• Tidak ada hasil yang ditemukan

Layanan Urusan Pilihan 1. Kelautan dan perikanan

BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Bab ini berisikan penetapan indikator kinerja daerah

2.3.3. Layanan Urusan Pilihan 1. Kelautan dan perikanan

Kontribusi sektor perikanan selama beberapa tahun terakhir relatif kecil dan terus menurun terhadap perekonomian di Kota Tasikmalaya, pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 berada pada kisaran 0,54%-0,50%.

Potensi areal perikanan di Kota Tasikmalaya sebesar 692,27 Ha, terdiri dari kolam pembenihan 19,49 Ha, kolam pembesaran 621,23 Ha, sawah irigasi untuk pengembangan minapadi seluas 51,42 Ha dan kolam air deras 0,14 Ha. Produksi perikanan dalam kurun waktu tahun 2013-2017 menunjukkan peningkatan namun tidak signifikan. Produksi ikan pada tahun 2013 sebesar 9.974,22 ton meningkat menjadi 9.977,13 ton pada tahun 2016, dengan komoditas ikan yang terbanyak adalah ikan Nila, ikan Mas, Lele, dan ikan Nilem.

Kebutuhan Konsumsi Ikan Kota Tasikmalaya sebesar 21,84 Kg/orang/tahun sehingga dengan jumlah penduduk tahun 2016 sebanyak 659.606 orang akan dihasilkan angka kebutuhan ikan konsumsi sebesar 14.405,79 Ton, sedangkan produksi perikanan masih mencapai pada

9.976,05 Ton (69%) sehingga masih kekurangan ikan sebesar 4.430,20 Ton (31%) yang pemenuhannya masih mendatangkan dari luar daerah Kota Tasikmalaya.

Tingkat konsumsi ikan masyarakat Tasikmalaya pada tahun 2016 sudah cukup tinggi yaitu diangka 18,6 kg/tahun, yaitu 81,06% dari yang telah ditetapkan Pemerintah Kota Tasikmalaya yaitu 23 kg/kapita/tahun.

Tingkat konsumsi ini lebih tinggi dari konsumsi ikan Jawa Barat yang 16 kg/kapita/tahun padahal target Kementerian Kelautan dan Perikanan lebih tinggi lagi, mencapai 31,64 kilogram per orang per tahun.

Tabel 2.58.

Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Ikan Tahun 2013- 2016

Komoditas 2013 (Ton)

2014 (Ton)

2015 (Ton)

2016 (Ton) Mas 1.848,38 1.955,44 1.954,97 1.979,07 Nila 2.133,72 2.113,10 2.113,44 2.100,49 Nilem 1.295,87 1.227,06 1.227,07 1.227,23

Mujair 774,49 729,70 730,36 702,61

Lele 1.153,31 1.404,10 1.407,19 1.411,91

Gurame 1.061,17 830,39 839,12 835,59

Tawes 910,35 1.018,50 1.018,51 1.023,05

Udang Galah 14,92 14,78 3,03 -

Tambakan 642,48 506,42 506,13 512,32

Ikan Lainnya 139,53 176,09 175,94 183,78 JUMLAH 9.974,22 9.975,59 9.975,75 9.976,05 Sumber: Dinas Pertanian KotaTasikmalaya, 2016

Produksi benih ikan di Kota Tasikmalaya sebagian besar diperoleh dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang saat ini berjumlah 49 unit. Sebagai wadah kegiatan pembudidayaan telah terbentuk 1 (satu) Unit Pelayanan Pengembangan (UPP) dan 202 Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) yang telah teregister berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kehutanan Kota Tasikmalaya Nomor: 520/ Kep.18/Fungsional tanggal 25 Januari 2015 tentang Data Kelompok Perikanan di Kota Tasikmalaya Tahun 2016.

Dengan potensi SDM sektor perikanan sebanyak 209 RTP pembenih, 12.234 RTP pembesaran yang telah bergabung ke dalam 202 kelompok pembudidaya ikan dan 2 unit Pelaksana Teknis, maka dalam rangka peningkatan produksi perikanan perlu dibekali dengan pelatihan supaya produksi perikanan yang dihasilkan dapat berhasil guna baik bagi pemenuhan konsumsi ikan maupun dalam pemenuhan kebutuhan benih.

Disamping itu perlu adanya perbaikan sarana dan prasarana Balai Benih Ikan (BBI) sebagai mitra UPR dan para pembudidaya ikan sehingga dapat melaksanakan fungsi teknis sebagai sarana untuk pelatihan para petani ikan yang tergabung dalam 202 Pokdakan (kelompok pembudidaya ikan) dan 10 Poklasar (kelompok pengolah dan pemasaran hasil perikanan). Saat ini

sarana dan prasarana yang telah dibangun guna menunjang pembangunan perikanan selain Balai Benih Ikan (BBI), adalah Depo Pasar Ikan yang masih perlu ditingkatkan sarana dan prasaranya utamanya.

Selain itu kegiatan peningkatan produksi perikanan perlu dikonsentrasikan di sentra-sentra produksi agar pelaksanaannya lebih efisien, terintegrasi, lebih mudah dikelola serta mempunyai implikasi besar terhadap ekonomi lokal. Salah satu upayanya adalah dengan mengembangkan kawasan potensial perikanan melalui penetapan kawasan minapolitan. Dengan pendekatan kawasan minapolitan, pembangunan infrastruktur penunjang budidaya perikanan seperti peningkatan jaringan irigasi di kawasan budidaya perikanan akan lebih efektif sehingga peningkatan perikanan dapat dipacu lebih cepat. Tasikmalaya dikenal sebagai sentra perikanan di Jawa Barat, bahkan telah ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan pada Masterplan Minapolitan Propinsi Jawa Barat.

Sentra produksi perikanan budidaya di Kota Tasikmalaya diantaranya terdapat di Kecamatan Bungursari dan Kecamatan Indihiang, dan kedua kecamatan tersebut telah ditetapkan sebagai kawasan minapolitan dalam RTRW Kota Tasikmalaya 2011-2031 (Perda No. 4 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Tasikmalaya 2011-2031).

Prasarana Perikanan yang sudah dibangun di Kawasan Minapolitan Kecamatan Bungursari diantaranya Depo Pasar Ikan di Kelurahan Sukarindik, Kolam Percontohan di Kelurahan Bungursari, Cibunigeulis, Sukalaksana, Sukamulya dan Sukajaya. Jalan produksi perikanan dan jaringan air telah dibangun di Kelurahan Cibunigeulis. Adapun prasarana perikanan yang sudah dibangun di Kecamatan Indihiang diantaranya Balai Benih Ikan di Kelurahan Parakanyasag, dan kolam percontohan di seluruh kelurahan.

Untuk mewujudkan pelaksanaan program minapolitan itu sudah dilakukan beberapa kajian diantaranya Penyusunan Kajian Ilmiah Kawasan Minapolitan, Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis Minapolitan, dan Rencana Induk Kawasan Minapolitan untuk memperoleh rencana rinci kawasan strategis minapolitan sebagai arah pelaksanaan program dan pencapaian tujuan minapolitan, sehingga kegiatan dalam upaya mewujudkan kawasan minapolitan di Kota Tasikmalaya perlu mendapat perhatian dan prioritas.

2.3.3.2. Pariwisata

Destinasi pariwisata di Kota Tasikmalaya meliputi wisata religi, wisata kriya produk kerajinan khas Kota Tasikmalaya (kelom geulis, kerajinan mendong dan anyaman bambu, payung geulis, kerajinan bordir dan batik), wisata buatan, wisata minat khusus (seperti outbond dan arung jeram), wisata belanja, dan wisata kuliner, wisata alam dan wisata MICE (meeting, incentive, converence and exhibition). Pariwisata di Kota Tasikmalaya mempunyai potensi pertumbuhan yang cukup besar, apabila dilihat dari capaian kinerja urusan pariwisata di Kota Tasikmalaya, jumlah kunjungan wisata pada tahun 2013 hingga tahun 2016 terus mengalami peningkatan, yaitu dari 345.800 orang pada tahun 2013 menjadi 541.421 orang pada tahun 2016. Semakin meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Tasikmalaya mengakibatkan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas akomodasi, penginapan dan hotel.

Namun capaian ini tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi, diantaranya belum dimilikinya dokumen perencanaan yang terintegrasi di bidang pariwisata, belum optimalnya promosi potensi pariwisata daerah dan belum optimalnya pembinaan, koordinasi dan sinergitas antar stakeholder bidang kepariwisataan. Saat ini di Kota Tasikmalaya telah terbentuk lembaga kepariwisataan antara lain BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah); PHRI (Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia); ASITA (Asosiasi Indonesia Tours dan Travel); APJI (Pengusaha Jasa Boga Indonesia); dan KOMPEPAR (Kelompok Penggerak Pariwisata);

serta DKKT (Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya). Permasalahan lainnya adalah belum memadainya infrastruktur yang terdapat pada masing-masing objek wisata, termasuk sarana penunjangnya.

Permasalahan-permasalahan tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Kota Tasikmalaya selama 4 tahun terakhir yang peningkatannya belum signifikan. Kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Kota Tasikmalaya pada tahun 2013-tahun 2017 berada pada kisaran 7%, yaitu pada tahun 2013 sebesar 7,22%, kemudian pada tahun 2014 sebesar 7,15%, tahun 2015 sebesar 7,01% dan pada tahun 2016 sebesar 7,05%.

2.3.3.3. Pertanian

Kontribusi sektor pertanian dan peternakan selama beberapa tahun terakhir relatif kecil dan terus menurun terhadap perekonomian di Kota Tasikmalaya, yaitu pada tahun 2012 sebesar 5,65% semakin menurun pada tahun-tahun berikutnya sehingga menjadi 5,11% pada tahun 2015. Sektor pertanian dan peternakan ini meliputi sektor pertanian tanaman pangan, sektor tanaman hortikultura, sektor tanaman perkebunan dan sektor peternakan.

Kontribusi sektor pertanian tanaman pangan (padi dan palawija) memberikan kontribusi yang relatif kecil dan menurun terhadap perekonomian di Kota Tasikmalaya. Pada tahun 2013 kontribusinya sebesar 2,63%, dan menurun menjadi 2,49% pada tahun 2014 serta semakin menurun menjadi 2,39% pada tahun 2016.

Produksi tanaman padi dalam kurun waktu tahun 2012-2017 menunjukkan angka yang fluktuatif, produksi tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebesar 96.955 ton dengan tingkat produktivitas sebesar 62,89 kwintal/ha. Lebih rincinya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.59.

Produksi Komoditas Pangan Utama Padi 2012 s.d 2017 Uraian Tahun

2012 Tahun

2013 Tahun

2014 Tahun

2015 Tahun

2016 Tahun 2017 Produksi

(Ton) 80.707 93.483 85.132 79.083 96.955 82.656 Produktivitas

(Kw/Ha) 61,58 62,70 62,89 62,32 62,89 62,81 Sumber : Statistik Pertanian dan Perikanan tahun 2017

Luas lahan sawah di Kota Tasikmalaya pada tahun 2016 adalah 5.962 Ha, dengan indeks panen 2,5 sehingga luas panen keseluruhan adalah

14.905 Ha. Produktivitas rata-rata setiap hektar sebanyak 6,29 ton padi/Ha, dengan demikian produksi padi (gabah kering panen) adalah 93.752 ton menyusut menjadi 79.690 ton gabah kering giling, yang selanjutnya akan menjadi 51.798 ton beras. Adapun jumlah penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2016 sebanyak 659.606 orang, diasumsikan kebutuhan beras per kapita/tahun sebanyak 100 kg sehingga jumlah kebutuhan beras seluruh penduduk Kota Tasikmalaya selama satu tahun sebanyak 65.961 ton.

Berdasarkan data tersebut produksi beras di Kota Tasikmalaya baru memenuhi 78,53% dari total kebutuhan (sebanyak 51.798 ton) dengan kata lain Kota Tasikmalaya masih kekurangan produksi beras sekitar 21,47% dari kebutuhannya, yaitu sebesar 14.163 ton. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menambah dan memperbaiki infrastruktur pendukung pertanian khususnya penyediaan sumber air/irigasi, sehingga luas sawah tadah hujan di Kota Tasikmalaya yang saat ini luasnya 663 Ha semakin berkurang beralih menjadi sawah irigasi.

Produksi tanaman palawija di Kota Tasikmalaya selama enam tahun terakhir didominasi oleh ubi kayu walaupun produksinya semakin menurun dari 8.260 ton pada tahun 2012 menjadi 3.411 ton pada tahun 2017.

Kemudian produksi kedua dari komoditas jagung dengan data produksi yang dinamis dengan produksi paling tinggi pada tahun 2016 sebesar 2.366 ton.

Sektor tanaman hortikultura memberikan kontribusi yang relatif tetap selama beberapa tahun terakhir terhadap perekonomian di Kota Tasikmalaya, berada pada kisaran 0,19%-0,21%. Sektor tanaman hortikultura di Kota Tasikmalaya didominasi oleh tanaman hortikulturan sayuran dan tanaman hortikultura buah-buahan. Produksi tanaman hortikultura sayuran di Kota Tasikmalaya selama enam tahun terakhir didominasi oleh komoditas cabe besar, ketimun dan kacang panjang.

Peranan sektor peternakan, kontribusi sektornya terhadap perekonomian Kota Tasikmalaya selama lima tahun terakhir termasuk yang terus menurun. Pada tahun 2012 kontribusinya sebesar 2,59% menjadi sebesar 2,39% pada tahun 2015. Beberapa hasil peternakan produksi dagingnya sangat berfluktuatif, yaitu untuk ternak besar seperti sapi potong, kambing dan domba. Adapun produksi daging ternak kecil (ayam buras, ayam ras pedaging dan itik) cenderung meningkat, demikian pula untuk angka produksi hasil ternak (susu dan telur) terjadi kenaikan.

Sarana prasarana milik Pemerintah Kota Tasikmalaya yang ada saat ini untuk memenuhi kebutuhan daging hewan adalah Rumah Potong Hewan (RPH) dan Pasar Hewan. Untuk memenuhi daging yang aman, sehat, utuh dan halal perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana memadai sesuai dengan standar teknis RPH, sehingga masih perlu dilakukan berbagai perbaikan dan pemeliharaan RPH dan Pasar Hewan. Untuk ternak unggas, saat ini Pemerintah Kota Tasikmalaya belum memiliki Rumah Potong Unggas, saat ini pemotongan unggas dilakukan tersebar oleh para pedagang unggas di pasar-pasar, dan belum memenuhi kaidah-kaidah keamanan dan kesehatan.

Untuk sektor perkebunan, kontribusinya terhadap perekonomian (PDRB) Kota Tasikmalaya sejak tahun 2012 sampai 2016 tetap stabil berada di angka 0,03%. Produksi tanaman perkebunan di Kota Tasikmalaya dari tahun 2012-2016 didominasi oleh komoditas kelapa dan mendong.

Menurut Statistik Pertanian dan Perikanan tahun 2016, lahan potensial pertanian di Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 seluas 12.477 Ha,

kemudian pada tahun 2016 menurun menjadi 12.362 Ha (berkurang sekitar 115 Ha). Apabila diakumulasikan sejak tahun 2008 sampai dengan 2016 luas lahan sawah telah berkurang seluas 222 Ha, dengan rata-rata alih fungsi lahan sawah selama delapan tahun terakhir seluas 27,75 Ha/Tahun. Alih fungsi lahan yang terjadi di Kota Tasikmalaya banyak terjadi karena banyaknya pembangunan fisik di Kota Tasikmalaya sebagai akibat perkembangan kota, antara lain untuk pembangunan jalan, gedung perkantoran, perumahan, serta sarana perdagangan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, serta sarana jasa lainnya. Meskipun demikian alih fungsi lahan yang terjadi diharapkan tidak berlanjut dengan menggunakan lahan pertanian produktif, untuk itu sangat mendesak diperlukan regulasi yang mengatur tentang penetapan lahan pertanian berkelanjutan.

Berdasarkan Perda No. 10 Tahun 2016 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Tasikmalaya Tahun 2016-2036 telah ditetapkan dalam pola ruang bahwa zona pertanian lahan basah seluas 1.452 Ha, terdiri dari zona lahan pertanian berkelanjutan (LP2B) seluas 1.002 Ha dan zona bukan LP2B seluas 450 Ha. Lokasi LP2B berada di Kecamatan Tamansari, Kecamatan Purbaratu, Kecamatan Cibeureum, Kecamatan Kawalu dan Kecamatan Mangkubumi.

Saat ini di Kota Tasikmalaya potensi sumber daya manusia pertanian Kota Tasikmalaya tahun 2017 terdiri dari gabungan kelompok tani (gapoktan) sebanyak 64, dengan jumlah kelompok tani dewasa sebanyak 434 kelompok tani, kelompok wanita tani (KWT) sebanyak 98 kelompok dan taruna tani sebanyak 32 kelompok. Pada tahun 2013 cakupan bina kelompok tani sebesar 36,60% dan meningkat menjadi 73,93% pada tahun 2016. Masih cukup banyaknya kelompok tani yang belum mendapat pembinaan termasuk buruh tani menyebabkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam budidaya dan penganekaragaman produk pengolahan hasil pertanian masih rendah.

2.3.3.4. Perdagangan

Perekonomian Kota Tasikmalaya banyak didorong dan didukung oleh kategori perdagangan. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya sumbangan dari sub kategori perdagangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tasikmalaya. PDRB ADHB kategori perdagangan pada tahun 2014 sebesar Rp. 3,23 trilyun meningkat menjadi Rp. 3.82 trilyun pada tahun 2016. Namun sumbangan sub kategori perdagangan terhadap PDRB dari tahun ke tahun menunjukkan tren yang menurun. Sumbangan sub kategori perdagangan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku, pada tahun 2014 memberikan kontribusi sebesar 23,70% dan menurun menjadi 22,80% pada tahun 2016. Secara rinci perkembangan PDRB ADHB dan kontribusi sub kategori perdagangan dari tahun 2014-2016 dapat dilihat dalam Tabel 2.63 dibawah ini.

Tabel 2.60.

Besarnya Kontribusi Sub Kategori Perdagangan Terhadap PDRB (ADHB) Kota Tasikmalaya Tahun 2014-2016

No Uraian PDRB ADHB (Milyar Rp.)

2014 2015 2016

1 PDRB Sub Kategori Perdagangan

3.228.236,34 3.570.343,55 3.819.262,51

No Uraian PDRB ADHB (Milyar Rp.)

2014 2015 2016

2 Total PDRB 13.623.802,82 15.237.419,84 16.747.652,49

3 Sumbangan

PDRB Sub Kategori Perdagangan Terhadap PDRB (%)

23,70 23,43 22,80

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya, 2016

Ekspor bersih perdagangan adalah nilai ekspor dikurangi nilai impor.

Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun (2013-2015) perkembangan ekspor bersih perdagangan di Kota Tasikmalaya terus meningkat namun kemudian menurun di tahun 2016. Pada tahun 2013 ekspor bersih Kota Tasikmalaya sebesar Rp. 242,915 milyar, kemudian menjadi Rp. 354,974 milyar di tahun 2014 dan Rp. 416,591 milyar di tahun 2015, sementara di tahun 2016 menurun menjadi Rp. 389,771 milyar.

Kemajuan kategori perdagangan sebagai salah satu penggerak utama roda perekonomian di Kota Tasikmalaya ditunjang dengan keberadaan sarana prasarana yang cukup memadai. Penataan pasar-pasar tradisional menjadi salah satu strategi yang diambil dalam rangka meningkatkan potensi di kategori perdagangan. Sampai tahun 2016 di Kota Tasikmalaya terdapat 9 (sembilan) pasar tradisional.

Pasar tradisional di wilayah Kota Tasikmalaya semakin penting sebagai pusat lalu lintas perdagangan hasil pertanian dan hasil industri kecil menengah dari dan ke berbagai wilayah kabupaten/kota sekitarnya. Saat ini, Pasar Cikurubuk menjadi pasar induk hasil bumi bagi masyarakat di wilayah Priangan Timur, dengan jumlah kios mencapai 2.772 unit mampu memasarkan berbagai produk hasil pertanian paling lengkap, seperti: beras, sayuran, daging, ikan, telur dan lainnya serta hasil industri kecil menengah seperti alas kaki dan bordir.

Tabel 2.61.

Jumlah Pasar Rakyat Tahun 2016

No. Nama Pasar

Profil Pasar Tradisional Luas Area

(m2)

Jumlah Unit Usaha

1 Pasar Cikurubuk 43.120 2.772

2 Pasar Indihiang 10.622 320

3 Pasar Pancasila 6.500 299

4 Pasar Padayungan 9.000 261

5 Pasar Gegernoong 1.000 91

6 Pasar Cibeuti 1.000 28

7 Pasar Burung dan Besi 6.407 244

8 Pasar HPKP - 704

9 Pasar HPKP 2 10.560 1.539

Sumber : Dinas KUKMK Perindag, 2016.

Meskipun kategori perdagangan sudah cukup baik tetapi masih perlu peningkatan pada sarana dan prasarananya. Pasar-pasar tersebut secara bertahap harus ditingkatkan kebersihan, ketertiban dan kenyamanannya untuk meningkatkan daya saing dengan pasar- pasar modern yang ada.

Usaha perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat Kota Tasikmalaya juga telah mampu menembus pasar global. Beberapa produk seperti batik dan barang-barang kerajinan lainnya cukup mampu bersaing di dunia internasional. Hal yang perlu mendapatkan perhatian dari kategori perdagangan luar negeri adalah semakin menurunnya nilai ekspor produk dari Kota Tasikmalaya. Pada tahun 2015 nilai ekspor sebesar US$

30.706.644,73; angka tersebut menurun cukup signifikan jika dibandingkan dengan capaian tahun 2011 yang mencapai US$ 53.826.324,55, dengan demikian upaya untuk mempromosikan produk-produk khas Kota Tasikmalaya perlu semakin ditingkatkan selain itu perlu peningkatan kualitas mutu produk dan designnya sehingga diterima pasar global.

Kota Tasikmalaya memiliki banyak potensi kerajinan dan industri kreatif yang tersebar di beberapa sentra-sentra industri Kota Tasikmalaya yang tersebar di 10 (sepuluh) kecamatan. Seluruh potensi kerajinan ini perlu didukung dengan fasilitas sarana prasarana promosi dan pemasaran produk industri kreatif dengan membangun tempat pameran khususnya untuk produk industri kreatif sebagai salah satu dari pengembangan pasar melalui promosi.

Peranan sarana prasarana promosi dan pemasaran produk industri kreatif menjadi hal yang sangat penting sebagai media paling efektif untuk membangun citra usaha dan pemasaran produk. Dengan adanya sarana prasarana produk tersebut, masyarakat bisa lebih mudah dalam mendapatkan produk - produk unggulan. Para pengusaha perajin dapat sekaligus mendapat pembinaan aspek pemasaran. Sehubungan dengan hal tersebut maka Pemerintah Kota Tasikmalaya harus terus berupaya memfasilitasi kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Promosi dan Pemasaran yang terpusat di satu titik yang bisa menampung berbagai jenis produk unggulan Kota Tasikmalaya, berikut fasilitasnya yang memadai.

Kegiatan ini diharapkan berpengaruh pada akselerasi sosialisasi dan promosi Kota Tasikmalaya termasuk produk unggulan, seperti mendong, kerajinan kayu/bambu, bordir, alas kaki meubel, payung geulis dan makanan olahan.

Sebagai daerah perkotaan, Kota Tasikmalaya sebagaimana kota-kota lainnya juga menghadapi permasalahan berkaitan dengan keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tersebar di beberapa titik di pusat kota. PKL di Kota Tasikmalaya belum tertata dengan baik, terkesan semrawut dan mengganggu fungsi trotoar untuk pejalan kaki, meskipun keberadaannya dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Kota Tasikmalaya. Pemerintah Kota Tasikmalaya perlu melakukan penataan, pembinaan dan pemberdayaan para Pedagang Kaki Lima agar tercipta Kota Tasikmalaya yang tertib dan teratur.

Saat ini para pedagang, khususnya di Kota Tasikmalaya belum semuanya melakukan tera ulang terhadap alat takar dan alat timbang yang mereka gunakan dalam melayani konsumen sehingga sosialisasi dan pelayanan tera ulang perlu lebih ditingkatkan, sehingga tidak ada konsumen yang dirugikan. Pelayanan tera dan tera ulang Alat Ukur, Takar, Timbang,

dan Perlengkapannya (UTTP) merupakan fungsi pelayanan yang dilaksanakan oleh UPTD Metrologi Legal Kota Tasikmalaya, sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal yang kewenangannya diserahkan ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. UPTD Metrologi Legal sebagai UPTD pada Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya, merupakan salah satu UPTD yang mengimplementasikan pelayanan publik. Pemerintah Daerah wajib untuk memfasilitasi pelaksanaannya, diantaranya dengan menyediakan fasilitas yang diperlukan apabila masyarakat sebagai wajib tera/tera ulang akan memeriksa atau menguji UTTP.

2.3.3.5. Perindustrian

Industri Kecil dan Menengah (IKM) merupakan salah satu sektor usaha yang mempunyai peranan cukup strategis dalam menggerakkan perekonomian nasional. Disamping mampu menyerap tenaga kerja dan menyediakan lapangan usaha secara dominan, IKM juga memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat luas. Jika ditinjau dari sisi kualitas dan kuantitas, komoditi IKM ini terus mengalami peningkatan. Namun demikian, IKM saat ini dihadapkan pada persaingan pasar yang lebih ketat lagi ketika telah berlakunya Kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC), yang berlaku sejak Tahun 2015.

Produk dari luar negeri terutama negara-negara ASEAN semakin deras masuk ke pasar Indonesia dengan harga dan kualitas yang cukup bersaing.

Apabila kondisi ini tidak segera diantisipasi dikhawatirkan produk IKM kita akan kalah bersaing dan tersingkir.

Untuk menghadapi dampak negatif akibat adanya persaingan, perlu dilakukan langkah antisipatif dengan cara meningkatkan kemampuan daya saing para IKM, yaitu dengan melakukan peningkatan desain, standardisasi mutu, peningkatan kualitas produk dan inovasi desain produk baik aspek sumber daya manusia, teknologi maupun peluang pasar. Berikut ini data potensi komoditi unggulan Kota Tasikmalaya :

Tabel 2.62.

Data Potensi Industri Komoditi Unggulan Kota Tasikmalaya Tahun 2016 NO KOMODITI