• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA LEMBAGA AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA SHALIHAH (AISHAH) DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH (SAMARA) BAGI KELUARGA SALAFI DI SALATIGA - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA LEMBAGA AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA SHALIHAH (AISHAH) DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH (SAMARA) BAGI KELUARGA SALAFI DI SALATIGA - Test Repository"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA LEMBAGA AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA

SHALIHAH (AISHAH) DALAM MEMBANGUN KELUARGA

SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH (SAMARA) BAGI

KELUARGA SALAFI DI SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Nur Afandi

NIM : 211 14 038

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Nur Afandi NIM : 211 14 038

Judul : UPAYA LEMBAGA AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA SHALIHAH (AISHAH) DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH (SAMARA) BAGI KELUARGA SALAFI DI SALATIGA

dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 13 September 2018 Pembimbing,

(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Afandi NIM : 211 14 038

Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syari’ah

Judul Skripsi : UPAYA LEMBAGA AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA SHALIHAH (AISHAH) DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH (SAMARA) BAGI KELUARGA SALAFI DI SALATIGA

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 13 September 2018 Yang menyatakan

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nur Afandi

NIM : 211-144-038

Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syariah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar – benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.

Salatiga, 28 September 2018 Yang menyatakan,

(6)

MOTTO

...

ٖضرۡ

َ

أ ِ ي

َ

أِب ُُۢسۡفَن يِرۡدَت اَمَو ا ٗد

َغ ُبِسۡكَت اَذاَّم ٞسۡفَن يِرۡدَت اَمَو

َّنِإ ُۚ ُتوُمَت

َ َّللّٱ

ُُۢيِبَخ ٌميِلَع

٣٤

“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang

akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha Mengenal”

PERSEMBAHAN

Teruntuk Ayah dan Ibunda tercinta,

Bapak Muhlasin & Ibu Khudzaifah

Serta untuk Kakak,

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT. Rajanya segala raja yang senantiasa melimpahkan karunia tanpa pernah terhitung jumlahnya. Atas tuntunan dan karuniNya-lah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda nabi agung Muhammad SAW. Sang Suritauladan yang paling sempurna sepanjang zaman. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya penulis bukanlan mahluk yang tiada cacat dan kekurangan yang semangatnya selalu membara. Penulis tetaplah manusia biasa yang semangatnya hidup dan padam, sehingga merupakan anugrah yang luar biasa dengan bekal niat, dan dukungan dari banyak pihak akhirnya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “Upaya Lembaga Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Dalam Membangun Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah (SAMARA) Bagi Keluarga Salafi Di Salatiga” Atas

terselesaikanya skripsi ini, penulis menghaturkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga. 3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si., selaku Kepala Jurusan Hukum Keluarga

Islam.

4. Dr. Ilyya Muhsin, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu membimbing dan mengarahkan tanpa henti.

5. Segenap Bapak Ibu Dosen Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

(8)

7. Kedua Orang tua dan keluarga tercinta.

8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Hukum Keluarga Islam angkatan 2014. 9. Keluarga besar LDK Fathir Ar-Rasyid IAIN Salatiga & KAMMI Salatiga 10. Sahabatku yang selalu menemani langkahku di IAIN salatiga, mengarahkan,

menasehati, menamani dan mendoakan.

11. Pihak-pihak yang mendukungku dan memberikanku banyak ilmu serta pengalaman yang namanya tak ingin terungkap.

Penulis tidak mampu membalas dukungan, bimbingan, serta motivasi yang telah diberikan selama ini. Semoga tercatat sebagai amal salih kalian dan ingatlah bahwasanya Allah adalah sebaik-baik pemberi balasan. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan, oleh karenanya penulis berlapang dada menerima kritik, dan saran yang membangun demi perbaikan.

Terimakasih.

Salatiga, 28 September 2018 Muharram 1439 H

(9)

ABSTRAK

Afandi, Nur. Upaya Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Dalam Membangun Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah (SAMARA) Bagi Keluarga Salafi Di Salatiga. Skripsi Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dr. Ilyya Muhsin, M.Si

Kata Kunci : Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Ssalatiga, Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah, Keluarga Salafi Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalehah (AISHAH) merupakan akademi tempat seorang Istri, Ibu dan juga seorang perempuan untuk belajar agama dan ilmu kerumahtanggaan, sehingga diharapkan dapat terbentuk karakter istri dan ibunda shalihah. Lembaga AISHAH ini merupakan lembaga yang didirikan oleh beberapa orang yang memiliki pemahaman bermanhaj salafi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Apa upaya yang dilakukan Lembaga Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA)?, 2) Faktor apa saja yang mendorong serta menghambat upaya yang dilakukan Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga?

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosoilogis normatif. Subjek penelitian ini adalah lembaga AISHAH yang dilakukan di kantor Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga yakni di Gedung Griya Qur’an Tartiilaa Jl. Jendral Sudirman 274 B Mrican Salatiga. Tehnik pengumpulan data penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.

(10)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Telaah Pustaka ... 9

G. Metode Penelitian ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

A. Pengertian Keluarga SAMARA ... 19

(11)

C. Pentingnya Membangun Keluarga SAMARA... 27 D. Upaya Membangun Keluarga SAMARA ... 28 E. Contoh Kehidupan Keluarga SAMARA Rasulullah ... 32 BAB III HASIL PENELITIAN

A. Profil Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH) ... 36 B. Upaya Lembaga AISHAH Dalam Membangun Keluarga SAMARA

Bagi Keluarga Salafi Di Salatiga ... 40 1. Mengadakan Kajian Rutin ... 40 2. Konseling ... 58 C. Faktor Pendorong dan Penghambat Upaya AISHAH Membangun Keluarga

SAMARA Bagi Keluarga Salafi di Salatiga ... 64 BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis Upaya AISHAH Dalam Membangun Keluarga SAMARA ... 69 B. Analisis Faktor Pendorong dan Penghambat Upaya AISHAH

Membangun Keluarga SAMARA... 79 BAB V PENUTUP

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT telah mentakdirkan semua di alam ini dalam keadaan berpasang– pasangan , semua itu tidak lain agar terjadi keseimbangan di alam ini serta mampu saling melengkapi, Allah ciptakan siang dan Allah ciptakan malam, Allah ciptakan matahari Allah juga ciptakan bulan, Allah ciptakan panas Allah ciptakan dingin, dan yang lain sebagainya. Tak terkecuali Allah juga ciptakan manusia dalam dua jenis, yaitu Laki laki dan Perempuan. Sebagaimana firman Allah SWT surat Adz-Dzariat ayat 49

نِمَو

َنوُرَّكَذَت ۡمُكَّلَعَل ِ ۡيَۡجۡوَز اَنۡقَلَخ ٍءۡ َشَ ِ ُك

٤٩

Artinya : “dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah.”

Manusia diciptakan Allah SWT berpasang-pasang juga dengan tujuan yang sama yaitu saling melengkapai serta membantu bersinergi dalam menjalani kehidupan ini agar kehidupan yang dijalaninya berjalan seimbang dengan melalui jalan pernikahan.

(13)

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” .

Dalam islam, pernikahan mempunyai tujuan yang mulia yaitu membentuk keluarga yang kekal baahagia tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Selain itu pernikahan juga sebagai sarana seorang manusia melimpahkan hasrat nafsunya serta sebagai jalan untuk melanjutkan keturunan sebagaimana firman Allah SWT Surat Ar- Rum ayat 21

ۡنِمَو

“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Dan juga firman Allah SWT dalam Surat An Nisa ayat 1

اَهُّي

أَٰٓ َي

َ

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga

(14)

Untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah atau sering disingkat dengan samara, maka perlu adanya peran dari setiap orang yang terlibat di dalam keluarga tersebut. Baik itu suami istri serta anak ataupun keluarga kedua belah pihak. Karena memang menikah tidak hanya menyatukan dua manusia yang berbeda tapi juga menyatukan dua keluarga. Akan tetapi memang tak bisa dipungkiri bahwa yang mengambil peranan utama adalah yang menjadi pemeran utama yaitu sang suami dan istri, keduanya memiliki peran yang penting dalam mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Istri dalam mengambil perannya dalam keluarga sangatlah menentukan tingkat kesakinahan, suami sebagai pemimpin keluarga dan istri sebagai yang dipimpin harus saling memahami satu sama lain. Apalagi nanti kalau sudah melahirkan seorang anak, maka istri juga berperan sebagai ibu, maka akan bertambah pula tanggung jawab seorang istri dalam menentukan kesakinahan keluarga.

(15)

merupakan gerakan keislaman yang bertujuan menegakkan nilai-nilai kemurnian islam, serta menghapus segala bentuk kesyirikan dan hal yang baru dalam beragama (bid’ah).

Berdasarkan dari latar belakang tersebut penulis ingin melakukan penelitian dan menyusun sebuah skripsi dengan mengangkat judul UPAYA LEMBAGA AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA SHALIHAH (AISHAH) DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH, WA RAHMAH (SAMARA) BAGI KELUARGA SALAFI DI SALATIGA

B. Fokus Penelitian

Dari berbagai pemaparan yang dijelaskan sebelumnya, penulis fokus pada beberapa permasalahan yakni :

1. Apa upaya yang dilakukan Lembaga Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) ?

2. Faktor apa saja yang mendorong serta menghambat upaya yang dilakukan Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga ?

C. Tujuan

Skripsi ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

(16)

2. Untuk mengetahui faktor pendorong serta penghambat upaya yang dilakukan Aakademi Istri dann Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawadah, warahmah.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap, melalui penelitian ini semua kalangan dapat merasakan banyak manfaat, diantaranya:

1. Manfaat Teoristis

a. Menambah wawasan keilmuan dibidang hukum syariah terutama dalam bidang keluarga sakinah, mawadah warahmah.

b. Menambah sumber referensi dan bahan rujukan untuk penulis selanjutnya mengenai kelurga sakinah, mawadah , warahmah.

2. Manfaat Praktis a. Untuk Masyarakat

1) Masayarakat mengenal lebih jauh pentingnya keluarga sakinah sebagai salah satu tujuan dalam berumah tangga.

2) Masyarakat mengetahui adanya Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga sebagai salah satu forum dalam memberikan sumbangsih terwujudnya keluarga sakinah.

3) Masyarakat terinspirasi untuk turut membantu mewujudkan keluarga sakinah sehingga dapat mengurangi angka perceraian.

(17)

1) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi kepada pemerintah dalam mengupayakan terwujudnya keluarga sakinah khususnya di kota Salatiga.

2) Mampu menjadi salah satu sarana rujukan dalam mengimplementasikan konsep keluarga sakinah..

E. Penegasan istilah

Judul yang dipilih oleh penulis adalah “UPAYA LEMBAGA

AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA SHALIHAH (AISHAH) DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH, WA RAHMAH (SAMARA) BAGI KELUARGA SALAFI DI SALATIGA”. Oleh karena itu perlu kiranya penulis memberikan definisi istilah-istilah tersebut supaya lebih mudah memahami penelitian ini.

1. Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga

Akademi Istri dan Ibunda Shalihah yang selanjutnya penulis tulis dengan nama singkatannya yaitu “AISHAH” adalah salah satu lembaga

(18)

keluarga sakinah-pun pasangan suami istri kerap menemui kesulitan. Lahirnya AISHAH Salatiga merupakan upaya mewujudkan keluarga sakinah mawadah warahmah. AISHAH Salatiga adalah lembaga pendidikan dimana orang-orang dari berbagai kalangan, dari berbagai profesi yang mendambakan sebuah keluarga sakinah. Lembaga ini berdiri sekitar 2 tahun yang lalu, yakni pada tahun 2015 dan berkantor di Kota Salatiga.

2. Keluarga Sakinah, Mawadah Wa Rahmah

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari beberapa orang yang memilki kedudukan dan peranan masing-masing. Dalam hal ini, Suyekti (1994: 11) menyatakan bahwa keluarga adalah ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian baik bersama anak ataupun tidak yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Sedangkan Sakinah sendiri diartikan sebagai kedamaian. Sakinah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kedamaian; ketentraman; ketenangan; dan kebahagiaan (Depdiknas, 2000: 980).

(19)

menghindarkan orang yang dicintainya dari segala hal yang buruk, dibenci dan menyakitinya. Adapun kata rahmah, setelah diadopsi dalam Bahasa Indonesia ejaannya disesuaikan menjadi rahmat yang berarti kelembutan hati dan perasaan empati yang mendorong seseorang melakukan kebaikan kepada pihak lain yang patut dikasihi dan disayangi. Karena itu, kedamaian dan kesejukan berumah tangga akan terbina dengan baik, harmonis serta penuh cinta kasih dan semangat berkorban bagi yang lain.

Berbagai definisi diatas menjelaskan bahwa keluarga sakinah, mawadah wa rahmah adalah keluarga yang dipenuhi dengan kedamaian, ketenangan dan keserasian atas dasar niatan beribadah kepada Allah. 3. Keluarga Salafi

Keluarga salafi yang dimaksud disini adalah keluarga yang bermanhaj salaf, dalam artian memiliki pemahaman dalam beragama yang merujuk kepada Al Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman generasi terbaik

islam. Salafi bukanlah organisasi keislaman, organisasi masyarakat ataupun kelompok, akan tetapi merupakan ideologi pemikiran atau pemahaman dalam beragama. Manhaj salaf merupakan pemikiran sedangkan salafi merupakan sebutan bagi pengikuti manhaj salaf.

(20)

Untuk itulah mengapa dakwah Salafi selalu mengajak memurnikan Islam dengan cara membersihkan umat dari tambahan-tambahan yang dianggap menyesatkan yangg sering disebut bid’ah dan khurafat, serta merasa berkewajiban membimbing umat kembali kepada ajaran yang benar menurut ukuran pemahaman mereka, yaitu kembali ke kemurnian ajaran agama islam yang berdasarkan Al Quran dan Sunnah sesuai pemahaman Salafus Shalih. Gerakan pemurnian aqidah seperti ini sudah dimulai sejak abad ke 6 Hijriyah, oleh Imam Taqiyyudin Ibnu Taimiyyah, lahir di Hiran pada Senin 12 Rabiul Awal 661 H (1262 M) , yang kemudian usaha yang mulia tersebut dilanjutkan oleh murid kesayangannya yaitu Ibnu Al Qayyim Al Jauzie. (Badrie, xviii: 1984)

F. Telaah Pustaka

Selain penelitian ini banyak sekali buku, artikel, majalah, jurnal dan karya tulis lainya yang membahas mengenai keluarga sakinah. Diantaranya adalah berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh Khusnul Chotimah. Penelitian tersebut adalah skripsi Mahasiswa STAIN Salatiga Progdi Ahwal Al-Syakhshiyyah dengan judul “Peran Badan Penasihat Pembinaan dan

Pelestarian Perkawinan“. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah

(21)

membina keluarga sakinah dalam rumah tangga, selain penyuluhan BP4 juga memberikan layanan bantuan bantuan dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam rumah tangga. Adapun faktor penghambat BP4 antara lain kurang sadarnya masyarakat dalam menggunakan jasa BP4 serta masih kurangnya koordinasi yang baik antara msyarakat dengan BP4.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Khoirul Anam Mahasiswa IAIN Salatiga dengan judul “Keluarga Sakinah dan Dzikir (Studi atas Peran Majelis

Dzikir Al-Khidmah dalam Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Semarang)”. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kegiatan dan amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah, bagaimanakah pengalaman jama'ah Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang dalam pembentukan keluarga sakinah dan bagaimana peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam membentuk keluarga sakinah. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa kegiatan dan

amaliyah yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Al Khidmah meliputi istighasah,

majelis tahlil, maulid, manakib, khotmil qur’an majelis kirim doa kepada oran tua dan guru-guru. Sedangkan pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang selama mengikuti Majelis mereka merasakan ketenangan jiwa dan rohani ketika mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah. Dan ternyata Majelis Dzikir Al Khidmah mempunyai peran dan manfaat dalam membentuk kelurga sakinah. Diantaranya yaitu para jama’ah yang aktif dan istiqomah dalam

(22)

Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Nur Fitria Primastuti, penilitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Konsep dan Kegiatan “Komunitas Rumah Jodoh” dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di Salatiga”

ini memiliki rumusan masalah Bagaimana pandangan keluarga sakinah menurut “Komunitas Rumah Jodoh”, bagaimana kegiatan yang diselenggarakan

“Komunitas Rumah Jodoh”, apakah konsep keluarga sakinah dan bentuk kegiatan “Komunitas Rumah Jodoh” sudah sesuai dengan Hukum Islam. Dari

(23)

Hukum Islam. Kegiatan Komunitas Rumah Jodoh sebagai upaya mewujudkan keluarga sakinah juga senada dengan upaya mewujudkan keluarga sakinah berdasarkan tinjauan hukum islam.

Penelitian diatas memberikan keterangan bahwa banyak sekali forum atau lembaga yang mampu memberikan dorongan dan bantuan kepada masyarakat untuk dapat mewujudkan keluarga sakinah. Baik lembaga dari pemeritah maupun non pemerintah. Akan tetapi dari ketiga lembaga tersebut memilki cara yang berbeda dalam membantu mengupayakan terciptanya keluarga sakinah di masyarakat. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis berusaha menyajikan forum/lembaga yang lain yang dinilai mampu memberikan kontribusi membangun keluarga sakinah yakni melalui Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian berfungsi untuk mengetahui suatu masalah yang akan diteliti, baik ilmu-ilmu sosial, ilmu hukum, maupun ilmu lainya (Zainudin, 2009: 21) oleh karenanya, perlu penulis sampaikan perihal metode penelitian yang penulis gunakan:

1. Pendekatan

(24)

berfungsi sebagai penunjang untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi temuan bahan bagi keperluan penelitian atau penulisan hukum (Zainudin, 2009: 105).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dimana data yang didapatkan adalah dalam bentuk penelitian lapangan dan tidak berupa angka-angka. Penelitian dengan jenis Kualitatif adalah jenis penelitian yang memusatkan perhatianya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola yang menganalisa gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan kebudayaan masrayarakat yang bersangkutan untuk memeroleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku (Burhan, 2013: 21).

Jenis penelitian kualitatif adalah penelitian berupa pengamatan-pengamatan yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga dalam penelitian ini akan diketahui upaya Upaya Lembaga Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (Aishah) Dalam Membangun Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah (Samara) Bagi Keluarga Salafi Di Salatiga.

3. Sumber data

Dalam sebuah penelitian, umumnya digunakan dua data, yakni data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

(25)

Keluarga Salafi Di Salatiga” adalah data hasil wawancara mengenai profil Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga, bentuk kegiatan dan materi-materi yang diajarkan oleh AISHAH, serta penanganan AISHAH terhadap anggota yang mempunyai masalah. Data primer juga mencakup data yang dimiliki AISHAH, dokumentasi berupa foto-foto, latar belakang pengurus dan anggota, dan lain sebagainya. b. Data Sekunder

Data Sekunder ini meliputi semua data pendukung yang tidak masuk dalam kategori data primer, data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari literatur-literatur yang ada, baik dari buku-buku yang berkaitan dengan keluarga sakinah maupun majalah/surat kabar/ artiker yang terkait dengan penelitian ini.

4. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kantor Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga yakni di Gedung Griya Qur’an Tartiilaa Jl.

Jendral Sudirman 274 B Mrican Salatiga. Penelitian juga di lakukan dalam pertemuan-pertemuan Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga di berbagai tempat.

Lokasi tersebut menjadi penting untuk di teliti karena penulis akan terjun secara langsung ke lokasi dan kegiatan-kegiatan Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga. Selain itu, lokasi yang mudah di jangkau semakin memudahkan peneliti dalam mencari data-data yang bersumber dari hasil observasi di loksasi tersebut.

(26)

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian lapangan, berupa:

a. Observasi

Observasi merupakan tindakan yang dilakuakan dalam menggali data dan informasi terhadap objek yang tidak terbatas. Pada penelitian kali ini penulis akan melakukan observasi partisipatif, yakni peneliti terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang di amati atau digunakan sebagai sumber data penelitian.

Observasi partisipasi yang dipilih oleh penulis berjenis moderat. Sugiyono (2013: 227) menjelaskan bahwa Partisipasi moderat adalah observasi dimana dalam kegiatanya terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut secara pertisipatif dalam beberapa kegiatan, tapi tidak semuanya.

Obyek penelitian dalam penelitian kulitatif yang diobservasi terdiri dari beberapa hal, yakni:

1) Tempat: Observasi akan dilakukan di kantor Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga yakni di di Gedung Griya Qur’an Tartila Jl. Jendral Sudirman 274 B Mrican Salatiga, Salatiga.

Serta di lokasi-lokasi kegiatan yang lain yang diselenggarakan oleh Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga.

(27)

3) Aktifitas: Selain tempat dan para pelaku di Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga, penulis juga akan melakukan observasi terhadap aktifitas-aktifitas/kegiatan yang berlangsung dalam Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga. b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu upaya yang digunakan untuk memeroleh informasi tentang hal-hal yang tidak dapat diperoleh lewat pengamatan yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari subjek penelitian yang lebih mendalam. Teknik pengumulan data ini mendasarkan dari pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2013: 231)

(28)

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sangat penting yang dapat berupa surat-surat, foto-foto, karya maupun video. Selain menggunkanan Observasi dan wawancara dalam proses melakukan penelitian, penulis juga akan menggunakan dokumen-dokumen yang terkait dengan bahan penelitian guna mengumpulkan data terkait yang dapat berupa foto-foto, video, rekaman, tulisan-tulisan serta karya-karya lainya.

d. Analisis Data

Ananlisis data adalah sebuah proses mencari dan menyususn data secara sistematis yang diperoleh dari hasil pengumpulan data yakni mulai dari observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan cara mengelompokkanya kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyususn kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari kemudian membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami. Proses analisis data adalah proses untuk memecahkan hipotesa-hipotesa dengan bersumber dari data yang telah dikumpulkan baik dilapangan dan lain sebagainya.

(29)

di rancang diawal penelitian ini, kemudian melakukan interpretasi guna menemukan jawaban dari rumusan masalah.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian, hendaknya disusun dengan sistematika yang baik dan benar sehingga memudahkan pembaca supaya lebih fokus dan terarah kepada. Sistematika yan digunakan dalam enulisan penelitian ini sebagai berikut :

Bab satu adalah pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, telaah pustaka, analisis data dan sistematika pembahasan.

Bab dua adalah kajian pustaka, yang berisi tentang tinjauan secara umum mengenai konsep keluarga sakinah dan cara-cara mewujudkan keluarga sakinah.

Bab tiga adalah hasil penelitian, yaitu uraian mengenai data-data yang didapat dari tinjauan lapangan. Berisikan profil Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga serta upaya yang dilakukan Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga dalam membangun keluarga sakinah serta kesakinahan bagi para pesertanya dan apa saja faktor pendukung serta penghambat upaya AISHAH membentuk keluarga sakinah, mawadah warahamah.

Bab empat adalah analisa, yaitu hasil pemikiran penulis dengan menganalisa data yang sudah didapatkan di lapangan.

(30)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah

Menurut bahasa sakinah akar kata sakinah berasal dari اًنوُكُس ُنُكْسَي َنَكَس artinya tenang ,tidak bergerak, diam (Yunus. 2007: 174). Sedangkan ditinjau dari segi arti, sakinah mempunyai arti al-waqaar Ath-thuma’ninah, dan al-mahabbah, yang jika diartikan dalam bahasa indonesia berarti ketenangan hati, ketentraman, dan kenyamanan. (Munawir. 1997: 637&984)

Secara khusus, kata ini disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 6 kali, yaitu

dalam surat Al-Baqarah ayat 248, At-Taubah ayat 26 dan 40, Al-Fath ayat 4, 18, dan 26 (Zakariyah. 1983:443). dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa sakinah itu dihadirkan oleh Allah SWT kepada hati para Nabi dan orang-orang beriman agar sabar dan tabah menghadapi rintangan, musibah serta cobaan.

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam nomor : DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah ketentuan Umum Pasal 1 menjelaskan bahwa Keluarga Sakinah adalah keluarga yang didasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara serasi dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara internal keluarga dan lingkungannya, mampu memahami, mengamalkan dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah.

(31)

terpisah dan sendiri-sendiri, akan tetapi justru ketiga suku kata tersebut menjadi satu yang dihubungkan dengan kata keluarga. Oleh karena itu, tidak perlu dibedakan mana keluarga sakinah, mana keluarga yang mawaddah dan mana keluarga rahmah, tapi yang lebih tepat adalah sebuah keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah.

Achmad Kifni dalam bukunya yang berjudul 101 Nasehat Keluarga Sakinah (1996) memaparkan bahwa keluraga sakinah mawaddah w rahmah menurut islam berbeda dengan pengertian keluarga bahagia dan juga keluarga sejahtera. Jika keluarga bahagia secara umum adalah keluarga yang dalam kehidupannya terpenuhi kebutuhan rohaninya, yaitu hidup yang tentram, aman dan damai serta diliputi rasa cinta, kasih dan sayang. Sedangkan pengertian keluarga sejahtera secara umum adalah keluarga yang terpenuhi kehidupan jasmaninya yaitu cukup pangan, sandang dan papan serta terpelihara kesehatannya. Dengan demikian pengertian keluar sakinah adalah gabungan dari keduanya , yaitu keluarga yang terpenuhi kebutuhan rohani dan jasmani, keluarga yang hidupnya senang dan selamat jasmani rohani, senang dan selamat dunia akhirat.

Definisi lain dari keluarga sakinah mawaddah wa rahmah bisa di lihat sebagaimana yang tertuang dalam Al Quran Surat Ar-Rum ayat 21 , yang berbunyi

ۡنِمَو

ِهِتََٰياَء

ۦ

َلَعَجَو اَهۡ َلَِإ

ْا وُنُكۡسَتِ ل اٗجََٰوۡزَأ ۡمُكِسُفنَأ ۡنِ م مُكَل َقَلَخ ۡنَأ

ُۚ ةَ ۡحَۡرَو ٗةَّدَوَّم مُكَنۡيَب

َنوُرَّكَفَتَي ٖمۡوَقِ ل ٖتََٰيلَأٓ َكِلََٰذ ِفِ َّنِإ

(32)

Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”

Ahmad Mubarok dalam bukunya Nasehat Perkawinan dan Konsep Hidup Keluarga, (2006 : 8) menjelaskan pengertian keluarga sakinah mawaddah wa rahmah menggunakan tiga makna yang terkandung dalam ayat tersebut, yaitu:

a. Litaskunu ilaiha, artinya supaya tenang. Maksudnya supaya perkawinan dapat menyebabkan ketenangan jiwa bagi pelakunya.

b. Mawaddah, membina rasa cinta. Akar kata mawaddah adalah wadada

(membara atau menggebu-gebu) yang berarti meluap tiba-tiba, karena itulah pasangan muda dimana rasa cintanya sangat tinggi yang termuat kandungan cemburu, sedangkan rasa sayangnya masih rendah, banyak terjadi benturan karena tak mampu mengontrol rasa cinta yang terkadang sangat sulit terkontrol.

c. Rahmah, yang berarti sayang. Bagi pasangan muda rasa sayangnya demikian rendah sedangkan rasa cintanya sangat tinggi. Dalam perjalanan hidupnya semakin bertambah usia pasangan, maka kasih sayangnya semakin naik, sedangkan mawaddah nya semakin menurun. Itulah kita melihat kakek-kakek dan nenek-nenek kelihatan mesra berduaan, itu bukan gejolak wujud cinta (mawaddah) yang ada pada mereka tetapi sayang (rahmah).

(33)

berteman (Hamka. 2005 : 59). Lalu si laki-laki mencari-cari si perempuan sampai dapat dan si perempuan menunggu-nunggu si laki-laki sampai datang. Maka hidup pun dipadukanlah jadi satu. Karena hanya dengan perpaduan jadi satu itulah akan dapat langsung pembiakan manusia.

Dan dijadikan di antara kamu cinta dan kasih sayang, Hamka menafsirkan bahwa cinta dan kasih sayang akan sendirinya tumbuh. Tentang

mawaddatan wa rahmatan. Cinta dan kasih sayang yang tersebut dalam ayat itu, dapatlah ditfsirkan bahwa mawaddatan yang kita artikan dengan cinta, ialah kerinduan seorang laki-laki kepada seorang perempuan dan seorang perempuan kepada seorang laki-laki yang dijadikan Allah thabi’at atau kewajaran dari hidup itu sendiri. (Hamka. 2005: 65)

Tiap-tiap laki-laki yang sehat dan perempuan yang sehat, senantiasa mencari teman hidup yang disertai keinginan menumpahkan kasih yang disertai kepuasan bersetubuh. Bertambah terdapat kepuasan bersetubuh, bertambah termaterailah mawaddatan atau cinta kedua belah pihak. Oleh sebab itu maka tidak ada salahnya dalam pandangan ajaran Islam jika kedua belah pihak suami-isteri membersihkan badan, bersolek, berharum-haruman wangi-wangian, hingga mawaddatan itu bertambah mendalam kedua belah pihak. Tetapi sudahlah nyata bahwa syahwat itu tidaklah terus-menerus selama hidup. Apabila badan sudah mulai tua, laki-laki sudah lebih dari 60 tahun dan perempuan sudah mencapai 50 tahun, syahwat dengan sendirinya mulailah mengendur. Tetapi karena hidup bersuami-isteri itu bukan semata-mata

(34)

anak-anak dan cucu-cucu sudah besar-besar, sudah dewasa, bahkan sudah tegak pula ke tengah masyarakat. (Hamka. 2005: 77)

B. Ciri- Ciri Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah

Departemen Agama RI dalam Buku Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah yang dikeluarkan Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji Direktorat Urusan Agama Islam (2005: 25-28), membagi kriteria keluarga sakinah menjadi 5 kriteria , yaitu :

1. Keluarga pra sakinah, yaitu keluarga yang dibentuk bukan melalui ketentuan perkawinan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan material (basic need ) secara minimal, seperti keimanan, shalat,zakat, fitrah, puasa, sandang, pangan, papan dan kesehatan.

2. Keluarga sakinah I, yaitu keluarga yang dibangun atas perkawinan yang sah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara minimal tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan social psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam keluarganya , mengikuti interaksi social keagamaan dengan lingkungannya.

(35)

4. Keluarga sakinah III, yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, ahklaqul karimah, social psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.

5. Keluarga sakinah III plus, yaitu keluarga yang telah memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan dan ahklaqul karimah secara sempurna, kebutuhan sosial psikologis, dan pengembangannya serta dapat menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.

Keluarga sakinah memiliki banyak sekali indikator yang bisa digunakan sebagai acuan, selain itu beberapa ciri-ciri keluarga sakinah yang bisa digunakan menjadi tolak ukur yakni sebagai berikut: (Surya, 2003:401)

1. Berdasarkan ketauhidan

Tauhid merupakan pondasi beribadah seorang muslim, karena membangun keluarga merupakan salah satu bentuk beribadah kepada Allah SWT, maka itu juga harus didasari dengan tauhid yaitu semata-mata keyakinan kepada Allah SWT dan di niatkan untuk mencari keridhoan-Nya. 2. Bersih dari syirik

Ini juga merupakan bagian dari ketauhidan, bahwa syarat utama ketauhidan adalah bersih dari noda syirik. Demikianlah suatu keluarga sakinah harus bebas dari segala bentuk kesyirikan yang menyesatkan kehidupan keluarga.

3. Keluaraga yang penuh dengan kegiatan ibadah

(36)

berkeluarga. Keluarga sakinah harus selalu hari-harinya dihiasai dengan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

4. Terjadinya hubungan yang harmonis intern dan ekstern

Hubungan yang baik antar anggota keluarga merupakan kunci terwujudnya rasa saling nyaman di dalam keluarga. Demikian pula hubungan dengan pihak diluar keluarga, baik itu tetangga , saudara atau orang lain. Keluarga sakinah haruslah mampu menyebarkan ketenangan serta kebahagiaan bukan hanya untuk anggota keluarganya saja tetapi juga untuk tetangga , saudara ataupun orang lain.

5. Segenap anggota keluarga pandai bersyukur

Banyak sekali kenikmatan yang Allah berikan kepada hamba-Nya, baik lahir maupun batin, baik diperoleh dalam keluarga atau diluar keluarga. Keluarga sakinah akan selalu merasa bersyukur bahwa segala kebaikan yang diperolehnya berasal dari Allah SWT.dan apabila ditimpa suatu musibah pun mereka senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT.

6. Terwujudnya kesejahteraan ekonomi

Tidak dapat dipungkiri seeseorang hidup haruslah memperhatikan masalah ekonominya, apalagi didalam berkeluarga. Keluarga sakinah adalah keluarga yang mampu dalam masalah ekonominya. Mungkin tidak harus kaya raya serta berlimpah, akan tetapi mampu disini diartikan mampu dalam mengatur ekonomi sehingga berapapun yang didapatkan bisa dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

(37)

kewajibannya dengan baik. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim (2016:662) menyebutkan hak suami dan istri adalah sebagai berikut: 1. Hak suami atas istrinya

a. Taat melaksanakan perintah suami

b. Tetap tinggal dirumah dan tidak keluar kecuali dengan izin suami c. Menuruti kemauan suami selama tidak melanggar syariat

d. Melayani suami dan anak-anaknya sebaik mungkin e. Menjaga kehormatan dirinya, serta keluarganya

f. Berterimakasih kepada suami serta merasa cukup dengan apa yang diberikan suami

g. Tidak berbuat hal yang menyakitkan dan membuat marah 2. Hak istri atas suami

a. Berlaku baik terhadap istri b. Mengajarkan agama kepada istri c. Tidak menyakiti hati maupun fisik

d. Menyediakan tempat tinggal serta memenuhi nafkah istri

(38)

keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Adapun penjelasan dari sakinah mawaddah wa rahmah sudah dibahas pada bab sebelumnya.

C. Pentingnya Membangun Keluarga Sakinah

Keluarga merupakan unsur dasar terbentuknya masyarakat dan elemen terkecil dari sebuah negara. Negara akan baik jika masing-masing keluarga baik. Baik dan tidaknya keluarga tergantung bagaimana suasana keluarga tersebut (Abidin, 2016: vii). Seperti itulah kiranya betapa pentingnya keluarga sakinah dalam ranah yang lebih luas.

Lebih dari itu, urgensi keluarga sakinah dalam kehidupan pribadi seorang muslim adalah menjadi tolak ukur pribadi tersebut. Seperti apa keluarga kita maka itu bisa menjadi cerminan diri sendiri, sebagaimana sabda Nabi SAW :

مكيخ

مكيخ

ليهلۡ مكيخ انأو هلهلۡ

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku yang terbaik terhadap keluragaku” (HR. At Tirmidzi No. 3895)

(39)

nantinya keturunan yang lahir karena didikan dari keluarga sakinah akan menjadi generasi yang baik serta mampu melanjutkan kebaikan orang tuanya.

Selain itu, pentingnya keluarga sakinah juga terdapat didalam Al- Quran surat At-Tahrim Ayat 6, Allah SWT berfirman :

اَهُّي

أَٰٓ َي

َ

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan

apa yang diperintahkan”

Pada ayat diatas Allah memerintahkan seorang muslim untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka, dari keburukan yang terjadi di hari pembalasan, dan salah satu cara agar bisa menyelamatkan seseorang dan keluarganya dari api neraka adalah dengan menjadikan keluarga di dunia menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah sesuai yang islam anjurkan.

D. Upaya Membentuk Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah

(40)

dimulai dari seseorang mencari pasangan hidupnya, karena nantinya itu yang menjadi pondasi dasar untuk mngarungi bahtera rumah tangga.

Adapun kriteria pasangan yang dianjurkan dalam islam adalah sebagai berikut (Musthafa, 2016: 40)

1. Kriteria istri a. Taat beragama

b. Lembut dan penuh kasih sayang c. Dianjurkan seorang gadis d. Subur

e. Menyenangkan jika dipandang 2. Kritria suami

a. Taat beragama

b. Memiliki ilmu agama yang cukup c. Mampu memenuhi nafkah

d. Lemah lembut terhadap istri e. Sekufu dengan istri

f. Tidak mandul

(41)

1. Meningkatkan Ilmu Agama

Ilmu yang utama dan pertama dipelajari adalah Aqidah yang lurus, karena itulah yang menjadi dasar utama untuk beragama. Setelah itu kemudian belajar Al Quran , Hadis Nabi serta sumber hukum lainnya dalam Islam. Hal tersebut tentunya dilakukan dengan rutin dan dengan dipandu oleh ahli ilmu.

2. Menanamkan amaliyah ibadah sesuai tuntunan syariat

Ilmu saja tidak cukup , keluarga sakinah harus berusaha senantiasa membiasakan diri mengamalkan ilmu yang didapatkan.

3. Menjadi sosok yang baik untuk diteladani

Baik suami ataupun istri harus senantiasa memperbaiki diri sehingga bisa menjadi sosok teladan, baik itu untuk pasangan mereka, anak-anak maupun masyarakat sekitar.

4. Memupuk cinta kepada keluarga dan kerabat

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memupuk cinta diantara keluara serta kerabat, hal tersebut harus sering dilakukan agar menjadi saling akrab. Bisa dengan mengadakan waktu khusus untuk berkumpul keluarag dan silaturahmi ke kerabat dekat maupuan jauh.

Salah satu yang bisa dilakukan pasangan suami istri untuk menggapai keluarga sakinah menurut islam adalah dengan mewujudkan keharmonisan keluarga (Zaini. 2004: 10). Langkah-langkah dalam memupuk keharmonisan keluarga dijabarkan sebagai berikut:

(42)

Diantara suami kistri hendaknya saling memahami dan mengerti tentang keadaan masing-masing secara fisik maupun mental. Perlu diketahui bahwa suami istri sebagai manusia masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Masing-masing sebelumnya tidak saling kenal, bertemu setelah dewasa tidak hanya berbedaa jenis tetapi juga berbeda sikap, tingkah laku dan pandangan hidup.

2. Saling menerima kenyataan

Suami istri hendaknya sadar bahwa yang namanya jodoh, rezki dan ajal merupakan kekuasaan Allah, tidak dapat ditebak oleh manusia sendiri meskipun sebagai manusia diharuskan untuk berikhtiar. Akan tetapi hasil tetaplah ditangan yang Maha Kuasa dan hal tersebut harusnya mampu diterima oleh manusia. Harus sadar bahwa semua itu merupakan pilihan terbaik yang Allah SWT takdirkan untuk seseorang.

3. Saling melakukan penyesuaian diri

Penyesuaian dalamm keluarga berarti setiap anggota keluarga berusaha saling mengisi kekurangan yang ada pada masing-masing. Penyesuaian seperti ini tidak bisa dilakukan secara cepat, butuh waktu lama dan harus selalu melakukan penyesuaian diri.

4. Memupuk rasa cinta

(43)

Allah SWT. karena itulah yang akan membuat cinta tetap ada meskipun usia sudah tidak lagi muda.

5. Melaksanakan asas musyawarah

Dalam kehidupan berkeluarga maka sadarilah keluarga adalah kebersamaan, dimana setiap keputusan yang diambil berisiko kepada semua anggota keluarga. Maka perlu kiranya keluarga untuk senantiasa bermusyawarah ketika akan mengambil keputusan terkait kehidupan keluara. 6. Suka memaafkan

Diantara suami istri harus ada sikap memaafkan. Hal tersebut penting karena tidak jarang persoalan yang kecil menjadi besar karena tidak ada sifat saling pemaaf.

7. Berperan serta untuk kemajuan bersama

Masing masing anggota keluarag harus saling membantu pada setiap usaha untuk meningkatkan kemajuan bersama yang pada tahap selanjutnya menjadi kebaahagiaan keluarga.

E. Contoh Kehidupan Keluarga SAMARA Rasulullah

Sebagai seorang muslim, tentunya contoh terbaik dalam tema keluarga sakinah adalah keluarganya Rasulullah, sebuah hadis yang menjadi jaminan dari sang Rasul, hadis yang diriwayatkan oleh salah satu istri beliau, ‘Aisyah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

ْمُكُ ْيَخ

ْمُكُ ْيَخ

(44)

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya.

Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku” [HR. At Tirmidzi no: 3895

dan Ibnu Majah no: 1977)

Hadis yang diriwayatkan dari istri beliau ini merupakan jaminan bagi ummatnya bahwa teladan terbaik ummat islam adalah beliau dan juga merupakan persaksian dari istri beliau, bahwa Rasulullah adalah suami yang baik bagi istri-istrinya.

Berikut akan dipaparkan beberapa point contoh keteladanan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah yang diajarkan Rasulullah:

1. Bersikap lemah lembut terhadap istri

Diriwayatkan oleh Aisyah ra, nabi SAW adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750) 2. Memberi hadiah

Mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang bahwa pada saat tertentu, suami memberikan hadiah kepada istri dan juga sebaliknya. Seperti itulah yang diajarkan oleh Rasulullah. Dapat dibayangkan, ketika peradaban masih belum maju seperti sekarang ini, beliau sudah melakukan hal yang tidak hanya membahagiakan istri, namun sekaligus mencerminkan penghargaan kepada perempuan kala itu, dimana perempuan kala iu dianggap rendah dan hina oleh kaum lelaki. (Salman, 2013: 146)

(45)

Rasulullah memiliki kebiasaan menemani istri ketika hendak berpergian, hal tersebut beliau lakukan bukan semata untuk menjaga keselamatan istrinya, tetapi juga merupakan upaya merekatkan hubungan emosional antar pasangan. Menemani atau mengantar istri ke tempat tujuan akan menjadi suatu momen yang menjadikan seorang istri bahagia karena merasa diperhatikan. (Salman, 2013:156)

Oleh karena itu, perlu kiranya menyediakan waktu untuk mengantar pasangan kita ke sebuah tempat yang ditujunya, meskipun sudah ada kendaraan pribadi yang tersedia.

Dikisahkan dalam kitab shahih bukhari bahwa Shafiyyah, salah seorang istri Rasulullah menceritakan bahwa ia pernah mengunjungi Rasulullah ketika i’tikaf dibulan Ramadhan, Shafiyyah berbicara dengan

beliau beberapa saat kemudian pulang. Dan beliau Rasulullah ikut berdiri untuk mengantarnya. (Salman, 2013:157)

4. Membantu pekerjaan rumah tangga

Membantu pekerjaan istri dalam mengurus rumah tangga bukanlah suatu aib bagi suami. Bahkan sebaliknya, dengan melakukan hal itu, suami memiliki kesempatan yang luas untuk menunjukkan seberapa dalam perhatiaannya kepada istri.

(46)

menjawab, “beliau ikut melaksanakan perkerjaan keluarganya” (Salman,

2013:162)

(47)

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Profil Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH) 1. Latar Belakang Berdirinya AISHAH

Banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan maupun sosial yang memiliki fungsi membina keluarga, lembaga tersebut tidak lain bertujuan untuk membangun keluarga saakinah. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga sakinah merupakan dambaan setiap pasangan. Terlebih di Indoneisa banyak sekali keluarga yang tidak mampu mencapai tingkat sakinah, akibatnya tingkat perceraian di Indonesia sangatlah tinggi, menurut Badan Pusat Statistika, sejak tahun 2012-2015 jumlah perceraian di Indonesia mencapai 1.362.220 sedangkan di Jawa tengah sendiri, angka perceraian pada tahun 2015 mencapai 66.548 pasangan baik talak, ataupun gugat. (https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/893)

(48)

masyarakat umum untuk bisa bergabung dengan AISHAH, jadi tidak harus keluarga yang bermanhaj salaf saja yang diperbolehkan bergabung, akan tetapi juga masyarakat pada umumnya juga diperbolehkan.

Di Salatiga sendiri, AISHAH berada di bawah naungan Yayasan Hati Beriman Salatiga, dimana yayasan Hati Beriman Salatiga ini sudah diakui oleh pemerintah Kota Salatiga. Yayasan ini memiliki kantor di Jl. Jendral Sudirman 274 B Mrican Salatiga. Yayasan Hati Beriman Salatiga merupakan yayasan yang tujuan utamanya adalah mensyiarkan islam di Salatiga dan sekitarnya serta mendakwahkan sunnah dan pemahaman manhaj salaf. Selain AISHAH yang berfokus pada pembentukan keluarga sakinah, yayasan Hati Beriman Salatiga juga memiliki lembaga-lembaga lain dibawah naungannya dimana yang satu dengan yang lainnya saling bekerja sama. Ada SD IT Tahfidzul Qur’an Hati Beriman Salatiga yang bergerak dibidang pendidikan tingkat SD, ada Qurrata A’yun yang bergerak

dibidang kajian ilmiah bagi muslimah, ada BassMart yang bergerak dibidang wirausaha, Griya Tartila yang bergerak dibidang pendidikan baca tulis Al Qur’an, serta Radio Bass FM yang bergerak dibidang komunikasi,

penyiaran dan informasi. (Sumber: Wawancara dengan penanggung jawab AISHAH pada 11 April 2018)

Yayasan Hati Beriman Salatiga merupakan tonggak dakwah manhaj salaf yang paling utama, di bantu dengan ustadz/pengajar yang ada di sekitar salatiga seperti Yayasan Pendidikan Islam Al-Irsyad dan Ma’had

(49)

salaf tak hanya lewat Yayasan Hati Beriman Salatiga saja, masih banyak lembaga yang membantu tersebarnya dakwah salaf seperti halnya beberapa masjid yang sering dijadikan kajian rutin dan juga sekolah-sekolahan yang bermanhaj salaf.

Gambar 1.1

Foto Papan depan kantor Yayasan Hati Beriman Salatiga

(50)

Gambar 2.1 Logo AISHAH

Visi :

Menjadi lembaga kajian Islam yang berkomitmen untuk membekali para kaum Muslimah dengan bekal ilmu agama dan ilmu kerumahtanggaan yang aplikatif, sehingga diharapkan bisa terbentuk pribadi muslimah yang lebih shalihah pada diri para pesertanya. (Sumber: Dokumen AISHAH diambil pada 11 April 2018)

3. Susunan Pengurus AISHAH

Adapun susunan pengurus yang berperan dalam lembaga AISHAH ini adalah sebagai berikut :

a. Ketua Yayasan Hati Beriman Salatiga : Tumidi, S. Pd.i b. Penanggung Jawab Lembaga AISHAH : Ahmad Zainuddin c. Staff Pengajar :

- Muhammad Qosim Muhajir, Lc. - Risnawati, M.Kes

- Arif Ardiansyah, Lc - Miftakhul Huda 4. Progam Kerja AISHAH

(51)

terdahulu (salafu Shalih), yaitu dengan menanamkan ilmu kepada diri seseorang, agar hidupnya terarah sesuai koridor aturan islam. (Sumber: Wawancara dengan penanggung jawab AISHAH pada 11 April 2018)

B. Upaya Lembaga AISHAH Dalam Membangun Keluarga SAMARA Bagi Keluarga Salafi Di Salatiga

1. Mengadakan Kajian Rutin

(52)

.

Gambar 3.1

Foto Kalender Pendidikan AISHAH

Didalam pembelajarannya, AISHAH mengundang pemateri yang ahli dalam bidangnya dan dengan panduan yang jelas. Ada 4 tema kajian yang dipelajari dan 4 tema tersebut dibagi dalam satu tahun pembelajaran, yaitu kajian bertema pendidikan anak, nasehat wanita, fikih wanita dan kesehatan wanita.

(53)

Pemateri pada kajian ini adalah Ustadz Muhammad Qosim Mujahir, Lc. Beliau merupakan Ustadz yang mengajar di Yayasan Pendidikan Islam Al Irsyad Tengaran, Kab. Semarang. Selain mengajar Beliau juga menjadi pengasuh di sana. Ustadz Qosim ini merupakan alumni Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.

Didalam pembelajarannya, materi yang disampaikan kepada peserta berkenaan dengan tema pendidikan anak, penulis melakukan observasi serta menelaah lembar modul materi yang dibagikann kepada peserta antara lain adalah:

1) Pembinaan Aqidah Untuk Buah Hati

Orang tua kebanyak akan kebingungan ketika ingin menanamkan aqidah kepada buah hatinya, padahal aqidah adalah pondasi bagi seorang hamba untuk mengenal Tuhannya, maka dari itu semestinya aqidah yang pertama diajarkan kepada buah hati sebelum mengajarkan ilmu-ilmu lainnya. Menanamkan aqidah untuk anak usia dini bisa dilakukan dengan tahapan 5 pilar utama, yaitu

a) Pendiktean kalimat tauhid kepada anak.

(54)

Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda “Ajarkan kalimat laailaha illallah kepada anak-anak kalian peertama dan tuntunkanlah mereka mengucapkan laa ilaha illalllah ketika menjelang mati” (Mustadraq Al Hakim)

Ibnu Qayyim dalam kitab Ahkam Al-Maulud mengatakan

diawal waktu ketika anak-anak mulai bicara , hendaklah didektekan kepada mereka kalimat laa ilaha illalllah , dan hendaklah sesuatu yang pertama didengar oleh telinga mereka adalah kalimat la ilaha illallah dan mentauhidkan-Nya. Juga diajarkan kepada mereka bahwa Allah beremayam di atas singgahsana-Nya yang ssenantiasa melihat dan mendengar perkataan mereka, senantiasa bersama

mereka dimanapun mereka berada”.

b) Menanamkan cintai Allah dan merasa diawasi oleh-Nya. Setiaap anak mempunyai persoalan ssendiri-sendiri, entah berkaitan dengan kejiwaan, sosial kemasyarakatan, perekonomian, maupunmasalah sekolah. Anakpun mengungkapkan persoalannya dengan gaya yang berbeda-beda pula. Ada yang mengungkapkannya dengan penuh perasaan, dan yang lain ada juga yang mengungkapkannya dengan suatu sikap. Maka timbul pertanyaan bagi orangtua, bagaimana cara anak agar bisa melepaskan persoalannya.

(55)

Dengan cara seperti itulah anak akan bisa menghadapi masalah pada masa kanak-kanaknya dengan tenang. Sebagaimana yang pernah Rasulullah SAW praktekan kepada Ibnu Abbas yang tercatat dalam Kitab Sunan At Tirmidzi, beliau meriwayatkan hadis Ibnu Abbas yang pernah membonceng Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW berpesan “Wahai nak , aku akan mengajarkan kepada engkau beberapa kalimat. Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan dapati Allah berada di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka memintalah kepada Allah. Jika engkau minta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwasanya umat ini seandainya mereka bersatu untuk memberi kemanfaatan kepadamu, maka mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu. Dan seandainya mereka bersatu dalam rangka memberikan kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak akan mampu memberi kemudharatan kepadamu kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah menimpamu. Pena-pena telah diangkat dan

lembaran-lembaran catatan telah kering.”

(56)

kehidupannya. Nasehat-nasehat seperti ini sangat ampun dalam memecahkan persoalan anak, nasehat-nasehat seperti itu akan mendorong anak unntuk bangkit dari permasalahan yang dihadapinya dengan memohon pertolongan kepada Allah, selalu merasa di awasi-Nya dan selalu rela dengan qadha dan qadar.

c) Menanamkan kecintaan kepada Nabi

Dengan ini maka akan terwujud kalimat kedua dalam syahadat yaitu muhammad rasulullah. Bisa dicatat bahwa sejatinya jiwa manusia secara umum pada periode perkembangannya akan berusaha menyerupai pribadi paling kuat yang dia kenal, kemudian meniru dan meneladaninya. Pendidikan islam menuntut anak kecil maupun orang dewasa agar meneladani Rasulullah, karena beliau merupakan teladan terbaik dan tidak tergantikan.

d) Mengajarkan Al-Quran kepada anak

Seyogyanya setiap orangtua mengajarkan Al-Quran kepada putra-putrinya sejak dini. Dimulai dengan mengajarkan huruf-huruf hijaiyah sampai mengaarkan tafsir Al-Quran.

(57)

sehingga hal itu masuk ke dalam benak si kecil. Kebanyakan orang berpendapat tidak layak untuk memberikan penjelaan mengenai ayat Al Quran kepada anak karena daya pikirnya yang belum sempurna , padahal sebenarnya mereka mampu menangkap itu semua dan menyimpannya dengan kuat, sebgaimana pepatah ahli ilmu “belajar dwaktu kecil eperti mengukir diatas batu, sedangkan belajar diwaktu tua seperti mengukir diatas air.

e) Menanamkan aqidah yang kuat dan kerelaan berkorban untuknya.

Untuk menjaga serta menegakkan aqidah butuh pengorbanan, semakin besar suatu pengorbanan, keteguhan jiwa akan semakin kuat pula. Anak-anak muslim hari ini sedang menghadapi berbagai tantangan kontemporer yang sangat banyak, disamping itu juga menhadapi rencana serta konspirasi tang menyimpangkan islam untuk memalingkan muslim dari agamanya. Oleh karena itu, diperlukan pengorbanan dijalan Allah untuk tetap bisa teguh diatasnya. Ketika itulah kemanisan iman bisa dirasakan, dan tingkat keimanan dalam jiwa semakin meningkat.

2) Menanamkan Akhlak Mulia Kepada Anak Sejak Dini

(58)

mengenai pentingnya menggunkan masa kanak-kanak untuk menanamkan adab dan akhlak yang baik. Beliau mengatakan,

anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah yang murni dan perangai yang lurus. Jika jiwanya yang masih polos itu menerima bentuk perangai apapun yang dipahatkan pada dirinya, selanjutnya pahatan itu akan terus meluas sedikit demi sedikit hingga akhirnnya meliputi seluruh jiwa dan menjadi tabiat yang melekat padanya, ia akan menentang segala yang berlawanan dengannya. Buktinya, bisa dilihat seseorang yang bicaranya lembut, wajahnya berseri-seri dan pikirannya terdidik. Maka tidak sangsi lagi orang tersebut ditumbuhkan secara baik oleh sekelilingnya.

Untuk membina akhlak anak-anak maka bisa dilakukan dengan orang tua memberikan contoh yang baik disertai dalil-dalil yang mendukungnya.

3) Mengajarkaan Solat Sejak Dini

Pembinaan ibadah merupakan penyempurnaan dari pembinan aqidah. Agar aqidah anak tertanam kuat di dalam jiwa, ia harus disiram dengan air ibadah dalam berbagai bentuk dan macamnya, sehingga aqidahnya akan tumbuh kokoh.

(59)

meredam gejolak nafsu didalam jiwa, sehingga jiwanya lurus dan dapat dikontrol.

Ada beberapa kiat untuk pendidikan solat bagi anak diantaranya adalah memerintahkan sholat, mengajari sholat, memukul anak jika enggan solat ketika sudah berumur 10 tahun, mendidik anak agar menghadiri sholat berjamaah serta mengajari anak sholat-sholat sunnah.

b. Kajian Nasehat Wanita

Kajian yang bertemakan nasehat bagi wanita ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, jadi selain beliau sebagai penasehat AISHAH, Beliau juga ikut andil dalam meyampaikan materi-materi. Adapun materi-materi yang telah disaampiakan adalah sebagai berikut:

1) Anjuran untuk ikhlas dalam beribadah a) Dalil keutamaan ikhlas

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

امَّنِإو ِتاَّيِ لناب لاَمعلۡا اَمَّنإ

ْنَمَف ىَوَن ام ٍءيرما ِ

ُكِل

ِ ِلِْوُسَرو ِللّا لىإ ُهُتَرْجِهف ِ ِلِوُسَرو ِللّا لىإ ُهُتَرْجِه ْتَن

َكَ

اَهُحِكْنَي ٍةأرما وأ اهُبْي ِصُي اَيْنُ ِلِ ُهُتَرْجِه ْتَن َكَ ْنَمو

ِهلَإ َرَجاَه ام لىإ ُهُتَرْجِهف

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada

(60)

Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya,

maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”[HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Imam Bukhari menyebutkan hadits ini di awal kitab shahihnya sebagai mukadimah kitabnya, di sana tersirat bahwa setiap amal yang tidak diniatkan karena mengharap Wajah Allah adalah sia-sia, tidak ada hasil sama sekali baik di dunia maupun di akhirat. Al Mundzir menyebutkan dari Ar Rabi’ bin Khutsaim, ia berkata, “Segala sesuatu yang tidak

diniatkan mencari keridhaan Allah‘Azza wa Jalla, maka akan sia-sia”.

Abu Abdillah rahimahullah berkata, “Tidak ada

hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih banyak, kaya dan dalamnya faidah daripada hadits ini”.

Abdurrahman bin Mahdiy berkata, “Kalau seandainya

saya menyusun kitab yang terdiri dari beberapa bab, tentu saya jadikan hadits Umar bin Al Khatthab yang menjelaskan bahwa amal tergantung niat ada dalam setiap bab”.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam membuatkan perumpamaan terhadap kaidah ini dengan hijrah; yaitu barang siapa yang berhijrah dari negeri syirik mengharapkan pahala Allah, ingin bertemu Nabi shallallahu

(61)

mengamalkannya, maka berarti ia berada di atas jalan Allah (fa hijratuhuu ilallah wa rasuulih), dan Allah akan memberikan balasan untuknya. Sebaliknya, barang siapa yang berhijrah dengan niat untuk mendapatkan keuntungan duniawi, maka dia tidak mendapatkan pahala apa-apa, bahkan jika ke arah maksiat, ia akan mendapatkan dosa.

Niat secara istilah adalah keinginan seseorang untuk mengerjakan sesuatu, tempatnya di hati bukan di lisan. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melafazkan niat, seperti ketika hendak shalat, hendak wudhu, hendak mandi, dan yang lainnya.

b) Allah menciptakan alam semesta untuk menegakkan tauhid Diantara dalil-dalil terdaapat penjelasan bahwa Allah telah menciptakan langit dan bumi dalam rangka beribadah kepada Allah. Allah berfirman :

َو َّنِ

لۡٱ ُتۡقَلَخ اَمَو

ۡ

ِنوُدُبۡعَ ِلَ

لِٗإ َسنِ

َّ

لۡٱ

ۡ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

c) Makna ibadah kepada Allah

(62)

dicintai dan diridhoi Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang lahir maupun batin.

d) Dunia sejatinya hanyalah permainan dan sendau gurau.

Banyak sekali firman-firman Allah yang menjelaskan bahwa sejatinya urusan dunia merupakan urusan yang sepele. Sebaliknya Al Quran banyak mengungkap kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang sebenarnya. Allah berfirman dalam surat Al Hadid ayat 20 :

Artinya : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain

(63)

Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 34: (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan

sangat mengingkari (nikmat Allah)”

Diantara nikmat Allah yang luar biasa adalah lisan. Dengan sebab lisan, pemiliknya terkadang diangkat ke derajat yang lebih tinggi. Hal itu terjadi ketika pemiliknya menggunakan lisannya dalam perkara-perkara yang biak. Sebaliknya jika lisan digunakan untuk hal-hal yang buruk, maka lisan menjadikan dirinya hina. Menjaga lisan merupakan bagian dari kesempurnaan islam. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (1/53) dan Muslim (65/1), dari hadis Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulallah SAW bersabda,

“Seorang Muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari

bahaya lisan dan tanagnnya”.

3) Hijab dan menundukkan pandangan

(64)

اَهُّي

أَٰٓ َي

َ

Artinya : “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “(QS. Al-Ahzab:59)

a) Upaya-upaya musuh islam untuk menanggalkan jilbab dan sifat malu bagi muslimah

Musuh-musuh islam telah mengetahui bahwa keluarnya wanita dalam keadaan bertabarruj merupakan salah satu pintu kejelekan dan kerusakan, dan bahwa dengan rusakan wanita akan rusaklah masyarakat. Oleh karena itu, mereka bertekad untuk menanggalkan jilbab dan sifat malu dari para wanita. Sampai-sampai diantara kaum muslimin ada orang yang mengingkari hijab dan berpendapat bahwa jilbab itu mempersempit aktivitas wanita.

b) Larangan mengolok-olok hijab dan para pemakainya

(65)

نِئ

َلَو

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang

mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-ayat-ayat-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat

dosa.” (QS. At-Taubah: 65-66)

(66)

kepada para lelaki ajnabi (bukan mahram), namun malu kepada manusia jika engkau memakai hijab yang syar’i?

Wanita yang bersikap seperti ini terhadap hijab, maka hanya Allah lebih tau tentang keimanannya. Sesungguhnya Allah berfirman: beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. “(QS. An-Nisa’: 65)

Sebagian wanita memakai jilbab yang syar’i, tetapi

mereka bermudah-mudahan. Mereka akan membuka wajah-wajah mereka jika tidak berjumpa dengan laki-laki di jalan. Jika mereka melihat laki-laki, mereka pun menutupi wajah mereka. Hal ini tidaklah pantas, karena terkadang engkau tidak menutupi wajahmu, namun ternyata laki-laki itu telah melihatmu. Bertaqwalah kepada Allah, dan jagalah kehormatanmu dari para lelaki, serta tutuplah dirimu. Di antara doa Nabi di waktu pagi dan sore: “Ya Allah, tutupilah aurat saya dan berilah keamanan dari ketakutan saya.”

Gambar

Gambar 1.1 Foto Papan depan kantor Yayasan Hati Beriman Salatiga
Gambar 3.1 Foto Kalender Pendidikan AISHAH

Referensi

Dokumen terkait

Ketuntasan butir soal nomor 5.. dikatakan aktif karena prosentase aktivitas siswa yang aktif lebih tinggi dari pada aktivitas siswa yang tidak aktif; 3) Respon siswa terhadap

Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi desain struktur berupa evaluasi detailing komponen struktur dan Strong Column Weak Beam ( SCWB ) gedung

Berdasarkan uraian tersebut pokok permasalahannya adalah faktor-faktor apa yang menentukan pemilihan lokasi pedagang perak dan emas di Pasar seni Celuk dan Ubud dan faktor apa

Myös Grönfors korostaa muistiinpanojen laadun ja kirjaamisen tavan tärkeyttä (Grönfors 2015, 156). Siksi kirjoitin kenttämuistiinpanoni puhtaaksi tietokoneella heti..

Hasil 1).faktor fisik yang paling kuat berpengaruh adalah kemiringan lereng, tingkat erosi, permeabilitas tanah faktor non fisik yang berpengaruh adalah tekanan ekonomi

telah dilakukan mulai bulan Maret 1992, sejalan dengan selesainya jadwal pembangunan pabrik pada tanggal 1 November 1995. GOLDSTAR ASTRA sempat berganti nama menjadi PT. LG ASTRA

Pendapat tersebut senada dengan hasil penelitian Ana Sri Setyasih (2012) yang berjudul “Kontribusi Guru Dalam Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Ramah Anak Pada