DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Mata Pelajaran Seni Budaya/Seni Rupa
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
GURU PEMBELAJAR
MODUL PELATIHAN GURU
KELOMPOK KOPETENSI G
Profesional :
Pengertian Gambar Model
Pedagogik :
Berkomunikasi Secara Efektif, Empatik, dan Santun
dengan Peserta Didik
U PEMBELAJ
AR
MA
TA PELAJ
ARAN SENI R
UP
A SMP
KEL
OMPOK K
Zulfi Hendri, M.Sn..
PENGERTIAN
GAMBAR MODEL
PENGERTIAN
GAMBAR MODEL
KOMPETENSI PROFESIONAL
KELOMPOK KOMPETENSI G
MATA PELAJARAN SENI BUDAYA/SENI RUPA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Copyright 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya,
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan
c
Penulis : Zulfi Hendri, M.Sn.
Editor Substansi : Drs. IGN Swastapa, M.Ds. Editor Bahasa : Drs. Noor Widijantoro, M.Pd.
PENGERTIAN
GAMBAR MODEL
PENGERTIAN
GAMBAR MODEL
KOMPETENSI PROFESIONAL
KELOMPOK KOMPETENSI G
HALAMAN JUDUL ………..………. i
SAMBUTAN DIRJEN GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN …………. iii
KATA PENGANTAR ………....……… v
DAFTAR ISI ………...……... vii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
PENDAHULUAN ………....……. 1
A. Latar Belakang ………. 1
B. Tujuan ………..………...….. 1
C. Peta Kompetensi ………...……. 1
D. Ruang Lingkup ……….……… 2
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. GAMBAR MODEL MANUSIA ....………. 3
A. Pengertian Model Manusia ... 3
B. Metode Pembinaan Gambar Model ... 5
C. Pemilihan dan Penataan Obyek ... 8
D. Teknik Menggambar Model ... 9
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2. SKETSA ... 17
A. Pengertian Sketsa ... 17
B. Tahapan dalam Membuat Sketsa ... 22
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3. PERMASALAHAN DALAM GAMBAR MODEL ... 23
A. Prinsip-prinsip dalam Gambar Model ... 23
B. Elemen-elemen dalam Gambar Model ... 28
C. Latihan/Kasus/Tugas ……….. 33
DAFTAR PUSTAKA ... 35
Gambar 1 Pembuatan sket dengan bantuan garis pertolongan ... 18 Gambar 2 Pembuatan sket dengan bantuan garis pertolongan tinggi
A. Latar Belakang
Modul ini merupakan bahan ajar yang digunakan untuk Kegiatan Guru Pembelajar mata pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) Sekolah Menengah Pertama (SMP). Modul ini berisi materi tentang: 1) Petunjuk Penggunaan Modul, 2) Teori Belajar serta Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya (Seni Rupa), 3) Pengertian Gambar Model Manusia, Sketsa, dan Permasalahan dalam Gambar Model.
B. Tujuan
Modul ini diperuntukkan bagi guru-guru yang mengajar mata pelajaran Seni Budaya di SMP. Modul ini memberikan pengayaan bagi guru Seni Budaya yang memiliki latar belakang pendidikan seni rupa. Agar memiliki pengalaman belajar Seni Budaya yang baik, maka guru harus memiliki kemauan dalam mengekspresikan konsep seni rupa khususnya tentang gambar model, baik secara teoritis maupun praktis.
C. Peta Kompetensi
Modul ini dapat dipelajari secara mandiri maupun melalui pengarahan dan bimbingan dari instruktur. Secara madiri guru harus memahami konsep dan teori substansi yang dipaparkan, kemudian diimplentasikan melalui praktik.
Demikian pula penerapan materi seni budaya ke dalam berbagai pendekatan diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar seni budaya melalui berbagai model pembelajaran sesuai yang dipaparkan dalam modul ini.
D. Ruang Lingkup
GAMBAR MODEL MANUSIA
A. Pengertian Gambar Model Manusia
lstilah Gambar model atau Gambar benda, dalam bahasa lnggris "Still Life" atau "Still-life" adalah "Picture of inanimate objects, common still life subjects include vessels, food, flowers, books, clothing". Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa gambar model adalah lukisan atau gambar yang menggunakan obyek hidup dan dapat juga berupa benda mati.
Gambar model sebenarnya masih merupakan bagian dari seni lukis, namun ada pendapat yang memasukkan gambar model ini ke-wilayah menggambar (drawing). Hal ini dapat dimengerti, karena keduanya mempunyai cara pandang dan konsepsi yang berbeda meskipun jika dikaji lebih mendalam keduanya mempunyai perbedaan sangat tipis. Sebagai contoh gambar model di bidang seni rupa mungkin lain jika dibandingkan dengan di bidang Arsitektur, baik ditinjau dari tujuan, fungsi, maupun dari segi teknik yang digunakan.
Dalam dunia seni rupa, khususnya seni lukis, gambar model sering dianggap sebagai suatu disiplin ilmu menggambar yang baik (trampil) menarik terutama dalam komposisi. Gambar model seringkali diperlakukan sebagai upaya latihan menggambar obyek benda hidup (manusia) secara tepat. lni berarti yang dilatih adalah masalah keterampilan teknik menggambar dan prinsip-prinsip penyusunan elemen yang terkait, tanpa melibatkan emosi. Sehingga kadang-kadang hasil gambar model tampak tidak hidup, tanpa melibatkan emosi. Karena dalam gambar model semata-mata hanya melatih teknik menggambar secara baik. Sebenarnya secara visual antara menggambar model dengan melukis manusia tidaklah terlalu berbeda jauh .
Keduanya obyek yang digambar bisa sama, tetapi bagaimana cara memandang obyek yang digambar berbeda. Pada lukisan tidak meniru obyek seperti halnya pada gambar model melainkan merupakan hasil intepretasi dari obyek yang digambar. lni berarti obyek belum tentu sesuai dengan yang diinginkan, jika belum sesuai maka bisa dikurangi, ditambah bahkan diubah sesuai dengan keinginan pelukis, dan hal tersebut ada benarnya jika dikaitkan dengar sebuah pendapat bahwa "Seni lukis adalah merupakan manifestasi ekspresi estetis dengan menggunakan garis, bidang dan warna". Dari uraian tesebut setidaknya dapat memberikan gambaran tentang perbedaan antara gambar model dan lukisan, sehingga dalam pembahasan selanjutnya tidak terjadi pemahaman yang salah.
Banyak pelukis atau seniman tertarik dan menghargai lukisan dengan objek benda hidup atau mati. Ketiadaan emosi dan sifatnya yang statis, kemungkinan lebih besar sebagai pengalaman estetis, yang diakibatkan permasalahan dan pertimbangan yang sifatnya pribadi. Namun suatu ungkapan pada lukisan dan obyek gambar model, bisa bukan bersifat pribadi, melainkan dihargai sebagai alat bantu dalam teknik menggambar (melukis) secara baik, maka gambar model lebih sering di perlakukan sebagai suatu latihan.
Berbagai hasil karya gambar model atau lukisan dengan obyek benda hidup yang ada, masing-masing pelukis menggunakan bahan/media dan teknik yang bervariasi sesuai dengan kesenangannya. Jika seluruh karya tersebut dipilah dan dikelompokkan, maka ada dua macan teknik, yaitu:
1. Teknik Kering adalah menggunakan bahan kering, antara lain; pensil, konte, arang, pastel (crayon) dengan bidang gambar kertas padalarang atau karton.
2. Teknik Basah.
Gambar model sebagai bagian dari lukisan yang paling sederhana, tidak terlalu bayak melibatkan emosi, karena obyeknya benda hidup atau mati dalam posisi tetap, oleh karenanya sering diartikan sebagai bentuk latihan menggambar atau melatih teknik menggambar secara baik. Untuk itu agar hasilnya optimal diperlukan berbagai persiapan, metode menggambar yang benar dan latihan secara intensif dan kontinyu. Sedangkan bentuk latihan menggambar model, sudah barang tentu diawali dari yang paling mudah ketingkat yang paling sulit, baik dari persoalan pemilih obyek dan penyusunannya yang paling sederhana sampai dengan bagaimana cara menangarai problema teknik menggambar yang sangat kompleks. Permasalahan semacam itu harus dikuasai, namun semuanya dikembalikan pada diri masing-masing, dan hal tersebut semata-mata untuk pemenuhan kreativitas.
B. Metode Pembinaan Gambar Model
Proses pembinaan menggambar model diperlukan metode pendekatan secara langsung dan terbuka. Dengan cara memberikan kebebasan untuk mengadakan eksperimen berfikir, memilih dan memberikan motivasi untuk membeda-bedakan. Sehingga siswa merasa bahwa hal tersebut merupakan suatu kebutuhan. Dengan demikian akan menghasilkan karya-karya yang lebih baik dan memuaskan. Pada sisi lain dalam proses kreatif (berkarya) selain memberikan motivasi dengan menggunakan pendekatan langsung dan terbuka, adalah masalah pembinaan teknis penggarapan/ pengerjaan. Jika dalam proses tersebut terjadi suatu hambatan teknis, maka akan segera dapat ditangani, dan siswa dapat secara cepat, trampil menangani dan menguasainya.
Pemberian ulasan sewaktu proses menggambar berlangsung sebenarnya sangat menguntungkan, karena jika kesalahan yang vital terjadi, dan diketahui setelah karya tersebut selesai, maka untuk memperbaikinya akan memakan waktu, tenaga dan material yang cukup banyak. Mengingat untuk memperbaiki suatu kesalan dalam sebuah lukisan harus secara menyeluruh, karena permasalahannya yang kompleks, terkait antara elemen satu dengan lainnya. Pemberian ulasan setelah karya selesai juga tidak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan pemberian ulasan sewaktu proses menggabar berlangsung, karena selain fungsinya menunjukkan kelebihan dan kekurangan secara menyeluruh dari karya yang telah dihasilkan, secara tidak langsung memberikan sejumlah pengetahuan, yang nantinya dapat dijadikan suatu kesadaran dalam melakukan sesuatu sesuai metode yang diajarkan pada karya- karya berikutnya.
Adapun metode pembinaan menggambar bentuk dapat dilakukan antara lain dengan cara:
a. Memberikan pengarahan tentang obyek yang digambar dengan menggunakan metode analitis, baik dari pemilihan obyek, penyusunannya, hubungan antar obyek yang digambar, pencahayaan, gelap terang, draperi dan sebagainya, secara menyeluruh. Begitu pula perlu diberikan pengarahan agar siswa dapat mengembangkan fantasinya. Karena gambar model dengan obyek benda hidup dan mati, tidaklah benar-benar diam, jika pelukis atau siswa dengan baik termotivasi. Obyek gambar model dari benda hidup dan mati adalah diangkat dari alam dan kehidupan. Oleh karenanya tidak ada alasan mengapa obyek alam ini tidak harus dihidupkan kembali pada posisinya yang statis.
kedalam obyek alami, untuk mengembangkan imajinasi yang sifatnya individual.
Selanjutnya siswa menggunakan obyek yang ada di dalam khayalannya atau pikirannya. Di sini masalahnya adalah obyek alami dibuat untuk melebihi posisinya yang statis atau kurang melibatkan emosi, menjadi ungkapan yang sifatnya sugestif (menjelaskan lebih). Berawal dari pendapat seperti inilah sebenarnya hasil sebuah lukisan yang merupakan intepretasi terhadap objek akan sulit dibedakan dengan gambar model atau gambar bentuk yang menyertakan cerita kedalam objek alami yang memiliki daya ungkap lebih dan sugestif. Namun dengan uraian tersebut, setidaknya akan memberikan sedikit kejelasan dan pemahaman tentang pengertian gambar model.
Pada akhirnya dapat dimulai kegiatan menggambar model dengan menggunakan media cat air atau cat minyak. Melalui melukis dengan obyek benda mati atau benda hidup seperti manusia, akan menawarkan banyak keuntungan. Mereka tidak hanya dapat menemukan sesuatu benda yang tak terhitung banyaknya dan jenis manusia untuk dipilih sebagai obyek yang cukup bagus dan layak untuk dijadikan sebuah lukisan, tetapi juga dapat memilih dan mengatur obyek tersebut diposisikan di atas suatu tempat, mungkin dirubah sedikit, digeser sedikit, dibalik posisinya, memberi obyek tertentu lainnya demi tuntutan komposisi tertentu, atau mungkin tidak ada perubahan didalam pengaturannya.
yang paling biasa sampai yang bagus. Selain obyek-obyek tersebut juga dapat memanfaatkan kain korden, dari tenunan/tekstur dan warnanya yang menarik, atau bisa juga menggunakan potongan kain dari pakaian lama yang mana pakaian lama sering mempunyai karakter yang menarik dan bagus. Sedikit untuk material baru yang memiliki karakter seperti yang diinginkan itu.
C. Pemilihan dan Penataan Obyek
Membuat gambar model yang baik dan bernilai, perlu adanya persiapan secara menyeluruh. Diantaranya adalah pemilihan obyek apakah itu manuisa atau benda mati lainnya serta penataannya. Obyek sehari-hari yang sederhana adalah merupakan pilihan yang bijaksana. Sebab obyek tersebut meskipun hanya biasa dan kurang bagus, dalam gambar model tidak menjadi masalah. Karena menggambar model harus membuat indah. Ambil sisi baiknya pada sebuah obyek dengan ketajaman mata pelukis dan apresiasi yang dimiliki, maka obyek yang sederhana dan biasa, akan menjadi lukisan yang menarik dan bernilai. Mungkin suatu ketika seseorang perlu mencari obyek dari teman-teman siswa yang berasal dari perkampungan dengan kejelian pengamatan pelukis bisa mendapatkan obyek yang indah dan menarik dari tempat yang jauh dari sekolah.
Pemilihan model jangan dimulai dengan yang terlalu rumit, atau memiliki tingkat kesulitan tinggi, model dapat berupa anak yang cukup berbaju kaos, dan diberi hiasan sederhana. Jumlah model maupun warna jika perlu dikurangi terlebih dahulu. Mungkin ditambah 1 (satu) lembar atau 2 (dua) tangkai bunga dari bentuk yang menarik. lni lebih mudah dan leluasa dalam pengaturannya. Jadi untuk memilih model yang sederhana lebih cenderung dihubungkan dengan penggunaan model atau warna, sehingga dapat mengorganisir kedalam penyatuan komposisi.
dan kontinyu. lni semua dilakukan agar mendapatkan komposisi yang menarik, bernilai dan bermanfaat.
D. Teknik Menggambar Model
Pada dasarnya teknik menggambar model dan melukis tidaklah berbeda, karena teknik yang digunakan juga teknik-teknik yang biasa digunakan untuk melukis pada umumnya. Teknik dalam menggambar juga bergantung pada media ataupun bahan yang digunakan untuk melukis. Untuk proses pembelajaran sederhana tentunya dapat menggunakan teknik dengan media kering, tetapi untuk pendalaman materi akan dibahas media cat air dan cat minyak. Kedua media ini apakah cat air dan cat minyak sama-sama memiliki sifatnya yang basah, maka teknik penggambarannya perlu memakai kuas/palet. Kuas yang digunakan bervariasi, baik di tinjau dari ukuran, bentuk, atau tingkat kelenturannya. Semua itu semata-mata terkait dengan fungsi dan tujuannya. Dalam hal tertentu penggunaan cat air dan cat minyak bisa sama, sebagai contoh: untuk memberi warna pada bidang yang luas digunakan kuas yang ukurannya besar (Eterna no 12), hanya untuk pencapaian efek tertentu dan sifat bahannya yarig berbeda maka jenis kuas yang digunakan kelembutannya juga disesuaikan. Untuk cat air penggambarannya transparan, oleh karenanya penggunaan air cukup banyak, maka pada umumnya kuas yang digunakan bulu kuasnya lembut. Sedangkan untuk cat minyak yang relatif lebih kental/pekat, maka kuas yang dipakai lebih kaku dan lentur.
Hal ini disebabkan karena efek kuas yang dilhasilkan tidak sesuai dengan yang dipikir dan dirasakan.
Pengalaman berikutnya tentang penyiapan cat yang diplotot pada palet untuk menggambar, sering dijumpai siswa hanya menyiapkan warna-warna yang pada saat itu akan digunakan, misalnya warna merah, kuning, hijau, untuk penggambaran baju, sedangkan warna untuk latar depan (fore ground) dan latar belakangnya (back ground) menyusul, bahkan mungkin belum terpikirkan, bahwa selama proses menggambar dimungkinkan akan muncul warna-warna lain yang di luar perhitungan. Hal semacam ini sebenarnya merupakan suatu kesalahan yang sangat mendasar. Seharusnya untuk melukis, baik dengan menggunakan media cat air maupun cat minyak, sebelum melukis semua warna yang ada harus sudah disiapkan dengan memelotot di palet yang telah disediakan. Terlepas nantinya wama tersebut akan digunakan atau tidak. Mengapa demikian? Pertama karena sewaktu melukis pada umumnya tanpa diduga sering muncul kebutuhan warna-warna tertentu yang tidak terpikirkan sebelumnya dan jika pada saat membutuhkan warna tersebut ternyata belum tersedia, biasanya pelukis karena terlanjur asyik berekspresi, pada umumnya sudah malas untuk memelotot cat lagi, sehingga pewarnaan berikutnya menjadi seadanya sesuai dengan cat yang telah tersedia. Kebiasan seperti ini sudah barang tentu harsilnya tidak akan ideal karena dipaksakan dengan apa adanya. Kedua keuntungannya jika semua warna telah diplotot (disiapkan) sebelum melukis, warna-warna tersebut akan memberikan rangsangan pengembangan fantasi dalam mewarnai pada obyek yang digarap.
1. Teknik Aquarel (teknik cat air)
tone yang dibutuhkan. Perlu diingat bahwa perubahan tone pada teknik ini bersifat halus dan lembut.
Efek-efek artistik yang dihasilkan pada lukisan teknik aquarel tampak pada keakuratan sapuan kuas dan kepekaan dalam pengaturan kecairan cat air yang digunakan serta permainan penggunaan alat lainnya, seperti kuas besar, kapas atau kalau perlu menggunakan alat pengering (hair dryer).
Menggambar dengan teknik aquarel sesungguhnya bukan saja terletak pada kepandaian dalam memainkan air. Kemampuan membuat sketsa dalam teknik aquarel sangat dibutuhkan. Karena sketsa berfungsi untuk acuan dalam membentuk dan memberikan warna selanjutnya. Apalagi jika pada lukisan tersebut terdapat warna putih, baik dari putihnya obyek yang digambar atau mungkin dari high light putih kertas yang tidak boleh digantikan dengan putihnya cat air. Jika ini tidak terpenuhi biasanya lukisan tersebut dianggap kurang berhasil akibat kemampuan menyeketnya yang belum mahir. Selain itu kematangan dan ketepatan dalam menggores sangat berharga, mengingat jika warna yang dikuaskan keliru apalagi jika penggunaan airnya kurang, bahkan sudah terlanjur agak kering, maka hal ini sulit dihapus atau dibetulkan. Oleh karena itu keterampilan ini perlu dilatih dengan penuh kesabaran.
Selanjutnya dalam teknik aquarel, biasanya pewarnaan berawal dari warna muda ke warna yang lebih tua atau dari yang terang ke yang lebih gelap. lni tidak boleh terbalik, karena jika terbalik dan kebetulan salah akan sulit diatasi, mengingat kertasnya sudah terlanjur kotor.
2. Teknik Cat Minyak
karya seni lukisan yang sudah dihasilkan dengan penggunakan cat minyak dengan berbagai teknik yang ada.
Memulai berkarya seni termasuk menggambar model dengan cat minyak, tentunya sama dengan melukis pada umumnya. Pertama-tama setelah pelukis menyiapkan bahan dan alat, pelukis pastilah mengawali dengan proses membuat sketsa terlebih dahulu. Sketsa akan sangat membantu pelukis dalam mengatur komposisi dan proporsi dari objek yang akan digambar. Setelah sketsa selesai dibuat dan dirasa sempurna barulah pelukis mulai menggunakan pewarna untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Berdasarkan pengalaman praktik, sebelum memberikan pewarnaan secara menyeluruh, ada baiknya seluruh permukaan kanvas diberi warna tipis dan cair, misalnya veridian green ditambah bum sienna, atau yellow ochre dicampur dengan bum umbre, disesuaikan dengan wama apa yang nantinya memimpin atau memegang peranan atau prosentasenya paling dominan. Warna tipis dan cair tersebut dipakai untuk membasahi dan juga difungsikan untuk menyatukan antara obyek yang satu dengan lainnya dan menyatukan warna yang satu dengan lainnya secara menyeluruh. Hal ini tampaknya sepele tetapi cukup menentukan untuk langkah berikutnya. Mengingat teknik semacam ini disadari atau tidak disadari akan mengkasilkan kesatuan (unity) warna yang ada dengan kanvas.
putih yang paling sering dipakai, Zink white bahan bakunya sebagian dari logam Zinkum, warnanya putih cenderung kemerahan, dan sifatnya mudah teroksidasi. Oleh karenanya jika cara menguasnya diulang-ulang pada tempat yang sama, akan mudah tercampur atau terjadi pergesekan dengan udara, sehingga hasilnya kurang jernih (kusam atau letek). Hal ini dapat diatasi dengan sedikit menggoreskan kuas, dengan tekanan kuas yang tidak terlalu kuat. Untuk penguasaan ini perlu latihan yang rutin dan selalu memberikan catatan-catatan pada setiap perubahan yang terjadi.
Cara lain agar cat setelah digoreskan ke kanvas tetap jernih bisa menggunakan pisau palet. Hanya saja akibat pergesekan pisau palet yang datar, hasilnya terlalu mengkilat, sehingga kadang-kadang memantulkan cahaya dan hasilnya kurang enak dipandang. Untuk cat putih (titanium) problemnya sama dengan zink white, hanya bedanya cat- titanium white warnanya putih kebirubiruan. Sedangkan warna putih zink white warnanya cenderung kemerahan, maka warna ini dapat dipergunakan campuran atau kombinasi untuk warna-warna panas (kuning, merah, orange, violet merah, kuning, dan hijau). Sedangkan titanium white untuk warna-warna dingin (hijau, hijau biru, biru, biru violet). Untuk warna hitam (Ivory Black), sesungguhnya jika tidak terpaksa, lebih baik diganti campuran warna Prussion Blue dicampur dengan warna Burn Umbre (coklat tua), campuran ini sudah cukup gelap dan tua. Campuran dari kedua warna ini jika tercampur warna putih selama proses menggambar, abu-abu yang dihasilkan tidak tampak kotor (pucat), hal ini akan berbeda jika dibandingkan dengan warna abu-abu dari hasil percampuran warna hitam dan putih.
yang sudah bisa melakukan dengan benar. Pada umumnya seorang pemula sewaktu menguas, cat bukannya tertiggal pada kain kanvas, melainkan terjadi yang sebaliknya, cat tersebut malahan mengumpul pada logam dibelakang bulu kuasnya. Kurang berhasilnya menguas tersebut sebenarnya hanya masalah penekanan kuas yang terlalu kuat, oleh karenanya sewaktu menguas perlu sambil merasakan seberapa besar penekanan kuasnya, kalau kuas hanya diletakkan dan digeser hasilnya bagaimana, atau jika tekanannya sedikit dan kuas digeser cepat hasilnya seperti apa dan seterusnya. Dengan latihan menguas menggunakan berbagai variasi, baik tekanan maupun kecepatan menggeser kuas akan memberikan pengalaman yang bermanfaat terutama untuk pemenuhan kebutuhan berekspresi.
Membahas tentang teknik melukis pada umumnya dan khususnya menggambar model, terlebih jika penggambarannya secara realistik, yang notabenya banyak ketentuan, banyak hal yang harus dipatuhi misalnya tentang proporsi, gelap terang, karakter, perspektif, pencahayaan, draperi, pewarnaan dan unity (kesatuan). Keterikatan ketentuan-ketentuan yang sekaligus sebagai kriteria keberhasilan inilah yang harus dipenuhi, meskipun unik pencapaianya perlu latihan secara intensif dan metodis. Dalam menggambar model, ada dua metode yang dapat digunakan. Pertama adalah metode global dan dilanjutkan dengan menggunakan metode analitis.
Metode global (mengerjakan secara keseluruhan) ini diawali dari pembuatan sketsa secara keseluruhan, lalu dilanjutkan dangan pemberian warna yang berfungsi untuk menyatukan seluruh elemen pada bidang kanvas. Setelah pemberian warna dasar berlangsung, dilanjutkan dengan penggarapan setiap obyek secara garis besar (Block In).
SKETSA
A. Pengertian Sketsa
Awal dari kegiatan manggambar model, sebelum mewarnai, memberi gelap terang, bayangan sampai penyelesaian akhir, perlu kiranya diawali dengan pembuatan sketsa untuk memimpin kegiatan tersebut. lni penting artinya, karena sketsa merupakan rancangan yang akan menentukan garis besar apa saja yang akan dikerjakan selanjutnya, dan ini akan sangat menentukan hasil akhirnya. Untuk membuat sketsa sederhana, pertama harus memiliki pengetahuan dan pemahaman. Agar dapat membuat sketsa secara cepat dan sesuai dengan gaya masing-masing diperlukan kepercayaan pada diri. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa menyeket bukanlah merupakan kebutuhan meniru hal-hal yang sifatnya kecil (detail), melainkan mengambil bagian intinya yang diperlukan.
Dalam proses membuat sketsa banyak waktu yang digunakan untuk perenungan dan menganalisa tentang garis panjang, aturan petunjuk, ruang pendek, hubungan garis horizontal dan garis vertikal, proporsi, serta ruang kosong. Mencari secara cepat dari bagian yang terkecil (detail) dan segera menyisihkan bagian yang tidak penting. Semuanya itu dikerjakan dengan sabar, sungguh-sungguh penuh semangat dengan pengamatan yang jeli. Sedangkan dalam pembuatan sketsa selain memperhatikan hal-hal tersebut, juga perlu melibatkan imajinasi, mengingat imajinasi adalah merupakan intisari dari penjelajahan dan pengalaman masalalu. Apa yang digambarkan mungkin bertentangan dengan hasil ingatan yang didapat dari pengamatannya, akan tetapi semua yang dikerjakan itu semata-mata untukm endapatkan originalitas yang sifatnya baru.
Membuat sketsa secara cepat bukanlah hal yang mudah, perlu melakukan latihan yang sungguh-sungguh. Karena dalam menyeket sebuah tekanan kecil dapat mempengaruhi ungkapan perasaan. Oleh karenanya antara ketajaman pengamatan dan ingatan sangat diperlukan, sedangkan tangan hanya mengikuti perintah.
Untuk pembuatan sketsa dalam gambar model, perlu memperhatikan banyak hal, terutama yang terkait dangan masalah teknik, baik teknik pengamatan pada obyek, maupun teknik penggambaran. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Pembuatan sket dengan bantuan garis pertolongan tinggi badan
Elemen dasar-dasar yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan sketsa. 1. Garis Panjang.
Gambar 3. Contoh penarikan garis panjang atau garis sumbu.
2. Proyeksi Garis.
Proyeksi garis lurus pada dasarnya adalah cara pandang melihat objek kedepan seperti mata melihat, atau ayunan sebuah curva pegangan seperti mengingat pembuatannya . Di sini curva pegangan terakhir pada garis lurus kedepan di titik K. Garis I dan J berselang-seling ditit!k
3. Sistem Jam (The clock System)
Sistem jam adalah merupakan salah satu cara untuk meniru/penggambaran obyek nyata kebidang gambar yang sifatnya 2 demerisional secara tepat, dengan menggunakan pertolongan
sudut-It is fascinating to learn to relate DT- RECTION of LINES with; some obvious point on the model. For example: The direction of the handle (C, D) .projects across the pot to point E-1. This tells us how to shape the handle correctly F-E 2 is the projection of wooden handles . The AXIS is the longest directicn iu the center of a mass (A, B).
The direction of the axis has to
be observed and f elt. To get the
sudut seperti yang terbentuk dari jari-jari jam. Seperti contoh pada gambar berikut:
Gambar 4. Teknik sketsa dengan system Jam
4. Ruang Kosong
B. Tahapan dalam Membuat Sketsa
Gambar 5. Cara Mengamati objek dengan perspektif garis lurus
Banyaknya objek yang dapat ditirukan dalam menggambar model mengharuskan kita menentukan objek terlebih dahulu sebelum pembuatan sketsa berlangsung. Masalahnya adalah banyak obyek-obyek yang digambar belum tentu dapat kita kenali sebelum menggambarnya.
PERMASALAHAN DALAM GAMBAR MODEL
A. Prinsip-Prinsip Dalam Gambar Model
Gambar model merupakan bagian dari seni lukis yang paling sederhana, walaupun bidang ini sederhana namun prinsip-prinsip pengorganisasian elemennya sama seperti yang dimiliki seni lukis pada umumnya, yaitu setiap elemen saling berhubungan antara satu bagian dengan lainnya secara harmonis organis. Untuk itu, selain harus taat pada asas-asas unity, balans, proporsi, irama, dan kontras juga harus memakai elemen-elemen lain selain garis dan warna. Agar lebih jelas tentang prinsip-prinsip pengorganisasian elemen yang sering digunakan dalam menggambar model, maka berikut ini akan dibahas lebih lanjut satu demi satu.
1. Kesatuan (Unity)
Sebagai prinsip yang sifatnya umum sebuah lukisan yang pertama harus memiliki kesatuan (unity) antar seluruh bagian yang ada antara satu bagian dengan bagian lainnya supaya tampak harmonis dan organis. Jika sebuah lukisan seluruh bagiannya memberikan efek yang sama kuatnya, berarti memiliki kesatuan. Tetapi jika itu mengganggu isinya, tidak ada hubungan kualitas atau faktornya, maka dalam karya tersebut tidak ada kesatuan.
Dalam teori pengorganisasian elemen seni, untuk mendapatkan susunan komposisi yang memiliki kesatuan, maka kuncinya adalah balans, proporsi, irama, klimaks, dan kontras. Prinsip penyusunan ini digunakan untuk mengatasi, menolong dan mengatur agar dapat menyatukan elemen yang ada. Sebagai contoh: jika seniman menggambar bentuk, menemukan beberapa objek yang sama dan salah
satunya mengganggu, maka seharusnya mengubah atau meninggalkan obyek tersebut dari lukisannya atau jika tidak meninggalkan obyek maka hasil akhirnya akan kurang mendapat kesatuan.
2. Keseimbangan (Balance)
Balance atau keseimbangan adalah hukum pokok alam semesta. Pohon tumbuh mengeluarkan cabang-cabangnya, semua itu untuk pencapaian stabilitas. Oleh karena itu penampilan keseimbangan· semata-mata
penting untuk kenyamanan pisik. Demikian pula manusia, sesungguhnya sejak kanak-kanak telah melatih keseimbangan tubuh
diatas kakinya. Hal ini karena keseimbangan tersebut penting bagi
kenyamanan tubuhnya. Begitu pula halnya dengan seniman, latihan membuat posisi yang seimbang sangat penting, karena di dalam dunia seni rupa untuk menciptakan keindahan diperlukan adanya kepekaan
dalam merasakan keseimbangan.
Kalau diamati lebih teliti, kenyataannya manusia sedikit banyak memiliki kepekaan tersebut, hanya berbeda-beda tingkatannya. Hal yang paling sederhana dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari di dalam rumah tangga. Sebagai contoh seseorang mengatur memasang sebuah lukisan yang diletakkan atau digantuntungkan ditengah-tengah sebidang
dinding selalu mempertimbangkan keseimbangan. Atau meletakkan photo keluarga diatas bufet tepat ditengah-tengahnya dan diapit dua
buah hiasan patung kecil yang jaraknya sama dari photo tersebut, dan masih banyak contoh-contoh lainnya. lni semua merupakan upaya
untuk mencari keseimbangan yang sudah dilakukan meskipun dengan
perkiraan intuisinya. Semua itu dilakukan sesuai dengan perasaan orang awam yang sifatnya masih elementer, dan untuk
pengembangannya dapat melalui belajar dan berlatih. Tentu
kemampuan profesional hasilnya akan lebih baik jika di bandingkan dengan orang awam, dalam hal kepekaan keseimbangan yang selalu
3. Proporsi
Proporsi merupakan salah satu prinsip pengorganisasian elemen yang ada dalam gambar model dan tentunya juga untuk gambar yang lainnya. Sebagaimana kita ketahui, dalam menggambar model manusia, hal utama yang perlu dicermati adalah proporsi tubuh manusia. Proporsi yang dimaksudkan adalah perbandingan bagian perbagian dengan keseluruhan tubuh manusia. Hal ini untuk mengetahui berapa perbandingan ukuran kepala dengan tubuh, berapa panjang lengan atas dibandingkan lengan bawah, berapa ukuran lebar bahu dibandingkan tinggi badang dan sebagainya. Begitu juga pemahaman bagaimana bentuk jari, tangan, hidung, mata, kaki dan anggota tubuh yang lainnya. Secara umum proporsi tubuh manusia adalah yang sering dipedomani adalah:
a. Tinggi manusia dewasa (Indonesia) = 7 x tinggi kepalanya b. Tinggi anak-anak usia 10 tahun = 6 x tinggi kepalanya c. Tinggi anak-anak usia 5 tahun = 5 x tinggi kepalanya d. Tinggi balita usia 1 tahun = 4 x tinggi kepalanya e. Bahu pria lebih lebar dari pada bahu perempuan
f. Panjang telapak tangan sama dengan lebar wajah g. Panjang telapak kaki sama dengan tinggi wajah h. Letak mata setengah tinggi wajah
i. Lebar mata seperlima lebar wajah
Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 9. Perbandingan anatomi tubuh manusia
Sumber: https://www.google.co.id/search?q=ilustrasi+gambar+manusia
Selain itu, manyusun obyek merupakan salah satu faktor yang menentukan proporsi dan komposisi. Apakah hasilnya akan menarik atau kurang menarik. lni karena gambar model merupakan bentuk
latihan mentrasnfer gambar manusia dalam berbagai gerak dan
komposisi yang sudah dipersiapkan. Sebagai contoh proporsi kepala seorang wanita harus disesuaikan dengan perbandingan ukuran kepala
itu sendiri dan pada obyek yang lain secara menyeluruh.
Satuan ukuran perbesarannya harus sama antara obyek satu dengan
lainnya. Jika yang dilakukan tidak konsisten maka. yang terjadi adalah
penggambaran yang tidak proporsional. Begitu pula pengaturan
penggunaan bidang harus proporsianal, antara penggunaan bidang isi
dan bidang kosong harus diatur sedemikiah rupa sehingga ada
keseimbangan. Jika bidang isi terlalu besar maka yang melihat terasa
sempit, sebaliknya jika bidang isinya terlalu kecil tampak sepi dan rasanya ada keinginan untuk membesarkan obyeknya.
4. lrama (Rhythm)
lrama merupakan salah satu hal yang sering dicari didalam sebuah komposisi. Pengulangan secara terus-menerus· dan teratur dari unsur
yang ada pada batas tertentu akan membantu untuk menarik perhatian.
Tetapi apabila terlalu sering mengulangnya akan mengakibatkan kejemuan. Oleh karena itu kadang-kadang diperlukan bentuk penyelewengan.
Pada gambar model asas ini banyak diperlukan dalam penyusunan
obyek, baik dari tinjauan irama obyek yang ada maupun warnanya. Sebagai contoh; dalam sebuah gambar model jika besar manusia dengan tempat duduknya sama besar, maka dilihat kurang menarik,
apalagi kalau warnanya sama. Misalnya baju merah, maka perlu dicarikan warna yang hijau pada bagian busana lainnya sehingga terdapat variasi warna, dan ini akan lebih menarik lagi jika diperkaya
variasi bentuk pendukung lainnya.
5. Klimaks (Dominan)
Klimaks atau dominan ini penting keberadaannya didalam sebuah karya seni, khusunya gambar model. Prinsip dominan ini, berfungsi untuk
menciptakan fokus pada suatu objek yang digambar. Menciptakan pusat perhatian diantara tebaran elemen yang ada, menjadi sangat penting agar tidak memilik kekuatan atau daya tarik yang sama. Masalah penciptaan pusat perhatian ini merupakanhal yang tidak bisa diabaikan begitu saja karena dengan adanya hal ini akan membawa kearah yang paling penting dari suatu susunan.
Pusat perhatian ini dapat diciptakan melalui: a. Menempatkan model pada ruang yang kosong
d. Dengan latar belakang sederhana disekitar model
e. Adanya sesuatu yang lain dari yang lainnya.
6. Kontras
Kontras atau suatu perbedaan yang menyolok, menghasilkan vitalitas
atau yang memberikan hidup suatu karya seni. Hal ini muncul karena
adanya warna komplementer, gelap terang, garis lurus dan lengkung, yang dekat dan yang jauh, bentuk vertikal dan bentuk horizontal, serta ruang padat dan ruang kosong. Sebaliknya karya akan menjadi monotone dan menjemukan bila tidak terdapat kontras.
Pada gambar model sejak memilih model, penyusunan, pembuatan
sketsa sampai penyelesaiannya perlu adanya perencanaan yang penuh pertimbangan, termasuk penggunaan prinsip kontras. Sebagai contoh: bila pemilihan kostum atas warna hijau maka disisi bawah atau salah satu sisi ada yang warna merah, jika ada obyek yang sifatnya transparan ada pula yang padat, ada yang lembut ada juga yang keras dan sebagainya. Atau bisa jadi sebagian obyek diberikan penerangan dari arah tertentu, sehingga terjadi gelap terang terutama pengaruhnya sangat besar pada pembuatan back ground.
B.
Elemen-elemen dalam Gambar Model
1. Garis
Garis mempunyai suatu dampak estetis dan emosional didalam suatu gambar, baik di dalam posisi, warna, atau elemen/unsur seni lukis lainnya. Penekanan dalam penggunaan garis-garis tertentu akan menambah keindahan, selain itu, garis juga dapat memberikan penekanan atau penonjolan pada sesuatu yang dianggap menarik. Walaupun demikian, penggunaan garis bukanlah hal yang mudah, semua garis akan dapat dikomposisikan kearah satu kesatuan yang harmonis dan organis dengan keterampilan yang tinggi pula.
suatu obyek. Kehadiran garis dalam gambar seolah-olah seperti memberikan nafas pada manusia yang pucat. Garis dapat menghidupkan objek-objek yang digambar. Selain itu, garis dapat juga memberikan efek getar dan akan lebih memberikan daya tarik tersendiri.
2. Warna
Warna merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan. Baik dalam pembahasan warna itu sendiri, bentuk, volume, gelap terang maupun pada masalah komposisi. Pada seni modern, warna merupakan hal yang paling utama. Hampir setiap bentuk yang ada tampak tidak hidup jika tidak ada warna . lni tidak berarti bahwa menggambar suatu bentuk selalu diberi warna sesuai dengan objek yang ditirukan. Memberi warna, sesungguhnya adalah merupakan sebuah nilai tambah suatu dimensi. Hal ini bisa dilihat pada umumnya lukisan selalu terkait dengan warna, karena warna biasanya digunakan secara bersama untuk membentuk objek yang digambar.
Berpikir tentang warna, tentunya berpikir tentang banyak hal dalam melukis atau menggambar. Kemahiran dalam penggunaan warna
merupakan hasil dari pengalaman panjang dari berbagai seniman. Walaupun demikian, ada beberapa hal mendasar yang dapat dipedomani dalam penggunaan warna. Pertama adalah masalah
keseimbangan warna, ·yaitu antara warna panas dan dingin. Pada suatu karya seni, khususnya lukisan penggunaan warna panas dan dingin hendaknya seimbang. Walaupun demikian, penggunaan warna panas seperti merah orange, kuning, violet, dan merah (dalam teori six
standart colour prang system) relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
penggunaan warna dingin, (warna violet biru, biru, hijau biru, dan hijau.
Kedua, penggunaan warna abu-abu atau warna netral. Warna netral
dapat difungsikan untuk mengikat warna komplementer yang sulit
disatukan. Kebanyakan warnaenak dipandang tapi belum tentu memiliki
pucat. Untuk mendapatkan unsur tidak terlalu keras dan tidak terlalu pucat, dipandang tidak melelahkan tetapi. tetap menggairahkan pada
umumnya dapat dilakukan dangan cara dimodifikasi dengan warna
netral.
3. Drapery (seluk beluk kain).
Drapery merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam pembuatan
lukisan alam maupun gambar model. Hal ini dapat dilihat pada hasil karya pelukis-pelukis ternama baik dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena besar manfatnya, maka masalah drapery ini kiranya penting untuk dipelajari.
Penggunaan drapery dalam gambar model akan lebih menambah daya tarik, dan ini merupakan bentuk kreatifitas dalam menciptakan suasana yang menakjubkan. Paul Cezane, salah satu pelukis besar dalam
melukis alam benda, dengan menggunakan warna-warna bersemangat, kadang-kadang ia menggambarkan kain kordennya secara realistik, dan didalam penggambarannya memakai teknik yang sangat terkendali
(mahir). Mereka menggunakan korden tua untuk dilukis berulang-ulang, mungkin saja tertarik pada warnanya, tekstur/tenunan yang terdapat pada lipatan kainnya, yang semuanya telah dikenalnya secara mendalam. Bahkan dari beberapa pelukis memiliki almari untuk menyimpan koleksi berupa kain bludru, kain broklat, sutera, rayon, linen,
kain mori, dan beberapa dipolakan dan diwarnai, juga ada yang polos dengan warna datar dan sederhana. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat kain sutera yang sangat tipis, samar-samar/transparan, menawarkan sesuatu yang lembut mengalir dan melekat pada obyek lain, atau kain linen yang berat dengan lipatan yang kaku, menjanjikan unsur pendukung kebutuhan berdasarkan pertimbangan komposisi dari suatu kebutuhan tertentu.
Drapery selain memiliki fungsi seperti tersebut, juga dapat berfungsi
alam benda karya Paul Cezanne, buah apel dan jeruk dengan kain biru terletak di atas meja.
4. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam menggambar model. Arah, tingkat kuat lemahnya, dan banyaknya cahaya akan membantu untuk menentukan pengaturan yang ideal. Sebenarnya
cahaya bukanlah merupakan hal yang prinsip, namun jika cahaya
datang dari berbagai arah akan mempersulit dalam berbagai hal. Misalnya suatu model dengan diberikan cahaya dari berbagai penjuru, akan kelihatan datar (flat) dan sebagainya, terutama untuk pencapaian
volume yang akan ditajamkan karena banyak cahaya yang mendapatkan pantulkan (reflected lighting), apalagi kalau cahaya yang
datang sama-sama kuat, Olen karena itu, pencahayaan harus diubah dari satu arah, setidaknya yang dominan harus datang dari satu
arah. Dengan begitu gelap terang pada obyek menjadi kontras,
sehingga volume obyek tanpak jelas dan lebih menarik dipandang.
Cara untuk mendapatkan cahaya yang baik dari satu arah sanget bervariasi, pelukis dapat memanfaatkan cahaya dari lampu atau dapat
juga dengan cara mendekatkan obyek pada pintu yang dibuka atau
jendela sampai cahaya tersebut sesuai seperti yang dimaksud.
5. Bayangan (Shadows)
Bayangan merupakan hal yang penting. Bayangan dapat menunjukkan suatu jarak antara obyek atau model utama dengan benda lainnya. Adapun bentuknya tergantung pada konfigurasi obyek di depan bayangan dan bagaimana permukaan yang terkena bayangan tersebut.
Apakah permukaannya rata, bergelombang, atau berupa bidang datar.
setiap bagian-bagian secara bertingkat (dari agak gelap sampai tergelap).
Memberi penggambaran sebuah bayangan, belum tentu sama dengan
bentuk bayangan tersebut, hal ini tergantung dari mana arah/posisi pelukisnya. Bayangan terjadi akibat adanya cahaya. Jika cahaya yang
datang sangat terang, maka bayangan akan tampak jelas, baik kontur maupun konfigurasinya. Sebaliknya jika cahayanya kurang terang, maka bayangannya agak redup/kurang tegas, tergantung pada posisi jauh dekatnya posisi bayangan dari objek. Bayangan yang dihadirkan dekat dengan objek akan jauh lebih gelap, lebih jelas kontur dan konfigurasinya. Sedangkan bayangan yang jauh dari objek akan
semakin terang dan kabur.
6. Latar belakang (Back ground)
Latar belakang atau background selain berfungsi memperindah sebuah
gambar, memberi kesan ruang, mengarahkan pada obyek, menonjolkan
obyek yang digambar, juga memberikan keseimbangan. Sepintas latar
belakang dianggap sesuatu pelengkap dan kurang penting kedudukanya di dalam suatu gambar model. Namun sesungguhnya latar belakang
sebenarnya merupakan bagian yang sama pentingnya jika dibandingkan dengan obyek yang digambar. Hal ini dapat dilihat pada sebuah gambar model yang penggambaran obyeknya sudah bagus, tetapi pemberian warna pada backgroundnyakurang harmonis, gambar tersebut menjadi kurang enak dipandang, apalagi goresan kuas pada obyeknya tidak satu
bahasa dengan goresan kuas yang terdapat pada baqkgroundnya. Jadi
baik pewarnaan maupun goresan pada obyek dan background harus
merupakan satu kesatuan yang harmonis dan dinamis. Untuk itu unsur
warna pada obyek harus terdapat pada warna background atau
Berdasarkan pengamatan atas pengalaman praktik menggambar model
di kelas, kelemahan pengambaran latar belakang adalah objek terkesan sama dengan background. Hal ini terjadi karena tidak adanya perbedaan intensitas warna dan goresan antara objek dan background. Untuk penggambaran background intensitasnya harus lebih lembut
dibandingikan dengan objeknya. Untuk melembutkan/melemahkannya pada warna dapat dilakukan dengan memberi unsur warna putihsesuai kebutuhan. Untuk mengetahui seberapa banyak warna putih yang dibutuhkan, sehingga background menjadi ada jarak terhadap obyek
yang digambar, diperlukan latihan pemahaman intensitas dan tingkat
penekanan kuas sewaktu menggores.
C. Latihan/Kasus/Tugas
1. Perbandingan ukuran proporsinal tinggi tubuh wanita Indonesia diukur dengan menggunakan rasio tinggi kepala adalah....
a. 6.5 tinggi kepala b. 7 tinggi kepala c. 7.5 tinggi kepala d. 8 tinggi kepala
2. Perbandingan ukuran proporsinal tinggi tubuh Pria Indonesia diukur dengan menggunakan rasio tinggi kepala adalah....
a. 6.5 tinggi kepala b. 7 tinggi kepala c. 7.5 tinggi kepala d. 8 tinggi kepala
3. Menggambar model yang menampilkan hanya bagian badan, dari dada, pinggang, dan panggul saja disebut....
a. Model torso b. Model dada
4. Dalam pembelajaran seni rupa pemberian tugas menggambar objek dengan detail dapat memberikan manfaat bagi anak untuk mengembangkan aspek….
a. Kepekaan b. Kreatifitas c. Ketekunan d. Kerajinan
5. Adanya spontanitas dalam menorehkan garis/warna serta kemampuan menangkap essensi dari bentuk objek merupakan factor penting dalam menilai karya seni rupa…
Abdul Majid (2008), Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya
AECT (1986). Definisi Teknologi Pendidikan (Terjemahan Yusufhadi Miarso). Jakarta: Rajawali Pers
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Es. Taxonomy for Learning, teaching assessing: A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Longman.
Barrett, Maurice(1982), Art Education, a strategy for course design, London: Heinemann Educational Books.
Benny A. Pribadi (2009), Modul Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Coze, Paul. Tanpa Tahun, "Quick Sketching", A Walter T. Foster Publication, Tustin California.
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, (2007), Materi Sosialisasi danPelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
.
Fatriani. (2006). Dongeng Rakyat Jawa dalam Karya Ilustrasi Sampul Buku Cerita Anak-anak. Unnes. Semarang.
Fauzi, Eddy. Effendy, Widihardjo, (2008). Peta Konsep Pendidikan Seni Rupa, Pusbuk, Depdiknas, Jakarta.
Feldman, E.B. (1967), Art as Image an Ideas, Englewood-Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Fraser, Lynch Diane. (1991). Discoverring and Developing Creativity. Americans: A Dance Horizons Book Princeton Book Company, Publisher.
Goldberg,Merryl Ruth, (1997). Art and Learning: An Integrated Approach to Teaching and Learning in Multicultural and Multilingual Settings, Longman, New York.
Goleman, Daniel. (2000). Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia.
Henkes, Robert. 1965. "Orientation to Drawing and Painting". International Text book Company, Scranton, Pennsylva"nia .
Joni, T. Raka. (1980). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : P3G.
Kamaril, Cut. WS., (2007) Materi Pelatihan Pengenalan Pembelajaran Aktif diSekolah Dasar dan Menengah, Jakarta,.
Kadarsah Suryadi (2000), Pedoman Penulisan dan Penilaian Bahan Belajar: Pendekatan Sistem Pendukung Multi Kriteria. Jakarta: DepDikNas.
Laughlin, H. P. Mc. Tanpa Tahun . "Painting witb Oil Paster'. Published by Walter T. Foster, Tustin California.
Latrop Sears, Elinor, (1971). "Pastel Painting Step by Step" . Secon printing.Watson - Guptill Publications :New York .
Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda
Mulyasa,E. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Parramon, J. M. 1971. "Improve Your Painting a:id Drawing'' , Fountain Press, London.
Perceival, F. & Ellington, H. (1998). Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Republik Indonesia. (2007). Permendiknas Nomor 41 tahun 2007: Standar Proses Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas, 2007.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, Prenada Media Group.
Seels, B. Barbara dan Rickey, Rita C. (2002). Teknologi Pembelajaran (Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Sidik, Fajar dan Arning Prayitno, 1981. "Desain Elemen te!'' STSRI. Yogyakarta ,
Sukadi. (2006). Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung : Kolbu.
Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.
Suparman. A. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI.
Suprayekti. (2002). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Peraturan Pemerintah tengtang Standar Pendidikan Nasional.
Von Dewitz, Arden, Tanpa Tallun, "A Fun Book on Acrylic Painting” Polymer, Published by Walter T, Foster, Tustin, California,
Lampiran 1. Kunci Jawaban Kegiatan Pembelajaran 3 –
Permasalahan dalam Gambar Model
BERKOMUNIKASI
SECARA EFEKTIF,
EMPATIK, DAN SANTUN
DENGAN PESERTA DIDIK
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
?
KOMPETENSI PROFESIONAL
KELOMPOK KOMPETENSI G
Copyright 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya,
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan
c
Penulis : Dr. Rin Surtantini, M.Hum. Editor Substansi : Dra. Irene Nusanti, M.A. Editor Bahasa : Is Yuli Gunawan, S.Pd.
BERKOMUNIKASI
SECARA EFEKTIF,
EMPATIK, DAN SANTUN
DENGAN PESERTA DIDIK
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN .... iii KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vii
PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Pembelajaran Umum ... 3
C. Peta Kompetensi ... 3
D. Ruang Lingkup ... 4
E. Saran cara Penggunaan Modul ... 4
KEGIATAN PEMBELAJARAN-BERKOMUNIKASI DENGAN PESERTA DIDIK ... 7 A. Tujuan ... 7
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 7
C. Uraian Materi ... 7
D. Aktivitas Pembelajaran ... 43
E. Latihan/Tugas/kasus... 44
F. Rangkuman ... 44
EVALUASI ... 45 DAFTAR PUSTAKA ... 45
A. Latar Belakang
Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik
merupakan salah satu kompetensi inti guru dalam bidang pedagogik yang
tertuang dalam Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Kompetensi ini dijabarkan menjadi
kompetensi guru kelas atau guru mata pelajaran sesuai dengan jenjang
pendidikan tempat guru mengajar (PAUD/TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
dan SMK/MAK) yang mencakup (1) memahami berbagai strategi
berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun secara lisan, tulisan, dan/atau
bentuk lain, dan (2) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan
peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan
yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari penyiapan kondisi
psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan
dan contoh, ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, respon peserta
didik terhadap ajakan guru, dan reaksi guru terhadap respon peserta didik.
Mengacu kepada Permendiknas No. 16 tahun 2007 di atas, yang merupakan
ruang lingkup berkomunikasi dalam konteks kompetensi pedagogik adalah
berkomunikasi secara verbal menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun
tulis, yang dilakukan oleh guru kepada dan dengan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Berkomunikasi itu sendiri merupakan kebutuhan alami manusia
sebagai makhluk sosial. Melalui kegiatan komunikasi, manusia secara natural
memiliki keinginan mendasar untuk mengelola hubungan sosial atau
interpersonal dengan sesamanya melalui berbagai medium seperti bahasa,
tindakan atau perbuatan. Manusia dikaruniai oleh penciptanya organ-organ
tubuh yang sangat memungkinkannya terhubung dengan manusia lain untuk
menyampaikan maksudnya, pikirannya, perasaannya, dan juga untuk saling
berbagi, saling belajar, mendengarkan, dan melaksanakan bermacam-macam
berkomunikasi dengan peserta didik ini tidak mungkin dapat dilakukan secara
terpisah dengan pengembangan kompetensi inti guru lainnya, yaitu
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial, khususnya yang terkait
dengan aspek-aspek perilaku dan budaya yang dianut atau yang berlaku
dalam kelompok sosial atau masyarakat di wilayah terjadinya proses
pembelajaran.
Tindakan yang ditunjukkan oleh seseorang melalui penggunaan bahasa dalam
komunikasi tidak hanya memiliki implikasi terhadap pikiran dan perasaan dari
orang-orang yang terlibat di dalam komunikasi tersebut, tetapi juga terhadap
hubungan (rapport) yang terjadi di antara mereka (Surtantini, 2014:4-5). Brown
dan Yule (1983) mengatakan bahwa fungsi interaksional bahasa merupakan
salah satu fungsi utama dalam pengelolaan hubungan yang bertujuan untuk
meng-komunikasikan keramahtamahan dan niat baik, dan juga untuk
membuat orang yang terlibat dalam interaksi merasa nyaman dan tidak
terancam (dalam Spencer-Oatey, 2008:2). Dalam konteks proses
pembelajaran, pola komunikasi yang diterapkan oleh seorang guru di dalam
kelas akan sangat berpengaruh terhadap hubungan antara guru dengan
peserta didiknya. Komunikasi verbal yang menerapkan prinsip-prinsip dan
strategi komunikasi yang tepat memungkinkan terjadinya hubungan yang baik
antara guru dengan peserta didiknya. Hubungan (rapport) yang baik akan
berdampak positif terhadap pengalaman belajar peserta didik. Dengan
demikian, guru memiliki peran yang strategis dalam menciptakan budaya dan
pola komunikasi di dalam kelas melalui proses pembelajaran yang dialami oleh
peserta didiknya.
Di dalam proses pembelajaran, kemampuan untuk berkomunikasi dengan
peserta didik menjadi salah satu kemampuan guru yang harus dimiliki dalam
pengelolaan kelas (classroom management), khususnya dalam menciptakan
iklim kelas yang positif, memberi stimulasi dan energi (positive, stimulating, and
energizing classroom climate) (Brown, 2001: 202). Iklim kelas yang positif
memberi fasilitas terjadinya proses belajar bagi peserta didik. Kemampuan
guru ber-komunikasi dengan peserta didik ini terintegrasi dengan kepribadian
bersosialisasi guru yang dikembangkan pada kompetensi sosial. Untuk itu,
guru perlu memahami konsep, prinsip, dan strategi komunikasi secara umum
dalam mengelola hubungan sosial menggunakan bahasa yang kemudian
diaplikasikan dan disesuaikan olehnya dalam konteks proses pembelajaran di
sekolah.
B. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat:
1. Memahami aspek-aspek dan konsep-konsep umum dalam komunikasi
melalui penggunaan bahasa.
2. Mengemukakan prinsip dan strategi berkomunikasi yang efektif, empatik
dan santun dengan peserta didik secara lisan maupun tulis dalam proses
pembelajaran.
3. Menerapkan prinsip dan strategi komunikasi verbal yang efektif, empatik
dan santun dengan peserta didik melalui interaksi yang terjadi dalam
proses pembelajaran.
C. Peta Kompetensi
Modul ini merupakan modul ketujuh dalam kelompok kompetensi pedagogik
guru sebagaimana terlihat pada bagan di bawah ini:
Modul 1 Menguasai Karakteristik Peserta Didik
↓
Modul 2 Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Mendidik
↓
Modul 3 Mengembangkan Kurikulum
↓
Modul 4 Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik
Modul 5 Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Kepentingan Pembelajaran
↓
Modul 6 Memfasilitasi Pengembangan Potensi Peserta Didik
↓
Modul 7 Berkomunikasi dengan Peserta Didik
↓
Modul 8 Menyelenggarakan Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
↓
Modul 9 Memanfaatkan Hasil Penilaian dan Evaluasi untuk Kepentingan Pembelajaran
↓
Modul 10 Melakukan Tindakan Reflektif untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran
D. Ruang Lingkup
Di dalam modul ini Anda akan mempelajari hal-hal berikut ini:
1. Aspek-aspek penting yang saling mempengaruhi dalam proses komunikasi
verbal secara umum.
2. Konsep-konsep umum dalam komunikasi melalui penggunaan bahasa
pada pengelolaan hubungan sosial (rapport management).
3. Prinsip-prinsip dan strategi komunikasi dalam proses pembelajaran.
4. Interaksi yang mendukung proses pembelajaran.
E. Saran cara Penggunaan Modul
Modul ini didesain secara interdisipliner yang mencoba mengajak Anda
sebagai peserta diklat untuk menerapkan komunikasi dengan peserta didik
dari perspektif penggunaan bahasa, aspek kependidikan, dan faktor budaya.
Anda dapat mempelajari modul ini secara mandiri dengan memperhatikan
1. Bacalah dan pahami dengan cermat uraian materi.
2. Lakukan atau jawablah pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan
pada setiap topik materi untuk melatih cara berpikir kritis dan terbuka.
3. Kerjakan latihan yang diberikan untuk Anda untuk meningkatkan
pemahaman Anda terhadap uraian materi.
4. Baca dan pahami rangkuman yang disajikan dengan cermat.
5. Gunakan kunci jawaban yang tersedia hanya untuk mengecek
pemahaman Anda. Ingatlah bahwa komunikasi melibatkan hubungan antar
manusia yang tidak pernah konstan dan pasti karena terikat konteks dan
budaya, sehingga dimungkinkan tidak hanya ada satu jawaban mutlak
untuk konteks yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Anda diharapkan dapat
mengembangkan cara berpikir kritis dan open-minded agar terbiasa
dengan banyak pilihan atau alternatif dalam memecahkan masalah yang
muncul ketika Anda berkomunikasi dengan peserta didik.
6. Lakukan diskusi atau tukar pendapat dengan pengajar Anda dan dengan
sesama peserta diklat sebagai wujud dari penerapan fungsi interaksional
BERKOMUNIKASI DENGAN PESERTA DIDIK
A. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, Anda diharapkan akan dapat:
1. Mengidentifikasi secara cermat aspek-aspek penting yang secara umum
saling mempengaruhi dalam proses komunikasi verbal.
2. Menerangkan secara jelas konsep-konsep umum dalam komunikasi
melalui penggunaan bahasa pada pengelolaan hubungan sosial (rapport
management).
3. Menerapkan konsep-konsep umum penggunaan bahasa pada komunikasi
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik pada proses
pembelajaran.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mengidentifikasi 8 (delapan) aspek penting yang secara umum saling
mempengaruhi dalam proses komunikasi verbal.
2. Menguraikan secara cermat pemahaman mengenai tindak tutur, prinsip
kerjasama dalam komunikasi, kesantunan berbahasa, dan
komponen-komponen pengelolaan hubungan sosial melalui penggunaan bahasa pada
komunikasi verbal.
3. Melakukan penyesuaian terhadap konsep-konsep umum penggunaan
bahasa pada penerapan komunikasi dengan peserta didik.
C. Uraian Materi
Di dalam Kegiatan Pembelajaran ini, Anda akan diajak untuk memahami (1)
aspek-aspek umum yang saling mempengaruhi di dalam proses komunikasi
KEGIATAN PEMBELAJARAN
verbal, (2) konsep-konsep umum yang terdapat di dalam penggunaan bahasa
yang bertujuan untuk mengelola hubungan sosial, dan (3) keterkaitan aspek
dan konsep umum penggunaan bahasa dan proses komunikasi tersebut
dengan penerapannya di dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.
1. Aspek-Aspek yang Saling Mempengaruhi di dalam Proses
Komunikasi Verbal
Bahasa digunakan sebagai medium di dalam komunikasi verbal yang
dilakukan oleh manusia. Penggunaan bahasa menjadi hal yang sentral di
dalam proses komunikasi karena bahasa dalam hal ini bersifat mengaitkan
atau mengikat berbagai aspek yang saling mempengaruhi ketika peristiwa
komunikasi terjadi. Berdasarkan terjadinya berbagai peristiwa komunikasi,
berikut ini disajikan identifikasi aspek-aspek yang saling terkait dan
mempengaruhi ketika bahasa digunakan oleh orang-orang yang terlibat di
dalam komunikasi tersebut:
a. Siapa yang terlibat di dalam peristiwa komunikasi?
Aspek ini mengacu kepada siapa peserta pertuturan, yang terdiri dari
penutur, lawan tutur, dan orang ketiga. Ketika sebuah peristiwa
komunikasi terjadi, pasti ada orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Orang-orang ini adalah penutur yang menyampaikan maksudnya
menggunakan bahasa, lawan tutur yang memberi makna atau
interpretasi terhadap apa yang disampaikan oleh penutur, dan orang
ketiga yang kemungkinan juga hadir di dalam peristiwa tutur tersebut.
Mereka semua terlibat dalam kegiatan menciptakan atau memberikan
makna terhadap penggunaan bahasa yang terjadi dalam proses
b. Topik yang dikomunikasikan oleh peserta pertuturan dalam peristiwa
komunikasi
Peserta pertuturan yang saling berkomunikasi pasti memiliki topik yang
membuat mereka berada dalam peristiwa komunikasi yang sama.
Topik adalah apa yang dibicarakan, didiskusikan, disampaikan,
dijelaskan, dideskripsikan, dipertahankan, diargumentasikan, bahkan
juga dikritisi, dibantah, dicaci, dicela, dicemooh, ditentang, dan
sebagainya, oleh mereka yang terlibat dalam komunikasi
menggunakan bahasa. Topik menjadi penting karena tanpa topik,
peristiwa komunikasi tidak terjadi.
Topik adalah persoalan atau wacana (discourse) yang direalisasikan
dalam bahasa melalui teks. Teks adalah satuan bahasa yang
digunakan dalam konteks. Ketika berkomunikasi, peserta pertuturan
menciptakan wacana atau teks yang bermakna, sehingga teks dapat
bersifat lisan dan tulis. Teks lahir dari konteks budaya, yang memiliki:
1) struktur,
2) tujuan-tujuan komunikatif tertentu,
3) fitur-fitur kebahasaan, dan
4) satuan makna.
Pertanyaan reflektif bagi Anda sebagai guru mengenai komunikasi
dalam proses pembelajaran:
Siapakah yang berfungsi sebagai penutur dan lawan tutur?
Apakah Anda sebagai guru menyampaikan maksud Anda
dengan harapan peserta didik memberi makna atau
melakukan interpretasi terhadap apa yang Anda sampaikan
melalui respon yang mereka berikan?
Apakah Anda juga menempatkan peserta didik sebagai
penutur sehingga mereka juga memiliki kesempatan untuk
Teks mengusung makna yang diciptakan dan diinterpretasikan oleh
peserta atau pelaku komunikasi. Topik menjadikan orang-orang
memutuskan untuk terlibat atau tidak terlibat dalam komunikasi, karena
topik adalah teks yang dimaknai. Apabila orang tertarik terhadap topik
atau memiliki kepentingan tertentu terhadap topik, maka ia akan terlibat
di dalam komunikasi tersebut. Apabila ia tidak menangkap makna atau
tidak dapat menciptakan makna dari topik, maka ia mungkin tidak dapat
terlibat di dalam komunikasi. Dengan demikian, topik yang
direalisasikan dalam bahasa melalui teks membutuhkan pemaknaan
agar orang dapat terlibat dan berperan dalam peristiwa komunikasi.
Topik tidak bisa terlepas dari konteks, sehingga selanjutnya kita perlu
mengetahui apa itu konteks dan perannya dalam peristiwa komunikasi.
Pertanyaan reflektif bagi Anda sebagai guru mengenai topik
komunikasi dalam proses pembelajaran:
Apakah topik yang Anda sampaikan adalah topik yang memang
penting dan dibutuhkan oleh peserta didik berkaitan dengan
pengalaman belajarnya?
Apakah Anda berusaha agar topik tersebut dapat mendorong atau
membuat peserta didik terlibat secara aktif di dalam perbincangan
mengenai topik tersebut?
Bagaimanakah Anda sebagai guru merasa yakin bahwa topik yang
Anda sampaikan dapat bermakna bagi peserta didik?
Bolehkah peserta didik mempermasalahkan atau menanggapi topik
yang Anda sampaikan?
c. Konteks dalam peristiwa komunikasi
Beberapa tokoh penggunaan bahasa dalam komunikasi
mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan konteks. Konteks oleh
Leech (1993:20) dideskripsikan sebagai suatu pengetahuan latar
belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan
yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan, sedangkan
luas yang memungkinkan peserta pertuturan dalam proses komunikasi
berinteraksi dan yang membuat ekspresi linguistik mereka dapat
dipahami. Nadar (2009:251) mengatakan bahwa konteks adalah
pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga
rangkaian dan proses pertuturan bisa berlangsung tanpa
kesalahpahaman yang berarti. Konteks menurut Levinson (1983:5)
mencakup identitas dari peserta pertuturan, waktu dan tempat
terjadinya peristiwa tutur, pengetahuan dan niat peserta pertuturan
dalam peristiwa tutur tersebut, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
itu semua.
Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai ko