• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Mengadakan Kajian Rutin

Ustadz Ahmad Zainuddin mengungkapkan bahwa salah satu upaya yang dilakukan AISHAH untuk membangun keluarga sakinah, mawadah wa rahmah bagi anggotanya adalah dengan mengadakan kajian rutin. AISHAH menyadari bahwa kunci utama kebahagiaan dunia dan akhirat adalah dengan ilmu, begitu juga jika ingin mendapatkan kebahagiaan berupa keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah pada keluarganya juga harus berdasarkan ilmu yang Allah turunkan dan Rasulullah contohkan. AISHAH beharap dengan melakukan kajian rutin peserta akan menambah ilmu serta meningkatkan kuaitas iman peserta. Kajian rutin ini diselenggarakan setiap pekan pada hari Sabtu. Kajian dimulai pukul 09.00 dengan dibuka oleh moderator kemudian ustadz atau pemateri menyampaikan materinya sampai pukul 10.30, setelah itu moderator membuka sesi tanya jawab serta konseling sampai pukul 11.30. Adapun materi pada setiap pekannya berbeda beda. Jadwal dari setiap pekannya dibuat oleh AISHAH dalam bentuk kalender pendidikan sebagai berikut:

.

Gambar 3.1

Foto Kalender Pendidikan AISHAH

Didalam pembelajarannya, AISHAH mengundang pemateri yang ahli dalam bidangnya dan dengan panduan yang jelas. Ada 4 tema kajian yang dipelajari dan 4 tema tersebut dibagi dalam satu tahun pembelajaran, yaitu kajian bertema pendidikan anak, nasehat wanita, fikih wanita dan kesehatan wanita.

Pemateri pada kajian ini adalah Ustadz Muhammad Qosim Mujahir, Lc. Beliau merupakan Ustadz yang mengajar di Yayasan Pendidikan Islam Al Irsyad Tengaran, Kab. Semarang. Selain mengajar Beliau juga menjadi pengasuh di sana. Ustadz Qosim ini merupakan alumni Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.

Didalam pembelajarannya, materi yang disampaikan kepada peserta berkenaan dengan tema pendidikan anak, penulis melakukan observasi serta menelaah lembar modul materi yang dibagikann kepada peserta antara lain adalah:

1) Pembinaan Aqidah Untuk Buah Hati

Orang tua kebanyak akan kebingungan ketika ingin menanamkan aqidah kepada buah hatinya, padahal aqidah adalah pondasi bagi seorang hamba untuk mengenal Tuhannya, maka dari itu semestinya aqidah yang pertama diajarkan kepada buah hati sebelum mengajarkan ilmu-ilmu lainnya. Menanamkan aqidah untuk anak usia dini bisa dilakukan dengan tahapan 5 pilar utama, yaitu

a) Pendiktean kalimat tauhid kepada anak.

Sebagaimana Rasulullah SAW sejak awal dakwahnya tidak pernah mengecualikan anak-anak sebagai target dakwah beliau,sepertihalnya yang beliau lakukan terhadap Ali bin Abi Thalib, yang akhirnya Ali bin Abi Thalib menjadi orang yang pertama beriman dari golongan anak-anak.

Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda “Ajarkan kalimat laailaha illallah kepada anak-anak kalian peertama dan tuntunkanlah mereka mengucapkan laa ilaha illalllah ketika menjelang mati” (Mustadraq Al Hakim)

Ibnu Qayyim dalam kitab Ahkam Al-Maulud mengatakan

diawal waktu ketika anak-anak mulai bicara , hendaklah didektekan kepada mereka kalimat laa ilaha illalllah , dan hendaklah sesuatu yang pertama didengar oleh telinga mereka adalah kalimat la ilaha illallah dan mentauhidkan-Nya. Juga diajarkan kepada mereka bahwa Allah beremayam di atas singgahsana-Nya yang ssenantiasa melihat dan mendengar perkataan mereka, senantiasa bersama

mereka dimanapun mereka berada”.

b) Menanamkan cintai Allah dan merasa diawasi oleh-Nya. Setiaap anak mempunyai persoalan ssendiri-sendiri, entah berkaitan dengan kejiwaan, sosial kemasyarakatan, perekonomian, maupunmasalah sekolah. Anakpun mengungkapkan persoalannya dengan gaya yang berbeda- beda pula. Ada yang mengungkapkannya dengan penuh perasaan, dan yang lain ada juga yang mengungkapkannya dengan suatu sikap. Maka timbul pertanyaan bagi orangtua, bagaimana cara anak agar bisa melepaskan persoalannya.

Caranya adalah dengan menanamkan kecintaan kepada Allah, memohon pertolongan hanya kepada-Nya, merasa diawasi oleh-Nya, serta beriman kepada takdir-Nya.

Dengan cara seperti itulah anak akan bisa menghadapi masalah pada masa kanak-kanaknya dengan tenang. Sebagaimana yang pernah Rasulullah SAW praktekan kepada Ibnu Abbas yang tercatat dalam Kitab Sunan At Tirmidzi, beliau meriwayatkan hadis Ibnu Abbas yang pernah membonceng Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW berpesan “Wahai nak , aku akan mengajarkan kepada engkau beberapa kalimat. Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan dapati Allah berada di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka memintalah kepada Allah. Jika engkau minta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwasanya umat ini seandainya mereka bersatu untuk memberi kemanfaatan kepadamu, maka mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu. Dan seandainya mereka bersatu dalam rangka memberikan kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak akan mampu memberi kemudharatan kepadamu kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah menimpamu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-

lembaran catatan telah kering.”

Jika anak sudah bisa memahami hadis tersebut, maka dipastikan ia tidak akan mendapatkan kendala dihadapannya dan tidak akan mendapatkan sandungan di dalam menjalani

kehidupannya. Nasehat-nasehat seperti ini sangat ampun dalam memecahkan persoalan anak, nasehat-nasehat seperti itu akan mendorong anak unntuk bangkit dari permasalahan yang dihadapinya dengan memohon pertolongan kepada Allah, selalu merasa di awasi-Nya dan selalu rela dengan qadha dan qadar.

c) Menanamkan kecintaan kepada Nabi

Dengan ini maka akan terwujud kalimat kedua dalam syahadat yaitu muhammad rasulullah. Bisa dicatat bahwa sejatinya jiwa manusia secara umum pada periode perkembangannya akan berusaha menyerupai pribadi paling kuat yang dia kenal, kemudian meniru dan meneladaninya. Pendidikan islam menuntut anak kecil maupun orang dewasa agar meneladani Rasulullah, karena beliau merupakan teladan terbaik dan tidak tergantikan.

d) Mengajarkan Al-Quran kepada anak

Seyogyanya setiap orangtua mengajarkan Al-Quran kepada putra-putrinya sejak dini. Dimulai dengan mengajarkan huruf-huruf hijaiyah sampai mengaarkan tafsir Al-Quran.

Tujuannya untuk mengarahkan mereka kepada firman- firman Allah yang mulia. Tidak hanya itu orang tua hendaknya ketika mengajarkan Al-Quran semestinya memberikan penjelasan ringkas dan sederhana mengenai makna ayat-ayat

sehingga hal itu masuk ke dalam benak si kecil. Kebanyakan orang berpendapat tidak layak untuk memberikan penjelaan mengenai ayat Al Quran kepada anak karena daya pikirnya yang belum sempurna , padahal sebenarnya mereka mampu menangkap itu semua dan menyimpannya dengan kuat, sebgaimana pepatah ahli ilmu “belajar dwaktu kecil eperti mengukir diatas batu, sedangkan belajar diwaktu tua seperti mengukir diatas air.

e) Menanamkan aqidah yang kuat dan kerelaan berkorban untuknya.

Untuk menjaga serta menegakkan aqidah butuh pengorbanan, semakin besar suatu pengorbanan, keteguhan jiwa akan semakin kuat pula. Anak-anak muslim hari ini sedang menghadapi berbagai tantangan kontemporer yang sangat banyak, disamping itu juga menhadapi rencana serta konspirasi tang menyimpangkan islam untuk memalingkan muslim dari agamanya. Oleh karena itu, diperlukan pengorbanan dijalan Allah untuk tetap bisa teguh diatasnya. Ketika itulah kemanisan iman bisa dirasakan, dan tingkat keimanan dalam jiwa semakin meningkat.

2) Menanamkan Akhlak Mulia Kepada Anak Sejak Dini

Yang dimaksut dengan akhlaq adalah perangai stau tabiat, atau juga sering diartikan sesuatu yang menjadi kebiasaan seseorang berupa adab. Syaikh Muhammad Khadhar Husai, mantan Rektor Universitas Al–Azhar memberikan dorongan

mengenai pentingnya menggunkan masa kanak-kanak untuk menanamkan adab dan akhlak yang baik. Beliau mengatakan,

anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah yang murni dan perangai yang lurus. Jika jiwanya yang masih polos itu menerima bentuk perangai apapun yang dipahatkan pada dirinya, selanjutnya pahatan itu akan terus meluas sedikit demi sedikit hingga akhirnnya meliputi seluruh jiwa dan menjadi tabiat yang melekat padanya, ia akan menentang segala yang berlawanan dengannya. Buktinya, bisa dilihat seseorang yang bicaranya lembut, wajahnya berseri-seri dan pikirannya terdidik. Maka tidak sangsi lagi orang tersebut ditumbuhkan secara baik oleh sekelilingnya.

Untuk membina akhlak anak-anak maka bisa dilakukan dengan orang tua memberikan contoh yang baik disertai dalil-dalil yang mendukungnya.

3) Mengajarkaan Solat Sejak Dini

Pembinaan ibadah merupakan penyempurnaan dari pembinan aqidah. Agar aqidah anak tertanam kuat di dalam jiwa, ia harus disiram dengan air ibadah dalam berbagai bentuk dan macamnya, sehingga aqidahnya akan tumbuh kokoh.

Masa kanak-kanak bukanlah masa pembebanan atau pemberian kewajiban, ia adalah masa persiapan, latihan dan pembiasaan untuk menyambut masa pembebanan kewajiban ketika dia telah baligh nanti. Dengan begitu, kelak pelaksanaan kewajiban akan terasa mudah dan ringan. Ibadah kepada Allah memberikan pengaruh yang luar biasa bagi jiwa anak, dia akan merasa selalu berhubungan dengan Allah. Ibadah mampu

meredam gejolak nafsu didalam jiwa, sehingga jiwanya lurus dan dapat dikontrol.

Ada beberapa kiat untuk pendidikan solat bagi anak diantaranya adalah memerintahkan sholat, mengajari sholat, memukul anak jika enggan solat ketika sudah berumur 10 tahun, mendidik anak agar menghadiri sholat berjamaah serta mengajari anak sholat-sholat sunnah.

b. Kajian Nasehat Wanita

Kajian yang bertemakan nasehat bagi wanita ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, jadi selain beliau sebagai penasehat AISHAH, Beliau juga ikut andil dalam meyampaikan materi-materi. Adapun materi-materi yang telah disaampiakan adalah sebagai berikut:

1) Anjuran untuk ikhlas dalam beribadah a) Dalil keutamaan ikhlas

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al- Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

امَّنِإو ِتاَّيِ لناب لاَمعلۡا اَمَّنإ

ْنَمَف ىَوَن ام ٍءيرما ِ ُكِل

ِ ِلِْوُسَرو ِللّا لىإ ُهُتَرْجِهف ِ ِلِوُسَرو ِللّا لىإ ُهُتَرْجِه ْتَن

َكَ

اَهُحِكْنَي ٍةأرما وأ اهُبْي ِصُي اَيْنُ ِلِ ُهُتَرْجِه ْتَن َكَ ْنَمو

ِهلَإ َرَجاَه ام لىإ ُهُتَرْجِهف

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada

Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya,

maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”[HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Imam Bukhari menyebutkan hadits ini di awal kitab shahihnya sebagai mukadimah kitabnya, di sana tersirat bahwa setiap amal yang tidak diniatkan karena mengharap Wajah Allah adalah sia-sia, tidak ada hasil sama sekali baik di dunia maupun di akhirat. Al Mundzir menyebutkan dari Ar Rabi’ bin Khutsaim, ia berkata, “Segala sesuatu yang tidak diniatkan mencari keridhaan Allah‘Azza wa Jalla, maka akan sia-sia”.

Abu Abdillah rahimahullah berkata, “Tidak ada

hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih banyak, kaya dan dalamnya faidah daripada hadits ini”.

Abdurrahman bin Mahdiy berkata, “Kalau seandainya saya menyusun kitab yang terdiri dari beberapa bab, tentu saya jadikan hadits Umar bin Al Khatthab yang menjelaskan bahwa amal tergantung niat ada dalam setiap bab”.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam membuatkan perumpamaan terhadap kaidah ini dengan hijrah; yaitu barang siapa yang berhijrah dari negeri syirik mengharapkan pahala Allah, ingin bertemu Nabi shallallahu

mengamalkannya, maka berarti ia berada di atas jalan Allah (fa hijratuhuu ilallah wa rasuulih), dan Allah akan memberikan balasan untuknya. Sebaliknya, barang siapa yang berhijrah dengan niat untuk mendapatkan keuntungan duniawi, maka dia tidak mendapatkan pahala apa-apa, bahkan jika ke arah maksiat, ia akan mendapatkan dosa.

Niat secara istilah adalah keinginan seseorang untuk mengerjakan sesuatu, tempatnya di hati bukan di lisan. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melafazkan niat, seperti ketika hendak shalat, hendak wudhu, hendak mandi, dan yang lainnya.

b) Allah menciptakan alam semesta untuk menegakkan tauhid Diantara dalil-dalil terdaapat penjelasan bahwa Allah telah menciptakan langit dan bumi dalam rangka beribadah kepada Allah. Allah berfirman :

َو َّنِلۡٱ ُتۡقَلَخ اَمَوۡ

ِنوُدُبۡعَ ِلَ لِٗإ َسنَِّ

لۡٱۡ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

c) Makna ibadah kepada Allah

Arti ibadah secara bahasa adalah tunduk dan merendah diri, adapun ibadah secara istilah adalah segala sesuatu yang

dicintai dan diridhoi Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang lahir maupun batin.

d) Dunia sejatinya hanyalah permainan dan sendau gurau.

Banyak sekali firman-firman Allah yang menjelaskan bahwa sejatinya urusan dunia merupakan urusan yang sepele. Sebaliknya Al Quran banyak mengungkap kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang sebenarnya. Allah berfirman dalam surat Al Hadid ayat 20 :

ْا وُمَلۡعٱ

اَمَّنأَ

ُةَٰوَيَلۡٱۡ

اَيۡنُّلِٱ

ُُۢرُخاَفَتَو ٞةَنيِزَو ٞوۡهَلَو ٞبِعَل

ِفِ ٞرُثاَكَتَو ۡمُكَنۡيَب

ِلََٰوۡمَ ۡلۡٱ

َو

ِدََٰلۡوَ ۡلۡٱ

َبَجۡعَأ ٍثۡيَغ ِلَثَمَك

َراَّفُكۡلٱ

ُهُتاَبَن

ۥ

اٗمَٰ َطُح ُنوُكَي َّمُث اٗ رَف ۡصُم ُهَٰىَ َتََف ُجيِهَي َّمُث

ِفَِو

لۡأٓٱ

َنِ م ٞةَرِفۡفَمَو ٞديِدَش ٞ اَذَع ِةَرِخ

ِ َّللّٱ

اَمَو ُۚٞنََٰو ۡضِرَو

ُةَٰوَيَلۡٱۡ

اَيۡنُّلِٱ

ُعَٰ َتَم لِٗإَّ

ِروُرُفۡلٱ

٢٠

Artinya : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain

hanyalah kesenangan yang menipu” 2) Menjaga lisan dan keutamaannya

Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 34:

مُكَٰىَتاَءَو

َتَمۡعِن ْاوُّدُعَت نوَإِ ُُۚهوُمُ ۡلَۡأَس اَم ِ ُك نِ م

ِ َّللّٱ

َ

لٗ

َّنِإ ٓۗ اَهو ُصۡ ُتُ

َنَٰ َسنِلۡٱۡ

ٞراَّفَك ٞموُل َظَل

٣٤

Artinya : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan

sangat mengingkari (nikmat Allah)”

Diantara nikmat Allah yang luar biasa adalah lisan. Dengan sebab lisan, pemiliknya terkadang diangkat ke derajat yang lebih tinggi. Hal itu terjadi ketika pemiliknya menggunakan lisannya dalam perkara-perkara yang biak. Sebaliknya jika lisan digunakan untuk hal-hal yang buruk, maka lisan menjadikan dirinya hina. Menjaga lisan merupakan bagian dari kesempurnaan islam. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (1/53) dan Muslim (65/1), dari hadis Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulallah SAW bersabda, “Seorang Muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari

bahaya lisan dan tanagnnya”.

3) Hijab dan menundukkan pandangan

Diantara dalil yang memerintahkan mengulurkan jilbab adalah firman Allah SWT :

اَهُّيأَٰٓ َيَ

َنيِلَّٱَّ

ُمُتۡحَكَن اَذِإ ْا وُنَماَء

ِتَٰ َنِمۡؤُمۡلٱ

نِم َّنُهوُمُتۡقَّل َط َّمُث

ۡيَلَع ۡمُكَل اَمَف َّنُهو ُّسَمَت نَأ ِلۡبَق

اَهَنوُّدَتۡعَت ٖةَّدِع ۡنِم َّنِه

ٗ

لَيِ َجَ ا ٗحاَ َس َّنُهوُحِ َسَو َّنُهوُعِ تَمَف

٤٩

Artinya : “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak- anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “(QS. Al-Ahzab:59)

a) Upaya-upaya musuh islam untuk menanggalkan jilbab dan sifat malu bagi muslimah

Musuh-musuh islam telah mengetahui bahwa keluarnya wanita dalam keadaan bertabarruj merupakan salah satu pintu kejelekan dan kerusakan, dan bahwa dengan rusakan wanita akan rusaklah masyarakat. Oleh karena itu, mereka bertekad untuk menanggalkan jilbab dan sifat malu dari para wanita. Sampai-sampai diantara kaum muslimin ada orang yang mengingkari hijab dan berpendapat bahwa jilbab itu mempersempit aktivitas wanita.

b) Larangan mengolok-olok hijab dan para pemakainya

Oleh karena itu janganlah engkau menoleh kepada ucapan orang-orang yang menyimpang. Sebagaimana Allah berfirman :

نِئَلَو

ِبَأ ۡلُق ُۚ ُبَعۡلَنَو ُضوُ َنَ اَّنُك اَمَّنِإ َّنُلوُقَ َلَ ۡمُهَ ۡلَۡأَس

ٱ

ِ َّللّ

ِهِتَٰ َياَءَو

ۦ

ِِلِوُسَرَو

ۦ

َنوُءِزۡهَت ۡسَت ۡمُتنُك

٦٥

َ

لٗ

ۡدَق ْاوُرِذَتۡعَت

ِإ َدۡعَب مُتۡرَفَك

ۡمُكنِ م ٖةَفِئ اَط نَع ُفۡعَّن نِإ ُۚۡمُكِنََٰمي

َيِۡمِرۡ

ُمُ ْاوُن َكَ ۡمُهَّنَأِب ةََۢفِئ اَط ۡ ِ ذَعُن

٦٦

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang

mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain- main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat- Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat

dosa.” (QS. At-Taubah: 65-66)

c) Jagalah kehormatanmu dari para lelaki, serta tutuplah dirimu Janganlah engkau mempedulikan mereka, karena akibat yang baik itu bagi orang-orang yang bertaqwa. Ketahuilah, bahwa jika engkau memakai hijab, engkau harus berniat bahwa engkau memakainya karena menginginkan keridhoan Allah. Janganlah engkau memakainya agar dikatakan baik. Dan janganlah engkau memakainya karena adat. Alangkah mengherankannya orang yang malu memakai hijab. Maka katakanlah kepadanya, apakah engkau malu terhadap mahluk namun tidak malu terhadap Rabbmu? Padahal Dialah penciptamu dan pemberi rizkimu. Engkau menolak perintah penciptamu karena malu kepada manusia? Apakah engkau tidak malu menampakkan perhiasanmu

kepada para lelaki ajnabi (bukan mahram), namun malu kepada manusia jika engkau memakai hijab yang syar’i? Wanita yang bersikap seperti ini terhadap hijab, maka hanya Allah lebih tau tentang keimanannya. Sesungguhnya Allah berfirman:

َلََف

َ

لٗ َّمُث ۡمُهَنۡيَب َرَج َش اَميِف َكوُمِ كَ ُيُ َٰ َّتََّح َنوُنِمۡؤُي لٗ َكِ بَرَوَ

ۡسَت ْاوُمِ لَسُيَو َتۡيَضَق اَّمِ م اٗجَرَح ۡمِهِسُفنَأ ِفِ ْاوُدِ َيَ

اٗميِل

٦٥

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. “(QS. An-Nisa’: 65)

Sebagian wanita memakai jilbab yang syar’i, tetapi mereka bermudah-mudahan. Mereka akan membuka wajah- wajah mereka jika tidak berjumpa dengan laki-laki di jalan. Jika mereka melihat laki-laki, mereka pun menutupi wajah mereka. Hal ini tidaklah pantas, karena terkadang engkau tidak menutupi wajahmu, namun ternyata laki-laki itu telah melihatmu. Bertaqwalah kepada Allah, dan jagalah kehormatanmu dari para lelaki, serta tutuplah dirimu. Di antara doa Nabi di waktu pagi dan sore: “Ya Allah, tutupilah aurat saya dan berilah keamanan dari ketakutan saya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ibnu ‘Umar.

4) Adab-adab wanita keluar rumah a) Berhijab sesuai syariat

Berhijab yang sesuai syariat adalah hijab yang menutupi aurat dengan kain yang tidak tipis, tidak berwarna yang menarik serta tidak ketat. Wanita yang mampu menggunakan niqob/cadar, maka dianjurkan dia memakai cadar ketika takut menimbulkan fitnah ketika diluar rumah. Ketika belum mampu memakai cadar maka tidak mengapa tidak memakainya, akan tetapi tetap diwajibkan untuk menjaga diri dari menimbulkan fitnah yaitu dengan senantiasa menundukkan pandangan ketika berjalan ditempat umum. b) Tidak memakai parfum

c) Pelan-pelan dalam berjalan agar suara alas kakinya tidak terdengar.

Allah berfirman dalam surat An Nur ayat 31

َُّۚنِهِتَنيِز نِم َيِۡفۡ ُيُ اَم َمَلۡعُ ِلَ َّنِهِلُجۡرَأِب َنۡبِ ۡضَۡي َلَٗو

“dan janganlah mereka memukul kakinya (berjalan mengeluarkan suara) agar diketahui perhiasan yang mereka

sempunyikan “

Di masa sekarang, kita diberi cobaan berupa sepatu atau sandal dengan hak tinggi. Kebanyakan wanita akan menggunakannya dan akan didapati sandalnya bersuara. Bahkan terkadang berjalan dengan genit. Benarlah sabda Nabi

wanita adalah aurat, jika dia keluar, setan menghiasinya”,

diriwayatkan At Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud

d) Jika dia seorang wanita berjalan bersama saudarinya dan didekatnya ada laki-laki, maka janganlah dia berbicara dengan saudarinya itu. Hal itu bukan berarti bahsa suara wanita adalah aurat. Tetapi ketika lelaki mendengar suara wanita, terkadang suara itu akan mengantarkannya kepada fitnah

e) Meminta izin ketika hendak keluar rumah kepada suaminya ketika sudah mempunyai suami, atau meminta izin kepada walinya jika belum menikah

f) Keluar rumah harus bersama mahramnya jika keluar rumah dalam rangka safar jauh

g) Tidak berdesak-desakan dengan laki-laki h) Menghiasi diri dengan sifat malu

i) Menundukkan pandangan

c. Kajian Fikih Wanita

Salah satu kajian ilmu yang tak kalah penting bagi seorang wanita yang berumah tangga adalah kajian fikih. Karena nantinya ketika seorang wanita memiliki anak wanita, maka kewajiban seorang ibu untuk mengajari anaknya fikih. Pengajar dalam materi ini adalah Ustadz Arif Ardiansyah, Lc, materi yan disampiakan antara lain :

1.) Adab-adab buang hajat 2.) Wudhu

3.) Haid 4.) Nifas 5.) Istihadzoh

d. Kajian Kesehatan Wanita

Yang keempat adalah kajian bersifat kesehatan dan kecantikan. Yang dimaksut disini adalah kesehatan serta kecantikan dhohir atau yang namp ak. Pada materi ini pengisi didatangkan dari Akademi Kebidanan Ar Rum Salatiga yang juga sekaligus menjabat sebagai direktur disana, bernama Ibu Risnawati, M.Kes. adapun materi yang disampaikan beliau adalah seputar :

1.) Kesehatan reproduksi perempuan 2.) Siklus kehidupan perempuan 3.) Organ reproduksi perempuan 4.) Kehamilan normal

5.) Persalinan normal 6.) Nifas normal 2. Konseling

Selain melakukan kajian rutin, AISHAH juga mempersilahkan pesertanya untuk konsultasi terkait permasalahan yang dihadapinya dan juga keluarganya. Pihak AISHAH memahami bahwa jika hanya melakukan kajian rutin akan tetapi tidak membuka untuk pesertanya konseling, maka upaya tidak akan bisa optimal. Oleh karena itu AISHAH mempersilahkan jika ada pesertanya yang ingin bertanya atau konsultasi dari masalahnya

untuk mencari sosuli. Bertanya disini bisa dengan cara menanyakan langsung ketika sesi tanya jawab saat kajian ataupun dengan menghubungi sendiri ustadz yang hendak ditanyai.(Sumber: Wawancara dengan penanggungjawab AISHAH 11 April 2018). Salah satu permasalahan peserta beserta solusi yang pernah diberikan antara lain :

a. Anak yang kurang bisa diajari ibadah ataupun kebaikan

Tidak sedikit keluarga yang mempunyai masalah seperti ini, di dalam AISHAH pun ada beberapa keluarga yang mempunyai masalah tersebut, salah satu peserta berinisial AU menanyakan hal tersebut. solusi yang disarankan untuk keluarga yang mempunyai masalah seperti itu adalah

1) Selalu berprasangka baik terhadap Allah. Dikarenakan setiap hal yang tidak mengenakkan bagi seorang muslim, dan dengan syarat dihadapi dengan ikhlas dan sabar maka itu akan menjadi pahala baginya.

2) Intropeksi diri, bisa jadi anak-anak itu merupakan gambaran dari dosa-dosa kedua orangtuanya dahulu.

3) Perhatikan rizki yang dibawa pulang ke rumah. Pastikan bahwa harta atau rizki yang anda bawa pulang adalah rizki yang halal, tidak ada satupun yang syubhat bahkan haram. Karena harta haram itu hanya akan menghasilkan generasi yang buruk.

4) Orang tua terus belajar parenting nabawi, bagaimana rasulullah mendidik anak-anak.