• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA P ESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA P ESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK - Raden Intan Repository"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

i

SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Fisika

Oleh

RIYO ARIE PRATAMA NPM. 1411090058

Jurusan : Pendidikan Fisika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

(2)

ii

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA P ESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH

PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Fisika

Oleh :

RIYO ARIE PRATAMA NPM: 1411090058

Jurusan : Pendidikan Fisika

Pembimbing I : Sri Latifah, M.Sc. Pembimbing II : Antomi Saregar, M.Pd, M.Si.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

(3)

iii ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah upaya mewujudkan pembelajaran mandiri bagi peserta didik. Belum dikembangkannya LKPD berbasis scaffolding

untuk melatih pemahaman konsep peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan LKPD berbasis scaffolding melalui hasil validasi ahli serta mengetahui respon pendidik dan peserta didik terhadap kemenarikan LKPD berbasis scaffolding yang dikembangkan oleh peneliti.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan desain pembelajaran (Instructional Design) dengan menggunakan model ADDIE. Subjek penelitian yang terlibat terdiri dari ahli (ahli materi dan ahli media) dan peserta didik kelas VII SMP/MTs. Ahli memberikan penilaian terhadap tingkat kevalidan materi dan kesesuaian desain, praktisi menilai kevalidan LKPD berbasis scaffolding, sedangkan pendidik dan peserta didik menilai tingkat kemenarikan LKPD berbasis scaffolding yang dikembangkan oleh peneliti.

Hasil penelitian yang didapatkan adalah kelayakan LKPD berbasis

scaffolding berdasarkan penilaian ahli dikriteriakan sangat layak, dengan persentase validasi ahli media 88% dan ahli materi 91%. Pendidik dan peserta didik memberikan respon positif terhadap kemenarikan LKPD berbasis

scaffolding sebagai media pembelajaran, dengan persentase respon pendidik 91.25%, uji kelompok kecil 87.3%, dan uji lapangan 88.1%. Pengembangan LKPD berbasis scaffolding dinyatakan sangat layak dan mendapatkan respon positif untuk dijadikan sebagai media pembelajaran.

.

(4)

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Alamat: Jl.Letkol H.Endro Suratmin, Sukarame, B. Lampung 35131 Telp.(0721)783260

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

(LKPD) BERBASIS SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK

Nama Mahasiswa : Riyo Arie Pratama

NPM : 1411090058

Jurusan : Pendidikan Fisika

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

MENYETUJUI

Untuk dimunaqasyahkan dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Latifah, M.Sc. Antomi Saregar, M.Pd, M.Si.

NIP. 197903212011012003 NIP. 198604072015031005

Mengetahui, Ketua Jurusan Fisika

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Alamat : Jl. Let. Kol. H. Suratmin Sukarame Bandar Lampung Telp.(0721) 703289

PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

BERBASIS SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH

PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK. Disusun oleh Riyo Arie Pratama. NPM

1411090058, Prodi Pendidikan Fisika, Telah Diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan pada hari / tanggal : Rabu / 5 Desember 2018

TIM MUNAQOSYAH

Ketua : Syofnidah Ifrianti, M.Pd. (………...)

Sekretaris : Sodikin, M.Pd. (………..….)

Penguji Utama : Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd. (…………..…….)

Penguji Pendamping I : Sri Latifah, M.Sc. (………..….)

Penguji Pendamping II : Antomi Saregar, M.Pd., M.Si. (………..….)

Mengetahui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

(6)

vi

MOTTO

Artinya; “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan

memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbill’alamin, puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta karunia-Nya. Tak lupa

shalawat dan salam selalu tercurah untuk Rasulullah Muhammad SAW. Dengan

ketulusan hati peneliti persembahkan ini kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Yoyok Mustiyo dan Ibu Sri Lestari dengan

atas ketulusannya mencurahkan kasih sayang kepadaku, dengan

kesabarannya memberikan nasehat, motivasi, dukungan, dan mendo’akanku

disetiap waktu demi keberhasilanku.

(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Riyo Arie Pratama, dilahirkan pada tanggal 13 April 1996 di

Lampung Utara, tepatnya di Desa Semuli Raya. Peneliti merupakan putra tunggal dari

pasangan Yoyok Mustiyo dan Sri Lestari.

Pendidikan formal yang dilalui peneliti dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 1

Semuli Raya lulus pada tahun 2008. Peneliti melanjutkan pendidikan di SMP Negeri

1 Abung Semuli dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2014 peneliti lulus dari

jenjang Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Abung Semuli.

Ditahun yang sama (2011), peneliti resmi menjadi mahasiswa UIN Raden

Intan Lampung yang kala itu masih bernama IAIN Raden Intan Lampung, pada

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Fisika. Semenjak mulai kuliah,

peneliti aktif berkegiatan di beberapa organisasi internal kampus seperti UKM

MENWA dan Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI). Selain itu juga peneliti

berproses di organisasi eksternal Ikatan Himpunan Mahasiswa Indonesia

(IHAMAFI). Pada tahun 2016, peneliti melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di desa

Campang Tiga, Lampung Selatan, kemudian setelah itu dilanjutkan dengan PPL di

SMAN 1 Bandar Lampung. Selama kuliah di UIN Raden Intan Lampung peneliti

(9)

ix

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayahnya maka peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

BERBASIS SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR UNTUK MELATIH

PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK” ini. Shalawat beserta salam semoga selalu senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan

keluarganya yang senantiasa menjadi uswatun hasanah bagi umat manusia.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik guna

menyelesaikan studi strata satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Raden Intan Lampung dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam studi pendidikan.

Dalam penulisan skripsi ini peneliti tidak lepas dari bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti sampaikan ucapan terima

kasih kepada Ibu Sri Latifah, M.Sc selaku pembimbing I sekaligus sekretaris

jurusan pendidikan fisika dan kepada Bapak Antomi Saregar, M.Pd, M.Si selaku

pembimbing II yang telah membagi ilmu, memberikan bimbingan dan arahan yang

sangat berharga dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, peneliti

(10)

x

dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

2. Ibu Dr. Yuberti, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Fisika.

3. Bapak Sodikin, M.Pd, Ibu Widya Wati, M.Pd, dan Ibu Heppy Komikesari,

M.Pd yang telah meluangkan waktu untuk menjadi ahli materi untuk menilai

produk yang dikembangkan peneliti.

4. Bapak Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd, Bapak Indra Gunawan, M.T, dan Ibu

Rahma Diani, M.Pd yang telah meluangkan waktu untuk menjadi ahli media

untuk menilai produk yang dikembangkan peneliti.

5. Staf dan karyawan UIN Raden Intan Lampung khususnya dilingkungan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

6. Kepala sekolah, guru, karyawan, dan peserta didik SMP Negeri 1 Abung

Semuli dan MTs Darul Fatah Campang Tiga telah memberikan izin kepada

peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Sahabat-sahabatku anggota KMDK, kelompok KKN 27, dan PPL SMAN 1

Bandar Lampung serta semua teman-teman pendidikan fisika angkatan 2014

yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasamanya selama ini.

8. Adik-adik tingkatku terkasih.

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah

(11)

xi

oleh Allah SWT.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kata

sempurna karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang peneliti miliki. Maka dari

itu kepada para pembaca hendaknya dapat memaklumi, dan peneliti berharap semoga

hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Bandar Lampung, Desember 2018 Peneliti

RIYO ARIE PRATAMA

(12)

xii

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A.Konsep Pengembangan Model ... 11

B.Acuan Teori ... 15

1. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran ... 15

b. Jenis Media Pembelajaran ... 15

c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 16

(13)

xiii

c. Standar LKPD yang Baik ... 18

d. Langkah Pengembangan LKPD ... 20

3. Scaffolding ... 21

C.Penelitian yang Relevan ... 38

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

B.Karakteristik Sasaran Penelitian ... 41

C.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 42

D.Langkah-langkah Pengembangan Media 1. Tahap Analisis ... 43

2. Tahap Perancangan Produk Awal a. Pengkajian materi ... 44

b. Perancangan produk ... 44

3. Tahapan Pengembangan Produk a. Validasi desain ... 49

4. Implementasi Produk a. Uji coba produk ... 51

5. Revisi dan Evaluasi Produk a. Revisi ... 52

b. Evaluasi ... 52

6. Pengumpulan Data dan Analisis Data a. Pengumpulan data ... 53

b. Analisis data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Pengembangan

(14)

xiv

3. Respon Pendidik ... 80

C.Kemenarikan LKPD dan Pembahasan 1. Respon Pendidik ... 80

2. Uji Kelompok Kecil ... 82

3. Uji Lapangan ... 84

D.Kelebihan LKPD ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

(15)

xv

Tabel

2.1 Kalor Jenis Berbagai Zat ... 25

2.2 Titik Lebur, titik didih, kalor lebur, dan kalor didih zat ... 32

2.3 Kategori dan Proses Kognitif Pemahaman ... 35

3.1 Waktu Penelitian ... 39

3.2 Sasaran Penelitian ... 40

3.3 Daftar Tim Validasi Produk ... 49

3.4 Krteria Interpretasi Kelayakan ... 55

3.5 Kriteria Interpretasi Kemenarikan... 57

4.1 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Materi Sebelum Revisi ... 64

4.2 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Materi Setelah Revisi ... 65

4.3 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Media Sebelum Revisi ... 67

4.4 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Media Setelah Revisi ... 68

4.5 Rekapitulasi Hasil Respon Pendidik ... 71

4.6 Saran perbaikan validasi ahli materi ... 73

4.7 Saran Perbaikan validasi ahli media ... 76

4.8 Hasil uji coba kelompok kecil peserta didik ... 80

4.9 Hasil uji lapangan peserta didik SMPN 1 Abung Semuli ... 81

4.10 Hasil uji lapangan peserta didik MTs Darul Fatah ... 82

(16)

xvi

Gambar

2.1 Tahapan-tahapan Pengembangan Model ADDIE ... 12

2.2 Langkah–langkah Penelitian yang akan dijalankan ... 13

2.3 Peralatan untuk Persamaan Kalor ... 24

2.4 Ilustrasi Konduksi, Konveksi, dan Radiasi ... 27

2.5 Kalorimeter Alumunium ... 30

2.6 Diagram Perubahan Wujud Zat ... 30

2.7 Grafik hubungan suhu, kalor, dan perubahan wujud benda ... 31

2.8 Menuangkan air dingin ke dalam air panas... 33

4.1 Bagan Langkah Pembuatan Desain Produk ... 58

4.2 Cover Depan & Cover Belakang LKPD ... 63

4.3 Perbaikan Penulisan Persamaan ... 73

4.4 Perbaikan Penjelas Gambar... 74

4.5 Perbaikan Tabel Hasil Percobaan... 74

4.6 Penambahan soal ... 75

4.7 Penambahan Pengntar Berupa Peta Konsep ... 75

4.8 Perbaikan Bahasa dan Diksi Kalimat ... 76

4.9 Perubahan Background ... 77

4.10 Perubahan Objek Gambar Pada Cover ... 77

4.11 Perbaikan Penulisan Judul Scaffolding Pada Cover ... 78

4.12 Perbaikan Header dan Footer ... 78

(17)

xvii

Tabel

4.1. Hasil Validasi Materi sebelum dan Setelah Revisi ... 65

4.2. Rekap Penilaian Validator Materi ... 66

4.3. Hasil Validasi Media sebelum dan Setelah Revisi ... 69

4.4. Rekap Penilaian Validator Media ... 70

4.5. Rekap Penilaian Respon Pendidik ... 72

4.6 Grafik hasil uji coba kelompok kecil ... 81

4.7 Grafik hasil uji lapangan ... 83

(18)

xviii

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Media

Lampiran 2 Instrumen Validasi Ahli Media

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Materi

Lampiran 4 Instrumen Validasi Ahli Materi

Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Respon Pendidik

Lampiran 6 Instrumen Respon Pendidik

Lampiran 7 Kisi-Kisi Instrumen Respon Peserta Didik

Lampiran 8 Instrumen Respon Peserta Didik

Lampiran 9 Analisis Hasil Validasi Ahli Media

Lampiran 10 Analisis Hasil Validasi Ahli Materi

Lampiran 11 Analisis Respon Pendidik

Lampiran 12 Analisis Hasil Uji Kelompok Kecil

Lampiran 13 Analisis Hasil Uji Lapangan

Lampiran 15 Kisi Soal Pemahaman Konsep

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era milenial saat ini

tergolong pesat. Sebagai indikator kemajuan suatu bangsa, pendidikan menjadi

hal yang penting dalam menyikapi perkembangan tersebut. Pendidikan berperan

penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif.1

Melalui pendidikan diharapkan bangsa Indonesia dapat beradaptasi dengan

perkembangan tersebut.2 Al-Qur‟an telah menjelaskan pentingnya pendidikan,

serta janji Allah untuk meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu

dalam surah Mujadillah ayat 58. Allah SWT berfirman:



Artinya :Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah

1 Ulfa Septi M, M. Rahmad, and Azhar, „Efektivitas Penggunaan LKPD Bermuatan Kecerdasan Komprehensif Berbasis Model PBL Pada Pembelajaran Fisika‟, Jurnal Online Mahasiswa, 5.1 (2018), 3 <https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/19517>.

2

Lilik Mutrofin, Mohamad Nur, and Leny Yuanita, „Developing Teaching Materials Using

(20)

akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Mujadillah 58:11).3

Fisika merupakan salah satu ilmu sains yang menjadi mata pelajaran wajib

serta yang paling mendasar.4 Fisika membahas berbagai hal yang berhubungan

dengan perilaku dan struktur benda. Materi dalam fisika terbagi menjadi

beberapa bagian, salah satunya kalor.5 Proses pembelajaran fisika tidak dapat

hanya sebatas pendidik menyampaikan materi kepada peserta didik, namun harus

menjadi pembelajaran yang aktif. Pembelajaran fisika dapat dikatakan proses

aktif ketika menuntut peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif dalam

belajar.6 Aktivitas belajar peserta didik tidak sekadar meniru dan membayangkan

dari apa yang diajarkan pendidik, tetapi secara aktif menguji kebenaran atas

informasi yang diterima dari pendidik sebagai pengetahuan baru.7 Aktivitas

pengujian informasi tersebut akan semakin meguatkan pemahaman peserta didik

tentang konsep yang dipelajari. Tujuan pembelajaran secara umum adalah

membekali peserta didik dengan pengetahuan yang baru. Tujuan pembelajaran

fisika tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan baru tetapi juga

3

Kementerian Agama RI, ALWASIM: Al-Qur’an Tajwid Kode Translterasi Per Kata Terjemah Per Kata (Jawa Barat: Cipta Bagus Segara, 2013), 543.

4

Douglas C Giancoli, FISIKA, 5 Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2001), 1.

5Ibid

.

6

Dea Aransa Vikagustanti, Sudarmin, and Stephani Diah Pamelasari, „Pengembangan Media Pembelajaran Monopoli IPATema Organisasi Kehidupan Sebagai Sumber Belajar Untuk Pesertan didik SMP‟, Unnes Science Education Journal, 3.2 (2014), 2 <https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej/article/view/3330>.

7

(21)

bertujuan untuk menciptakan peserta didik yang mengagungkan kebesaran

Allah.8 Pembelajaran dalam kelas memerlukan sarana dan prasarana pendukung

berupa media pembelajaran sebagai penunjang. Media pembelajaran merupakan

alat bantu dalam pembelajaran yang berisi materi pembelajaran tertentu sebagai

sumber belajar.9 Media pembelajaran akan memudahkan pendidik dalam

menyampaikan materi pelajaran kepada pesertan didik secara efektif dan

efisien.10 Dengan menggunakan media pembelajaran, diharapkan membuat

tujuan pembelajaran tercapai dengan lebih optimal.

Salah satu media pembelajaran yang direkomendasikan adalah LKPD.

LKPD merupakan perangkat pembelajaran yang berisi panduan bagi peserta

didik untuk melakukan kegiatan secara terprogram. LKPD bersifat simpel,

serbaguna, dan relatif mudah untuk diterapkan.11 Penggunaan LKPD akan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ikut aktif dalam proses

8Sri Latifah, Eka Setiawati, and Abdul Basith, „Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) Berorientasi Nilai-Nilai Agama Islam Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Pada Materi Kalor‟, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi, 5.1 (2016), 44.

9Wahyu Nuning Budiarti and Haryanto, „Pengembangan Me

dia Komik Untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Dan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV‟, Jurnal Prima Edukasia, 4.2 (2016), 235 <http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe%0APENGEMBANGAN>.

10 Ulfah Larasati Zahro, Vina Serevina, and I Made Astra, „Pengem

bangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Dengan Menggunakan Strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,

Transferring (REACT) Berbasis Karakter Pada Pokok Bahasan Hukum Newton‟, Jurnal Wahana Pendidikan Fisika, 2.1 (2017), 64 <http://ejournal.upi.edu/index.php/WapFi/article/view/4906>.

11 T. Sujarittham and others, „Developing Specialized Guided Worksheets for Active

(22)

pembelajaran dan memberikan kesempatan penuh kepada siswa untuk

mengungkapkan kemampuan dalam mengembangkan proses berpikirnya.12

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di MTs Darul

Fatah Campang Tiga, Kabupaten Lampung Selatan, diketahui masih terdapat

beberapa permasalahan dalam pembelajaran fisika. Peserta didik masih

menganggap fisika sebagai pelajaran yang sulit, sehingga menjadikan fisika

sebagai pelajaran kurang diminati oleh pesertan didik. Belum memadainya

fasilitas penunjang untuk kegiatan pembelajaran semisal alat praktikum, yang

membuat kurang efektifnya pembelajaran. Metode mengajar pendidik juga masih

mengunakan metode ceramah, diskusi, dan memberikan banyak catatan yang

menyebabkan kurang aktifnya peserta didik dalam pembelajaran.

Sumber belajar yang digunakan sebelum tahun 2016 adalah LKPD,

kemudian mulai tahun 2017 hingga saat ini sumber belajar yang digunakan

adalah buku materi. Perubahan ini didasarkan pada kelengkapan materi yang

belum lengkap menurut penuturan guru mata pelajaran yang bersangkutan.

LKPD yang sebelumnya digunakan juga belum mampu membuat peserta didik

aktif dalam pembelajaran. LKPD tersebut tidak disertai dengan aktivitas khusus

yang menuntut peserta didik untuk berkegiatan secara mandiri. Penggunaan buku

materi ternyata menimbulkan permasalahan berupa penurunan minat baca dan

12

Rifdatur Rahmi, Sri Hartini, and Mustika Wati, „Pengembangan Lembar Kerja Siswa

(23)

minat belajar peserta didik, dikarena kurang bervariasinya tulisan materi dan

sedikit soal pada buku materi yang digunakan.

Permasalahan pada SMPN 1 Abung Semuli hampir serupa dengan MTs

Darul Fatah tentang pembelajaran IPA (bidang fisika) masih dianggap sulit dan

kurang diminati peserta didik, khususnya materi kalor. Bahan atau media untuk

belajar yang digunakan oleh pendidik adalah buku materi yang belum maksimal

dalam membuat peserta didik tertarik dan senang mempelajari fisika. Peserta

didik mengatakan bahwa mereka membutuhkan media pembelajaran lain untuk

membantu mereka memahami materi kalor lebih baik lagi.

Permasalahan tersebut mendorong peneliti untuk mengembangkan LKPD

berbasis scaffolding yang akan menjadi solusi yang memungkinkan untuk mengatasi permasalahan yang sudah dipaparkan sebelumnya. Scaffolding adalah pendekatan sebagai salah satu strategi pembelajaran yang memberikan bantuan

(scaffold) kepada peserta didik dalam memecahkan masalah yang diberikan.13

Scaffolding diharapkan akan membuat peserta didik lebih memahami materi pelajaran. Peneliti akan mengembangkan LKPD berbasis scaffolding yang memuat konten percobaan untuk meningkatkan partisipasi peserta didik.

Kesuksesan belajar fisika tidak terlepas dari perilaku belajar peserta didik saat

13Putria Syabani, Darmawati, and Elya Febrita, „Development Of Students Worksheet Based

On Contracttivism Approach To Material Changes And Conservation Of Living Environment For

(24)

mereka melakukan percobaan.14 Pembelajaran eksperimen, akan meningkatkan

pemahaman dan perhatian peserta didik, serta memudahkan peserta didik

mengaitkan hubungan antara teori fisika dan contohnya kehidupan sehari-hari.15

Semakin peserta didik mendapatkan pengalaman melalui kegiatan percobaan,

maka semakin sukses pembelajaran fisika tersebut. LKPD yang dikembangkan

tidak hanya memuat konten materi dan scaffolding saja. Kumpulan soal pemahaman konsep menjadi salah satu konten yang dimuat dalam LKPD, yang

bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik seputar materi

kalor. Kombinasi scaffolding dan kegiatan praktikum diharapkan akan membuat peserta didik bisa belajar secara madiri dan aktif, serta dapat lebih mudah

memahami konsep materi yang dipelajari.

Penelitian ini bukan penelitian pertama yang menjadikan scaffolding

sebagai basis dalam penelitiannya, scaffolding sudah pernah dijadikan basis dari penelitian pengembangan sebelumnya, antara lain; (1) Penelitian untuk

mengembangakan LKPD berbasis scaffolding sebagai media pembelajaran.16 (2) Penelitian yang mengembangkan materi ajar berbasis scaffolding untuk

14

Siska Wati Dewi Purba and Wu-Yuin Hwang, „Investigation of Learning Behaviors and Achievement of Simple Pendulum for Vocational High School Students with Ubiquitous- Physics App

Representation to Facilitate Scientific Learning‟, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 14.7 (2018), 2877 <http://www.ejmste.com/Investigation-of-Learning-Behaviors-and-Achievement-of-Simple-Pendulum-for-Vocational,90985,0,2.html>.

15 Miroslav Nemec and others, „Application of Innovative P&E Method at Technical Universities in Slovakia‟, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 13.6 (2017), 2330 <https://doi.org/10.12973/eurasia.2017.01228a>.

16

(25)

meningkatkan tingkat pemahaman peserta didik pada materi vektor.17 (3)

Penelitian yang mengembangkan modul berbasis scaffolding pada materi gerak.18 (4) Penelitian untuk menguji efektivitas LKPD berbasis scaffolding

dalam mengoptimalkan kemampuan berfikir kritis peserta didik.19

Pembeda dalam penelitian ini adalah LKPD berisi berupa materi, kegiatan

praktikum, dan soal berdasarkan indikator pemahaman konsep. LKPD akan

digunakan untuk melatih pemahaman konsep peserta didik. Berdasarkan uraian

yang telah dipaparkan, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai

Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Scaffolding padaMateri Kalor Untuk Melatih Pemahaman Konsep Peserta Didik

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, permasalahan dapat diidentifikasikan menjadi:

1. Kurang bervariasinya media pembelajaran yang digunakan pendidik

dalam mengajar.

17 Agus Harydi and Hainur Rasyid Achmadi, „Pengembangan Materi Ajar Berbasis Scaffolding Pada Pokok Bahasan Analisis Vektor Di SMAN 1 Waru Pamekasan‟, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2.3 (2013), 176–78 <jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/6719/32/article.pdf>.

18

Budaeng, Ayu, and Pratiwi Op. Cit., 31.

19 Dyah Ayu Setyarini, Subiki, and Supeno, „Kemampuan Berfikir Kritis Siswa

Dalam

Pembelajaran IPA (Fisika) SMP Dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa Berbasis Scaffolding‟, in

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 (Jember, 2017), II, 5

(26)

2. Belum dikembangkannya media pembelajaran berupa LKPD berbasis

Scaffolding.

3. Peserta didik masih menganggap pelajaran IPA khususnya fisika sebagai

pelajaran yang sulit.

4. Kurang partisipatifnya peserta didik dalam pembelajaran di kelas.

C. Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah dalam penelitian ini , maka peneliti

membatasi masalah sebagai berikut:

1. Media yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis scaffolding.

2. Materi yang dimuat dalam LKPD adalah kalor pada kelas VII.

3. LKPD memuat kegiatan praktikum di dalamnya.

4. Implementasi produk dibatasi pada uji kelayakan serta respon guru dan

peserta didik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah LKPD berbasis scaffolding pada materi kalor layak untuk digunakan?

2. Bagaimana respon guru dan peserta didik terhadap LKPD berbasis

(27)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui kelayakan LKPD berbasis scaffolding pada materi kalor untuk kelas VII SMP/MTs.

2. Untuk mengetahui respon guru peserta didik terhadap LKPD berbasis

scaffolding pada materi kalor untuk kelas VII SMP/MTs. F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan serta

memajukan pola pikir peneliti dan pembaca mengenai LKPD berbasis

scaffolding pada materi kalor untuk melatih pemahaman konsep fisika peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Memberikan pengetahuan dan pengalaman nyata tentang

(28)

b. Bagi peserta didik

Memberikan media pembelajaran alternatif untuk memecahkan

masalah dalam keterbatasan memahamai konsep fisika pada materi

kalor.

c. Bagi Pendidik

Meningkatkan variasi media pembelajaran, menjadi bahan

pertimbangan untuk menggunakan LKPD bebasis scaffolding sebagai pendukung pembelajaran untuk meningkatkan ketertarikan peserta

(29)
(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Pengembangan Media

Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan desain pembelajaran

(Instructional Design). Jenis penelitian ini adalah proses sistematis yang membantu

menciptakan dan mengembangkan bahan ajar secara efektif, menarik, dan efisien

dalam lingkungan yang mendukung, baik menggunakan seni, ilmu pengetahuan,

maupun teori pembelajaran (Instructional).1 Pada penelitian ini peneliti

mengembangkan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis scaffolding yang akan dijadikan sebagai sumber belajar peserta didik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan desain

pembelajaran (Instructional Design) dengan menggunakan model ADDIE. Tahapan

model ini yaitu analysis, design, development, implementation, dan evaluation

yang merupakan singkatan dari komponen penting dalam proses menciptakan

desain instruksional itu sendiri.2 Tahapan tersebut meliputi: (1) tahap analisis

(analysis), (2) tahap perancangan produk awal (design), (3) tahap pengembangan

1 Nada Aldoobie, „ADDIE Model Analysis Phase‟, American International Journal of

Contemporary Research, 5.6 (2015), 68–72 <https://doi.org/10.13140/2.1.4687.6169>.

2

Jumaidin Budaeng, Hena Dian Ayu, and Hestiningtyas Yuli Pratiwi, „Pengembangan Modul

IPA Terpadu Berbasis Scaffolding Pada Tema Gerak Untuk Siswa Kelas VIII SMP/MTs‟, Physisc

Education Journal, 1.1 (2017), 31–44

(31)

produk (development), (4) tahap implementasi produk (implementation), (5) tahap evaluasi produk (evaluation).3

Gambar 2.1.Tahapan-tahapan Pengembangan Instructional Design Model ADDIE4

3 Lawrence Cheung, „Using the ADDIE Model of Instructional Design to Teach Chest

Radiograph Interpretation‟, Journal of Biomedical Education, 2016 (2016), 1–6 <https://doi.org/10.1155/2016/9502572>.

4

Kobra Azimi, Jafar Ahmadigol, and Hasan Rastegarpour, „A Survey of the Effectiveness of

Instructional Design ADDIE and Multimedia on Learning Key Skills of Futsal‟, J. Educ. Manage. Stud, 5.3 (2015), 180–86 <http://jems.science-line.com/attachments/article/33/J. Educ. Manage. Stud., 5(3) 180-186, 2015.pdf>.

Analysis

(Tahap Analisis)

Design

(Tahap Perancangan Produk Awal)

Evaluation(Tahap Evaluasi Produk)

Implementation

(Tahap Implementasi Produk)

Development

(32)

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa setiap fase dalam model ADDIE adalah

saling terkait dan berinteraksi satu sama lain, fase analisis adalah tahap yang

paling penting, kemudian disempurnakan dengan evaluasi.5

Untuk menjawab rumusan masalah yang disusun, maka peneliti akan

menggunakan lima tahap penelitian tersebut. Adapun prosedur yang dilakukan

peneliti dapat digambarkan seperti pada gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2.Langkah-langkah Penelitian yang akan dijalankan Berikut adalah lima langkah pengembangan yang dibutuhkan untuk

menghasilkan produk akhir yang siap untuk diterapkan dalam lembaga

pendidikan:

5

Azimi, Ahmadigol, and Rastegarpour, Loc. Cit.

Analysis (Tahap analisis kebutuhan guru dan peserta didik)

Implementation(Tahap implementasi produk atau uji coba produk kepada peserta didik)

Development (Tahap pengujian produk melalui uji validasi oleh para ahli dan guru fisika)

Evaluation (Tahap evaluasi produk dari hasil uji coba ke peserta didik yang menjadi revisi akhir produk)

(33)

1. Tahap pertama pada penelitian pengembangan ini adalah tahap analisis

(analysis), pada tahap ini peneliti menganalisis perlunya pengembangan LKPD berbasis scaffolding dan juga menganalisis kelayakan serta syarat-syarat pengembangan produk tersebut.

2. Tahap kedua yaitu perancangan produk awal (design), merupakan kegiatan perancangan produk sesuai dengan yang dibutuhkan.

3. Tahap ketiga yaitu tahap pengembangan produk (development), pada tahap ini peneliti merealisasikan rancangan produk, yaitu LKPD berbasis scaffolding, kemudian melaksanakan pengujian produk melalui uji validasi oleh para ahli

dan respon dari guru yang bersangkutan.

4. Tahap keempat yaitu tahap implementasi produk (implementation), setelah LKPD berbasis scaffolding melalui uji validasi oleh ahli maka LKPD berbasis

scaffolding diujicobakan kepada peserta didik untuk dapat mengetahui tanggapan peserta didik mengenai LKPD berbasis scaffolding yang telah dikembangkan.

5. Kemudian tahap akhir yaitu tahap evaluasi produk (evaluation), pada tahap ini produk dievaluasi sebagai bentuk revisi dari hasil uji coba peserta didik.

Apabila dalam uji coba lapangan masih ditemukan kekurangan, maka perlu

dilakukan tahap evaluasi, dimana peneliti melakukan penyempurnakan

(34)

(LKPD) berbasis scaffolding pada materi kalor untuk melatih pemahaman konsep peserta didik.

B. Acuan Teoretik

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin Medius yan secara harfiah berarti perantara, tengah, atau pengantar. Media juga dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang

pikiran, rasa, perhatian dan kemampuan siswa agar mau terlibat dalam

proses pembelajaran.6 Namun secara khusus, media pembelajaran

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis sebagai perancah

informasi visual atau verbal.7

b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Jenis media dalam pembelajaran dapat digolongkan sebaagai berikut:

1. Media grafis/cetak seperti LKPD, modul, poster, kartun, dan komik.

2. Media tiga dimensi, yaitu media dalam bentuk nyata yang memiliki

panjang, lebar, dan tinggi.

3. Media proyeksi seperti slide, video, dan film.

6

M.A Dr. Benny A. Priadi, Media Dan Teknologi Dalam Pembelajaran, ed. by Jefri, 1st edn (Jakarta: KENCANA, 2017).

7

(35)

4. Lingkungan sebagai media pembelajaran.8

c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki 6 fungsi utama sebagai berikut:

1. Fungsi atensi, untuk menarik perhatian peserta didik

2. Fungsi motivasi, untuk meningkatkan motivasi peerta didik dalam

belajar

3. Fungsi afeksi, untuk menumbuhkan kesadaran emosi dan sikap

peserta didik terhadap materi pelajaran

4. Fungsi kompensatori, mengakomodasi peserta didik yang lemah

dan membantunya dalam memahami pelajaran.9

2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) a. Pengertian LKPD

LKPD adalah Sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat

membantu siswa maupun guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,

yang termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi cetak.10 LKPD

menurut Trianto (2011) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran

berisi tugas yang di dalamnya berisi petunjuk dan langkah- langkah untuk

menyelesaikan tugas.11

8

Dr. Benny A. Priadi, Op. Cit., 13.

9

Isriani Hardini, S.S. and Dewi Puspitasari.

10Sri Latifah, Eka Setiawati, and Abdul Basith, „Pengemba

ngan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berorientasi Nilai-Nilai Agama Islam Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Pada Materi

Suhu Dan Kalor‟, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi, 5.1 (2016), 43–52.

11

(36)

b. Tujuan dan Fungsi LKPD Berikut adalah tujuan LKPD:

1. Tujuan latihan, peserta didik diberi serangkaian tugas/aktivitas latihan.

2. Menerangkan penerapan (aplikasi), peserta didik dibimbing untuk

menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian

dari serangkaian soal-soal tertentu.

3. Kegiatan penelitian, mengikut-sertakan sejumlah siswa dalam

penelitian dalam suatu bidang tertentu, peserta didik ditugaskan untuk

mengumpulkan data tertentu , kemudian menganalisis data tersebut.

4. Penemuan, dalam lembaran kerja ini peserta didik dibimbing untuk

menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi

itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu

perkiraan.12

Adapun beberapa fungsi LKPD antara lain:

1. Membantu peserta didik untuk menemukan suatu konsep dengan

mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit,

sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, memuat

apa yang (harus) dilakukan peserta didik meliputi melakukan,

mengamati, dan menganalisis.

Development‟, in Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Lampung, 2016), pp. 37–58 <https://doi.org/10.13140/RG.2.2.10539.85285>.

12

Sri Oktari, Nengah Maharta, and Chandra Ertikanto, „Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri

(37)

2. Membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai

konsep yang telah ditemukan.

3. Sebagai penuntun belajar, penguatan, dan juga berfungsi sebagai

petunjuk praktikum.13

c. Standar LKPD yang Baik

LKPD dikatakan berkualitas baik bila memenuhi sebagai berikut :

1. Syarat-syarat Didaktik

LKPD sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya PBM haruslah

memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKPD harus mengikuti

asas-asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu :

a) Memperhatikan adanya perbedaan individual.

b) Tekanan pada prosesuntuk menemukankonsep-konsep.

c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan

siswa.

d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional,

moral, dan estetika pada diri siswa.

e) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan

pribadi siswa dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.

2. Syarat-syarat Konstruksi

Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan

penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran,

13

(38)

dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti

dapat dimengerti oleh pengguna yaitu siswa.

a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan

siswa.

b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat

kemampuan siswa.

d) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka.

e) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan

keterbacaan siswa.

f) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada

siswa untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKPD.

g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.

h) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.

i) Dapat digunakan untuk semua siswa, baik yang lamban maupun

yang cepat.

j) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber

motivasi.

(39)

3. Syarat-syarat Teknis

a) Tulisan

1) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin

atau Romawi.

2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf

biasa yang diberi garis bawah.

3) Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris.

4) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan

jawaban siswa.

5) Usahakan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar

serasi.14

d. Langkah Pengembangan LKPD

Pengembangan LKPD dapat dilakukan dengan dengan mengadaptasi

langkah-langkah pengembangan Modul / Paket Belajar. Berdasakan

langkah-langkah pengembangan Modul dan Paket Belajar tersebut, maka

LKPD dapat dikembangkan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menetapkan judul dan materi yang akan dimuat dalam LKPD.

2. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan

Standar Kompetensi.

14

Dyah Shinta Damayanti, Nur Ngazizah, and Eko Setyadi K, „Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi Listrik Dinamis Sma Negeri 3 Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran

(40)

3. Menyiapkan rangkuman materi beserta soal-soal pemahaman yang

akan dimasukkan dalam LKPD.

4. Menetapkan konten scaffolding yang akan diberikan pada LKPD, seperti; motivasi, sekilas info materi, serta penyelesaian soal dengan

sintak scaffolding.

5. Menetapkan alternatif kegiatan (pengalaman belajar) berupa kegiatan

praktikum, yang dapat memberikan peluang lebih kepada peserta didik

dalam memahami konsep materi.

6. Menetapkan desain LKPD yang sesuai dengan materi dengan

semenarik mungkin.

7. Menyusun LKPD yang lengkap, yaitu menuangkan hasil-hasil yang

telah dilakukan menjadi sebuah LKPD.15

3. Scaffolding

Metafora scaffolding (perancah) awalnya diusulkan untuk menggambarkan bagaimana orang tua dan guru memberikan bantuan yang

dinamis kepada balita.16 Pernyataan tersebut mengumpamakan peserta didik

sama seperti balita namun pada konteks pembelajaran di sekolah. Dukungan

atau bantuan ini bertujuan untuk memperluas kemampuan peserta didik saat

ini, tetapi tetap membiarkan peserta didik melakukan sebagian besar

15 Das Salirawati, „Penyusunan Dan Kegunaan LKS Dalam Proses Pembelajaran‟,

Jurrnal Online, 2004, 4

<https://scholar.google.co.id/scholar?cluster=9910012516550974052&hl=id&as_sdt=0,5>.

16

(41)

pekerjaan yang diperlukan untuk memecahkan masalah.17 Dengan demikian,

scaffolding (perancah) akan membantu mengisi kekosongan dalam kemampuan dan pengetahuan peserta didik sehingga mereka dapat

menyelesaikan tugas. Scaffolding juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk pendampingan (apprenticeship) kognitif yang dapat digunakan untuk

mengoptimalkan pembelajaran peserta didik.18

Berdasarkan kajian teoritis, scaffolding merupakan teknik pemecahan masalah untuk tingkat pemula yang yang biasanya lebih terfokus pada

pengetahuan prosedural, yang berbentuk pemberian bantuan secara terstruktur

yang dapat diterapkan pada semua model pembelajaran.19 Menurut Kirschner

et al., (2006) dan Shell et al., (2010) menyarankan adanya bantuan secara

bertahap yang diberikan oleh guru sehingga dapat membantu siswa dalam

membangun pengetahuan pada saat proses pembelajaran.20 Scaffolding akan menjembatani pengetahuan awal siswa dengan prestasi belajar yang hendak

dicapai, dengan mengurangi kesulitan tugas-tugas melalui penerapan

17

Ibid.

18 Rindu Rahmatiah, Supriyono Koes H, and Sentot Kusairi, „Pengaruh Scaffolding

Konseptual Dalam Pembelajaran Group Investigation Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA

Dengan Pengetahuan Awal Berbeda‟, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, II.2 (2016), 45–56 <http://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JPFT/article/view/288>.

19 Agus Harydi and Hainur Rasyid Achmadi, „Pengembangan Materi Ajar Berbasis Scaffolding Pada Pokok Bahasan Analisis Vektor Di SMAN 1 Waru Pamekasan‟, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2.3 (2013), 174–79 <jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/6719/32/article.pdf>.

20 Dyah Ayu Setyarini, Subiki, and Supeno, „Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Dalam

(42)

keterampilan secara bertahap.21 Menurut Veale, dkk, ujuan dari scaffolding

adalah untuk menjaga hubungan ide yang dimaksudkan bahkan dalam konteks

dimana pengetahuan sistem tidak cukup untuk sebuah interpretasi yang

lengkap.22

Salah satu teori yang melandasi scaffolding adalah teori Vygotsky.

Scaffolding berdasarkan teori Vygotsky adalah tentang konsep pembelajaran dengan bantuan (Assisted Learning). Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah

pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang

memungkinkan peserta didik itu belajar mandiri. Menurut teori Vygotsky,

pembelajaran berbantuan adalah teknik mengajar yang akan diterapkan,

dimana pendidik memandu pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta

didik bisa menguasai materi yang dipelajari dengan tuntas serta mengajak

peserta didik untuk berpikir lebih aktif. Vygotsky meyakini bahwa

pembelajaran terjadi saat peserta didik mengerjakan beberapa tugas yang

belum dipelajari namun tugas tersebut masih dalam jangkauan

kemampuannya (tugas-tugas ini berada dalam zona of proximal development

mereka). Zona of proximal development (zona perkembangan terdekat) adalah

21

Khoirul Haniin, Markus Diantoro, and Supriyono Koes H, „Pengaruh Pembelajaran TPS

Dengan Scaffolding Konseptual Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Masalah Sintesis Fisika‟,

Jurnal Pendidikan Sains, 3.3 (2015), 99 <http://journal.um.ac.id/index.php/jps/article/view/7875>.

22

(43)

daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya dan tingkat perkembangan

potensi.23

Vygotsky mengidentifikasi empat tahap pembelajaran scaffolding , yaitu:

1) Tahap pertama adalah pemodelan, dengan penjelasan verbal.

2) Tahap kedua adalah peniruan peserta didik dari keterampilan yang

telah mereka lihat atau dimodelkan oleh pendidik mereka,

termasuk penjelasan. Selama fase ini, pendidik harus terus

menerus menilai pemahaman peserta didik dan sering menawarkan

bantuan dan umpan balik.

3) Tahap ketiga adalah periode ketika pendidik mulai menghapus

bimbingannya. Pendidik mengurangi untuk menawarkan bantuan

dan umpan balik kepada murid-muridnya ketika murid–murid

mereka mulai menguasai konten.

4) Pada tahap empat, para peserta didik telah mencapai tingkat ahli

penguasaan. Mereka dapat melakukan tugas baru tanpa bantuan

dari pendidik mereka.24

23Adi Nur Cahyono, „Vygotskian Perspective : Proses Scaffolding Untuk Mencapai Zone of

Proximal Development ( ZPD ) Peserta Didik Dalam Pembelajaran Matematika‟, Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2010, 443 <https://bit.ly/2DF3Udl>.

(44)

a. Macam-macam dan Fungsi Scaffolding

1. Scaffolding Konseptual

Bertujuan membantu peserta didik mengidentifikasi perbedaan

tingkatan pengetahuan, antara apa yang sudah mereka ketahui dan apa

yang perlu mereka ketahui. Membimbing peserta didik untuk

memahami konten masalah, memberikan dukungan dalam

meningkatkan pemahaman mereka mengenai masalah serta

pengetahuan terkait. Scaffolding konseptual akan mendorong peserta didik untuk merencanakan animasi atau eksperimen, mengarahkan

peserta didik kepada perencanaan yang sangat penting.

2. Scaffolding Strategis

Membantu peserta didik mempertimbangkan dan merumuskan

pendekatan alternatif mengatasi masalah berdasarkan solusi awal atau

sementara.

3. Scaffolding Metakognitif

Membantu peserta didik dalam mengevaluasi pemikiran mereka,

menilai keadaan mereka dalam memahami, merefleksikan pemikiran

mereka dan memantau proses pemecahan masalah mereka.

4. Scaffolding Motivasi

Bertujuan untuk meningkatkan motivasi akademik peserta didik

dalam targetannya, salah satunya: meningkatkan harapan peserta didik

(45)

penentuan nasib sendiri dari perilaku, persepsi tujuan penguasaan,

kemampuan untuk mengatur emosi akademik, dan persepsi

kepemilikan.25

4. Kalor

a. Definisi Kalor

Kalor adalah energi panas yang berpindah dari benda yang suhunya

lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda

bersentuhan. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda

sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang

dikandung sedikit. Hubungan antara kalor Q dan massa air m secara matematis dapat dirumuskan :

Q

=

m.

c.

ΔT

atau

m

. c. (

T2

T1

)

……….

(1)

Keterangan:

Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)

m adalah massa benda (kg) c adalah kalor jenis (J/kgC) ΔT adalah perubahan suhu (oC)

Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk

menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.

C

= Q

/

(

ΔT

)

……… .

(2)

25

(46)

Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk

menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 oC.

c

=

Q

/

m (

ΔT

)

……… . …

(3)

Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk

persamaan baru

C =

m.

. c ……… .

(4)

b. Perpindahan Kalor

Kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan tiga

cara, yaitu konduksi (hantaran), konveksi (aliran), dan radiasi (pancaran).

Seperti yang ditunjukan pada gambar berikut:

Sumber: https://is.gd/hXlz9P

Gambar 2.4. Ilustrasi Konduksi, Konveksi dan Radiasi

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor.

(47)

c. Perubahan Wujud Zat

Es yang dipanaskan (diberi kalor) maka beberapa waktu kemudian

es berubah wujud menjadi air, dan selanjutnya air berubah wujud menjadi

uap. Demikian pula jika uap air didinginkan, maka beberapa waktu

kemudian uap air berubah wujud menjadi air. Selanjutnya air akan

berubah wujud menjadi es. Perubahan wujud zat secara singkat disajikan

pada gambar 2.6.

Gambar 2. 11 sebagai berikut:

Gambar 2.6. Skema perubahan wujud zat d. Asas Black

.Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda

kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari

benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini

akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda

sama). Jika pertukaran kalor hanya terjadi antara air panas dan air dingin

(tidak ada kehilangan kalor ke udara sekitar cangkir) maka sesuai prinsip

(48)

kekekalan energi; kalor yang dilepaskan oleh air panas (Qlepas) sama

dengan kalor yang diterima air dingin (Qterima).

Secara matematis dapat dirumuskan :

Qlepas

=

Qterima

………

(7)

5. Pemahaman Konsep

Pemahaman terhadap konsep adalah bagian penting dalam proses

pembelajaran dan pemecahan masalah, baik di dalam proses belajar itu sendiri

maupun dalam lingkungan kehidupan sehari-hari.26 Pemahaman konsep dapat

diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam memahami makna secara

ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari.27 Dalam Jurnal Irwandani dan Sani Rofiah, Anderson dan

Krathwohl (2001) membagi 7 (tujuh) proses-proses kognitif dalam aspek

memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,

merangkum, menarik inferensi, membandingkan dan menjelaskan.28

Pembelajaran kognitif bertujuan memperbaiki pemahaman siswa tentang

konsep yang dipelajari.29

26 Irwandani and Sani Rofiah, „Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap

Pemahaman Konsep Fisika Pokok Bahasan Bunyi Peserta Didik MTs Al-Hikmah Bandar Lampung‟, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 4.2 (2015), 165–77 <https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v4i2.90>.

27 Muhammad Satriawan and Rosmiati, „Pengemban

gan Bahan Ajar Fisika Berbasis Kontekstual Dengan Mengintergrasikan Kearifan Lokal Untuk Menigkatkan Pemahaman Konsep

Fisika Pada Mahasiswa‟, Jurnal Penelitian Pendidikan Sains, 6.2 (2016), 1212–17 <https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpps/article/view/540/391>.

28

Irwandani and Rofiah, Loc. Cit.

29

(49)

Tabel 2.3. Katagori dan Proses koqnitif Pemahaman30 Katagori dan Proses

koqnitif (Categories & Cognitive Processes)

Indikator Definisi (definition)

Pemahaman (Understand)

Membangun makna berdasarkan tujuan pembelajaran, mencakup, komunikasi oral, tulisan dan grafis(Construct meaning from instructional messages, including oral, written, and graphic communication)

1.Interpretasi

(interpreting)

 Klarifikasi (Clarifying)

 Paraphrasing (Prase)

 Mewakilkan (Representing)

 Menerjemahkan (Translating)

Mengubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain

(Changing from one form of representation to another ) atau ilustrasi dari suatu konsep atau prinsip

(Finding a specific example or illustration of a concept or principle)

Menentukan sesuatu yang dimiliki oleh suatu katagori

(Determining that something belongs to a category ) umum atau poin-poin utama (Abstracting a general theme or major point(s))

5.Inferensi (inferring)  Menyimpulkan (Concluding) logis dari informasi yang disajikan (Drawing a logical conclusion from presented information)

(50)

Katagori dan Proses koqnitif (Categories &

Cognitive Processes)

Indikator Definisi (definition)

Pemahaman (Understand)

Membangun makna berdasarkan tujuan pembelajaran, mencakup, komunikasi oral, tulisan dan grafis(Construct meaning from instructional messages, including oral, written, and graphic communication)

6.Membandingkan dua ide, objek atau hal hal serupa (detecting

correspondences between two ideas, objects, and the like )

7.Menjelaskan

(explaining)

 mengkontruksi model (Constructing models)

Mengkontruksi model sebab akibat dari suatu sistem (Constructing a cause and effect model of a system )

C. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan refrensi yang sudah dipelajari oleh peneliti, terdapat beberapa

penelitian yang terkait atau relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti kali

ini, Pada penelitian yang dilakukan oleh Rasyid Ahmadi yang mengembangkan

bahan ajar yang berbasis scaffolding, terlihat siswa sangat tertarik dengan dengan hal tersebut. Terbukti dengan presentase 100% yang didapatkan dari angket

respon peserta didik. Kemudian pemahaman konsep peserta didikpun meningkat,

ini terlihat dari hasil belajar kognitif peserta didik yang pada pre-test tidak

(51)

dan kemudian diberikan post-test 14 dari 16 peserta didik mendapatkan nilai

melebihi KKM.31

Penelitian Lazulva tentang LKS berbasis scaffolding, LKS ini dirancang dengan model saintifik yang memuat unsure 5M. Ahli desain media memberikan nilai 82,35% dan ahli materi memberi 87,60% kemudian untuk nilai akhir yang

didapat adalah penjumlahan dari dua nilai ini kemudian diambil nilai rata-rata

darim kedua nilai tersebut. Hasil nya adalah 84,98%. Dimana nilai ini sudah

termasuk dalam rentang nilai yang tinggi, yaitu 81% - 100%.. maka LKS

berbasis scaffolding ini sudah dikatakan sangat valid dan layak untuk diujikan.32 Penelitian oleh Jumaidin Budaeng Hena Dian Ayu, dan Hestiningtyas Yuli

Pratiwi yang menembangkan modul berbasis scaffolding pada materi gerak. Model yang digunakan dalam menyokong modul adalah model keterpaduan tipe

shared yaitu pengajaran yang melibatkan dua disiplin ilmu, difokuskan pada

konsep yang sama dalam satu tema. Modul IPA Terpadu Berbasis Scaffolding

pada Tema Gerak untuk siswa dan guru yang dikembangkan mendapat penilaian

kriteria “Sangat Baik” dari validator dan dapat diterima siswa dan guru layak

untuk digunakan sebagai bahan ajar.33

Penelitian oleh Dyah Ayu Setyarini tentang pengembangan LKS berbasis

scaffolding untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. LKS yang

31

Harydi and Achmad, Loc. Cit.

32Wahyuni Rizka Dharma and Lazulva, „Desain Dan Uji Coba L

embar Kerja Siswa Dengan

Pendekatan Scaffolding‟, Jurnal Pendidikan Kimia Dan Terapan, 1.1 (2017), 50 <http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/konfigurasi/article/view/4054>.

33

(52)

dikembangkan berisi konten soal berdasarkan indikator berfikir kritis.

kesimpulan dari penelitian ini adalah siswa berkemampuan tinggi memerlukan

scaffolding paling sedikit diantara siswa berkemampuan sedang dan rendah setiap pertemuannya, sedangkan siswa berkemampuan rendah membutuhkan

scaffolding paling banyak setiap pertemuannya.34

Dari uraian mengenai penelitian relevan yang sudah dipaparkan, scaffolding dapat mempengaruhi tujuan pembelajaran. Scaffolding sudah dicobakan tidak hanya pada LKPD, tetapi juga pada modul dan bahan ajar. Namun penelitian

tersebut masih sangat terbatas jumlahnya. Pada penelitian ini, peneliti akan fokus

mengembangkan LKPD berbasis scaffolding yang dikolaborasikan dengan kumpulan soal-soal pemahaman konsep pada materi kalor, agar dapat

mengerucutkan fungsi yang diinginkan dari LKPD yang dikembangkan.

34

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1) Tempat Penelitian

Tempat akan dilaksanakannya penelitian pengembangan ini yaitu di MTs

Darul Fatah Campang Tiga Lampung Selatan, SMPN 1 Abung Semuli Lampung

Utara, SMPN 21 Bandar Lampung, sedangkan tahap uji coba produk akan

dilaksanakan pada peserta didik kelas VII.

2) Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari tahap persiapan hingga selesai,

seperti pada matriks dibawah ini. Waktu akan dilaksanakannya uji coba adalah

satu kali pertemuan tiap sekolah.

Tabel 3.1. Waktu Penelitian

No. Minggu ke- Bulan Tahun Keterangan

1. 2-4 Agustus -

September

2018 Pemantapan produk

2. 1-4 Oktober 2018 Uji coba produk

B. Karakteristik Sasaran Penelitian

Karakteristik sekolah yang akan dilaksanakan penelitian yakni 2 sekolah,

dengan satu sekolah berbasis islam dan satu sekolah umum. Karakteristik sekolah

(54)

dengan satu sekolah pernah menggunakan LKPD sebelumnya namun sekarang

sudah tidak lagi menggunakan media LKPD tersebut dan satu sekolah yang masih

menggunakan LKPD. Karateristik sekolah dengan distribusi kelas sebagai

berikut:

Tabel 3.2. Sasaran Penelitian

Sekolah Kelas Jumlah Kelas Jumlah peserta

didik

MTs Darul Fatah Campang Tiga

VII,

VIII 2 25

SMP NEGERI 1 Abung

Semuli VII 2 40

C. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan dan metode penelitian pengembangan desain pembelajaran

(Instructional Design) model ADDIE. Model pengembangan tersebut memiliki 5

tahapan pengembangan yaitu: tahap analisis (analysis), (2) tahap perancangan produk awal (design), (3) tahap pengembangan produk (development), (4) tahap implementasi produk (implementation), (5) tahap evaluasi produk (evaluation).1 Produk yang dihasilkan berupa LKPD berbasis scaffolding pada materi suhu dan kalor yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam melatih pemahaman konsep

peserta didik. LKPD yang dikembangkan memuat materi kalor.

1

(55)

D. Langkah-langkah Pengembangan Media 1. Tahap analisis (Analysis)

Kegiatan awal sebelum melakukan pengembangan terhadap produk

LKPD ini adalah penelitian pendahuluan.Penelitian pendahuluan berupa

observasi awal dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan

observasi sekolah sekaligus pemberian angket kepada peserta didik kelas VII

MTs Darul Fatah Campang Tiga Lampung Selatan dan SMPN 1 Abung

Semuli Lampung Utara.

Informasi yang didapat dari sekolah MTs Darul Fatah Campang Tiga

Lampung Selatan, sekolah tersebut sudah pernah menggunakan LKPD

dalam pembelajarannya. Namun sekarang tidak digunakan lagi karena

menurut guru mata pelajaran yang terkait, LKPD yang ada sebelumnya

belum bisa memaksimalkan pembelajaran baik dalam menarik minat peserta

didik dan memudahkan peserta didik dalam memahami konsep yang

dipelajari. Permasalahan SMPN 1 Abung Semuli Lampung Utara hampir

serupa. LKPD yang digunakan hanya sebagai pemandu kegiatan praktikum

saja. Peserta didikpun mengatakan masih membutuhkan bantuan lebih untuk

dapat memahami materi kalor. Berdasarkan pengumpulan informasi

tersebut, maka peneliti menganalisis perlunya pengembangan LKPD

(56)

2. Tahap perancangan produk awal (Design)

Setelah melakukan tahap analisis dari di temukannya masalah pada

tahap sebelumnya, maka kemudian peneliti melakukan pengkajian materi

dan pengkajian konten pada LKPD, lalu hasil dari analisis digunakan sebagai

acuan dalam pengembangan LKPD berbasis scaffolding. a. Pengkajian Materi

Pada tahap ini ditentukan materi yang akan di sampaikan pada peserta

didik. Materi yang pilih dalam penlitian ini adalah materi kalor,

kemudian ditentukan indikator dari materi yang pilih sebagia

rambu-rambu dalam pembuatan LKPD yang diinginkan.

b. Perancangan Produk

Setelah melakukan penetapan dan pemantapan materi, kemudian

peneliti melakukan perencanaan awal dalam pembuatan produk berupa

Lembar Kerja Peserta Didik. LKPD yang dirancang sesuai dengan

kompetensi dasar, silabus dan berbasis scaffolding pada materi kalor kelas VII SMP/MTs. Langkah pembuatan produk melalui beberapa

tahapan, diantaranya:

1) Membuat judul

2) Menentukan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang

(57)

Kompetensi Inti:

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(toleransi, gotong-royong), santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam

dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak

mata

Kompetensi Dasar:

3.4 Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor,

dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk

mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan

hewan

3) Menentukan susunan materi

No. Materi

1 Definisi Kalor 2 Perpindahan Kalor 3 Perubahan Wujud Zat

4) Menentukan ukuran kertas, font, spasi, dan jenis huruf yang akan digunakan dalam penyusunan LKPD.

Adapun ukuran kertas yang digunakan adalah folio.

Gambar

Gambar
Gambar 2.1.Tahapan-tahapan Pengembangan Instructional Design Model ADDIE4
Gambar 2.2.Langkah-langkah Penelitian yang akan dijalankan
Gambar 2.4. Ilustrasi Konduksi, Konveksi dan Radiasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Computer Based Test (CBT) Menggunakan Aplikasi Google Form Untuk Meningkatkan Hasil

Perolehan analisis komponen LKPD berbasis scientific approach dari angket respon peserta didik, didapat presentase sebesar 90% dengan kriterium “sangat memahami”. LKPD yang

Lembar penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu tentang Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Think Talk Write (TTW) khusus maharah

Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) IPA Berbasis Outdoor Learning Pada Materi Cahaya dan Alat Optik Untuk Peserta Didik Kelas VIII SMP. Skripsi Jurusan/Program Studi

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berbasis Problem Based Learning (PBL) yang dihasilkan

Landasan teoritis dalam penelitian Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dengan konteks bacaan Asian Games dan Tsunami Palu

Dari uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan pengembangan dengan judul “Praktikalitas lembar kerja peserta didik LKPD berbasis problem based