i
SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Fisika
Oleh
RIYO ARIE PRATAMA NPM. 1411090058
Jurusan : Pendidikan Fisika
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
ii
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA P ESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH
PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Fisika
Oleh :
RIYO ARIE PRATAMA NPM: 1411090058
Jurusan : Pendidikan Fisika
Pembimbing I : Sri Latifah, M.Sc. Pembimbing II : Antomi Saregar, M.Pd, M.Si.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
iii ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah upaya mewujudkan pembelajaran mandiri bagi peserta didik. Belum dikembangkannya LKPD berbasis scaffolding
untuk melatih pemahaman konsep peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan LKPD berbasis scaffolding melalui hasil validasi ahli serta mengetahui respon pendidik dan peserta didik terhadap kemenarikan LKPD berbasis scaffolding yang dikembangkan oleh peneliti.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan desain pembelajaran (Instructional Design) dengan menggunakan model ADDIE. Subjek penelitian yang terlibat terdiri dari ahli (ahli materi dan ahli media) dan peserta didik kelas VII SMP/MTs. Ahli memberikan penilaian terhadap tingkat kevalidan materi dan kesesuaian desain, praktisi menilai kevalidan LKPD berbasis scaffolding, sedangkan pendidik dan peserta didik menilai tingkat kemenarikan LKPD berbasis scaffolding yang dikembangkan oleh peneliti.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah kelayakan LKPD berbasis
scaffolding berdasarkan penilaian ahli dikriteriakan sangat layak, dengan persentase validasi ahli media 88% dan ahli materi 91%. Pendidik dan peserta didik memberikan respon positif terhadap kemenarikan LKPD berbasis
scaffolding sebagai media pembelajaran, dengan persentase respon pendidik 91.25%, uji kelompok kecil 87.3%, dan uji lapangan 88.1%. Pengembangan LKPD berbasis scaffolding dinyatakan sangat layak dan mendapatkan respon positif untuk dijadikan sebagai media pembelajaran.
.
iv
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat: Jl.Letkol H.Endro Suratmin, Sukarame, B. Lampung 35131 Telp.(0721)783260
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(LKPD) BERBASIS SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK
Nama Mahasiswa : Riyo Arie Pratama
NPM : 1411090058
Jurusan : Pendidikan Fisika
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
MENYETUJUI
Untuk dimunaqasyahkan dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung
Pembimbing I Pembimbing II
Sri Latifah, M.Sc. Antomi Saregar, M.Pd, M.Si.
NIP. 197903212011012003 NIP. 198604072015031005
Mengetahui, Ketua Jurusan Fisika
v
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat : Jl. Let. Kol. H. Suratmin Sukarame Bandar Lampung Telp.(0721) 703289
PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
BERBASIS SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH
PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK. Disusun oleh Riyo Arie Pratama. NPM
1411090058, Prodi Pendidikan Fisika, Telah Diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan pada hari / tanggal : Rabu / 5 Desember 2018
TIM MUNAQOSYAH
Ketua : Syofnidah Ifrianti, M.Pd. (………...)
Sekretaris : Sodikin, M.Pd. (………..….)
Penguji Utama : Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd. (…………..…….)
Penguji Pendamping I : Sri Latifah, M.Sc. (………..….)
Penguji Pendamping II : Antomi Saregar, M.Pd., M.Si. (………..….)
Mengetahui
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
vi
MOTTO
Artinya; “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbill’alamin, puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta karunia-Nya. Tak lupa
shalawat dan salam selalu tercurah untuk Rasulullah Muhammad SAW. Dengan
ketulusan hati peneliti persembahkan ini kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Yoyok Mustiyo dan Ibu Sri Lestari dengan
atas ketulusannya mencurahkan kasih sayang kepadaku, dengan
kesabarannya memberikan nasehat, motivasi, dukungan, dan mendo’akanku
disetiap waktu demi keberhasilanku.
viii
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Riyo Arie Pratama, dilahirkan pada tanggal 13 April 1996 di
Lampung Utara, tepatnya di Desa Semuli Raya. Peneliti merupakan putra tunggal dari
pasangan Yoyok Mustiyo dan Sri Lestari.
Pendidikan formal yang dilalui peneliti dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 1
Semuli Raya lulus pada tahun 2008. Peneliti melanjutkan pendidikan di SMP Negeri
1 Abung Semuli dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2014 peneliti lulus dari
jenjang Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Abung Semuli.
Ditahun yang sama (2011), peneliti resmi menjadi mahasiswa UIN Raden
Intan Lampung yang kala itu masih bernama IAIN Raden Intan Lampung, pada
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Fisika. Semenjak mulai kuliah,
peneliti aktif berkegiatan di beberapa organisasi internal kampus seperti UKM
MENWA dan Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI). Selain itu juga peneliti
berproses di organisasi eksternal Ikatan Himpunan Mahasiswa Indonesia
(IHAMAFI). Pada tahun 2016, peneliti melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di desa
Campang Tiga, Lampung Selatan, kemudian setelah itu dilanjutkan dengan PPL di
SMAN 1 Bandar Lampung. Selama kuliah di UIN Raden Intan Lampung peneliti
ix
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayahnya maka peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
BERBASIS SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH
PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK” ini. Shalawat beserta salam semoga selalu senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
keluarganya yang senantiasa menjadi uswatun hasanah bagi umat manusia.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik guna
menyelesaikan studi strata satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Raden Intan Lampung dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam studi pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini peneliti tidak lepas dari bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti sampaikan ucapan terima
kasih kepada Ibu Sri Latifah, M.Sc selaku pembimbing I sekaligus sekretaris
jurusan pendidikan fisika dan kepada Bapak Antomi Saregar, M.Pd, M.Si selaku
pembimbing II yang telah membagi ilmu, memberikan bimbingan dan arahan yang
sangat berharga dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, peneliti
x
dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
2. Ibu Dr. Yuberti, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Fisika.
3. Bapak Sodikin, M.Pd, Ibu Widya Wati, M.Pd, dan Ibu Heppy Komikesari,
M.Pd yang telah meluangkan waktu untuk menjadi ahli materi untuk menilai
produk yang dikembangkan peneliti.
4. Bapak Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd, Bapak Indra Gunawan, M.T, dan Ibu
Rahma Diani, M.Pd yang telah meluangkan waktu untuk menjadi ahli media
untuk menilai produk yang dikembangkan peneliti.
5. Staf dan karyawan UIN Raden Intan Lampung khususnya dilingkungan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
6. Kepala sekolah, guru, karyawan, dan peserta didik SMP Negeri 1 Abung
Semuli dan MTs Darul Fatah Campang Tiga telah memberikan izin kepada
peneliti untuk melakukan penelitian.
7. Sahabat-sahabatku anggota KMDK, kelompok KKN 27, dan PPL SMAN 1
Bandar Lampung serta semua teman-teman pendidikan fisika angkatan 2014
yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasamanya selama ini.
8. Adik-adik tingkatku terkasih.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah
xi
oleh Allah SWT.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang peneliti miliki. Maka dari
itu kepada para pembaca hendaknya dapat memaklumi, dan peneliti berharap semoga
hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Bandar Lampung, Desember 2018 Peneliti
RIYO ARIE PRATAMA
xii
B.Identifikasi Masalah ... 7
C.Pembatasan Masalah ... 8
D.Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A.Konsep Pengembangan Model ... 11
B.Acuan Teori ... 15
1. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran ... 15
b. Jenis Media Pembelajaran ... 15
c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 16
xiii
c. Standar LKPD yang Baik ... 18
d. Langkah Pengembangan LKPD ... 20
3. Scaffolding ... 21
C.Penelitian yang Relevan ... 38
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
B.Karakteristik Sasaran Penelitian ... 41
C.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 42
D.Langkah-langkah Pengembangan Media 1. Tahap Analisis ... 43
2. Tahap Perancangan Produk Awal a. Pengkajian materi ... 44
b. Perancangan produk ... 44
3. Tahapan Pengembangan Produk a. Validasi desain ... 49
4. Implementasi Produk a. Uji coba produk ... 51
5. Revisi dan Evaluasi Produk a. Revisi ... 52
b. Evaluasi ... 52
6. Pengumpulan Data dan Analisis Data a. Pengumpulan data ... 53
b. Analisis data ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Pengembangan
xiv
3. Respon Pendidik ... 80
C.Kemenarikan LKPD dan Pembahasan 1. Respon Pendidik ... 80
2. Uji Kelompok Kecil ... 82
3. Uji Lapangan ... 84
D.Kelebihan LKPD ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
xv
Tabel
2.1 Kalor Jenis Berbagai Zat ... 25
2.2 Titik Lebur, titik didih, kalor lebur, dan kalor didih zat ... 32
2.3 Kategori dan Proses Kognitif Pemahaman ... 35
3.1 Waktu Penelitian ... 39
3.2 Sasaran Penelitian ... 40
3.3 Daftar Tim Validasi Produk ... 49
3.4 Krteria Interpretasi Kelayakan ... 55
3.5 Kriteria Interpretasi Kemenarikan... 57
4.1 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Materi Sebelum Revisi ... 64
4.2 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Materi Setelah Revisi ... 65
4.3 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Media Sebelum Revisi ... 67
4.4 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Media Setelah Revisi ... 68
4.5 Rekapitulasi Hasil Respon Pendidik ... 71
4.6 Saran perbaikan validasi ahli materi ... 73
4.7 Saran Perbaikan validasi ahli media ... 76
4.8 Hasil uji coba kelompok kecil peserta didik ... 80
4.9 Hasil uji lapangan peserta didik SMPN 1 Abung Semuli ... 81
4.10 Hasil uji lapangan peserta didik MTs Darul Fatah ... 82
xvi
Gambar
2.1 Tahapan-tahapan Pengembangan Model ADDIE ... 12
2.2 Langkah–langkah Penelitian yang akan dijalankan ... 13
2.3 Peralatan untuk Persamaan Kalor ... 24
2.4 Ilustrasi Konduksi, Konveksi, dan Radiasi ... 27
2.5 Kalorimeter Alumunium ... 30
2.6 Diagram Perubahan Wujud Zat ... 30
2.7 Grafik hubungan suhu, kalor, dan perubahan wujud benda ... 31
2.8 Menuangkan air dingin ke dalam air panas... 33
4.1 Bagan Langkah Pembuatan Desain Produk ... 58
4.2 Cover Depan & Cover Belakang LKPD ... 63
4.3 Perbaikan Penulisan Persamaan ... 73
4.4 Perbaikan Penjelas Gambar... 74
4.5 Perbaikan Tabel Hasil Percobaan... 74
4.6 Penambahan soal ... 75
4.7 Penambahan Pengntar Berupa Peta Konsep ... 75
4.8 Perbaikan Bahasa dan Diksi Kalimat ... 76
4.9 Perubahan Background ... 77
4.10 Perubahan Objek Gambar Pada Cover ... 77
4.11 Perbaikan Penulisan Judul Scaffolding Pada Cover ... 78
4.12 Perbaikan Header dan Footer ... 78
xvii
Tabel
4.1. Hasil Validasi Materi sebelum dan Setelah Revisi ... 65
4.2. Rekap Penilaian Validator Materi ... 66
4.3. Hasil Validasi Media sebelum dan Setelah Revisi ... 69
4.4. Rekap Penilaian Validator Media ... 70
4.5. Rekap Penilaian Respon Pendidik ... 72
4.6 Grafik hasil uji coba kelompok kecil ... 81
4.7 Grafik hasil uji lapangan ... 83
xviii
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Media
Lampiran 2 Instrumen Validasi Ahli Media
Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Materi
Lampiran 4 Instrumen Validasi Ahli Materi
Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Respon Pendidik
Lampiran 6 Instrumen Respon Pendidik
Lampiran 7 Kisi-Kisi Instrumen Respon Peserta Didik
Lampiran 8 Instrumen Respon Peserta Didik
Lampiran 9 Analisis Hasil Validasi Ahli Media
Lampiran 10 Analisis Hasil Validasi Ahli Materi
Lampiran 11 Analisis Respon Pendidik
Lampiran 12 Analisis Hasil Uji Kelompok Kecil
Lampiran 13 Analisis Hasil Uji Lapangan
Lampiran 15 Kisi Soal Pemahaman Konsep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era milenial saat ini
tergolong pesat. Sebagai indikator kemajuan suatu bangsa, pendidikan menjadi
hal yang penting dalam menyikapi perkembangan tersebut. Pendidikan berperan
penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif.1
Melalui pendidikan diharapkan bangsa Indonesia dapat beradaptasi dengan
perkembangan tersebut.2 Al-Qur‟an telah menjelaskan pentingnya pendidikan,
serta janji Allah untuk meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu
dalam surah Mujadillah ayat 58. Allah SWT berfirman:
Artinya :Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
1 Ulfa Septi M, M. Rahmad, and Azhar, „Efektivitas Penggunaan LKPD Bermuatan Kecerdasan Komprehensif Berbasis Model PBL Pada Pembelajaran Fisika‟, Jurnal Online Mahasiswa, 5.1 (2018), 3 <https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/19517>.
2
Lilik Mutrofin, Mohamad Nur, and Leny Yuanita, „Developing Teaching Materials Using
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Mujadillah 58:11).3
Fisika merupakan salah satu ilmu sains yang menjadi mata pelajaran wajib
serta yang paling mendasar.4 Fisika membahas berbagai hal yang berhubungan
dengan perilaku dan struktur benda. Materi dalam fisika terbagi menjadi
beberapa bagian, salah satunya kalor.5 Proses pembelajaran fisika tidak dapat
hanya sebatas pendidik menyampaikan materi kepada peserta didik, namun harus
menjadi pembelajaran yang aktif. Pembelajaran fisika dapat dikatakan proses
aktif ketika menuntut peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif dalam
belajar.6 Aktivitas belajar peserta didik tidak sekadar meniru dan membayangkan
dari apa yang diajarkan pendidik, tetapi secara aktif menguji kebenaran atas
informasi yang diterima dari pendidik sebagai pengetahuan baru.7 Aktivitas
pengujian informasi tersebut akan semakin meguatkan pemahaman peserta didik
tentang konsep yang dipelajari. Tujuan pembelajaran secara umum adalah
membekali peserta didik dengan pengetahuan yang baru. Tujuan pembelajaran
fisika tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan baru tetapi juga
3
Kementerian Agama RI, ALWASIM: Al-Qur’an Tajwid Kode Translterasi Per Kata Terjemah Per Kata (Jawa Barat: Cipta Bagus Segara, 2013), 543.
4
Douglas C Giancoli, FISIKA, 5 Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2001), 1.
5Ibid
.
6
Dea Aransa Vikagustanti, Sudarmin, and Stephani Diah Pamelasari, „Pengembangan Media Pembelajaran Monopoli IPATema Organisasi Kehidupan Sebagai Sumber Belajar Untuk Pesertan didik SMP‟, Unnes Science Education Journal, 3.2 (2014), 2 <https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej/article/view/3330>.
7
bertujuan untuk menciptakan peserta didik yang mengagungkan kebesaran
Allah.8 Pembelajaran dalam kelas memerlukan sarana dan prasarana pendukung
berupa media pembelajaran sebagai penunjang. Media pembelajaran merupakan
alat bantu dalam pembelajaran yang berisi materi pembelajaran tertentu sebagai
sumber belajar.9 Media pembelajaran akan memudahkan pendidik dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada pesertan didik secara efektif dan
efisien.10 Dengan menggunakan media pembelajaran, diharapkan membuat
tujuan pembelajaran tercapai dengan lebih optimal.
Salah satu media pembelajaran yang direkomendasikan adalah LKPD.
LKPD merupakan perangkat pembelajaran yang berisi panduan bagi peserta
didik untuk melakukan kegiatan secara terprogram. LKPD bersifat simpel,
serbaguna, dan relatif mudah untuk diterapkan.11 Penggunaan LKPD akan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ikut aktif dalam proses
8Sri Latifah, Eka Setiawati, and Abdul Basith, „Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) Berorientasi Nilai-Nilai Agama Islam Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Pada Materi Kalor‟, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi, 5.1 (2016), 44.
9Wahyu Nuning Budiarti and Haryanto, „Pengembangan Me
dia Komik Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Dan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV‟, Jurnal Prima Edukasia, 4.2 (2016), 235 <http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe%0APENGEMBANGAN>.
10 Ulfah Larasati Zahro, Vina Serevina, and I Made Astra, „Pengem
bangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Dengan Menggunakan Strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,
Transferring (REACT) Berbasis Karakter Pada Pokok Bahasan Hukum Newton‟, Jurnal Wahana Pendidikan Fisika, 2.1 (2017), 64 <http://ejournal.upi.edu/index.php/WapFi/article/view/4906>.
11 T. Sujarittham and others, „Developing Specialized Guided Worksheets for Active
pembelajaran dan memberikan kesempatan penuh kepada siswa untuk
mengungkapkan kemampuan dalam mengembangkan proses berpikirnya.12
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di MTs Darul
Fatah Campang Tiga, Kabupaten Lampung Selatan, diketahui masih terdapat
beberapa permasalahan dalam pembelajaran fisika. Peserta didik masih
menganggap fisika sebagai pelajaran yang sulit, sehingga menjadikan fisika
sebagai pelajaran kurang diminati oleh pesertan didik. Belum memadainya
fasilitas penunjang untuk kegiatan pembelajaran semisal alat praktikum, yang
membuat kurang efektifnya pembelajaran. Metode mengajar pendidik juga masih
mengunakan metode ceramah, diskusi, dan memberikan banyak catatan yang
menyebabkan kurang aktifnya peserta didik dalam pembelajaran.
Sumber belajar yang digunakan sebelum tahun 2016 adalah LKPD,
kemudian mulai tahun 2017 hingga saat ini sumber belajar yang digunakan
adalah buku materi. Perubahan ini didasarkan pada kelengkapan materi yang
belum lengkap menurut penuturan guru mata pelajaran yang bersangkutan.
LKPD yang sebelumnya digunakan juga belum mampu membuat peserta didik
aktif dalam pembelajaran. LKPD tersebut tidak disertai dengan aktivitas khusus
yang menuntut peserta didik untuk berkegiatan secara mandiri. Penggunaan buku
materi ternyata menimbulkan permasalahan berupa penurunan minat baca dan
12
Rifdatur Rahmi, Sri Hartini, and Mustika Wati, „Pengembangan Lembar Kerja Siswa
minat belajar peserta didik, dikarena kurang bervariasinya tulisan materi dan
sedikit soal pada buku materi yang digunakan.
Permasalahan pada SMPN 1 Abung Semuli hampir serupa dengan MTs
Darul Fatah tentang pembelajaran IPA (bidang fisika) masih dianggap sulit dan
kurang diminati peserta didik, khususnya materi kalor. Bahan atau media untuk
belajar yang digunakan oleh pendidik adalah buku materi yang belum maksimal
dalam membuat peserta didik tertarik dan senang mempelajari fisika. Peserta
didik mengatakan bahwa mereka membutuhkan media pembelajaran lain untuk
membantu mereka memahami materi kalor lebih baik lagi.
Permasalahan tersebut mendorong peneliti untuk mengembangkan LKPD
berbasis scaffolding yang akan menjadi solusi yang memungkinkan untuk mengatasi permasalahan yang sudah dipaparkan sebelumnya. Scaffolding adalah pendekatan sebagai salah satu strategi pembelajaran yang memberikan bantuan
(scaffold) kepada peserta didik dalam memecahkan masalah yang diberikan.13
Scaffolding diharapkan akan membuat peserta didik lebih memahami materi pelajaran. Peneliti akan mengembangkan LKPD berbasis scaffolding yang memuat konten percobaan untuk meningkatkan partisipasi peserta didik.
Kesuksesan belajar fisika tidak terlepas dari perilaku belajar peserta didik saat
13Putria Syabani, Darmawati, and Elya Febrita, „Development Of Students Worksheet Based
On Contracttivism Approach To Material Changes And Conservation Of Living Environment For
mereka melakukan percobaan.14 Pembelajaran eksperimen, akan meningkatkan
pemahaman dan perhatian peserta didik, serta memudahkan peserta didik
mengaitkan hubungan antara teori fisika dan contohnya kehidupan sehari-hari.15
Semakin peserta didik mendapatkan pengalaman melalui kegiatan percobaan,
maka semakin sukses pembelajaran fisika tersebut. LKPD yang dikembangkan
tidak hanya memuat konten materi dan scaffolding saja. Kumpulan soal pemahaman konsep menjadi salah satu konten yang dimuat dalam LKPD, yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik seputar materi
kalor. Kombinasi scaffolding dan kegiatan praktikum diharapkan akan membuat peserta didik bisa belajar secara madiri dan aktif, serta dapat lebih mudah
memahami konsep materi yang dipelajari.
Penelitian ini bukan penelitian pertama yang menjadikan scaffolding
sebagai basis dalam penelitiannya, scaffolding sudah pernah dijadikan basis dari penelitian pengembangan sebelumnya, antara lain; (1) Penelitian untuk
mengembangakan LKPD berbasis scaffolding sebagai media pembelajaran.16 (2) Penelitian yang mengembangkan materi ajar berbasis scaffolding untuk
14
Siska Wati Dewi Purba and Wu-Yuin Hwang, „Investigation of Learning Behaviors and Achievement of Simple Pendulum for Vocational High School Students with Ubiquitous- Physics App
Representation to Facilitate Scientific Learning‟, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 14.7 (2018), 2877 <http://www.ejmste.com/Investigation-of-Learning-Behaviors-and-Achievement-of-Simple-Pendulum-for-Vocational,90985,0,2.html>.
15 Miroslav Nemec and others, „Application of Innovative P&E Method at Technical Universities in Slovakia‟, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 13.6 (2017), 2330 <https://doi.org/10.12973/eurasia.2017.01228a>.
16
meningkatkan tingkat pemahaman peserta didik pada materi vektor.17 (3)
Penelitian yang mengembangkan modul berbasis scaffolding pada materi gerak.18 (4) Penelitian untuk menguji efektivitas LKPD berbasis scaffolding
dalam mengoptimalkan kemampuan berfikir kritis peserta didik.19
Pembeda dalam penelitian ini adalah LKPD berisi berupa materi, kegiatan
praktikum, dan soal berdasarkan indikator pemahaman konsep. LKPD akan
digunakan untuk melatih pemahaman konsep peserta didik. Berdasarkan uraian
yang telah dipaparkan, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai
“Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Scaffolding padaMateri Kalor Untuk Melatih Pemahaman Konsep Peserta Didik”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, permasalahan dapat diidentifikasikan menjadi:
1. Kurang bervariasinya media pembelajaran yang digunakan pendidik
dalam mengajar.
17 Agus Harydi and Hainur Rasyid Achmadi, „Pengembangan Materi Ajar Berbasis Scaffolding Pada Pokok Bahasan Analisis Vektor Di SMAN 1 Waru Pamekasan‟, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2.3 (2013), 176–78 <jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/6719/32/article.pdf>.
18
Budaeng, Ayu, and Pratiwi Op. Cit., 31.
19 Dyah Ayu Setyarini, Subiki, and Supeno, „Kemampuan Berfikir Kritis Siswa
Dalam
Pembelajaran IPA (Fisika) SMP Dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa Berbasis Scaffolding‟, in
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 (Jember, 2017), II, 5
2. Belum dikembangkannya media pembelajaran berupa LKPD berbasis
Scaffolding.
3. Peserta didik masih menganggap pelajaran IPA khususnya fisika sebagai
pelajaran yang sulit.
4. Kurang partisipatifnya peserta didik dalam pembelajaran di kelas.
C. Batasan Masalah
Untuk membatasi masalah dalam penelitian ini , maka peneliti
membatasi masalah sebagai berikut:
1. Media yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis scaffolding.
2. Materi yang dimuat dalam LKPD adalah kalor pada kelas VII.
3. LKPD memuat kegiatan praktikum di dalamnya.
4. Implementasi produk dibatasi pada uji kelayakan serta respon guru dan
peserta didik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah LKPD berbasis scaffolding pada materi kalor layak untuk digunakan?
2. Bagaimana respon guru dan peserta didik terhadap LKPD berbasis
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui kelayakan LKPD berbasis scaffolding pada materi kalor untuk kelas VII SMP/MTs.
2. Untuk mengetahui respon guru peserta didik terhadap LKPD berbasis
scaffolding pada materi kalor untuk kelas VII SMP/MTs. F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah: 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan serta
memajukan pola pikir peneliti dan pembaca mengenai LKPD berbasis
scaffolding pada materi kalor untuk melatih pemahaman konsep fisika peserta didik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Memberikan pengetahuan dan pengalaman nyata tentang
b. Bagi peserta didik
Memberikan media pembelajaran alternatif untuk memecahkan
masalah dalam keterbatasan memahamai konsep fisika pada materi
kalor.
c. Bagi Pendidik
Meningkatkan variasi media pembelajaran, menjadi bahan
pertimbangan untuk menggunakan LKPD bebasis scaffolding sebagai pendukung pembelajaran untuk meningkatkan ketertarikan peserta
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Pengembangan Media
Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan desain pembelajaran
(Instructional Design). Jenis penelitian ini adalah proses sistematis yang membantu
menciptakan dan mengembangkan bahan ajar secara efektif, menarik, dan efisien
dalam lingkungan yang mendukung, baik menggunakan seni, ilmu pengetahuan,
maupun teori pembelajaran (Instructional).1 Pada penelitian ini peneliti
mengembangkan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis scaffolding yang akan dijadikan sebagai sumber belajar peserta didik.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan desain
pembelajaran (Instructional Design) dengan menggunakan model ADDIE. Tahapan
model ini yaitu analysis, design, development, implementation, dan evaluation
yang merupakan singkatan dari komponen penting dalam proses menciptakan
desain instruksional itu sendiri.2 Tahapan tersebut meliputi: (1) tahap analisis
(analysis), (2) tahap perancangan produk awal (design), (3) tahap pengembangan
1 Nada Aldoobie, „ADDIE Model Analysis Phase‟, American International Journal of
Contemporary Research, 5.6 (2015), 68–72 <https://doi.org/10.13140/2.1.4687.6169>.
2
Jumaidin Budaeng, Hena Dian Ayu, and Hestiningtyas Yuli Pratiwi, „Pengembangan Modul
IPA Terpadu Berbasis Scaffolding Pada Tema Gerak Untuk Siswa Kelas VIII SMP/MTs‟, Physisc
Education Journal, 1.1 (2017), 31–44
produk (development), (4) tahap implementasi produk (implementation), (5) tahap evaluasi produk (evaluation).3
Gambar 2.1.Tahapan-tahapan Pengembangan Instructional Design Model ADDIE4
3 Lawrence Cheung, „Using the ADDIE Model of Instructional Design to Teach Chest
Radiograph Interpretation‟, Journal of Biomedical Education, 2016 (2016), 1–6 <https://doi.org/10.1155/2016/9502572>.
4
Kobra Azimi, Jafar Ahmadigol, and Hasan Rastegarpour, „A Survey of the Effectiveness of
Instructional Design ADDIE and Multimedia on Learning Key Skills of Futsal‟, J. Educ. Manage. Stud, 5.3 (2015), 180–86 <http://jems.science-line.com/attachments/article/33/J. Educ. Manage. Stud., 5(3) 180-186, 2015.pdf>.
Analysis
(Tahap Analisis)
Design
(Tahap Perancangan Produk Awal)
Evaluation(Tahap Evaluasi Produk)
Implementation
(Tahap Implementasi Produk)
Development
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa setiap fase dalam model ADDIE adalah
saling terkait dan berinteraksi satu sama lain, fase analisis adalah tahap yang
paling penting, kemudian disempurnakan dengan evaluasi.5
Untuk menjawab rumusan masalah yang disusun, maka peneliti akan
menggunakan lima tahap penelitian tersebut. Adapun prosedur yang dilakukan
peneliti dapat digambarkan seperti pada gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2.Langkah-langkah Penelitian yang akan dijalankan Berikut adalah lima langkah pengembangan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan produk akhir yang siap untuk diterapkan dalam lembaga
pendidikan:
5
Azimi, Ahmadigol, and Rastegarpour, Loc. Cit.
Analysis (Tahap analisis kebutuhan guru dan peserta didik)
Implementation(Tahap implementasi produk atau uji coba produk kepada peserta didik)
Development (Tahap pengujian produk melalui uji validasi oleh para ahli dan guru fisika)
Evaluation (Tahap evaluasi produk dari hasil uji coba ke peserta didik yang menjadi revisi akhir produk)
1. Tahap pertama pada penelitian pengembangan ini adalah tahap analisis
(analysis), pada tahap ini peneliti menganalisis perlunya pengembangan LKPD berbasis scaffolding dan juga menganalisis kelayakan serta syarat-syarat pengembangan produk tersebut.
2. Tahap kedua yaitu perancangan produk awal (design), merupakan kegiatan perancangan produk sesuai dengan yang dibutuhkan.
3. Tahap ketiga yaitu tahap pengembangan produk (development), pada tahap ini peneliti merealisasikan rancangan produk, yaitu LKPD berbasis scaffolding, kemudian melaksanakan pengujian produk melalui uji validasi oleh para ahli
dan respon dari guru yang bersangkutan.
4. Tahap keempat yaitu tahap implementasi produk (implementation), setelah LKPD berbasis scaffolding melalui uji validasi oleh ahli maka LKPD berbasis
scaffolding diujicobakan kepada peserta didik untuk dapat mengetahui tanggapan peserta didik mengenai LKPD berbasis scaffolding yang telah dikembangkan.
5. Kemudian tahap akhir yaitu tahap evaluasi produk (evaluation), pada tahap ini produk dievaluasi sebagai bentuk revisi dari hasil uji coba peserta didik.
Apabila dalam uji coba lapangan masih ditemukan kekurangan, maka perlu
dilakukan tahap evaluasi, dimana peneliti melakukan penyempurnakan
(LKPD) berbasis scaffolding pada materi kalor untuk melatih pemahaman konsep peserta didik.
B. Acuan Teoretik
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin Medius yan secara harfiah berarti perantara, tengah, atau pengantar. Media juga dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang
pikiran, rasa, perhatian dan kemampuan siswa agar mau terlibat dalam
proses pembelajaran.6 Namun secara khusus, media pembelajaran
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis sebagai perancah
informasi visual atau verbal.7
b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Jenis media dalam pembelajaran dapat digolongkan sebaagai berikut:
1. Media grafis/cetak seperti LKPD, modul, poster, kartun, dan komik.
2. Media tiga dimensi, yaitu media dalam bentuk nyata yang memiliki
panjang, lebar, dan tinggi.
3. Media proyeksi seperti slide, video, dan film.
6
M.A Dr. Benny A. Priadi, Media Dan Teknologi Dalam Pembelajaran, ed. by Jefri, 1st edn (Jakarta: KENCANA, 2017).
7
4. Lingkungan sebagai media pembelajaran.8
c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki 6 fungsi utama sebagai berikut:
1. Fungsi atensi, untuk menarik perhatian peserta didik
2. Fungsi motivasi, untuk meningkatkan motivasi peerta didik dalam
belajar
3. Fungsi afeksi, untuk menumbuhkan kesadaran emosi dan sikap
peserta didik terhadap materi pelajaran
4. Fungsi kompensatori, mengakomodasi peserta didik yang lemah
dan membantunya dalam memahami pelajaran.9
2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) a. Pengertian LKPD
LKPD adalah Sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat
membantu siswa maupun guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
yang termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi cetak.10 LKPD
menurut Trianto (2011) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran
berisi tugas yang di dalamnya berisi petunjuk dan langkah- langkah untuk
menyelesaikan tugas.11
8
Dr. Benny A. Priadi, Op. Cit., 13.
9
Isriani Hardini, S.S. and Dewi Puspitasari.
10Sri Latifah, Eka Setiawati, and Abdul Basith, „Pengemba
ngan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berorientasi Nilai-Nilai Agama Islam Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Pada Materi
Suhu Dan Kalor‟, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi, 5.1 (2016), 43–52.
11
b. Tujuan dan Fungsi LKPD Berikut adalah tujuan LKPD:
1. Tujuan latihan, peserta didik diberi serangkaian tugas/aktivitas latihan.
2. Menerangkan penerapan (aplikasi), peserta didik dibimbing untuk
menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian
dari serangkaian soal-soal tertentu.
3. Kegiatan penelitian, mengikut-sertakan sejumlah siswa dalam
penelitian dalam suatu bidang tertentu, peserta didik ditugaskan untuk
mengumpulkan data tertentu , kemudian menganalisis data tersebut.
4. Penemuan, dalam lembaran kerja ini peserta didik dibimbing untuk
menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi
itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu
perkiraan.12
Adapun beberapa fungsi LKPD antara lain:
1. Membantu peserta didik untuk menemukan suatu konsep dengan
mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit,
sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, memuat
apa yang (harus) dilakukan peserta didik meliputi melakukan,
mengamati, dan menganalisis.
Development‟, in Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Lampung, 2016), pp. 37–58 <https://doi.org/10.13140/RG.2.2.10539.85285>.
12
Sri Oktari, Nengah Maharta, and Chandra Ertikanto, „Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri
2. Membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai
konsep yang telah ditemukan.
3. Sebagai penuntun belajar, penguatan, dan juga berfungsi sebagai
petunjuk praktikum.13
c. Standar LKPD yang Baik
LKPD dikatakan berkualitas baik bila memenuhi sebagai berikut :
1. Syarat-syarat Didaktik
LKPD sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya PBM haruslah
memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKPD harus mengikuti
asas-asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu :
a) Memperhatikan adanya perbedaan individual.
b) Tekanan pada prosesuntuk menemukankonsep-konsep.
c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan
siswa.
d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional,
moral, dan estetika pada diri siswa.
e) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan
pribadi siswa dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
2. Syarat-syarat Konstruksi
Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran,
13
dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti
dapat dimengerti oleh pengguna yaitu siswa.
a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan
siswa.
b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.
c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa.
d) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka.
e) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan
keterbacaan siswa.
f) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada
siswa untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKPD.
g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.
h) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.
i) Dapat digunakan untuk semua siswa, baik yang lamban maupun
yang cepat.
j) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber
motivasi.
3. Syarat-syarat Teknis
a) Tulisan
1) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin
atau Romawi.
2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf
biasa yang diberi garis bawah.
3) Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris.
4) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan
jawaban siswa.
5) Usahakan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar
serasi.14
d. Langkah Pengembangan LKPD
Pengembangan LKPD dapat dilakukan dengan dengan mengadaptasi
langkah-langkah pengembangan Modul / Paket Belajar. Berdasakan
langkah-langkah pengembangan Modul dan Paket Belajar tersebut, maka
LKPD dapat dikembangkan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan judul dan materi yang akan dimuat dalam LKPD.
2. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan
Standar Kompetensi.
14
Dyah Shinta Damayanti, Nur Ngazizah, and Eko Setyadi K, „Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi Listrik Dinamis Sma Negeri 3 Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran
3. Menyiapkan rangkuman materi beserta soal-soal pemahaman yang
akan dimasukkan dalam LKPD.
4. Menetapkan konten scaffolding yang akan diberikan pada LKPD, seperti; motivasi, sekilas info materi, serta penyelesaian soal dengan
sintak scaffolding.
5. Menetapkan alternatif kegiatan (pengalaman belajar) berupa kegiatan
praktikum, yang dapat memberikan peluang lebih kepada peserta didik
dalam memahami konsep materi.
6. Menetapkan desain LKPD yang sesuai dengan materi dengan
semenarik mungkin.
7. Menyusun LKPD yang lengkap, yaitu menuangkan hasil-hasil yang
telah dilakukan menjadi sebuah LKPD.15
3. Scaffolding
Metafora scaffolding (perancah) awalnya diusulkan untuk menggambarkan bagaimana orang tua dan guru memberikan bantuan yang
dinamis kepada balita.16 Pernyataan tersebut mengumpamakan peserta didik
sama seperti balita namun pada konteks pembelajaran di sekolah. Dukungan
atau bantuan ini bertujuan untuk memperluas kemampuan peserta didik saat
ini, tetapi tetap membiarkan peserta didik melakukan sebagian besar
15 Das Salirawati, „Penyusunan Dan Kegunaan LKS Dalam Proses Pembelajaran‟,
Jurrnal Online, 2004, 4
<https://scholar.google.co.id/scholar?cluster=9910012516550974052&hl=id&as_sdt=0,5>.
16
pekerjaan yang diperlukan untuk memecahkan masalah.17 Dengan demikian,
scaffolding (perancah) akan membantu mengisi kekosongan dalam kemampuan dan pengetahuan peserta didik sehingga mereka dapat
menyelesaikan tugas. Scaffolding juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk pendampingan (apprenticeship) kognitif yang dapat digunakan untuk
mengoptimalkan pembelajaran peserta didik.18
Berdasarkan kajian teoritis, scaffolding merupakan teknik pemecahan masalah untuk tingkat pemula yang yang biasanya lebih terfokus pada
pengetahuan prosedural, yang berbentuk pemberian bantuan secara terstruktur
yang dapat diterapkan pada semua model pembelajaran.19 Menurut Kirschner
et al., (2006) dan Shell et al., (2010) menyarankan adanya bantuan secara
bertahap yang diberikan oleh guru sehingga dapat membantu siswa dalam
membangun pengetahuan pada saat proses pembelajaran.20 Scaffolding akan menjembatani pengetahuan awal siswa dengan prestasi belajar yang hendak
dicapai, dengan mengurangi kesulitan tugas-tugas melalui penerapan
17
Ibid.
18 Rindu Rahmatiah, Supriyono Koes H, and Sentot Kusairi, „Pengaruh Scaffolding
Konseptual Dalam Pembelajaran Group Investigation Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA
Dengan Pengetahuan Awal Berbeda‟, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, II.2 (2016), 45–56 <http://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JPFT/article/view/288>.
19 Agus Harydi and Hainur Rasyid Achmadi, „Pengembangan Materi Ajar Berbasis Scaffolding Pada Pokok Bahasan Analisis Vektor Di SMAN 1 Waru Pamekasan‟, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2.3 (2013), 174–79 <jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/6719/32/article.pdf>.
20 Dyah Ayu Setyarini, Subiki, and Supeno, „Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Dalam
keterampilan secara bertahap.21 Menurut Veale, dkk, ujuan dari scaffolding
adalah untuk menjaga hubungan ide yang dimaksudkan bahkan dalam konteks
dimana pengetahuan sistem tidak cukup untuk sebuah interpretasi yang
lengkap.22
Salah satu teori yang melandasi scaffolding adalah teori Vygotsky.
Scaffolding berdasarkan teori Vygotsky adalah tentang konsep pembelajaran dengan bantuan (Assisted Learning). Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah
pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang
memungkinkan peserta didik itu belajar mandiri. Menurut teori Vygotsky,
pembelajaran berbantuan adalah teknik mengajar yang akan diterapkan,
dimana pendidik memandu pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta
didik bisa menguasai materi yang dipelajari dengan tuntas serta mengajak
peserta didik untuk berpikir lebih aktif. Vygotsky meyakini bahwa
pembelajaran terjadi saat peserta didik mengerjakan beberapa tugas yang
belum dipelajari namun tugas tersebut masih dalam jangkauan
kemampuannya (tugas-tugas ini berada dalam zona of proximal development
mereka). Zona of proximal development (zona perkembangan terdekat) adalah
21
Khoirul Haniin, Markus Diantoro, and Supriyono Koes H, „Pengaruh Pembelajaran TPS
Dengan Scaffolding Konseptual Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Masalah Sintesis Fisika‟,
Jurnal Pendidikan Sains, 3.3 (2015), 99 <http://journal.um.ac.id/index.php/jps/article/view/7875>.
22
daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya dan tingkat perkembangan
potensi.23
Vygotsky mengidentifikasi empat tahap pembelajaran scaffolding , yaitu:
1) Tahap pertama adalah pemodelan, dengan penjelasan verbal.
2) Tahap kedua adalah peniruan peserta didik dari keterampilan yang
telah mereka lihat atau dimodelkan oleh pendidik mereka,
termasuk penjelasan. Selama fase ini, pendidik harus terus
menerus menilai pemahaman peserta didik dan sering menawarkan
bantuan dan umpan balik.
3) Tahap ketiga adalah periode ketika pendidik mulai menghapus
bimbingannya. Pendidik mengurangi untuk menawarkan bantuan
dan umpan balik kepada murid-muridnya ketika murid–murid
mereka mulai menguasai konten.
4) Pada tahap empat, para peserta didik telah mencapai tingkat ahli
penguasaan. Mereka dapat melakukan tugas baru tanpa bantuan
dari pendidik mereka.24
23Adi Nur Cahyono, „Vygotskian Perspective : Proses Scaffolding Untuk Mencapai Zone of
Proximal Development ( ZPD ) Peserta Didik Dalam Pembelajaran Matematika‟, Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2010, 443 <https://bit.ly/2DF3Udl>.
a. Macam-macam dan Fungsi Scaffolding
1. Scaffolding Konseptual
Bertujuan membantu peserta didik mengidentifikasi perbedaan
tingkatan pengetahuan, antara apa yang sudah mereka ketahui dan apa
yang perlu mereka ketahui. Membimbing peserta didik untuk
memahami konten masalah, memberikan dukungan dalam
meningkatkan pemahaman mereka mengenai masalah serta
pengetahuan terkait. Scaffolding konseptual akan mendorong peserta didik untuk merencanakan animasi atau eksperimen, mengarahkan
peserta didik kepada perencanaan yang sangat penting.
2. Scaffolding Strategis
Membantu peserta didik mempertimbangkan dan merumuskan
pendekatan alternatif mengatasi masalah berdasarkan solusi awal atau
sementara.
3. Scaffolding Metakognitif
Membantu peserta didik dalam mengevaluasi pemikiran mereka,
menilai keadaan mereka dalam memahami, merefleksikan pemikiran
mereka dan memantau proses pemecahan masalah mereka.
4. Scaffolding Motivasi
Bertujuan untuk meningkatkan motivasi akademik peserta didik
dalam targetannya, salah satunya: meningkatkan harapan peserta didik
penentuan nasib sendiri dari perilaku, persepsi tujuan penguasaan,
kemampuan untuk mengatur emosi akademik, dan persepsi
kepemilikan.25
4. Kalor
a. Definisi Kalor
Kalor adalah energi panas yang berpindah dari benda yang suhunya
lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda
bersentuhan. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda
sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit. Hubungan antara kalor Q dan massa air m secara matematis dapat dirumuskan :
Q
=
m.c.
ΔTatau
m. c. (
T2–
T1)
……….
(1)
Keterangan:
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg) c adalah kalor jenis (J/kgC) ΔT adalah perubahan suhu (oC)
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
C
= Q
/
(
ΔT)
……… .
(2)
25
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 oC.
c
=
Q/
m (
ΔT)
……… . …
(3)
Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk
persamaan baru
C =
m.. c ……… .
(4)
b. Perpindahan Kalor
Kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan tiga
cara, yaitu konduksi (hantaran), konveksi (aliran), dan radiasi (pancaran).
Seperti yang ditunjukan pada gambar berikut:
Sumber: https://is.gd/hXlz9P
Gambar 2.4. Ilustrasi Konduksi, Konveksi dan Radiasi
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor.
c. Perubahan Wujud Zat
Es yang dipanaskan (diberi kalor) maka beberapa waktu kemudian
es berubah wujud menjadi air, dan selanjutnya air berubah wujud menjadi
uap. Demikian pula jika uap air didinginkan, maka beberapa waktu
kemudian uap air berubah wujud menjadi air. Selanjutnya air akan
berubah wujud menjadi es. Perubahan wujud zat secara singkat disajikan
pada gambar 2.6.
Gambar 2. 11 sebagai berikut:
Gambar 2.6. Skema perubahan wujud zat d. Asas Black
.Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda
kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari
benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini
akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda
sama). Jika pertukaran kalor hanya terjadi antara air panas dan air dingin
(tidak ada kehilangan kalor ke udara sekitar cangkir) maka sesuai prinsip
kekekalan energi; kalor yang dilepaskan oleh air panas (Qlepas) sama
dengan kalor yang diterima air dingin (Qterima).
Secara matematis dapat dirumuskan :
Qlepas
=
Qterima
………
(7)
5. Pemahaman Konsep
Pemahaman terhadap konsep adalah bagian penting dalam proses
pembelajaran dan pemecahan masalah, baik di dalam proses belajar itu sendiri
maupun dalam lingkungan kehidupan sehari-hari.26 Pemahaman konsep dapat
diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam memahami makna secara
ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.27 Dalam Jurnal Irwandani dan Sani Rofiah, Anderson dan
Krathwohl (2001) membagi 7 (tujuh) proses-proses kognitif dalam aspek
memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menarik inferensi, membandingkan dan menjelaskan.28
Pembelajaran kognitif bertujuan memperbaiki pemahaman siswa tentang
konsep yang dipelajari.29
26 Irwandani and Sani Rofiah, „Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap
Pemahaman Konsep Fisika Pokok Bahasan Bunyi Peserta Didik MTs Al-Hikmah Bandar Lampung‟, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 4.2 (2015), 165–77 <https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v4i2.90>.
27 Muhammad Satriawan and Rosmiati, „Pengemban
gan Bahan Ajar Fisika Berbasis Kontekstual Dengan Mengintergrasikan Kearifan Lokal Untuk Menigkatkan Pemahaman Konsep
Fisika Pada Mahasiswa‟, Jurnal Penelitian Pendidikan Sains, 6.2 (2016), 1212–17 <https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpps/article/view/540/391>.
28
Irwandani and Rofiah, Loc. Cit.
29
Tabel 2.3. Katagori dan Proses koqnitif Pemahaman30 Katagori dan Proses
koqnitif (Categories & Cognitive Processes)
Indikator Definisi (definition)
Pemahaman (Understand)
Membangun makna berdasarkan tujuan pembelajaran, mencakup, komunikasi oral, tulisan dan grafis(Construct meaning from instructional messages, including oral, written, and graphic communication)
1.Interpretasi
(interpreting)
Klarifikasi (Clarifying)
Paraphrasing (Prase)
Mewakilkan (Representing)
Menerjemahkan (Translating)
Mengubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain
(Changing from one form of representation to another ) atau ilustrasi dari suatu konsep atau prinsip
(Finding a specific example or illustration of a concept or principle)
Menentukan sesuatu yang dimiliki oleh suatu katagori
(Determining that something belongs to a category ) umum atau poin-poin utama (Abstracting a general theme or major point(s))
5.Inferensi (inferring) Menyimpulkan (Concluding) logis dari informasi yang disajikan (Drawing a logical conclusion from presented information)
Katagori dan Proses koqnitif (Categories &
Cognitive Processes)
Indikator Definisi (definition)
Pemahaman (Understand)
Membangun makna berdasarkan tujuan pembelajaran, mencakup, komunikasi oral, tulisan dan grafis(Construct meaning from instructional messages, including oral, written, and graphic communication)
6.Membandingkan dua ide, objek atau hal hal serupa (detecting
correspondences between two ideas, objects, and the like )
7.Menjelaskan
(explaining)
mengkontruksi model (Constructing models)
Mengkontruksi model sebab akibat dari suatu sistem (Constructing a cause and effect model of a system )
C. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan refrensi yang sudah dipelajari oleh peneliti, terdapat beberapa
penelitian yang terkait atau relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti kali
ini, Pada penelitian yang dilakukan oleh Rasyid Ahmadi yang mengembangkan
bahan ajar yang berbasis scaffolding, terlihat siswa sangat tertarik dengan dengan hal tersebut. Terbukti dengan presentase 100% yang didapatkan dari angket
respon peserta didik. Kemudian pemahaman konsep peserta didikpun meningkat,
ini terlihat dari hasil belajar kognitif peserta didik yang pada pre-test tidak
dan kemudian diberikan post-test 14 dari 16 peserta didik mendapatkan nilai
melebihi KKM.31
Penelitian Lazulva tentang LKS berbasis scaffolding, LKS ini dirancang dengan model saintifik yang memuat unsure 5M. Ahli desain media memberikan nilai 82,35% dan ahli materi memberi 87,60% kemudian untuk nilai akhir yang
didapat adalah penjumlahan dari dua nilai ini kemudian diambil nilai rata-rata
darim kedua nilai tersebut. Hasil nya adalah 84,98%. Dimana nilai ini sudah
termasuk dalam rentang nilai yang tinggi, yaitu 81% - 100%.. maka LKS
berbasis scaffolding ini sudah dikatakan sangat valid dan layak untuk diujikan.32 Penelitian oleh Jumaidin Budaeng Hena Dian Ayu, dan Hestiningtyas Yuli
Pratiwi yang menembangkan modul berbasis scaffolding pada materi gerak. Model yang digunakan dalam menyokong modul adalah model keterpaduan tipe
shared yaitu pengajaran yang melibatkan dua disiplin ilmu, difokuskan pada
konsep yang sama dalam satu tema. Modul IPA Terpadu Berbasis Scaffolding
pada Tema Gerak untuk siswa dan guru yang dikembangkan mendapat penilaian
kriteria “Sangat Baik” dari validator dan dapat diterima siswa dan guru layak
untuk digunakan sebagai bahan ajar.33
Penelitian oleh Dyah Ayu Setyarini tentang pengembangan LKS berbasis
scaffolding untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. LKS yang
31
Harydi and Achmad, Loc. Cit.
32Wahyuni Rizka Dharma and Lazulva, „Desain Dan Uji Coba L
embar Kerja Siswa Dengan
Pendekatan Scaffolding‟, Jurnal Pendidikan Kimia Dan Terapan, 1.1 (2017), 50 <http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/konfigurasi/article/view/4054>.
33
dikembangkan berisi konten soal berdasarkan indikator berfikir kritis.
kesimpulan dari penelitian ini adalah siswa berkemampuan tinggi memerlukan
scaffolding paling sedikit diantara siswa berkemampuan sedang dan rendah setiap pertemuannya, sedangkan siswa berkemampuan rendah membutuhkan
scaffolding paling banyak setiap pertemuannya.34
Dari uraian mengenai penelitian relevan yang sudah dipaparkan, scaffolding dapat mempengaruhi tujuan pembelajaran. Scaffolding sudah dicobakan tidak hanya pada LKPD, tetapi juga pada modul dan bahan ajar. Namun penelitian
tersebut masih sangat terbatas jumlahnya. Pada penelitian ini, peneliti akan fokus
mengembangkan LKPD berbasis scaffolding yang dikolaborasikan dengan kumpulan soal-soal pemahaman konsep pada materi kalor, agar dapat
mengerucutkan fungsi yang diinginkan dari LKPD yang dikembangkan.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1) Tempat Penelitian
Tempat akan dilaksanakannya penelitian pengembangan ini yaitu di MTs
Darul Fatah Campang Tiga Lampung Selatan, SMPN 1 Abung Semuli Lampung
Utara, SMPN 21 Bandar Lampung, sedangkan tahap uji coba produk akan
dilaksanakan pada peserta didik kelas VII.
2) Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari tahap persiapan hingga selesai,
seperti pada matriks dibawah ini. Waktu akan dilaksanakannya uji coba adalah
satu kali pertemuan tiap sekolah.
Tabel 3.1. Waktu Penelitian
No. Minggu ke- Bulan Tahun Keterangan
1. 2-4 Agustus -
September
2018 Pemantapan produk
2. 1-4 Oktober 2018 Uji coba produk
B. Karakteristik Sasaran Penelitian
Karakteristik sekolah yang akan dilaksanakan penelitian yakni 2 sekolah,
dengan satu sekolah berbasis islam dan satu sekolah umum. Karakteristik sekolah
dengan satu sekolah pernah menggunakan LKPD sebelumnya namun sekarang
sudah tidak lagi menggunakan media LKPD tersebut dan satu sekolah yang masih
menggunakan LKPD. Karateristik sekolah dengan distribusi kelas sebagai
berikut:
Tabel 3.2. Sasaran Penelitian
Sekolah Kelas Jumlah Kelas Jumlah peserta
didik
MTs Darul Fatah Campang Tiga
VII,
VIII 2 25
SMP NEGERI 1 Abung
Semuli VII 2 40
C. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan dan metode penelitian pengembangan desain pembelajaran
(Instructional Design) model ADDIE. Model pengembangan tersebut memiliki 5
tahapan pengembangan yaitu: tahap analisis (analysis), (2) tahap perancangan produk awal (design), (3) tahap pengembangan produk (development), (4) tahap implementasi produk (implementation), (5) tahap evaluasi produk (evaluation).1 Produk yang dihasilkan berupa LKPD berbasis scaffolding pada materi suhu dan kalor yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam melatih pemahaman konsep
peserta didik. LKPD yang dikembangkan memuat materi kalor.
1
D. Langkah-langkah Pengembangan Media 1. Tahap analisis (Analysis)
Kegiatan awal sebelum melakukan pengembangan terhadap produk
LKPD ini adalah penelitian pendahuluan.Penelitian pendahuluan berupa
observasi awal dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
observasi sekolah sekaligus pemberian angket kepada peserta didik kelas VII
MTs Darul Fatah Campang Tiga Lampung Selatan dan SMPN 1 Abung
Semuli Lampung Utara.
Informasi yang didapat dari sekolah MTs Darul Fatah Campang Tiga
Lampung Selatan, sekolah tersebut sudah pernah menggunakan LKPD
dalam pembelajarannya. Namun sekarang tidak digunakan lagi karena
menurut guru mata pelajaran yang terkait, LKPD yang ada sebelumnya
belum bisa memaksimalkan pembelajaran baik dalam menarik minat peserta
didik dan memudahkan peserta didik dalam memahami konsep yang
dipelajari. Permasalahan SMPN 1 Abung Semuli Lampung Utara hampir
serupa. LKPD yang digunakan hanya sebagai pemandu kegiatan praktikum
saja. Peserta didikpun mengatakan masih membutuhkan bantuan lebih untuk
dapat memahami materi kalor. Berdasarkan pengumpulan informasi
tersebut, maka peneliti menganalisis perlunya pengembangan LKPD
2. Tahap perancangan produk awal (Design)
Setelah melakukan tahap analisis dari di temukannya masalah pada
tahap sebelumnya, maka kemudian peneliti melakukan pengkajian materi
dan pengkajian konten pada LKPD, lalu hasil dari analisis digunakan sebagai
acuan dalam pengembangan LKPD berbasis scaffolding. a. Pengkajian Materi
Pada tahap ini ditentukan materi yang akan di sampaikan pada peserta
didik. Materi yang pilih dalam penlitian ini adalah materi kalor,
kemudian ditentukan indikator dari materi yang pilih sebagia
rambu-rambu dalam pembuatan LKPD yang diinginkan.
b. Perancangan Produk
Setelah melakukan penetapan dan pemantapan materi, kemudian
peneliti melakukan perencanaan awal dalam pembuatan produk berupa
Lembar Kerja Peserta Didik. LKPD yang dirancang sesuai dengan
kompetensi dasar, silabus dan berbasis scaffolding pada materi kalor kelas VII SMP/MTs. Langkah pembuatan produk melalui beberapa
tahapan, diantaranya:
1) Membuat judul
2) Menentukan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang
Kompetensi Inti:
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong-royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata
Kompetensi Dasar:
3.4 Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor,
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk
mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan
hewan
3) Menentukan susunan materi
No. Materi
1 Definisi Kalor 2 Perpindahan Kalor 3 Perubahan Wujud Zat
4) Menentukan ukuran kertas, font, spasi, dan jenis huruf yang akan digunakan dalam penyusunan LKPD.
Adapun ukuran kertas yang digunakan adalah folio.