• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN"

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE

(SSCS) UNTUK MENDUKUNG KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMK KELAS X

SKRIPSI

OLEH SARINA NIM RSA1C217003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI JANUARI 2023

(2)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE

(SSCS) UNTUK MENDUKUNG KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMK KELAS X

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Jambi

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Matematika

OLEH SARINA NIM RSA1C217003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI JANUARI 2023

(3)
(4)
(5)

MOTTO

“... dan aku belum pernah kecewa dalam berdo‟a kepada-Mu, ya Tuhanku.”

(QS. Maryam: 4)

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan

hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

(QS. Al-Insyirah: 6-8)

“Dan ia mengangkut beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup mencapainya, kecuali dengan susah payah. Sesungguhnya, Tuhanmu Maha

Pengasih, maha Penyayang.”

(QS. An-Nahl: 7)

“Tidak ada yang mudah dalam perjuangan, namun bukan berarti kamu tak mampu melewatinya.”

(Ario Muhammad)

“Lumut itu tumbuhan istimewa, mampu bertahan hidup di mana pun, biar di atas marmer, sekalipun besi. Jadilah seperti tumbuhan lumut yang tak mengenal kata

menyerah atau kalah dari apapun.”

(Penulis)

Dengan rasa syukur yang mendalam, skripsi ini kupersembahkan untuk orang tuaku tercinta dan orang tua angkatku tersayang, karena mereka aku di sini dan untuk mereka aku berjuang. Terima kasih untuk segalanya, semoga aku menjadi anak yang berbakti, sukses, dan dapat membanggakan kalian.

(6)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap : Sarina

NIM : RSA1C217003

Program Studi : Pendidikan Matematika

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil penelitian pihak lain.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan jiplakan atau plagiat, saya bersedia menerima sanksi dicabut gelar dan ditarik ijazah.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Jambi, 15 Desember 2022 Yang membuat pernyataan,

Sarina

NIM. RSA1C217003

(7)

i ABSTRAK

Sarina. 2022. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Mendukung Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMK Kelas X.

Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dra. Dewi Iriani, M.Pd., (II) Drs. Wardi Syafmen, M.Si.

Kata kunci: LKPD, model pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS), kemampuan berpikir kritis matematis.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik kelas X AK 1 SMK Negeri 1 Kota Jambi. Faktor yag menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis adalah karena LKPD yang digunakan di SMK Negeri 1 Kota Jambi belum menunjukkan kegiatan aktif, bermakna, dan mendukung kemampuan berpikir kritis matematis bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk mendukung kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMK kelas X, mendeskripsikan kualitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk mendukung kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMK kelas X berdasarkan kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

Penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE dengan lima tahap yaitu: Analyze, Design, Developt, Implement, dan Evaluation. Subjek dalam penelitian ini adalah guru pada uji coba perorangan, 9 orang peserta didik kelas X AK 1 pada uji coba kelompok kecil, dan 32 orang peserta didik pada tahap implementasi. Instrumen penelitian ini terdiri dari lembar validasi instrumen, angket validasi materi LKPD, angket validasi desain LKPD, angket respon pendidik, angket respon peserta didik, lembar observasi aktivitas peserta didik, dan tes kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik. Semua data yang dikumpulkan dianalisis kevalidan, kepraktisan, dan keefektifannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dikembangkan valid, praktis dan efektif. Hal ini terlihat dari hasil validasi LKPD oleh ahli materi dan ahli desain diperoleh persentase kevalidan LKPD sebesar 82,725% (sangat valid). Hasil angket praktikalitas uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil diperoleh persentase kepraktisan LKPD sebesar 90,65%

(sangat praktis). Hasil implementasi terhadap lembar observasi aktivitas peserta didik, angket respon 32 orang peserta didik dan tes kemampuan berpikir kritis matematis 32 orang peserta didik diperoleh persentase keefektifan LKPD sebesar 80,56% (efektif).

(8)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Mendukung Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis Siswa SMK Kelas X”. Shalawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan kepada nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi wa Sallam yang telah memberikan cahaya terang bagi seluruh umat dan semesta alam.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. Dalam penyelesaian skripsi ini, baik dari segi penulisan maupun penelitian, penulis mendapatkan bimbingan, arahan, serta dukungan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tuaku tercinta Ayahanda Muhamad Ikhsan dan Ibunda Mariati, orang tua angkatku tersayang Umma Lusiana dan Abati Slamet, kakakku tersayang Fitri Yanti dan Indah Kurniawati, serta adikku tersayang Ilham Assidiq, Paini Koti Azizah, dan alvi Khoirunnisa yang selalu mendo‟akan dan memberikan semangat yang tiada henti kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih kepada Ibu Dra. Dewi Iriani, M.Pd selaku pebimbing I yang telah tulus, ikhlas, dan sabar dalam memberikan arahan, bimbingan serta nasihat yang sangat bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

(9)

iii

ini. Terima kasih juga kepada bapak Drs. Wardi Syafmen, M.Si selaku pembimbing II dan validator yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing dan memberikan arahan, nasihat dan motivasi yang sangat bermanfaat dan luar biasa kepada penulis demi keberhasilan dan selesainya skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu Marlina, S.Pd.,M.Pd selaku validator yang telah membimbing dan memberikan arahan serta masukan selama penyusunan instrumen penelitian, sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan lancar.

Terima kasih kepada Ibu Yelly Ramalisa, S.Pd, M.Sc., Bapak Drs.

Gugun M. Simatupang, M.Si., Bapak Drs. Husni Sabil, S.Pd.,M.Pd., dan Bapak Khairul Anwar, S.Pd, M.Pd. yang telah memberikan arahan, evaluasi dan saran dalam seminar proposal dan sidang skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Terima kasih kepada Ibu Feri Tiona Pasaribu, S.Pd.,M.Pd. selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Matematika PMIPA FKIP Universitas Jambi yang telah memberikan arahan dan motivasi serta Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan ilmu dan pengalaman belajar yang sangat bermanfaat dan luar biasa serta menambah pengetahuan kepada penulis.

Terima kasih kepada kepala sekolah SMK Negeri 1 Kota Jambi, Bapak Dr. Budi Prasetyanto Hs, M.Pd yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah SMK Negeri 1 Kota Jambi dan kepada Ibu Lestariyani, S.Pd dan Ibu Eni Haryanti, S.Pd yang telah membimbing penulis selama proses penelitian.

(10)

iv

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan pendidikan matematika angkatan 2017 terkhususnya untuk teman-teman di kelas R-003. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-temanku Feby Imro‟ati Sholihah, Erin Setiana, Amalia Husna, Nurlita Khoiriyah dan Mas Anggoro Tri Atmojo yang selalu memberikan dorongan, semangat dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan almamater serta dapat sedikit berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di masa yang akan datang.

Jambi, Januari 2023

Sarina

RSA1C217003

(11)

v

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO

HALAMAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Pengembangan ... 11

1.4 Spesifikasi Pengembangan ... 11

1.5 Pentingnya Pengembangan ... 12

1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 13

1.7 Definisi Istilah ... 15

BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ... 17

2.2 Kerangka Berpikir ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan ... 56

3.2 Prosedur Pengembangan ... 57

3.3 Subjek Uji Coba Penelitian ... 71

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 72

3.5 Jenis Data dan Sumber Data ... 72

3.6 Instrument Pengumpulan Data ... 73

3.7 Teknik Analisis Data ... 81

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengembangan ... 90

4.2 Pembahasan ... 130

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 137

5.2 Implikasi ... 139

5.3 Saran ... 139

DAFTAR RUJUKAN ... 141 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Peranan Guru dalam Model Pembelajaran SSCS ... 29

2.2 Peranan Peserta Didik dalam Model Pembelajaran SSCS ... 30

2.3 Keunggulan Model Pembelajaran SSCS ... 31

2.4 Tahapan Model Pembelajaran SSCS ... 32

2.5 Indikator Kemampuan Berpikir Berpikir Kritis Matematis ... 36

2.6 Persamaan x + y = 3 ... 48

2.7 Persamaan x + y = 3 ... 48

3.1 Tabel ADDIE ... 57

3.2 Storyboard Desain Awal LKPD Berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Mendukung Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 64

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 73

3.4 Kisi-Kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Instrumen ... 74

3.5 Kisi-kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Materi ... 75

3.6 Kisi-kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Desain ... 76

3.7 Kisi-kisi Angket Respon Guru ... 77

3.8 Kisi-kisi Angket Peserta Didik ... 78

3.9 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 79

3.10 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 80

3.11 Kategori Penskoran Instrumen Validasi Ahli ... 81

3.12 Kriteria Nilai Validitas Instrumen ... 83

3.13 Kategori Penskoran Instrumen Praktikalitas Angket Respon pada Uji Coba Perorangan dan Uji Coba kelompok kecil ... 84

3.14 Kategori Praktikalitas LKPD ... 85

3.15 Penskoran Instrumen Efektivitas Angket Respon Siswa ... 86

3.16 Penskoran Instrumen Lembar Observasi aktivitas Siswa ... 86

3.17 Kategori Interval Keefektifan LKPD ... 87

3.18 Pedoman Penskoran Tes kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 88

3.19 Kategori Persentase kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 89

4.1 Data Hasil Validasi Instrumen Oleh Ahli Instrumen ... 107

4.2 Data Hasil Validasi LKPD Oleh Ahli Desain dan Ahli Materi ... 110

4.3 Hasil Angket Respon 9 Orang Siswa ... 114

4.4 Data Hasil Angket Respon Guru dan Angket Respon Siswa ... 115

4.5 Hasil Penilaian Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 126

4.6 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik ... 127

4.7 Data Hasil Angket Respon Siswa, Lembar Observasi Aktivitas Siswa, dan Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 129

(13)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Hasil Jawaban Peserta Didik ... 5

1.2 Lembar Kerja Peserta Didik SMK N 1 Kota Jambi ... 8

2.1 Alur Langkah – langkah penyusunan LKPD ... 23

2.2 Grafik x + y = 3 dan x – y = 1 ... 48

2.3 Keragka Berpikir ... 55

3.1 Konsep ADDIE ... 56

(14)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Validasi Instrumen ... 146

2. Analisis Hasil Validasi Instrumen oleh Ahli Instrumen ... 158

3. Angket Validasi Desain ... 164

4. Angket Validasi Materi ... 167

5. Analisis Hasil Angket Validasi Desain dan Angket Validasi Materi ... 170

6. Revisi LKPD Berdasarkan Komentar dan Saran Ahli Desain ... 174

7. Revisi LKPD Berdasarkan Komentar dan Saran Ahli Materi ... 175

8. Angket Respon Guru (Uji Coba Perorangan) ... 177

9. Angket Respon Siswa (Uji Coba Kelompok Kecil) ... 180

10. Analisis Hasil Angket Respon Guru dan Angket Respon Siswa ... 182

11. Perbaikan LKPD Berdasarkan Komentar dan Saran dari Guru ... 187

12. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ... 188

13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 1 ... 208

14. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 2 ... 210

15. Angket Respon Siswa (Implementasi) ... 212

16. Analisis Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa, Angket Respon 32 Siswa dan Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 214

17. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SH yang Termasuk Berkemampuan Berpikir Kritis Sangat Tinggi ... 222

18. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa NR yang Termasuk Berkemampuan Berpikir Kritis Tinggi ... 226

19. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa KN yang Termasuk Berkemampuan Berpikir Kritis Sedang ... 229

20. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa CAD yang Termasuk Berkemampuan Berpikir Kritis Rendah ... 232

21. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa KF yang Termasuk Berkemampuan Berpikir Kritis Sangat Rendah ... 233

22. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 234

23. Dokumentasi (Uji Coba Perorangan, Uji Coba Kelompok Kecil dan Implementasi) ... 246

24. Surat Izin Observasi ... 249

25. Surat Izin Penelitian ... 250

26. Surat Keterangan Telah melaksanakan Penelitian ... 251

27. LKPD Berbasis Model Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Mendukung Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 252

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan perkembangan daya pikir manusia (Amiluddin dan Sugiman, 2016:101).

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide- ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah (Susanto, 2013:185).

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan dan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari (Sundayana, 2015:2). Dengan belajar matematika seseorang dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis. Syahbana (2012:46) menyatakan bahwa matematika sebagai disiplin ilmu yang secara jelas mengandalkan proses berpikir dipandang sangat baik untuk diajarkan pada siswa.

Dengan kata lain, pembelajaran matematika bertujuan untuk membiasakan siswa mampu berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan kreatif (sianturi, dkk., 2018:29).

Sebagaimana menurut Syariah, dkk (2018:178) bahwa matematika bersifat aksiomatik, abstrak, formal, dan deduktif. Oleh karena itu, wajar saja jika matematika termasuk mata pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik.

Dalam pembelajaran matematika guru harus pandai dalam memilih strategi yang digunakan untuk menumbuhkan minat belajar siswa dan meningkatkan hasil

(16)

belajar matematika siswa yang sesuai dengan paradigma baru dalam dunia pendidikan yang berpusat pada siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan berpikir kritis (Oktaviani, dkk., 2018:6).

Berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang dalam menemukan informasi dan pemecahan dari suatu masalah dengan cara bertanya kepada dirinya sendiri untuk menggali informasi tentang masalah yang sedang dihadapi (Cristina dan Kristin, 2016:222). Johnson (2007:183) mendeskripsikan berpikir kritis sebagai sebuah proses sistematis yang digunakan dalam kegiatan mental seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, membujuk, analisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan dan perlu dilatihkan pada peserta didik mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan menengah. Pentingnya kemampuan berpikir kritis dilatihkan kepada peserta didik pada pembelajaran matematika, yaitu untuk pemahaman konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lain, serta memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis, dan cermat serta berpikir objektif dan terbuka, yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Pentingnya kemampuan berpikir kritis bagi setiap siswa yaitu agar siswa dapat memecahkan segala permasalahan yang ada di dalam dunia nyata. Apalagi pada pembelajaran matematika yang didominan mengandalkan kemampuan daya pikir, perlu membina kemampuan berpikir siswa (khususnya berpikir kritis) agar

(17)

mampu mengatasi permasalahan pembelajaran matematika tersebut yang materintya cenderung bersifat abstrak (Syahbana, 2012:46).

Berpikir kritis matematis sangat diperlukan supaya siswa mampu memecahkan masalah matematika. Tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis akan menghambat kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah (Fariha, 2013:44). Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah (dalam Ardiyanti, 2016:195- 196) adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Dengan berpikir kritis orang akan memiliki banyak alternatif jawaban dan ide kreatif, akan melatih kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional serta memiliki inovatif (Syariah, dkk. 2018:179).

Ada empat indikator kemampuan berpikir kritis menurut Facione (1994) dalam (Karim & Normaya, 2015: 95) yaitu; 1) Interpretasi mengacu pada kemampuan siswa dalam memahami permasalahan pada soal yang telah diberikan, 2) Analisis mengacu pada kemampuan siswa dalam mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal, 3) Evaluasi mengacu pada kemampuan siswa dalam menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, 4) Inferensi mengacu pada kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan dengan tepat dari penyelesaian yang telah diperolah.

Namun pada kenyataanya kemampuan berpikir kritis peserta didik Indonesia termasuk rendah. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang diadakan oleh PISA (Programme for International Student Assesment) bertujuan meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas IX SMP

(18)

dan kelas X SMA). Menunjukkan posisi Indonesia berada pada peringkat rendah.

Hasil tersebut terlihat dari perhitungan Mean Mathematics Score oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang termuat dalam penelitian Hewi dan Shaleh (2020:34-35) skor rata-rata pencapaian siswa-siswi Indonesia untuk mata pelajaran matematika berada diperingkat 57 dari 65 negara dengan perolehan skor rata-rata 371 pada tahun 2009, peringkat 63 dari 64 negara dengan skor rata-rata 375 pada tahun 2012, peringkat 62 dari 70 negara dengan skor rata-rata 403 pada tahun 2015 dan peringkat 74 dari 79 negara dengan skor rata-rata 379 pada tahun 2018. Dari keadaan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik di Indonesia masih rendah.

Berdasarkan hasil evaluasi dari pengukuran prestasi yang dilakukan tersebut salah satu penyebabnya karena kompetensi yang diujikan PISA lebih mengacu pada pemahaman penalaran, dan proses berpikir matematis tingkat tinggi. Hal ini bertolak belakang dengan evaluasi bertaraf nasional, peserta didik diberikan jenis tes yang bersifat objektif (pilihan banyak) pada Ujian Nasional.

Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan upaya pengembangan kemampuan matematis peserta didik dalam proses pembelajaran matematika. Kemampuan matematis yang diperlukan salah satu diantaranya yaitu kemampuan berpikir kritis yang merupakan pembelajaran abad 21 dan disesuaikan dengan kurikulum 2013.

Peserta didik yang berpikir kritis menampakkan wujud rasa ingin tahu yang tinggi.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa pentingnya berpikir kritis matematis peserta didik di sekolah. Namun, fakta yang terjadi di lapangan rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik dialami oleh peserta didik

(19)

kelas X AK 1 SMK N 1 Kota Jambi. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengerjaan soal tes kemampuan berpikir kritis oleh salah satu peserta didik.

Gambar 1.1. Hasil Jawaban Peserta Didik

Dari gambar 1.1. berdasarkan indikator Interpretasi peserta didik belum seutuhnya memahami permasalahan yang diberikan dalam soal, hal ini ditunjukkan dengan peserta didik tidak memaparkan atau menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal. Selanjutnya untuk indikator Analisis peserta didik sudah mampu mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal, hal ini ditunjukkan dengan peserta didik sudah dapat membuat model matematika dengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat. Selanjutnya untuk indikator Evaluasi peserta didik juga sudah menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan. Dan terakhir untuk indikator Inferensi peserta didik tidak memaparkan dengan jelas kesimpulan dari penyelesaian soal yang diperoleh. Berdasarkan perhitungan

(20)

persentase kemampuan berpikir kritis matematis menurut Karim & Normaya (2015:96) diperoleh skor tes kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik tersebut sebesar 50% yang termasuk dalam kategori rendah (Setyowati, 2011).

Jika dilihat dari segi pengajarnya, guru di sekolah sudah memberikan ilmu yang dimilikinya dengan baik, dengan cara membimbing siswa dalam belajar, memberikan jalan keluar jika siswa mendapatkan kesulitan, namun bukan dari hal itu saja, hal lain yang dapat menyebabkan prestasi belajar matematika menjadi rendah di sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor internal yaitu kemampuan siswa sendiri yang disebabkan kurang perhatiannya terhadap proses pembelajaran sehingga tidak memahami apa yang diajarkan oleh guru dalam proses pembelajaran, selanjutnya adalah faktor eksternal yang meliputi metode pembelajaran, sarana prasarana, bahan ajar, dan model pembelajaran.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika maka usaha-usaha untuk mencari penyelesaian terbaik guna mengembangkan atau mencapai kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik perlu terus dilakukan. Salah satu inovasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis adalah dengan melakukan trobosan baru pada bahan ajar yang digunakan oleh sekolah khusunya bahan ajar matematika. Bahan ajar matematika adalah seperangkat materi matematika sekolah yang disusun secara matematis baik tertulis maupun tidak tertulis sedemikian sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar matematika (Ibrahim, 2011: 122-126).

Ketercapaian tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu dalam penggunaan bahan ajar. Terdapat banyak jenis bahan

(21)

ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Selain buku teks, bahan ajar yang sering digunakan dan dapat dikembangkan secara kreatif dan inovatif oleh guru adalah Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD). Menurut Trianto (2012) dalam Noviyanti, dkk (2020:9) menyatakan bahwa LKPD adalah panduan peserta didik yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Pentingnya dilakukan pengembangan lembar kerja peserta didik (LKPD) karena LKPD merupakan sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga terbentuk interaksi efektif antara peserta didik dengan pendidik, dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik.

LKPD memuat kegiatan yang harus dilakukan peserta didik untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. LKPD sangat penting untuk mengetahui pencapaian peserta didik dalam memahami materi yang telah diberikan. Sehingga, dibutuhkan LKPD yang ideal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 43 poin 5 mengenai standar nasional pendidikan yaitu kelayakan isi, bahasa, kegrafisan dan sajian (Widodo, 2017:190).

Hasil observasi yang dilakukan penulis di SMK N 1 Kota Jambi bahwa sekolah tersebut pada pokok bahasan SPLDV menggunakan LKPD seperti yang terlihat di bawah ini.

(22)

Gambar 1.2 Lembar Kerja Peserta Didik SMK N 1 Kota Jambi

Gambar 1.2 memperlihatkan secara visual LKPD cukup menarik karena sudah terdapat animasi gambar sehingga tidak membosankan, akan tetapi LKPD yang digunakan siswa belum sesuai dengan struktur LKPD yang benar, seperti tidak adanya informasi pendukung yaitu peta konsep dan penomoran halaman pada LKPD tidak dicantumkan. Selanjutnya pada LKPD sudah menyajikan beberapa permasalahan matematika yang kontekstual dari permasalahan kehidupan sehari-hari, akan tetapi penyajian materi belum memacu dan mengarahkan keaktifan serta menimbulkan kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik, sehingga kurang mendukung kemampuan berpikir kritis matematis siswa terhadap materi SPLDV, maka untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan pengembangan LKPD yang dapat memperbaiki interaksi antar siswa, meningkatkan kemampuan bertanya siswa, dan meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap cara belajar mereka.

Pentingya pengembangan LKPD selain dari membuat tampilan LKPD menjadi lebih menarik, yaitu pengembangan LKPD yang dibuat dapat mendukung kemampuan berpikir kritis peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan

(23)

maksimal dan mencapai tujuan pembelajaran. Dengan LKPD yang tepat maka peserta didik dapat terbantu dalam memahami materi pembelajaran. Selain itu, Inovasi yang dilakukan oleh peneliti pada LKPD ini yaitu berupa penggunaan LKPD berbasis Search, Solve, Create and Share (SSCS) yang dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan LKPD.

Menurut Pizzini (1991) dalam Noviyanti, dkk (2020:9-10) model pembelajaran SSCS merupakan sebuah model pembelajaran pemecahan masalah dimana adanya kegiatan mengidentifikasi dan mencari solusi sebuah masalah, sehingga pembelajaran terasa bermakna bagi peserta didik. Model pembelajaran SSCS melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran karena model ini memfasilitasi peserta didik dalam mencari, menemukan dan membangun pengetahuannya untuk menyelesaikan permasalahan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk menggali informasi (Andayu, dkk., 2018:7).

Syariah, dkk (2018:180) menyatakan bahwa SSCS merupakan model pembelajaran pemecahan masalah matematika yang berpusat pada siswa (student center) yang mana aktivitas siswa pada setiap fase yang dilewatinya membuat siswa tidak hanya mencatat rapi dan mendengarkan penjelasan guru di kelas dari awal sampai berakhirnya kegiatan pembelajaran, tetapi siswa dilatih untuk terbiasa menggali informasi sendiri dengan bantuan guru ataupun sharing dengan teman tentang pengetahuan yang masih belum dipahami atau belum diberikan di sekolah. Sehingga siswa dapat terlatih untuk berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran SSCS.

Seperti pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Lukitasari dan Winarti (2016) dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Search, Solve, Create

(24)

And Share (SSCS) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Kelas X MAN Yogyakarta I pada Materi Alat-Alat Optik. Penelitian tersebut memperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran SSCS efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi Alat-Alat Optik.

Ukuran efek berada pada klasifikasi tinggi, yaitu 1,073.

Penggunaan LKPD berbasis model pembelajaran SSCS dapat memberikan bantuan kepada guru untuk mengembangkan keaktifan peserta didik memecahkan permasalahan dalam pembelajaran, mulai dari mengidentifikasi permasalahan (search), merencanakan penyelesaian masalah (solve), menciptakan hasil penyelesaian masalah (create) dan mengasosiasikan hasil penyelesaian masalah (share) sehingga peserta didik tidak hanya berpatokan pada pengetahuan yang ada, melainkan lebih mengutamakan proses pemerolehan pengetahuan (Sujiarto dan Sukmiati, 2017:172).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Mendukung Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMK Kelas X”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pada penelitian ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.2.1 Bagaimana proses pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS)

(25)

untuk Mendukung Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMK Kelas X?

1.2.2 Bagaimana kualitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Mendukung Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMK Kelas X berdasarkan kriteria valid, praktis dan efektif?

1.3 Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan pengembangan dalam penelitian ini adalah untuk:

1.3.1 Menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Mendukung Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMK Kelas X.

1.3.2 Mengetahui kualitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Mendukung Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMK Kelas X.

1.4 Spesifikasi Pengembangan

Spesifikasi produk yang terdapat dalam pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Produk yang dikembangkan berupa bahan ajar cetak yaitu Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dengan materi LKPD ini disusun sesuai dengan kurikulum 2013.

(26)

1.4.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) disusun berdasarkan prosedur pembuatan LKPD yang baik dan benar sebagaimana mestinya serta dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis Search, Solve, Create, and Share (SSCS) yang dapat mendukung kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

1.4.3 Materi LKPD yang akan dikembangkan adalah materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X SMK Semester I dengan kompetensi dasar:

1) KD 3.3 Menentukan nilai variabel pada sistem persamaan linear dua variabel dalam masalah kontekstual; 2) KD 4.3 Menyelesaikan masalah sistem persamaan linear dua variabel.

1.5 Pentingnya Pengembangan

Adapun pentingnya pengembangan dilihat dari manfaat teoritis dan praktis yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

1) Sebagai suatu karya ilmiah, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk penelitian pengembangan yang akan dilakukan baik oleh mahasiswa maupun guru.

2) Memberikan sumbangan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Guru/Pendidik

a. Tersedianya bahan ajar berupa LKPD akan meringankan guru dalam proses belajar mengajar

(27)

b. Tersedianyan LKPD yang berbasis model pemebelajaran SSCS untuk mendukung kemampuan berpikir kritis matematis, memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mengembangkan LKPD yang berbasis model pembelajaran SSCS untuk mendukung kemampuan berpikir kritis matematis pada materi lain.

2) Bagi Peserta Didik

a. Tersedianya LKPD yang berbasis model pemebelajaran SSCS ini akan menjadikan peserta didik berlatih menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik.

b. Tersedianya LKPD yang berbasis model pemebelajaran SSCS untuk mendukung kemampuan berpikir kritis matematis ini akan menjadikan peserta didik belajar secara aktif, kritis dan mandiri dalam belajar.

3) Bagi peneliti

a. Menambah pengetahuan dan pengalaman terkait pengembangan LKPD yang baik dan benar sebagai bekal untuk menjadi seorang guru yang professional di masa yang akan datang.

b. Dapat merancang serta menggunakan LKPD khususnya dalam proses pengembangan kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik SMK.

1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, perlu adanya asumsi dan keterbatasan pengembangan. Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah:

(28)

1.6.1 SMK N 1 Kota Jambi tempat penelitian memiliki permasalahan yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti yaitu permasalahan pada rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik.

1.6.2 Materi yang digunakan dalam pengembangan LKPD adalah SPLDV.

Diasumsikan guru dapat menggunakan LKPD yang dikembangkan sehingga diduga berkembangnya berpikir kritis matematis peserta didik disebabkan oleh produk LKPD yang dikembangkan.

1.6.3 Seiring berkembangnya kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik maka kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah akan terus berkembang sehingga prestasi peserta didik juga meningkat.

Adapun keterbatasan pengembangan dalam pengembangan ini adalah : 1.6.1 Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMK N 1 Kota Jambi.

1.6.2 Materi yang termuat dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah materi SPLDV.

1.6.3 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dikembangkan berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) yang dapat mendukung kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMK kelas X.

1.6.4 Pada penelitian ini produk yang dikembangkan menggukan model pengembangan ADDIE (Analyze, Design, Develop, Implement, Evaluate) untuk mendeksripsikan LKPD yang dikembangkan berdasarkan kevalidan, kepraktisan dan keefektivitasan.

(29)

1.7 Definisi Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan serta memberikan gambaran yang konkrit mengenai arti yang terkandung dalam judul penelitian ini, maka dengan ini diberikan definisi istilah yang akan dijadikan sebagai landasan pokok dalam penelitian ini. Adapun definisi istilah dalam penelitian ini diantaranya :

1.7.1 Penelitian Pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada sebelumnya dan menguji hasil dari penggunaan produk tersebut.

1.7.2 Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu bahan ajar cetak yang berisi materi pembelajaran, ringkasan pembelajaran, langkah-langkah dalam menyelesaikan suatu permasalahan, serta tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab peserta didik yang mengacu pada suatu kompetensi dasar yang ingin dicapai.

1.7.3 Pembelajaran berbasis Search, Solve, Create, and Share (SSCS) merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam hal upaya menemukan solusi penyelesaian dari sebuah persoalan matematis.

1.7.4 Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan yang melibatkan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan dan mengevaluasi suatu kebenaran. Berpikir kritis adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi, mulai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, sintesis dan evaluasi. Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis dan memunculkan gagasan terhadap tiap-tiap makna

(30)

dan interprestasi, untuk mengembangkan pola penalaran, memahami asumsi, serta memberi model presentasi.

1.7.5 SPLDV adalah sistem persamaan yang memiliki dua variabel atau peubah dengan pangkat tertingginya satu yang dinyatakan dalam bentuk .

(31)

17 BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

Landasan teoritis dalam penelitian Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Mendukung Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) ini dibangun berdasarkan variabel-variabel terkait dengan penelitian, variabel tersebut meliputi: 1) Penelitian Pengembangan, 2) Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) ; 3) Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS); 4) Berpikir Kritis Matematis dan 5) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Sedangkan penelitian yang relevan meliputi penelitian-penelitian terdahulu yang dapat mendukung serta dapat menjadi patokan tindakan yang harus dilakukan peneliti.

2.1.1 Teori Penelitian Pengembangan

Menurut UU RI Nomor 18 Tahun 2002 (2002:2) penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengembangan berarti proses, cara, perbuatan mengembangkan yang berarti pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 (2002:3)

(32)

Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memanfaatkan kaidah dan teori yang sudah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada maupun menghasilkan yang baru.

Menurut Sukmadinata (2016:164) penelitan dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini tidak digunakan untuk menguji teori, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya untuk menghasilkan sesuatu, mengujinya di lapangan, merevisinya sampai hasil yang diperoleh dipastikan sudah memuaskan (Gumanti, dkk., 2016:282).

Definisi penelitian dan pengembagan lainnya dikemukakan Gall, Gall dan Borg (2003:569) dalam bukunya yang berjudul Educational Research: an Introduction sebagai berikut:

Educational Research and Development (R&D) is an industry-based development model in which the findings of research are used to design new products and procedures, which then are systematicay field-tested, evaluated, and refined until they meet specified criteria of effectiveness, quality, or similar standards.

Di mana penelitian dan pengembangan pendidikan (R&D) menurut Gall, Gall dan Borg (2003:569) merupakan sebuah model pengembangan yang berbasis industri, di mana temuan penelitian digunakan digunakan untuk merancang atau mendesain produk dan prosedur baru, yang kemudian secara sistematis diuji di lapangan, dievaluasi, dan disempurnakan hingga memenuhi kriteria efektivitas yang ditentukan, kualitas, atau standar yang sama.

(33)

Jadi berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan (R&D) merupakan suatu model pengembangan yang digunakan untuk merancang/mendesain dan menghasilkan produk baru, atau menyempurnakan produk yang sudah ada di mana dalam mengembangkan produk tersebut disempurnakan sampai memnuhi kriteria valid.

2.1.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 2.1.2.1 Pengertian LKPD

LKPD (Lembar Kerja Peserta didik) merupakan salah satu jenis bahan ajar cetak yang sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran (Dermawati, 2019:74). Hal ini sejalan dengan pendapat Prastowo (2013:204) bahwa Lembar Kerja Peserta Didik adalah suatu bahan ajar cetak berupa lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk – petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.

Menurut Depdiknas (2008: 13) lembar kerja peserta didik (student worksheet) adalah berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk, langkah - langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kerja harus jelas KD yang akan dicapainya.

Menurut Trianto (dalam Pratama dan Saregar, 2019:85) LKPD merupakan sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian belajar yang harus ditempuh.

(34)

Menurut Widodo (2017:190) Lembar Kegiatan Peserta didik merupakan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran untuk menerapkan atau mempraktekkan ilmu yang telah diperoleh. Lembar Kegiatan Peserta didik tersebut sangat penting untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam menyerap dan menguasai ilmu yang telah diberikan.

Jadi, Lembar kerja Peserta Didik (LKPD) adalah bahan ajar cetak berupa lembaran-lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksasanan yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dan menemukan konsep sesuai dengan Kompetensi Dasar dan Indikator kemampuan yang ingin dicapai.

2.1.2.2 Tujuan LKPD

Menurut Prastowo (2013: 206), ada empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKPD yaitu sebagai berikut:

1. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

2. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penugasan peserta didik terhadap materi yang diberikan.

3. Melatih kemandirian belajar peserta didik.

4. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

2.1.2.3 Manfaat LKPD

Menurut Prastowo (2013: 206-207) manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan LKPD dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

(35)

2. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

3. Membantu peserta didik menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

4. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.

5. Melatih peserta didik untuk memecahkan masalah dan berpikir kritis.

6. Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.

7. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.

2.1.2.4 Fungsi LKPD

Menurut Prastowo (2013: 205-206), LKPD memiliki empat fungsi yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan ajar yang bisa menimbulkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik.

2. Sebagai bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk memahami materi yang diberikan.

3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.

4. Memudahkan untuk pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

2.1.2.5 Unsur-unsur LKPD

Menurut Prastowo (2013: 208) dilihat dari strukturnya bahan ajar LKPD lebih sederhana dari pada modul, namun lebih kompleks dari pada buku. Bahan ajar LKPD terdiri atas enam unsur utama yang meliputi:

1. Judul

(36)

Judul LKPD dalam penelitian ini terfokus pada satu materi pokok.

2. Petunjuk Belajar

Petunjuk belajar disini terdiri dari petunjuk belajar untuk pendidik dan petunjuk belajar untuk peserta didik.

3. Kompetensi yang akan dicapai

Kompetensi yang akan dicapai terdiri dari kompetensi dasar, kompetensi inti, indikator dan dilengkapi dengan pengalaman belajar.

4. Informasi Pendukung

Informasi pendukung terdiri dari peta konsep 5. Langkah-Langkah Kerja

Langkah-langkah kerja disini terdiri dari materi yang akan dipelajari, contoh soal, dan soal latihan untuk setiap pertemuan

6. Penilaian

Penilaian disini untuk memberikan nilai apa yang sudah dikerjakan peserta didik pada soal latihan yang sudah ada dalam LKPD.

2.1.2.6 Langkah-langkah penyusunan LKPD

Menurut Prastowo (2013: 212), keberadaan LKPD yang inovatif dan kreatif menjadi harapan semua peserta didik. Karena, LKPD yang kreatif dan inovatf akan menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Maka dari itu, sebuah keharusan bahwa setiap pendidik ataupun calon pendidik agar menyiapkan dan membuah bahan ajar sendiri yang inovatif.

LKPD terdiri atas enam unsur utama, meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah

(37)

kerja dan penilaian (Prastowo, 2013:208). langkah-langkah penyusunannya LKPD dijelaskan dalam gambar 2.1 berikut:

Berdasarkan gambar 2.1, maka langkah-langkah pengembangan LKPD menurut Prastowo (2013: 212-215) yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1. Alur langkah – langkah penyusunan LKPD.

1. Melakukan Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan LKPD. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang diajarkan.

2. Menyusun Peta Kebutuhan LKPD

Peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKPD yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKPD. Sekuensi LKPD

(38)

sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan. Langkah biasanya diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

3. Menentukan Judul LKPD

Judul LKPD ditentukan atas dasar kompetensi dasar, materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.

4. Penulisan LKPD

Untuk menulis LKPD, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan kompetensi dasar.

Untuk merumuskan kompetensi dasar, dapat kita lakukan dengan menurunkan rumusannya langsung dari kurikukum yang berlaku.

2) Menentukan alat penilaian.

Penilaian dapat dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan.

3) Menyusun materi.

Materi LKPD dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum materi yang akan dipelajari.

4) Memperhatikan struktur LKPD.

Ada enam struktur LKPD yang harus dipahami, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi yang dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian.

2.1.2.7 Macam-macam bentuk LKPD

(39)

Sesuai dengan maksud dan tujuannya, Prastowo (2013: 208-211) membagi bentuk LKPD menjadi 5 macam sebagai berikut:

1) LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep

LKPD jenis ini memuat apa yang harus dilakukan peserta didik meliputi melakukan, mengamati dan menganalisis. Oleh karena itu perlu dirumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik kemudian meminta peserta didik untuk mengamati hasil kegiatannya. Selanjutnya, berikan pertanyaan-pertanyaan analisis yang membantu peserta didik untuk mengaitkan fenomena yang mereka amati dengan konsep yang akan mereka bangun dalam benak mereka.

2) LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.

LKPD jenis ini memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan diskusi, kemudian meminta mereka untuk berlatih memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab.

3) LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar

LKPD bentuk ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Peserta didik akan dapat mengerjakan LKPD tersebut jika mereka membaca buku, sehingga fungsi utama LKPD ini adalah membantu peserta didik untuk menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku.

4) LKPD yang berfungsi sebagai penguatan

(40)

LKPD bentuk ini diberikan setelah peserta didik selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran di dalam LKPD ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi yang terdapat di dalam buku pelajaran.

5) LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum

LKPD bentuk ini di dalamnya terdapat petunjuk praktikum yang merupakan salah satu isi (content) dari LKPD.

2.1.2.8 Langkah-langkah pengembangan LKPD

Untuk mengembangkan LKPD yang menarik dan dapat digunakan secara maksimal oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, ada empat langkah yang dapat ditempuh, (Prastowo, 2013 : 220 – 225) yaitu :

1. Menentukan Tujuan

Pembelajaran yang Akan Di-breakdown dalam LKPD Pada langkah ini penulis harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran yang dijadikan patokan.

2. Pengumpulan Materi

Dalam pengumpulan materi ini, hal yang perlu dilakukan adalah menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan ke dalam LKPD. Bahan yang akan dimuat dalam LKPD dapat dikembangkan sendiri atau dapat memanfaatkan materi yang sudah ada.

3. Penyusunan Elemen atau unsur-unsur

Pada bagian ini, saatnya untuk mengintegrasikan desain (hasil dari langkah pertama) dengan tugas (sebagai hasil dari langkah kedua).

4. Pemeriksaan dan penyempurnaan

(41)

Sebelum memberikan LKPD kepada peserta didik, perlu dilakukan pengecekan kembali terhadap LKPD yang telah dikembangkan tersebut. Ada empat variabel yang harus dicermati sebelum LKPD dapat dibagikan ke peserta didik. Keempat variabel itu adalah sebagai berikut :

1) Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang berangkat dari kompetensi dasar. Pastikan bahwa desain yang ditentukan dapat mengakomodasi tujuan pembelajaran.

2) Kesesuaian materi dan tujuan pembelajaran.

3) Kesesuaian elemen atau unsur dengan tujuan pembelajaran.

4) Kejelasan penyampaian. Pastikan apakah LKPD mudah dibaca dan tersedia cukup ruang untuk mengerjakan tugas yang diminta.

2.1.3 Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) 2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran SSCS

Model pembelajaran SSCS adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan dirancang untuk mengembangkan dan menerapkan konsep ilmu-ilmu pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan pendapat Syariah, dkk (2018:180) yang meyatakan bahwa SSCS merupakan model pembelajaran pemecahan masalah matematika yang berpusat pada siswa (student center) yang mana aktivitas siswa pada setiap fase yang dilewatinya membuat siswa tidak hanya mencatat rapi dan mendengarkan penjelasan guru di kelas dari awal sampai berakhirnya kegiatan pembelajaran, tetapi siswa dilatih untuk terbiasa menggali informasi sendiri dengan bantuan guru ataupun sharing dengan teman tentang pengetahuan yang masih belum dipahami atau belum diberikan di sekolah.

(42)

Pendapat yang sama diungkap oleh Andayu, dkk (2018:4) yang menyatakan bahwa modelpembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah (problem solving). Model pembelajaran SSCS memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi ide secara mandiri, merumuskan masalah, mengharuskan peserta didik mampu menuliskan solusi dan langkah-langkah penyelesaian sistematis serta mengharuskan peserta didik untuk aktif berdiskusi selama proses pembelajaran.

Menurut Pizzini (1991) dalam Noviyanti, dkk (2020:9) menyatakan bahwa model pembelajaran SSCS merupakan sebuah model pembelajaran pemecahan masalah dimana adanya kegiatan mengidentifikasi dan mencari solusi sebuah masalah, sehingga pembelajaran terasa bermakna bagi peserta didik. Model pembelajaran SSCS melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran karena model ini memfasilitasi peserta didik dalam mencari, menemukan dan membangun pengetahuannya untuk menyelesaikan permasalahan dan memberikan kesempatan peserta didik untuk menggali informasi (Andayu, dkk., 2018:7).

Lukitasari dan Winarti (2016: 19) mengemukakan bahwa model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan dirancang untuk mengembangkan dan menerapkan konsep ilmu-ilmu pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis. Sehingga siswa dapat terlatih untuk berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran SSCS.

(43)

Jadi dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SSCS merupankan model pembelajaran pemecahan masalah matematika yang berpusat pada siswa (student center), di mana siswa dituntut aktif dalam memecahkan suatu permasalah, mulai dari pengidentifikasian masalah (search), merencanakan penyelesaian masalah (solve), menciptakan/melaksanakan penyelesaian masalah (create), hingga mensosialisasikan penyelesaian masalah yang telah didapatkan siswa (share). Sehingga dengan pembelajaran SSCS ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2.1.3.2 Peranan Guru dalam Model Pembelajaran SSCS

Ramson (2010:20) menjelaskan peran guru dalam model pembelajaran SSCS yaitu memfasilitasi pengalaman untuk menambah pengetahuan peserta didik. Peranan guru dalam setiap fase adalah seperti pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Peranan Guru dalam Model Pembelajaran SSCS

Fase Peranan Guru

Search (menyelidiki masalah)

1. Menciptakan situasi yang dapat mempermudah muculnya pertanyaan.

2. Menciptakan dan mengarahkan kegiatan.

3. Membantu dalam pengelompokan dan penjelasan permasalahan yang muncul.

Solve

(merencanakan pemecahan masalah

1. Menciptakan situasi yang menantang bagi peserta didik untuk berpikir.

2. Membantu peserta didik mengaitkan pengalaman yang sedang dikembangkan dengan ide, pendapat atau gagasan peserta didik tersebut.

3. Memfasilitasi peserta didik dalam hal memperoleh informasi dan data.

Create (mengontruksi pemecahan masalah)

1. Mendiskusikan kemungkinan penetapan audien atau audiensi.

2. Menyediakan ketentuan dalam analisis data dan teknik penanyangannya.

3. Menyedaiakan ketentuan dalam menyiapkan presentasi.

Share

(mengkomunika sikan

penyelesaian yang

diperolehnya)

1. Menciptakan terjadinya interaksi antara kelompok/diskusi kelas.

2. Membantu mengembangkan metode atau cara-cara dalam mengevaluasi hasil penemuan studi selama presentasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Sumber: Ramson ( 2010:20)

Model pemecahan masalah SSCS memberikan sebuah kerangka kerja yang dibuat untuk memperluas keterampilan dalam penggunaan pada konsep ilmu

(44)

pengetahuan, model ini membantu guru berpikir kreatif untuk menciptakan peserta didik mampu berpikir secara kritis. Peranan guru pada pemecahan masalah model SSCS adalah memfasilitasi pengalaman untuk menambah pengetahuan peserta didik.

2.1.3.3 Peranan peserta didik dalam model Pembelajaran SSCS

Model pembelajaran SSCS adalah model pembelajaran yang disetiap fase nya melibatkan peserta didik dan dapat memfasilitasi terjadinya latihan berpikir peserta didik dalam pelajaran karena fase search menyangkut ide-ide lain yang mempermudah dan mengidentifikasi sehingga mengembangkan pertanyaan- pertanyaan yang dapat diselidiki. Secara rinci Irwan (2011:5) memaparkan kegiatan yang dilakuan peserta didik pada model pembelajaran SSCS terdapat pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Peranan Peserta Didik dalam Model Pembelajaran SSCS

Fase Kegiatan yang dilakukan

Search 1. Memahami soal atau kondisi yang diberikan kepada siswa, yang berupa apa yang diketahui, apa yang tidak diketahui, apa yang ditanyakan.

2. Melakukan observasi dan investigasi terhadap kondisi tersebut.

3. Membuat pertanyaan-pertanyaan kecil.

4. Menganalisis informasi yang ada sehingga terbentuk sekumpulan ide.

Solve 1. Menghasilkan dan melaksanakan rencana untuk mencari solusi.

2. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif, membentuk hipotesis yang dalam hal ini berupa dugaan jawaban.

3. Memilih metode untuk memecahkan masalah.

4. Mengumpulkan data dan menganalisis.

Create 1. Menciptakan produk yang berupa solusi masalah berdasarkan dugaan yang telah dipilih pada fase sebelumnya.

2. Menguji dugaan yang dibuat apakah benar atau salah.

3. Menampilkan hasil yang sekreatif mungkin dan jika perlu siswa dapat menggunakan grafik, poster atau model

Share 1. Berkomunikasi dengan guru dan teman sekelompok dan kelompok lain atas temuan, solusi masalah. Siswa dapat menggunakan media rekaman, video, poster, dan laporan.

2. Mengartikulasikan pemikiran mereka, menerima umpan balik dan mengevaluasi solusi.

Sumber: Pizzini, Abel dan Shepardson (1988) dalam Irwan (2011:5)

(45)

2.1.3.4 Keunggulan dan Kekurangan Model Pembelajaran SSCS

Keunggulan model pembelajaran SSCS dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) menurut Hakim (2020:16) yaitu seperti pada tabel 2.3 di bawah ini:

Tabel 2.3 Keunggulan Model Pembelajaran SSCS

Bagi guru Bagi peserta didik

1) Dapat melayani minat siswa yang lebih luas.

2) Dapat melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran.

3) Melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

4) Meningkatkan pemahaman antara sains teknologi dan masyarakat dengan memfokuskan pada masalah-masalah real dalam kehidupan sehari-hari.

1) Kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung pada proses pemecahan masalah.

2) Mengembangkan metode ilmiah dengan menggunakan peralatan laboratorium atau alat sederhana melalui eksperimen.

3) Menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses pembelajarannya.

5) Menetapkan pengetahuan tentang grafik, pengolahan data, dan dapat menyampaikan ide/gagasan dalam bahasa yang baik.

6) Bekerja sama dengan orang lain.

Sumber: Hakim (2020:16)

Adapun kekurangan dari model SSCS adalah memerlukan pemahaman konsep yang lebih dan berpikir tingkat tinggi ketika dalam pembelajaran pada fase solve, siswa diharapkan memahami masalah atau pertanyaan yang mereka peroleh untuk dipecahkan. Sedangkan pada fase create siswa mencari solusinya dengan cara eksperimen yang mereka rancang sendiri. Namun pada saat fase ini peranan dan perhatian guru sangat diperlukan agar siswa dapat melaksanakan eksperimen dengan baik (Hakim, 2020:16).

2.1.3.5 Tahapan Model Pembelajaran SSCS

Model pembelajarn Search, Solve, Create, and Share (SSCS) terdiri dari empat tahapan, di mana pada setiap tahapan dari model pembelajaran SSCS membuat peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran. Sebagaimana yang

(46)

dipaparkan secara rinci oleh Chen (2013:76-77) dalam tulisannnya yang berjudul

“Applying Problem-Based Learning Model and Creative Design to Conic- Sections Teaching” bahwa tahapan model pembelajarn Search, Solve, Create, and Share (SSCS) seperti pada tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4 Tahapan model pembelajaran SSCS

Phase Content

Search Peserta didik dituntut berpikir untuk mengidentifikasi masalah, membuat daftar ide-ide untuk kegiatan eksplorasi, merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan dan fokus pada investigasi.

Solve Peserta didik melaksanakan rencana (yang diperoleh dari tahap search) untuk mencari solusi, membentuk bentuk hipotesis, memilih metode untuk memecahkan masalah, mengumpulkan data dan menganalisisnya.

Create Peserta didik membuat produk dalam skala kecil dan menyajikan data hasil pengamatan sebagai solusi dari masalah seperti dokumentasi, grafik, atau poster.

Share Peserta didik mengkomunikasikan temuannya, solusi, dan kesimpulan dengan pendidik dan peserta didik lainnya, menerima umpan balik dan mengevaluasi solusi.

Sumber (Chen, 2017:76-77)

2.1.4 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis 2.1.4.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang sangat diperlukan dalam setiap bidang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, dalam setiap pembelajaran di sekolah, kemampuan berpikir kritis menjadi salah satu aspek yang sangat diperhatikan untuk dikembangkan pada setiap siswa. Berpikir kritis menekankan pada pemikiran yang rasional dan reflektif sehingga dapat mencapai proses pengambilan keputusan. Berpikir kritis matematis sangat diperlukan supaya siswa mampu memecahkan masalah matematika. Tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis akan menghambat kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah (Fariha, 2013: 44).

(47)

Menurut Ardiyanti (2016:195) berpikir kritis adalah suatu proses kemampuan untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang baik serta pengalaman-pengalaman yang sesuai dengan fakta yang ada. Kemampuan berpikir kritis ini merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran, sehingga dapat diambil suatu keputusan yang terbaik yang dapat dilaksanakan.

Pengertian lain tentang berpikir kritis menurut Fisher (2011:3) dalam bukunya yang berjudul Critical Thinking menerangkan bahwa, “Critical thinking is attaches huge importance to reasoning, to giving reasons and to evaluating reasoning as well as possible. There is more to it than that, but skilful reasoning is a key element.” Di mana pengertian berpikir kritis menurut Fisher (2011:3) adalah berpikir yang sangat mementingkan logika atau penalaran, untuk memberi alasan dan mengevaluasi penalaran dengan sebaik-baiknya. Hal ini berarti bahwa penalaran merupakan elemen/ kunci dari berpikir kritis.

Menurut Cahyono (2017:52) berpikir kritis merupakan berpikir yang terjadi dalam sistem kognitif dengan membandingkan beberapa pengetahuan yang sudah ada dalam pikiran yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan memutuskan pengetahuan yang lebih tepat digunakan untuk memecahkan masalah.Berpikir kritis mencakup kegiatan menganalisis dan menginterpretasi data dalam kegiatan inquiry ilmiah.

Di lain bagian Facione dan Gittens (2016:15) mendefinisikan pengertian berpikir kritis sebagai berikut:

Critical thinking is the process of purposeful, reflective judgment. Critical thinking manifests it self in giving reasoned and fair-minded consideration to evidence, conceptualizations, methods, contexts, and standards to decide what to believe or what to do.

Referensi

Dokumen terkait

Teori mengenai harapan menunjukkan bahwa dasar tingkat harapan individu dewasa terletak pada hubungan dengan orangtua selama pada tahap-tahap awal kehidupan, dengan

karena itu penelitian mengenai efektivitas persetujuan kredit masih sangat penting dan relevan hingga saat ini bahkan di masa yang akan datang mengingat apabila lembaga

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan bagi Pemerintah melakukan pertimbangan dalam mengubah alur pencairan dana BOK Tahun 2016,bagi Puskesmas Teladan diharapkan

Penelitian dari karya tulis yang berjudul “Metode latihan teknik Heel toe dan aplikasinya ke dalam lagu Everyone Nose oleh Excel Mangare” menggunakan metode penelitian kualitatif

Jika Jaringan Instalasi men-setting receiver yang terkonfigurasi dengan alamat IP Statik, Anda dapat mengkonfigurasi setting Ethernet lewat front panel,lewat web server, atau

• Impor mesin, barang dan bahan baku impor untuk pembangunan dan pengembangan industri. • Untuk pembangunan dan pengembangan industri selama 2 tahun paling lama

kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran khususnya yang terkait dengan keterampilan dasar mengajar, (3) kepala sekolah memberikan masukan alternatif untuk mengatasi

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) menghasilkan perangkat pembelajaran berupa Lembar kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis keterampilan proses sains dalam model