• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2. Layanan Bimbingan Siswa SMP dan MTs sebagai Remaja

1) Pengertian Layanan Bimbingan

Berdasarkan pasal 27 peraturan pemerintah No. 29/1990 (Depdikbbud: 1994) “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam upaya penemuan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”.

Djumhur dan Moh. Surya (Tim Dosen PPB FIP UNY, 1993: 7) mengemukakan bahwa bimbingan yaitu:

“Suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasi diri (self realization), sesuai dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat”.

Menurut Kartini Kartono (1985: 9) lebih lanjut mengungkapkan, bimbingan adalah pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan dengan pengetahuan pemahaman keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam menolong orang lain yang memerlukan pertolongan.

20

Dengan membandingkan pengertian tentang bimbingan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada siswa secara terus-menerus atau sistematis oleh guru pembimbing dalam upaya menjadi pribadi yang mandiri, dan memiiki kemampuan dalam memecahkan masalah sesuai dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat.

2) Tujuan Layanan Bimbingan

Tim dosen PPB FIP UNY (1993: 9) mengemukakan bahwa tujuan umum bimbingan adalah

“Memberikan pertolongan kepada individu dalam usaha untuk mencapai: kebahagian hidup pribadi, kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat, dapat hidup bersama dengan individu-individu lain, dan keharmonisan antara cita-cita individu dengan kemampuan yang dimilikinya”.

Agar dapat tercapainya tujuan tersebut, maka menurut tim dosen PPB FIP UNY (1993: 10) adalah setiap individu yang mendapatkan layanan bimbingan itu hendaknya memperoleh kesempatan untuk:

a) Mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta meluruskan rencana hidupnya yang didasarkan atas tujuan itu.

b) Mengenal dan memahami kebutuhan-kebutuhannya.

c) Mengenal dan menanggulangi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

21

d) Mengenal dan memperkembangkan kemampuan kemampuan secara optimal.

e) Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dalam lingkungannya.

f) Mempergunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadinya dan kepentingan umum dalam kehidupan bersama.

Adapun secara khusus layanan bimbingan bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek-aspek pribadi-sosial, belajar, dan karir. Dimana kesehatan reproduksi remaja termasuk dalam perkembangan siswa bidang pribadi dan sosial. Oleh karena itu, bimbingan pribadi dan sosial, dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dan sosial dalam mewujudkan pribadi yang bertaqwa, mandiri dan bertanggungjawab, serta etika dalam pergaulan.

3) Fungsi Layanan Bimbingan

Ada lima fungsi bimbingan yang dijelaskan oleh Sukiman (Suhesti, 2012: 8) diantaranya, yaitu : a) fungsi pemahaman, b) fungsi pencegahan, c) fungsi pengentasan, d) fungsi pemeliharaan dan pengembangan, dan e) fungsi advokasi.

Sementara itu, menurut Yusuf dan Nurihsan (2009: 16) membagi fungsi Bimbingan dalam tujuh bagian, yaitu: a)

22

pemahaman, b) preventif, c) pengembangan, d) perbaikkan (penyembuhan), e) penyaluran, f) adaptasi, dan g) penyesuaian.

Ketujuh fungsi bimbingan diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Fungsi pemahaman, yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). b) Fungsi preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa

mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.

c) Fungsi pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkunga belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa.

d) Fungsi perbaikan, yaitu fungsi yang berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

e) Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan

23

yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

f) Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen, untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa).

g) Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.

Berdasarkan penjabaran fungsi layanan bimbingan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan game pendidikan kespro diharapkan memenuhi beberapa fungsi dari fungsi layanan bimbingan dan konseling, seperti fungsi pemahaman, fungsi preventif, fungsi pengembangan dan fungsi perbaikan.

b. Layanan Bimbingan Bidang Pribadi dan Sosial

Bimbingan pribadi dan sosial merupakan dua dari empat bidang layanan yang ada di sekolah. Menurut Prayitno (1994: 65) bimbingan pribadi adalah suatu proses membantu siswa mengenal, menemukan, dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, serta sehat jasmani dan rohani. Selain itu, menurut Juntika N dan Akur Sudianto (2004: 12) bimbingan

24

pribadi merupakan upaya pengembangan kemampuan peserta didik untuk menghadapi masalah-masalah pribadi dengan cara menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif serta pemahaman diri.

Adapun menurut Prayitno (1994: 66) bimbingan sosial adalah suatu proses di dalam membantu siswa memahami diri dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti yang luhur dan bertanggungjawab.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa bimbingan pribadi dan sosial merupakan suatu proses membantu siswa mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, sehat jasmani dan rohani, serta memahami diri dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang luhur dan bertanggungjawab.

c. Karakter Siswa SMP dan MTs sebagai Remaja

Menurut Samsudin (Asmani, 2012: 49) menyajikan berbagai karaktereistik perilaku dan masa remaja yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu remaja awal (11-13 s/d 14-15 tahun), dan remaja akhir (14-16 s/d 18-20 tahun) yang meliputi aspek fisik, psikomotorik, bahasa, kognitif, sosial, moralitas, keagamaan, emosi, afektif, dan kepribadian.

Hal ini diperjelas kembali oleh Hartinah (2010: 66) membagi karakterisitik umum remaja menjadi beberapa sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja, yaitu: a) kegelisahan, b) pertentangan, c)

25

mengkhayal, d) aktifitas kelompok, e) keinginan mencoba segala sesuatu.

Berdasarkan uraian karakteristik remaja secara umum diatas, dapat dijabarkan secara lebih jelas dibawah ini :

1) Kegelisahan

Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mengalami proses pematangan fisik baik yang langsung dilihat mata, maupun yang tidak terlihat. Akan tetapi, apabila perubahan tersebut tidak diimbangi dengan informasi yang benar dan akurat, dapat mengakibatkan kegelisahan terhadap remaja dalam menyikapi perubahan yang terjadi padanya.

2) Pertentangan

Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum untuk mandiri. Oleh karena itu, pada umumnya remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. 3) Mengkhayal

Peningkatan hormon pada masa remaja mengakibatkan meningkatnya dorongan atau ketertarikan kepada lawan jenis. Keinginan untuk dekat dengan lawan jenis sering kali terkendala terkait biaya, sedangkan kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, remaja mencari

26

kepuasan melalui khayalannya, terkadang hal tersebut mengakibatkan mereka melakukan masturbasi.

4) Aktifitas Kelompok

Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama.

5) Keinginan Mencoba Segala Sesuatu

Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena dorongan rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Sehingga remaja sering kali mendapatkan informasi yang tidak akurat mengenai seksualitas dan reproduksi. Hal ini bisa berdampak terjadinya terjadinya seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan, dan HIV-AIDS.

Berdasarkan pendapat dari beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja awal dengan kisaran usia 11 s/d 15 tahun merupakan usia siswa kelas 1-3 SMP dan MTs mengalami fase perubahan fisik dan emosional. Dimana pada fase tersebut siswa memiliki karakteristik aktifitas berupa mengalami kegelisahan terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, sering kali disikapi

27

dengan mengkhayal, sehingga jika hal tersebut tidak disalurkan kearah positif, bisa berdampak terhadap perilaku penyimpangan seksual.

Selain itu, rasa ingin mencoba remaja awal atau siswa SMP/MTs yang sangat tinggi harus diimbangi dengan informasi yang lengkap dan akurat terutama terkait kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman terhadap remaja awal mengenai reproduksi dan tugas perkembangannya.

B. Tujuan Materi Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Siswa SMP dan

Dokumen terkait