LANDASAN TEORI
B. Acuan Teoretik
2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) a.Pengertian LKPDa.Pengertian LKPD
LKPD adalah Sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat
membantu siswa maupun guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
yang termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi cetak.10 LKPD
menurut Trianto (2011) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran
berisi tugas yang di dalamnya berisi petunjuk dan langkah- langkah untuk
menyelesaikan tugas.11
8
Dr. Benny A. Priadi, Op. Cit., 13.
9
Isriani Hardini, S.S. and Dewi Puspitasari.
10Sri Latifah, Eka Setiawati, and Abdul Basith, „Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berorientasi Nilai-Nilai Agama Islam Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Pada Materi
Suhu Dan Kalor‟, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi, 5.1 (2016), 43–52.
11
Ardian Asyhari and others, „Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik IPA Terpadu
b. Tujuan dan Fungsi LKPD Berikut adalah tujuan LKPD:
1. Tujuan latihan, peserta didik diberi serangkaian tugas/aktivitas latihan.
2. Menerangkan penerapan (aplikasi), peserta didik dibimbing untuk
menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian
dari serangkaian soal-soal tertentu.
3. Kegiatan penelitian, mengikut-sertakan sejumlah siswa dalam
penelitian dalam suatu bidang tertentu, peserta didik ditugaskan untuk
mengumpulkan data tertentu , kemudian menganalisis data tersebut.
4. Penemuan, dalam lembaran kerja ini peserta didik dibimbing untuk
menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi
itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu
perkiraan.12
Adapun beberapa fungsi LKPD antara lain:
1. Membantu peserta didik untuk menemukan suatu konsep dengan
mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit,
sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, memuat
apa yang (harus) dilakukan peserta didik meliputi melakukan,
mengamati, dan menganalisis.
Development‟, in Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Lampung, 2016), pp. 37–58 <https://doi.org/10.13140/RG.2.2.10539.85285>.
12
Sri Oktari, Nengah Maharta, and Chandra Ertikanto, „Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Suhu Dan Kalor‟, Jural Pembelajaran Fisika Univesitas Lampung, 52 (2015), 47–57 <https://www.neliti.com/publications/117476/pengembangan-lks-berbasis-inkuiri-terbimbing-pada-materi-suhu-dan-kalor>.
2. Membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai
konsep yang telah ditemukan.
3. Sebagai penuntun belajar, penguatan, dan juga berfungsi sebagai
petunjuk praktikum.13
c. Standar LKPD yang Baik
LKPD dikatakan berkualitas baik bila memenuhi sebagai berikut :
1. Syarat-syarat Didaktik
LKPD sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya PBM haruslah
memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKPD harus mengikuti
asas-asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu :
a) Memperhatikan adanya perbedaan individual.
b) Tekanan pada prosesuntuk menemukankonsep-konsep.
c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan
siswa.
d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional,
moral, dan estetika pada diri siswa.
e) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan
pribadi siswa dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
2. Syarat-syarat Konstruksi
Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran,
13
dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti
dapat dimengerti oleh pengguna yaitu siswa.
a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan
siswa.
b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.
c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa.
d) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka.
e) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan
keterbacaan siswa.
f) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada
siswa untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKPD.
g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.
h) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.
i) Dapat digunakan untuk semua siswa, baik yang lamban maupun
yang cepat.
j) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber
motivasi.
3. Syarat-syarat Teknis
a) Tulisan
1) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin
atau Romawi.
2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf
biasa yang diberi garis bawah.
3) Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris.
4) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan
jawaban siswa.
5) Usahakan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar
serasi.14
d. Langkah Pengembangan LKPD
Pengembangan LKPD dapat dilakukan dengan dengan mengadaptasi
langkah-langkah pengembangan Modul / Paket Belajar. Berdasakan
langkah-langkah pengembangan Modul dan Paket Belajar tersebut, maka
LKPD dapat dikembangkan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan judul dan materi yang akan dimuat dalam LKPD.
2. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan
Standar Kompetensi.
14
Dyah Shinta Damayanti, Nur Ngazizah, and Eko Setyadi K, „Pengembangan Lembar Kerja
Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi Listrik Dinamis Sma Negeri 3 Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran
3. Menyiapkan rangkuman materi beserta soal-soal pemahaman yang
akan dimasukkan dalam LKPD.
4. Menetapkan konten scaffolding yang akan diberikan pada LKPD, seperti; motivasi, sekilas info materi, serta penyelesaian soal dengan
sintak scaffolding.
5. Menetapkan alternatif kegiatan (pengalaman belajar) berupa kegiatan
praktikum, yang dapat memberikan peluang lebih kepada peserta didik
dalam memahami konsep materi.
6. Menetapkan desain LKPD yang sesuai dengan materi dengan
semenarik mungkin.
7. Menyusun LKPD yang lengkap, yaitu menuangkan hasil-hasil yang
telah dilakukan menjadi sebuah LKPD.15
3. Scaffolding
Metafora scaffolding (perancah) awalnya diusulkan untuk menggambarkan bagaimana orang tua dan guru memberikan bantuan yang
dinamis kepada balita.16 Pernyataan tersebut mengumpamakan peserta didik
sama seperti balita namun pada konteks pembelajaran di sekolah. Dukungan
atau bantuan ini bertujuan untuk memperluas kemampuan peserta didik saat
ini, tetapi tetap membiarkan peserta didik melakukan sebagian besar
15 Das Salirawati, „Penyusunan Dan Kegunaan LKS Dalam Proses Pembelajaran‟, Jurrnal Online, 2004, 4
<https://scholar.google.co.id/scholar?cluster=9910012516550974052&hl=id&as_sdt=0,5>.
16
Brian R. Belland, Instructional Scaffolding in STEM Education (Logan: Utah State University, 2017) <https://doi.org/10.1007/978-3-319-02565-0>, 17.
pekerjaan yang diperlukan untuk memecahkan masalah.17 Dengan demikian,
scaffolding (perancah) akan membantu mengisi kekosongan dalam kemampuan dan pengetahuan peserta didik sehingga mereka dapat
menyelesaikan tugas. Scaffolding juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk pendampingan (apprenticeship) kognitif yang dapat digunakan untuk
mengoptimalkan pembelajaran peserta didik.18
Berdasarkan kajian teoritis, scaffolding merupakan teknik pemecahan masalah untuk tingkat pemula yang yang biasanya lebih terfokus pada
pengetahuan prosedural, yang berbentuk pemberian bantuan secara terstruktur
yang dapat diterapkan pada semua model pembelajaran.19 Menurut Kirschner
et al., (2006) dan Shell et al., (2010) menyarankan adanya bantuan secara
bertahap yang diberikan oleh guru sehingga dapat membantu siswa dalam
membangun pengetahuan pada saat proses pembelajaran.20 Scaffolding akan menjembatani pengetahuan awal siswa dengan prestasi belajar yang hendak
dicapai, dengan mengurangi kesulitan tugas-tugas melalui penerapan
17
Ibid.
18 Rindu Rahmatiah, Supriyono Koes H, and Sentot Kusairi, „Pengaruh Scaffolding
Konseptual Dalam Pembelajaran Group Investigation Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA
Dengan Pengetahuan Awal Berbeda‟, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, II.2 (2016), 45–56 <http://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JPFT/article/view/288>.
19 Agus Harydi and Hainur Rasyid Achmadi, „Pengembangan Materi Ajar Berbasis Scaffolding Pada Pokok Bahasan Analisis Vektor Di SMAN 1 Waru Pamekasan‟, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2.3 (2013), 174–79 <jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/6719/32/article.pdf>.
20 Dyah Ayu Setyarini, Subiki, and Supeno, „Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Dalam
Pembelajaran IPA (Fisika) SMP Dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa Berbasis Scaffolding‟, in
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 (Jember, 2017), II, 1–7 <https://jurnal.unej.ac.id/index.php/fkip-epro/article/view/6249>.
keterampilan secara bertahap.21 Menurut Veale, dkk, ujuan dari scaffolding
adalah untuk menjaga hubungan ide yang dimaksudkan bahkan dalam konteks
dimana pengetahuan sistem tidak cukup untuk sebuah interpretasi yang
lengkap.22
Salah satu teori yang melandasi scaffolding adalah teori Vygotsky.
Scaffolding berdasarkan teori Vygotsky adalah tentang konsep pembelajaran dengan bantuan (Assisted Learning). Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah
pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang
memungkinkan peserta didik itu belajar mandiri. Menurut teori Vygotsky,
pembelajaran berbantuan adalah teknik mengajar yang akan diterapkan,
dimana pendidik memandu pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta
didik bisa menguasai materi yang dipelajari dengan tuntas serta mengajak
peserta didik untuk berpikir lebih aktif. Vygotsky meyakini bahwa
pembelajaran terjadi saat peserta didik mengerjakan beberapa tugas yang
belum dipelajari namun tugas tersebut masih dalam jangkauan
kemampuannya (tugas-tugas ini berada dalam zona of proximal development
mereka). Zona of proximal development (zona perkembangan terdekat) adalah
21
Khoirul Haniin, Markus Diantoro, and Supriyono Koes H, „Pengaruh Pembelajaran TPS Dengan Scaffolding Konseptual Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Masalah Sintesis Fisika‟,
Jurnal Pendidikan Sains, 3.3 (2015), 99 <http://journal.um.ac.id/index.php/jps/article/view/7875>.
22
daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya dan tingkat perkembangan
potensi.23
Vygotsky mengidentifikasi empat tahap pembelajaran scaffolding , yaitu:
1) Tahap pertama adalah pemodelan, dengan penjelasan verbal.
2) Tahap kedua adalah peniruan peserta didik dari keterampilan yang
telah mereka lihat atau dimodelkan oleh pendidik mereka,
termasuk penjelasan. Selama fase ini, pendidik harus terus
menerus menilai pemahaman peserta didik dan sering menawarkan
bantuan dan umpan balik.
3) Tahap ketiga adalah periode ketika pendidik mulai menghapus
bimbingannya. Pendidik mengurangi untuk menawarkan bantuan
dan umpan balik kepada murid-muridnya ketika murid–murid mereka mulai menguasai konten.
4) Pada tahap empat, para peserta didik telah mencapai tingkat ahli
penguasaan. Mereka dapat melakukan tugas baru tanpa bantuan
dari pendidik mereka.24
23Adi Nur Cahyono, „Vygotskian Perspective : Proses Scaffolding Untuk Mencapai Zone of
Proximal Development ( ZPD ) Peserta Didik Dalam Pembelajaran Matematika‟, Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2010, 443 <https://bit.ly/2DF3Udl>.
24 Nur Wahidin Ashari, Salwah, and A Fitriani, „Implementasi Strategi Pembelajaran Scaffolding Melalui Lesson Study Pada Mata Kuliah Analisis Real‟, Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 1.1 (2016), 26 <https://bit.ly/2Bq85bh>.
a. Macam-macam dan Fungsi Scaffolding
1. Scaffolding Konseptual
Bertujuan membantu peserta didik mengidentifikasi perbedaan
tingkatan pengetahuan, antara apa yang sudah mereka ketahui dan apa
yang perlu mereka ketahui. Membimbing peserta didik untuk
memahami konten masalah, memberikan dukungan dalam
meningkatkan pemahaman mereka mengenai masalah serta
pengetahuan terkait. Scaffolding konseptual akan mendorong peserta didik untuk merencanakan animasi atau eksperimen, mengarahkan
peserta didik kepada perencanaan yang sangat penting.
2. Scaffolding Strategis
Membantu peserta didik mempertimbangkan dan merumuskan
pendekatan alternatif mengatasi masalah berdasarkan solusi awal atau
sementara.
3. Scaffolding Metakognitif
Membantu peserta didik dalam mengevaluasi pemikiran mereka,
menilai keadaan mereka dalam memahami, merefleksikan pemikiran
mereka dan memantau proses pemecahan masalah mereka.
4. Scaffolding Motivasi
Bertujuan untuk meningkatkan motivasi akademik peserta didik
dalam targetannya, salah satunya: meningkatkan harapan peserta didik
penentuan nasib sendiri dari perilaku, persepsi tujuan penguasaan,
kemampuan untuk mengatur emosi akademik, dan persepsi
kepemilikan.25
4. Kalor
a. Definisi Kalor
Kalor adalah energi panas yang berpindah dari benda yang suhunya
lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda
bersentuhan. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda
sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit. Hubungan antara kalor Q dan massa air m secara matematis dapat dirumuskan :
Q
=
m.c.
ΔTatau
m. c. (
T2–
T1) ……….(1)
Keterangan:
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg) c adalah kalor jenis (J/kgC) ΔT adalah perubahan suhu (oC)
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
C = Q/ (
ΔT) ……… . (2)
25
Natalia Monjelat, Laura Méndez, and Pilar Lacasa, „Becoming a Tutor : Student
Scaffolding in a Game- Based Classroom‟, Technology, Pedagogy and Education, 2016, 7–8 <https://doi.org/10.1080/1475939X.2016.1210538>.
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 oC.
c =
Q/ m (
ΔT) ……… . … (3)
Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk
persamaan baru
C =
m.. c ……… . (4)
b. Perpindahan Kalor
Kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan tiga
cara, yaitu konduksi (hantaran), konveksi (aliran), dan radiasi (pancaran).
Seperti yang ditunjukan pada gambar berikut:
Sumber: https://is.gd/hXlz9P
Gambar 2.4. Ilustrasi Konduksi, Konveksi dan Radiasi
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor.
c. Perubahan Wujud Zat
Es yang dipanaskan (diberi kalor) maka beberapa waktu kemudian
es berubah wujud menjadi air, dan selanjutnya air berubah wujud menjadi
uap. Demikian pula jika uap air didinginkan, maka beberapa waktu
kemudian uap air berubah wujud menjadi air. Selanjutnya air akan
berubah wujud menjadi es. Perubahan wujud zat secara singkat disajikan
pada gambar 2.6.
Gambar 2. 11 sebagai berikut:
Gambar 2.6. Skema perubahan wujud zat d. Asas Black
.Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda
kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari
benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini
akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda
sama). Jika pertukaran kalor hanya terjadi antara air panas dan air dingin
(tidak ada kehilangan kalor ke udara sekitar cangkir) maka sesuai prinsip
Keterangan: 1. Membeku 2. Mencair/ Melebur 3. Menguap 4. Mengembun 5. Menyublim 6. Mengkristal GAS CAIR PADAT 1. 3. 4. 2. 5. 6.
kekekalan energi; kalor yang dilepaskan oleh air panas (Qlepas) sama
dengan kalor yang diterima air dingin (Qterima).
Secara matematis dapat dirumuskan :