• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latihan/Kasus/Tugas

Dalam dokumen Seni Budaya Seni Rupa SMP KK G Prof (Halaman 46-122)

1. Perbandingan ukuran proporsinal tinggi tubuh wanita Indonesia diukur dengan menggunakan rasio tinggi kepala adalah....

a. 6.5 tinggi kepala b. 7 tinggi kepala c. 7.5 tinggi kepala d. 8 tinggi kepala

2. Perbandingan ukuran proporsinal tinggi tubuh Pria Indonesia diukur dengan menggunakan rasio tinggi kepala adalah....

a. 6.5 tinggi kepala b. 7 tinggi kepala c. 7.5 tinggi kepala d. 8 tinggi kepala

3. Menggambar model yang menampilkan hanya bagian badan, dari dada, pinggang, dan panggul saja disebut....

a. Model torso b. Model dada

c. Model tanpa kepala d. Model setengah badan

4. Dalam pembelajaran seni rupa pemberian tugas menggambar objek dengan detail dapat memberikan manfaat bagi anak untuk mengembangkan aspek….

a. Kepekaan b. Kreatifitas c. Ketekunan d. Kerajinan

5. Adanya spontanitas dalam menorehkan garis/warna serta kemampuan menangkap essensi dari bentuk objek merupakan factor penting dalam menilai karya seni rupa…

a. Gambar Ilustrasi b. Gambar model c. Gambar Sketsa d. Gambar Bentuk

Abdul Majid (2008), Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya

AECT (1986). Definisi Teknologi Pendidikan (Terjemahan Yusufhadi Miarso). Jakarta: Rajawali Pers

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Es. Taxonomy for Learning, teaching assessing: A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Longman.

Barrett, Maurice(1982), Art Education, a strategy for course design, London: Heinemann Educational Books.

Benny A. Pribadi (2009), Modul Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Coze, Paul. Tanpa Tahun, "Quick Sketching", A Walter T. Foster Publication, Tustin California.

Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, (2007), Materi Sosialisasi danPelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

.

Fatriani. (2006). Dongeng Rakyat Jawa dalam Karya Ilustrasi Sampul Buku Cerita Anak-anak. Unnes. Semarang.

Fauzi, Eddy. Effendy, Widihardjo, (2008). Peta Konsep Pendidikan Seni Rupa, Pusbuk, Depdiknas, Jakarta.

Feldman, E.B. (1967), Art as Image an Ideas, Englewood-Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Fraser, Lynch Diane. (1991). Discoverring and Developing Creativity. Americans: A Dance Horizons Book Princeton Book Company, Publisher.

Goldberg,Merryl Ruth, (1997). Art and Learning: An Integrated Approach to Teaching and Learning in Multicultural and Multilingual Settings, Longman, New York.

Goleman, Daniel. (2000). Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia.

Henkes, Robert. 1965. "Orientation to Drawing and Painting". International Text book Company, Scranton, Pennsylva"nia .

Joni, T. Raka. (1980). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : P3G.

Kamaril, Cut. WS., (2007) Materi Pelatihan Pengenalan Pembelajaran Aktif diSekolah Dasar dan Menengah, Jakarta,.

Kadarsah Suryadi (2000), Pedoman Penulisan dan Penilaian Bahan Belajar: Pendekatan Sistem Pendukung Multi Kriteria. Jakarta: DepDikNas. Laughlin, H. P. Mc. Tanpa Tahun . "Painting witb Oil Paster'. Published by Walter

T. Foster, Tustin California.

Latrop Sears, Elinor, (1971). "Pastel Painting Step by Step" . Secon printing.Watson - Guptill Publications :New York .

Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda

Mulyasa,E. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Parramon, J. M. 1971. "Improve Your Painting a:id Drawing'' , Fountain Press, London.

Perceival, F. & Ellington, H. (1998). Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005: Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: ASA Mandiri.

Republik Indonesia. (2007). Permendiknas Nomor 41 tahun 2007: Standar Proses Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas, 2007.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, Prenada Media Group.

Seels, B. Barbara dan Rickey, Rita C. (2002). Teknologi Pembelajaran (Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Sidik, Fajar dan Arning Prayitno, 1981. "Desain Elemen te!'' STSRI. Yogyakarta ,

Sukadi. (2006). Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung : Kolbu.

Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Suparman. A. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI.

Suprayekti. (2002). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).

. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Peraturan Pemerintah tengtang Standar Pendidikan Nasional. Von Dewitz, Arden, Tanpa Tallun, "A Fun Book on Acrylic Painting” Polymer,

Published by Walter T, Foster, Tustin, California,

Watson, Ernest W. (1959). "Composition in Landscape and Still f;fe". Watson - Guptill Publications , Inc: New York .

     

     

Lampiran 1. Kunci Jawaban Kegiatan Pembelajaran 3 –

Permasalahan dalam Gambar Model

1. b 2. b 3. a 4. c 5. c

BERKOMUNIKASI

SECARA EFEKTIF,

EMPATIK, DAN SANTUN

DENGAN PESERTA DIDIK

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

?

KOMPETENSI PROFESIONAL

KELOMPOK KOMPETENSI G

Copyright 2016

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan

Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya,

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan

c

Penulis : Dr. Rin Surtantini, M.Hum. Editor Substansi : Dra. Irene Nusanti, M.A. Editor Bahasa : Is Yuli Gunawan, S.Pd.

BERKOMUNIKASI

SECARA EFEKTIF,

EMPATIK, DAN SANTUN

DENGAN PESERTA DIDIK

KOMPETENSI PEDAGOGIK

KELOMPOK KOMPETENSI G

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL

GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN .... iii KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vii PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Pembelajaran Umum ... 3 C. Peta Kompetensi ... 3 D. Ruang Lingkup ... 4 E. Saran cara Penggunaan Modul ... 4 KEGIATAN PEMBELAJARAN-BERKOMUNIKASI DENGAN PESERTA DIDIK ... 7 A. Tujuan ... 7 B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 7 C. Uraian Materi ... 7 D. Aktivitas Pembelajaran ... 43 E. Latihan/Tugas/kasus... 44 F. Rangkuman ... 44 EVALUASI ... 45 DAFTAR PUSTAKA ... 45

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang

Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik merupakan salah satu kompetensi inti guru dalam bidang pedagogik yang tertuang dalam Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kompetensi ini dijabarkan menjadi kompetensi guru kelas atau guru mata pelajaran sesuai dengan jenjang pendidikan tempat guru mengajar (PAUD/TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK) yang mencakup (1) memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain, dan (2) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, respon peserta didik terhadap ajakan guru, dan reaksi guru terhadap respon peserta didik.

Mengacu kepada Permendiknas No. 16 tahun 2007 di atas, yang merupakan ruang lingkup berkomunikasi dalam konteks kompetensi pedagogik adalah berkomunikasi secara verbal menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun tulis, yang dilakukan oleh guru kepada dan dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Berkomunikasi itu sendiri merupakan kebutuhan alami manusia sebagai makhluk sosial. Melalui kegiatan komunikasi, manusia secara natural memiliki keinginan mendasar untuk mengelola hubungan sosial atau interpersonal dengan sesamanya melalui berbagai medium seperti bahasa, tindakan atau perbuatan. Manusia dikaruniai oleh penciptanya organ-organ tubuh yang sangat memungkinkannya terhubung dengan manusia lain untuk menyampaikan maksudnya, pikirannya, perasaannya, dan juga untuk saling berbagi, saling belajar, mendengarkan, dan melaksanakan bermacam-macam tugas sosialisasi lainnya. Pengembangan kompetensi guru untuk

berkomunikasi dengan peserta didik ini tidak mungkin dapat dilakukan secara terpisah dengan pengembangan kompetensi inti guru lainnya, yaitu kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial, khususnya yang terkait dengan aspek-aspek perilaku dan budaya yang dianut atau yang berlaku dalam kelompok sosial atau masyarakat di wilayah terjadinya proses pembelajaran.

Tindakan yang ditunjukkan oleh seseorang melalui penggunaan bahasa dalam komunikasi tidak hanya memiliki implikasi terhadap pikiran dan perasaan dari orang-orang yang terlibat di dalam komunikasi tersebut, tetapi juga terhadap hubungan (rapport) yang terjadi di antara mereka (Surtantini, 2014:4-5). Brown dan Yule (1983) mengatakan bahwa fungsi interaksional bahasa merupakan salah satu fungsi utama dalam pengelolaan hubungan yang bertujuan untuk meng-komunikasikan keramahtamahan dan niat baik, dan juga untuk membuat orang yang terlibat dalam interaksi merasa nyaman dan tidak terancam (dalam Spencer-Oatey, 2008:2). Dalam konteks proses pembelajaran, pola komunikasi yang diterapkan oleh seorang guru di dalam kelas akan sangat berpengaruh terhadap hubungan antara guru dengan peserta didiknya. Komunikasi verbal yang menerapkan prinsip-prinsip dan strategi komunikasi yang tepat memungkinkan terjadinya hubungan yang baik antara guru dengan peserta didiknya. Hubungan (rapport) yang baik akan berdampak positif terhadap pengalaman belajar peserta didik. Dengan demikian, guru memiliki peran yang strategis dalam menciptakan budaya dan pola komunikasi di dalam kelas melalui proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didiknya.

Di dalam proses pembelajaran, kemampuan untuk berkomunikasi dengan peserta didik menjadi salah satu kemampuan guru yang harus dimiliki dalam pengelolaan kelas (classroom management), khususnya dalam menciptakan iklim kelas yang positif, memberi stimulasi dan energi (positive, stimulating, and energizing classroom climate) (Brown, 2001: 202). Iklim kelas yang positif memberi fasilitas terjadinya proses belajar bagi peserta didik. Kemampuan guru ber-komunikasi dengan peserta didik ini terintegrasi dengan kepribadian guru yang dikembangkan pada kompetensi personal dan kemampuan

bersosialisasi guru yang dikembangkan pada kompetensi sosial. Untuk itu, guru perlu memahami konsep, prinsip, dan strategi komunikasi secara umum dalam mengelola hubungan sosial menggunakan bahasa yang kemudian diaplikasikan dan disesuaikan olehnya dalam konteks proses pembelajaran di sekolah.

B. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat:

1. Memahami aspek-aspek dan konsep-konsep umum dalam komunikasi melalui penggunaan bahasa.

2. Mengemukakan prinsip dan strategi berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun dengan peserta didik secara lisan maupun tulis dalam proses pembelajaran.

3. Menerapkan prinsip dan strategi komunikasi verbal yang efektif, empatik dan santun dengan peserta didik melalui interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran.

C. Peta Kompetensi

Modul ini merupakan modul ketujuh dalam kelompok kompetensi pedagogik guru sebagaimana terlihat pada bagan di bawah ini:

Modul 1 Menguasai Karakteristik Peserta Didik

Modul 2 Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Mendidik

Modul 3 Mengembangkan Kurikulum

Modul 4 Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik

Modul 5 Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Kepentingan Pembelajaran

Modul 6 Memfasilitasi Pengembangan Potensi Peserta Didik

Modul 7 Berkomunikasi dengan Peserta Didik

Modul 8 Menyelenggarakan Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar

Modul 9 Memanfaatkan Hasil Penilaian dan Evaluasi untuk Kepentingan Pembelajaran

Modul 10 Melakukan Tindakan Reflektif untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran

D. Ruang Lingkup

Di dalam modul ini Anda akan mempelajari hal-hal berikut ini:

1. Aspek-aspek penting yang saling mempengaruhi dalam proses komunikasi verbal secara umum.

2. Konsep-konsep umum dalam komunikasi melalui penggunaan bahasa pada pengelolaan hubungan sosial (rapport management).

3. Prinsip-prinsip dan strategi komunikasi dalam proses pembelajaran. 4. Interaksi yang mendukung proses pembelajaran.

E. Saran cara Penggunaan Modul

Modul ini didesain secara interdisipliner yang mencoba mengajak Anda sebagai peserta diklat untuk menerapkan komunikasi dengan peserta didik dari perspektif penggunaan bahasa, aspek kependidikan, dan faktor budaya. Anda dapat mempelajari modul ini secara mandiri dengan memperhatikan hal- hal berikut:

1. Bacalah dan pahami dengan cermat uraian materi.

2. Lakukan atau jawablah pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan pada setiap topik materi untuk melatih cara berpikir kritis dan terbuka. 3. Kerjakan latihan yang diberikan untuk Anda untuk meningkatkan

pemahaman Anda terhadap uraian materi.

4. Baca dan pahami rangkuman yang disajikan dengan cermat.

5. Gunakan kunci jawaban yang tersedia hanya untuk mengecek pemahaman Anda. Ingatlah bahwa komunikasi melibatkan hubungan antar manusia yang tidak pernah konstan dan pasti karena terikat konteks dan budaya, sehingga dimungkinkan tidak hanya ada satu jawaban mutlak untuk konteks yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Anda diharapkan dapat

mengembangkan cara berpikir kritis dan open-minded agar terbiasa

dengan banyak pilihan atau alternatif dalam memecahkan masalah yang muncul ketika Anda berkomunikasi dengan peserta didik.

6. Lakukan diskusi atau tukar pendapat dengan pengajar Anda dan dengan sesama peserta diklat sebagai wujud dari penerapan fungsi interaksional bahasa.

BERKOMUNIKASI DENGAN PESERTA DIDIK

A. Tujuan

Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, Anda diharapkan akan dapat: 1. Mengidentifikasi secara cermat aspek-aspek penting yang secara umum

saling mempengaruhi dalam proses komunikasi verbal.

2. Menerangkan secara jelas konsep-konsep umum dalam komunikasi melalui penggunaan bahasa pada pengelolaan hubungan sosial (rapport management).

3. Menerapkan konsep-konsep umum penggunaan bahasa pada komunikasi yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik pada proses pembelajaran.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Mengidentifikasi 8 (delapan) aspek penting yang secara umum saling mempengaruhi dalam proses komunikasi verbal.

2. Menguraikan secara cermat pemahaman mengenai tindak tutur, prinsip kerjasama dalam komunikasi, kesantunan berbahasa, dan komponen- komponen pengelolaan hubungan sosial melalui penggunaan bahasa pada komunikasi verbal.

3. Melakukan penyesuaian terhadap konsep-konsep umum penggunaan bahasa pada penerapan komunikasi dengan peserta didik.

C. Uraian Materi

Di dalam Kegiatan Pembelajaran ini, Anda akan diajak untuk memahami (1) aspek-aspek umum yang saling mempengaruhi di dalam proses komunikasi

KEGIATAN PEMBELAJARAN

verbal, (2) konsep-konsep umum yang terdapat di dalam penggunaan bahasa yang bertujuan untuk mengelola hubungan sosial, dan (3) keterkaitan aspek dan konsep umum penggunaan bahasa dan proses komunikasi tersebut dengan penerapannya di dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

1. Aspek-Aspek yang Saling Mempengaruhi di dalam Proses

Komunikasi Verbal

Bahasa digunakan sebagai medium di dalam komunikasi verbal yang dilakukan oleh manusia. Penggunaan bahasa menjadi hal yang sentral di dalam proses komunikasi karena bahasa dalam hal ini bersifat mengaitkan atau mengikat berbagai aspek yang saling mempengaruhi ketika peristiwa komunikasi terjadi. Berdasarkan terjadinya berbagai peristiwa komunikasi, berikut ini disajikan identifikasi aspek-aspek yang saling terkait dan mempengaruhi ketika bahasa digunakan oleh orang-orang yang terlibat di dalam komunikasi tersebut:

a. Siapa yang terlibat di dalam peristiwa komunikasi?

Aspek ini mengacu kepada siapa peserta pertuturan, yang terdiri dari penutur, lawan tutur, dan orang ketiga. Ketika sebuah peristiwa komunikasi terjadi, pasti ada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Orang-orang ini adalah penutur yang menyampaikan maksudnya menggunakan bahasa, lawan tutur yang memberi makna atau interpretasi terhadap apa yang disampaikan oleh penutur, dan orang ketiga yang kemungkinan juga hadir di dalam peristiwa tutur tersebut. Mereka semua terlibat dalam kegiatan menciptakan atau memberikan makna terhadap penggunaan bahasa yang terjadi dalam proses komunikasi.

b. Topik yang dikomunikasikan oleh peserta pertuturan dalam peristiwa komunikasi

Peserta pertuturan yang saling berkomunikasi pasti memiliki topik yang membuat mereka berada dalam peristiwa komunikasi yang sama. Topik adalah apa yang dibicarakan, didiskusikan, disampaikan, dijelaskan, dideskripsikan, dipertahankan, diargumentasikan, bahkan juga dikritisi, dibantah, dicaci, dicela, dicemooh, ditentang, dan

sebagainya, oleh mereka yang terlibat dalam komunikasi

menggunakan bahasa. Topik menjadi penting karena tanpa topik, peristiwa komunikasi tidak terjadi.

Topik adalah persoalan atau wacana (discourse) yang direalisasikan dalam bahasa melalui teks. Teks adalah satuan bahasa yang digunakan dalam konteks. Ketika berkomunikasi, peserta pertuturan menciptakan wacana atau teks yang bermakna, sehingga teks dapat bersifat lisan dan tulis. Teks lahir dari konteks budaya, yang memiliki: 1) struktur,

2) tujuan-tujuan komunikatif tertentu, 3) fitur-fitur kebahasaan, dan

4) satuan makna.

Pertanyaan reflektif bagi Anda sebagai guru mengenai komunikasi dalam proses pembelajaran:

 Siapakah yang berfungsi sebagai penutur dan lawan tutur?

 Apakah Anda sebagai guru menyampaikan maksud Anda

dengan harapan peserta didik memberi makna atau melakukan interpretasi terhadap apa yang Anda sampaikan melalui respon yang mereka berikan?

 Apakah Anda juga menempatkan peserta didik sebagai

penutur sehingga mereka juga memiliki kesempatan untuk dapat menyampaikan maksud, harapan dan keinginannya?

Teks mengusung makna yang diciptakan dan diinterpretasikan oleh peserta atau pelaku komunikasi. Topik menjadikan orang-orang memutuskan untuk terlibat atau tidak terlibat dalam komunikasi, karena topik adalah teks yang dimaknai. Apabila orang tertarik terhadap topik atau memiliki kepentingan tertentu terhadap topik, maka ia akan terlibat di dalam komunikasi tersebut. Apabila ia tidak menangkap makna atau tidak dapat menciptakan makna dari topik, maka ia mungkin tidak dapat terlibat di dalam komunikasi. Dengan demikian, topik yang direalisasikan dalam bahasa melalui teks membutuhkan pemaknaan agar orang dapat terlibat dan berperan dalam peristiwa komunikasi. Topik tidak bisa terlepas dari konteks, sehingga selanjutnya kita perlu mengetahui apa itu konteks dan perannya dalam peristiwa komunikasi.

Pertanyaan reflektif bagi Anda sebagai guru mengenai topik komunikasi dalam proses pembelajaran:

 Apakah topik yang Anda sampaikan adalah topik yang memang

penting dan dibutuhkan oleh peserta didik berkaitan dengan pengalaman belajarnya?

 Apakah Anda berusaha agar topik tersebut dapat mendorong atau

membuat peserta didik terlibat secara aktif di dalam perbincangan mengenai topik tersebut?

 Bagaimanakah Anda sebagai guru merasa yakin bahwa topik yang

Anda sampaikan dapat bermakna bagi peserta didik?

 Bolehkah peserta didik mempermasalahkan atau menanggapi topik

yang Anda sampaikan?

c. Konteks dalam peristiwa komunikasi

Beberapa tokoh penggunaan bahasa dalam komunikasi

mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan konteks. Konteks oleh Leech (1993:20) dideskripsikan sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan, sedangkan Mey (1993:38) mendefinisikannya sebagai lingkungan dalam arti yang

luas yang memungkinkan peserta pertuturan dalam proses komunikasi berinteraksi dan yang membuat ekspresi linguistik mereka dapat dipahami. Nadar (2009:251) mengatakan bahwa konteks adalah pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga

rangkaian dan proses pertuturan bisa berlangsung tanpa

kesalahpahaman yang berarti. Konteks menurut Levinson (1983:5) mencakup identitas dari peserta pertuturan, waktu dan tempat terjadinya peristiwa tutur, pengetahuan dan niat peserta pertuturan dalam peristiwa tutur tersebut, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan itu semua.

Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai konteks di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa konteks dalam peristiwa komunikasi merupakan deskripsi mengenai siapa saja yang terlibat dalam komunikasi tersebut, apa yang dibicarakan, di mana dan kapan terjadinya, serta bagaimana dan mengapa komunikasi tersebut dilakukan. Konteks atau situasi dan kondisi tutur kemudian membuat orang dapat menilai apakah respon atau tanggapan terhadap pembicaraan menjadi relevan atau tidak, pantas atau tidak pantas, sesuai atau tidak sesuai, sopan atau tidak sopan, aneh atau pas, dan sebagainya. Itulah sebabnya ada orang yang bertanya apa konteksnya sebelum ia menjawab sebuah pertanyaan yang ditujukan kepadanya, dengan harapan bahwa jawaban yang ia berikan nantinya sesuai, relevan, atau tidak menyimpang dari topik pembicaraan. Ada juga orang yang dikatakan keluar dari konteks karena orang tersebut tidak dapat membangun makna pada sebuah peristiwa komunikasi, sehingga ia dinilai oleh lawan tutur sebagai peserta pertuturan yang aneh, tidak fokus, menyimpang, tidak pantas, dan bahkan dapat juga dianggap tidak sopan, dan sebagainya. Dengan memahami konteks, orang akan dapat menyesuaikan bahasa yang digunakannya ketika ia terlibat dalam peristiwa komunikasi.

Pertanyaan reflektif bagi Anda sebagai guru mengenai konteks dalam peristiwa komunikasi di dalam proses pembelajaran:

 Bagaimanakah Anda sebagai guru membawa peserta didik ke

dalam konteks proses belajar mengajar?

 Dapatkah Anda memberi contoh konteks yang berkaitan dengan

bidang studi yang Anda ajarkan?

 Dapatkah Anda memberi contoh konteks yang berkaitan dengan

perilaku peserta didik dalam penggunaan bahasa, atau dalam tindak tutur mereka?

 Bagaimanakah Anda memberi respon terhadap peserta didik yang

tidak atau kurang dapat memahami konteks, baik konteks mengenai proses belajar mengajar, maupun konteks mengenai materi yang diajarkan?

d. Cara yang digunakan dalam berkomunikasi

Instrumen yang digunakan dalam berkomunikasi menggunakan

bahasa juga mempengaruhi jalannya komunikasi. Setiap mode (cara)

yang digunakan dalam melakukan komunikasi ini mempengaruhi penggunaan bahasa dan hasil atau efek dari komunikasi itu sendiri. Bahasa itu sendiri dapat digunakan secara formal atau tidak formal, resmi atau tidak resmi, lisan atau tulis, melalui berbagai instrumen. Brown dan Yule (1983) di dalam Spencer-Oatey (2008:2) mengidentifikasi adanya dua fungsi utama bahasa, yaitu:

1) fungsi transaksional atau transfer informasi (transactional atau

information-transferring function), yang bertujuan untuk

menyampaikan informasi secara koheren dan akurat, dan

2) fungsi interaksional atau pemertahanan hubungan sosial

(interactional atau maintenance of social relationships function),

yang bertujuan untuk mengkomunikasikan keramahtamahan dan niat baik, dan untuk membuat peserta pertuturan merasa nyaman dan tidak terancam.

Kedua fungsi bahasa tersebut saling berkaitan erat, sehingga hal yang sangat penting dan esensial di dalam semua komunikasi adalah aspek relasional dari penggunaan bahasa itu sendiri (Spencer-Oatey, 2008:2).

Seperti telah diuraikan pada aspek sebelumnya, teks atau satuan bahasa yang digunakan dalam konteks dapat bersifat lisan dan tulisan. Fungsi utama bahasa memunculkan teks-teks lisan yang bersifat transaksional, misalnya ramalan cuaca, pengumuman, transaksi jual beli, ceramah, orasi, dan sebagainya. Sedangkan fungsi utama bahasa yang menghasilkan teks-teks lisan yang bersifat interaksional atau interpersonal contohnya adalah obrolan, basa-basi, curahan hati, dan sebagainya.

Fungsi utama dari bahasa juga memunculkan teks-teks tulis yang bersifat transaksional, misalnya surat penagihan, surat tugas, surat perintah, surat pemberitahuan, pengumuman, peraturan, dan sebagainya. Sedangkan teks-teks tulis pendek yang bersifat interaksional atau interpersonal contohnya adalah surat biasa, surat

elektronik (email), kartu ucapan, obrolan atau chats melalui berbagai

media sosial, sms (short message service), dan sebagainya.

Dalam dokumen Seni Budaya Seni Rupa SMP KK G Prof (Halaman 46-122)

Dokumen terkait