastra yang mereka baca. Mereka sulit memahami alur dan karakter tokoh dalam sebuah novel. Hal ini disebabkan karena pembaca tidak memiliki kemampuan analisis sastra.

Oleh karena itu di butuhkan suatu penelitian sastra untuk membantu pembaca dalam mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Penelitian ini adalah upaya menganalisis novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer. Analisis diarahkan untuk membahas alur dan tokoh utama yang dilakukan dengan berlandaskan teori-teori diatas, yang telah diterima secara universal.

(46)

46

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Jakarta. Waktu penelitiannya memakan waktu 4 bulan yang dilaksanakan pada bulan Maret 2017 s/d Juni 2017.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sebagai sebuah penelitian kualitatif yang secara umum lebih menekankan pada upaya menghasilkan pemahaman secara mendalam. Penelitian ini diarahkan untuk memahami secara menyeluruh dan mendalam serta memperoleh makna dari unsur-unsur mengenai topik tunggal dan topik sambung loncat pada novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer. Pemahaman atas unsur-unsur tersebut diharapkan dapat menjadi dasar untuk memahami alur cerita dan sekaligus melihat unsur-unsur apa saja yang digunakan oleh Pramoedya Ananta Toer dalam novel MIDAH Simanis Bergigi Emas .

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bab pada novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer yang di terbikan oleh Lentera Dipantara tahun 2015, yang terdiri dari 12 bab dengan tebal 138 halaman. Sementara dilakukan pengambilan sampel secara acak sebanyak 2 Bab

(47)

dari total keseluruhan populasi yang ada dengan mengabaikan bab prolog dan epilog, sehingga didapatkan 2 bab yang terdiri dari bab 8 dan bab 9.

D. Teknik Pengumpulan Data

Hal yang terpenting di dalam sebuah penelitian menurut Arikunto (1998:

225) adalah pengumpulan data, terutama jika penelitian tersebut sangat diminati peneliti. Teknik pengumpulan data digunakan studi domukentasi atau kajian kepustakaan, dalam hal ini kajian terhadap teks novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer. Novel ini menjadi sumber atau sumber primer dalam penelitian ini. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut Lofland (dalam Moleong, 2006: 112), yaitu kata-kata dan tindakan, selebihnya berupa data tambahan. Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen atau teks, yaitu novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer. Teknik pengumpulan data dalam dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik pustaka dan teknik simak serta teknik catat. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data.

Teknik simak adalah suatu metode pemerolehan data yang dilakukan dengan cara menyimak suatu penggunaan bahasa. Teknik simak dan teknik catat berarti peneliti sebagai instrument kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer sebagai sasaran peneliti yaitu yang berupa teks novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer dalam memperoleh data yang diinginkan. Hasil menyimak kemudian dicatat sebagai sumber data. Dalam data yang dicatat itu disertakan kode sumber datanya untuk

(48)

mengecek ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis data.

Berikut ini langkah-langkah dalam teknik penelitiannya : 1. Sumber dan Jenis Data

Dilihat dari jenis datanya, penelitian ini merupakan kajian kepustakaan, karena data yang dikaji adalah data tertulis yang diperoleh dari bahan pustaka, yaitu novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer sebagai sumber data utama (unsur intrinsik) dan beberapa buku lain sebagai sumber data sekunder (unsur ekstrinsik).

2. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dan pengumpul data utama penelitian ini adalah penulis sendiri. Untuk membantu pencatatan dan perekaman data, penulis menggunakan kartu-kartu data yang diberi label sesuai dengan topik tunggal dan topik sambung loncat yang akan dianalisis.

3. Teknik Penjaringan Data

Teknik penjaringan data yang digunakan adalah observasi yang dilakukan dengan membaca novel secara cermat. Setelah itu dilakukan pembacaan ulang untuk mencatat unsur-unsur topik tunggal dan topik sambung loncat yang terkandung dalam novel, data yang diperoleh kemudian disalin kedalam kartu-kartu data yang sudah disediakan.

(49)

Adapun contoh kartu datanya adalah sebagai berikut :

No. 1 Bab. 2 Hal. 19 Kalimat :

Kau yang mengajari? Teriaknya pada babu.

Tidak bang Hadji. Dia sendiri.

Haram! Haram! Pasti ada yang mengajari.

TOPIK TUNGGAL

No. 4 Bab. 2 Hal. 21 Kalimat :

Apa pendapatmu kalau aku sendirian datang ke rumah orang tuamu?

Dan Midah tak dapat memilih mana yang harus disetujuinya.

TOPIK SAMBUNG LONCAT

4. Prosedur Penelitian

Berdasarkan konsep-konsep pada paparan sebelumnya, langkah kerja penelitian ini dapat diuraikan menjadi sebagai berikut:

a. Membangun struktur teori fiksi;

b. Membaca novel secara cermat untuk memperoleh gambaran secara umum;

c. Mengkategorikan dan memasukan data kedalam kartu-kartu yang telah disediakan;

(50)

d. Menganalisis seluruh data mengenai topik tunggal dan topik sambung loncat yang terhimpun dalam masing-masing kartu, dimulai dari kartu alur, penokohan, dan latar;

e. Untuk mendukung penjelasan dan pemberian makna setiap topik kemudian dihubungkan dengan data ekstrinsik.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis teknik analisis data, yaitu deskripsi eksploratif dan deskripsi analisis. Deskripsi eksploratif digunakan dalam tahap pembacaan novel secara intensif untuk menjaring data yang dibutuhkan. Deskripsi analisis digunakan dalam mengkaji, mengeksplisitkan, dan mensistematikan data yang telah dijaring. Teknik analisis juga digunakan untuk melihat hubungan antara unsur intrinsik novel dengan unsur ekstrinsik novel yang dapat membantu penjelasan pada pemberian makna.

Contoh tabel analisis novel yang memakai aspek topik tunggal dan topik sambung loncat

No Episode Halaman Topik

Topik Tunggal Topik Sambung Loncat

Teknik analisis data dalam novel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah deskriptif, memakai cara analisis (content analysis)

(51)

yaitu dengan menganalisis setiap percakapan didalam novel, baik itu percakapan berupa topik tunggal maupun percakapan yang memakai topik sambung loncat.

Secara terperinci langkah-langkah analisis percakapan pada novel yang berupa data-data dilakukan sebagai berikut:

1. Menganalisis isi percakapan dalam novel secara keseluruhan.

2. Menentukan paragraf-paragraf yang akan dianalisis dengan mengkodifikasikan setiap paragraf sampel dengan mengambil paragraf yang berisi percakapan- percakapan didalam novel.

3. Menganalisis topik tunggal dan topik sambung loncat yang terdapat dalam setiap paragraf dengan teknik mencari tiap-tiap percakapan yang berupa topik tunggal dan topik sambung loncat.

4. Mempresentasikan temuan.

5. Menyimpulkan hasil temuan.

F. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada aspek topik tunggal dan topik sambung loncat dalam novel MIDAH Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer, sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran menulis analisis topik di lingkungan sekolah.

G. Uji Keabsahan Data

Data diuji keabsahannya dengan validitas semantis-kontekstual yaitu mengklasifikasikan, memaknai dan mengkaji data dengan memperhitungkan

(52)

konteks kalimat percakapan secara struktural. Realibilitas data dilakukan dengan cara pembacaan dan pengkajian berulang-ulang oleh peneliti untuk memperoleh data dan informasi yang memadai.

(53)

53

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Deskripsi data dalam penelitian topik tunggal dan topik sambung loncat ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai data yang diteliti didalam novel. Data yang ada dalam novel meliputi 12 episode, Namun data yang diteliti adalah 2 episode dari jumlah keseluruhan episode yang ada pada novel Midah Simanis Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer.

Tabel 1. Sumber Data

No Episode Keterangan

1 1 Halaman 9-14

2 2 Halaman 15-26

3 3 Halaman 27-44

4 4 Halaman 45-56

5 5 Halaman 57-66

6 6 Halaman 67-76

7 7 Halaman 77-88

8 8 Halaman 89-96

9 9 Halaman 97-106

10 10 Halaman 107-120

11 11 Halaman 121-130

12 12 Halaman 131-132

Dari jumlah keseluruhan episode novel yang ada, yakni 12 episode, dipilih secara acak sebanyak 2 episode yaitu episode 8 dan 9. Dari 2 episode tersebut diperoleh 148 topik percakapan yang ada didalam novel. Topik yang memenuhi syarat sebagai analisis data dalam topik tunggal dan topik sambung loncat.

(54)

Wacana novel dalam cerita pada karya tulis tersebut membentuk dan membangun sebuah topik, dimana topik tersebut terdiri dari kalimat-kalimat dialog. Kalimat percakapan yang secara keseluruhan ikut membangun cerita didalam novel. Bahan analisis data berupa 148 topik yang telah diteliti dan dianalisis. Topik percakapan tersebut mencakup:

(1) Deskripsi data topik tunggal dan topik sambung loncat tiap episode.

(2) Deskripsi data topik tunggal dan topik sambung loncat seluruh episode yang dianalisis. Data tersebut dipaparkan dalam bentuk tabel.

I. Deskripsi Data Topik Tunggal dan Topik Sambung Loncat per Episode.

Penelitian dan pendeskripsian data tersebut dilakukan secara acak, yaitu dengan memilih tiap-tiap episode yang memiliki jalinan komunikasi antar tokoh yang ada didalam novel.

a. Deskripsi data analisis topik tunggal dan topik sambung loncat episode 8.

No Pasangan Halaman Topik

Topik Tunggal Topik Sambung Loncat

1 1 90 + -

2 2 90 + -

3 3 90 - +

4 4 90 + -

5 5 90 + -

6 6 90 - +

7 7 90 + -

8 8 90-91 - +

9 9 90-91 + -

10 10 91 - +

11 11 91 + -

12 12 91 - +

(55)

13 13 91 + -

14 14 91 - +

15 15 91 - +

16 16 91 + -

17 17 91 - +

18 18 91 - +

19 19 91 + -

20 20 91 - +

21 21 91 + -

22 22 91-92 - +

23 23 92 + -

24 24 92 - +

25 25 92 + -

26 26 92 + -

27 27 92 - +

28 28 92 - +

29 29 92 + -

30 30 92 - +

31 31 92 + -

32 32 92 + -

33 33 92 + -

34 34 92 - +

35 35 92 + -

36 36 92 + -

37 37 92-93 - +

38 38 93 - +

39 39 93 - +

40 40 93 - +

41 41 93 + -

42 42 93 + -

43 43 93 + -

44 44 93 - +

45 45 93 - +

46 46 93 - +

47 47 93 + -

(56)

48 48 93 - +

49 49 93 + -

50 50 93 - +

51 51 93 - +

52 52 93 - +

53 53 93 - +

54 54 93 - +

55 55 93 - +

56 56 93-94 - +

57 57 94 - +

58 58 94 - +

59 59 94 - +

60 60 94 + -

61 61 94 + -

62 62 94 - +

63 63 94 - +

64 64 94 - +

65 65 94 + -

66 66 94 - +

67 67 94 - +

68 68 94-95 - +

69 69 95 - +

70 70 95 + -

71 71 95 + -

72 72 95 + -

73 73 95 + -

74 74 95 - +

75 75 95 - +

76 76 95 + -

77 77 95 - +

78 78 95 - +

79 79 95 + -

80 80 95 - +

81 81 95 - +

82 82 95 - +

(57)

Berdasarkan informasi diatas, diperoleh informasi bahwa episode 8 pada novel Midah Simanis Bergigi Emas tersebut terdiri dari 51 paragraf dan 82 pasangan kalimat. Dari 82 pasangan kalimat, terdapat 34 topik tunggal dan 48 topik sambung loncat.

Aspek topik tunggal dan topik sambung loncat

Topik tunggal adalah topik pembicaraan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, antara pembicara dan pendengar dalam komunikasi, dialog dengan hanya mengangkat satu pokok topik pembicaraan.

Topik sambung loncat adalah topik pembicaraan yang dilakukan oleh kedua belah pihak antara si pembicara dan lawan bicara dengan mengangkat dua macam atau lebih topik pembicaraan setelah mereka memperbincangkan topik sebelumnya.

Dalam analisis yang dilakukan pada episode 8 dalam novel Midah Simanis Bergigi Emas diperoleh data 34 pada topik tunggal dan 48 pada topik sambung loncat.

Data 1

1. Engkau sakit, kak?

2. Ya, aku sakit.

Analisis

Kalimat percakapan pada pasangan 1 merujuk pada topik tunggal, karena percakapan dalam dialog tersebut topiknya hanya satu saja yaitu sakit, dimana

82 34 48

Gambar

Tabel 1. Sumber Data
Tabel  Topik  Tunggal  dan  Topik  Sambung  Loncat  Novel  Midah  Simanis  Bergigi Emas, karya Pramoedya Ananta Toer

Referensi

Dokumen terkait

Hasil wawancara dengan saudara Herna, Status sosial berubah setelah direkrut dalam pemerintahan gampong.. dituntut aktif memberikan usulan dalam musyawarah gampong,

Analisis merupakan suatu kegiatan yang dapat berupa pembuatan hingga pembaharuan suatu sistem dengan melihat kembali sistem yang berjalan. Dalam analisis terdapat

Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Loyalitas nasabah Y Loyalitas adalah sikap dari nasabah dalam menentukan pilihannya untuk tetap menggunakan produk atau jasa

[r]

Universitas Kristen Maranatha viii.. Universitas Kristen

Vanhempien osallisuus ja sen vahvistaminen lasten ja perheiden palveluissa Maaret Vuorenmaa, TtT, Tampereen yliopisto, Terveystieteiden yksikkö Nina Halme, TtT, Terveyden

Faktor manusia sebagai pemberi pelayanan terhadap publik dalam organisasi dianggap sangat menentukan dalam menghasilkan pelayanan yang berkualitas. Sumber daya

(http://www.bbc.com/indonesia/olahraga/2015/11/151101olahraga_adidas_roonry) Dalam menaikan kualitas brand Adidas, mereka melakukan sponsor kebeberapa pemain sepak bola