• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Letak Desa ditinjau dari Pemerintahan Daerah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

1. Letak Desa Ditinjau Dari Pemerintahan Daerah

Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar banyak memberikan perubahan di berbagai bidang dalam pemerintahan. Salah satu perubahan yang terjadi adalah dari pemerintahan yang berbentuk sentralistik yaitu pemerintahan dengan sistem terpusat kemudian diganti dengan pemerintahan yang desentralistik. Sesuai dengan konstitusi yaitu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintahan Daerah sebagai berikut:

(1)Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.

(2)Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

(3)Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

(4)Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

(5)Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah pusat.

(6)Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

commit to user

(7)Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.

Wilayah Indonesia dibagi menjadi sejumlah daerah besar dan kecil yang otonom yaitu daerah yang boleh mengurus rumah tangganya sendiri dan daerah bersifat administrasi yaitu daerah yang tidak boleh berdiri sendiri. Hal ini dapat dilihat di dalam pasal 18 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam ayat (1) bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi tersebut dibagi atas kabupaten dan kota. Tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Kemudian disebutkan dalam ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Pasal 18 ayat (5) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan yaitu pemerintahan daerah menjalankan otonomi yang seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Kemudian dalam pasal

Pasal 18A Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Kemudian hubungan keuangan, pelayanan umum dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18B Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Negara juga mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

commit to user

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.

Oleh karena itu, negara Indonesia merupakan negara kesatuan sehingga Indonesia tidak akan mempunyai negara di dalam lingkungannya yang bersifat negara. Negara Indonesia dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi lagi dalam daerah yang lebih kecil. Daerah-daerah tersebut bersifat otonom atau daerah administrasi yang kesemuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan undang-undang. Daerah-daerah yang bersifat otonom tersebut ada badan perwakilan daerah sehingga pemerintahan tersebut berdasarkan permusyawaratan. Negara Indonesia memiliki daerah-daerah yang mempunyai susunan yang asli dan dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.

Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan yang mengenai daerah-daerah tersebut akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah-daerah besar dan kecil dengan dibentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang tersebut dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara serta memperhatikan hak-hak dan asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa. Hal tersebut secara tidak langsung Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui dan menghormati hak-hak dan asal usul suatu daerah atau yang dapat disebut sebagai desa. Walaupun dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak mencantumkan nama desa. Undang-undang Dasar 1945 dalam penjelasannya pada pasal 18 hanya menjelaskan bahwa oleh karena Negara Indonesia itu suatu een heidsstaat, maka Indonesia tak akan mempunyai daerah di dalam lingkungannya yang bersifat staat juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi dan daerah propinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat autoonom (streek dan locale rechtsgemeenschappen) atau bersifat daerah administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan undang-undang. Di daerah-daerah yang bersifat autonoom akan diadakan badan perwakilan daerah, oleh karena di

commit to user

daerahpun pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan. Dalam territoir Negara Indonesia terdapat lk. 250 Zelfbesturende landschappen dan Volksgemeenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan Negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal-usul daerah tersebut.

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pelaksanaan pasal 18 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut diwujudkan dalam pokok-pokok penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan. Asas desentralisasi yang menyatakan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah tingkat yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah tingkat yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. Sehingga prakarsa, wewenang dan tanggung jawab mengenai urusan-urusan yang diserahkan menjadi tanggung jawab daerah itu. Asas desentralisasi ini memiliki latarbelakang yaitu oleh karena pemerintah pusat tidak dapat menyelesaikan sendiri urusan yang banyak sehungga perlunya penyerahan urusan kepada pemerintahan daerah yang lebih kecil. Selain itu alasan pemerintah yang lebih kecil lebih mengerti kebutuhan serta permasalahan maupun situasi dan kondisi yang ada di daerahnya karena lebih dekat dengan masyarakat daerah yang bersangkutan daripada pemerintah pusat. Tetapi tidak semua urusan pemerintah pusat dapat diserahkan kepada pemerintahan di bawahnya yaitu pemerintahan daerah mengingat terbatasnya kemampuan daerah tersebut dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pembiayaannya. Karena itu diperlukan juga asas dekonsentrasi yaitu asas yang menyatakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal yang lebih tinggi kepada pejabat-pejabatnya di daerah yang tanggung jawabnya tetap ada pada pemerintah pusat. Urusan tersebut pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala daerah dalam kedudukannya selaku wakil pemerintah pusat. Selain asas desentralisasi dan asas

commit to user

dekonsentrasi juga diperlukan adanya asas tugas pembantuan yaitu yang menyatakan bahwa tugas turut serta dalam pelaksanaan urusan pemerintah yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dengan kewajiban mempertanggungjawabkannya kepada yang memberi tugas. Hal-hal tersebut maka dapat terlihat bahwa wilayah Indonesia dibagi menjadi daerah otonomi dan wilayah administrasi. Daerah otonomi bahwa kesatuan masyarakat hukum memiliki batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang, dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri tetapi tidak boleh berdiri sendiri karena tetap terikat dalam negara kesatuan republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan disebut sebagai otonomi daerah.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah di dalam penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan dengan asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan. Hubungan fungsi maupun politik pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kebijakan politik dengan kesetaraan dan checks and balances dilaksanakan derngan asas otonomi seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab.

Otonomi seluas-luasnya yaitu daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Prinsip otonomi nyata yaitu bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada serta berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian, isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya.

Prinsip otonomi bertanggung jawab merupakan penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

commit to user

Otonomi daerah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan, keadilan, demokratisasi, dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya lokal serta menggali potensi dan keanekaragaman daerah, bukan untuk memindahkan masalah dari pusat ke kabupaten atau kota. (Indra Djati Sidi,2001:41)

Mekanisme check and balances menurut hakim Mahkamah Konstitusi Maruarar Siahaan S.H bahwa check and balances merupakan proses saling mengawasi dan saling mengimbangi di antara cabang-cabang kekuasaan (Maruarar Siahaan, 2008:49).

Desentralisasi merupakan bentuk yang efektif untuk pelaksanaan otonomi In 1999 the central government of Indonesia designed a set of laws to promote Otonomi Daerah, Otonomi Daerah laws to be effective in

(Richard Seymour dan Sarah Turner, 2002:33)

Sejak jatuhnya Presiden Soeharto, Indonesia sudah memilih sistem fall in 1998, Indonesia has transformed from one

(Simon Butt,2010:177)

Konsep otonomi daerah sudah diperkenalkan sejak tahun 1970-an dalm bentuk undang-undang. Walaupun pada masa itu belum menerapkan otonomi daerah dengan sebagaimana mestinya.

Otonomi daerah merupakan konsep yang telah lama dikenal dalam sistem pemerintahan kita dan telah diperkenalkan sejak tahun 1970-an dalam bentuk Und1970-ang-Und1970-ang tent1970-ang Pemerintah1970-an Daerah Nomor 5 Tahun 1974. Namun kenyataan menunjukan bahwa Undang-Undang tersebut tidak pernah dilaksanakan secara konsisten karena adanya tarik menarik kepentingan sehingga otonomi daerah hanya tinggal slogan yang tidak ada maknanya. Reformasi yang bergulir tahun 1998 menyebabkan tuntutan otonomi semakin kencang dari berbagai daerah untuk dapat mengatur rumah tangganya sendiri, pada tahun 1999 terbitlah Undang-Undang No. 22 atau 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 atau 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang merupakan jawaban terhadap tuntutan reformasi. (Indra Djati Sidi,2001:36)

commit to user

Desentralisasi merupakan bentuk pemerintahan yang digunakan di negara berkembang dan telah menjadi pilihan untuk Indonesia. Hal ini sesuai dengan data sebagai berikut:

Decentralisation can take a number of different forms, of which Rondinelli and Cheema (1983) suggest four major ones. The first, deconcentration, involves the transfer of central government responsibilities to regions. It can operate at varying scales and to different degrees of autonomy. For example, deconcentration might not actually increase local input in decision making because it may only allow for administration to be undertaken at that level. Until recently, Indonesia operated with such a deconcentrated government (Alm, Aten and Bahl, 2001). The second form of decentralisation, delegation to semi autonomous organisations

and management authority for specific functions to organisations that are and Cheema,1983:20). Organisations this authority could be delegated to might include public corporations, multi and singular-purpose authorities such as a transit authority, or project implementation units. The third form involves the transfer of functions from government to non-government controls. This namely involves privatisation of government services and to an extent, de-bureaucratisation.

Finally, devolution, the fourth form of decentralisation, is the most common form of decentralisation in developing countries and has become the chosen option for Indonesia (Crook and Manor, 1994; Rondinelli and en independent levels or units of government through devolution of functions and government relinquishes control of certain functions and, if necessary, creates new layers of government. In its most ideal form, devolution encompasses autonomous local governments which become democratic institutions, existing in a non hierarchical relationship with other forms of government. However, in reality this will only ever happen to a certain degree. In sum, both regional and central governments share authority over particular non-overlapping functions which in combination constitute the total government (Rondinelli and Cheema, 1983). (Richard Seymour dan Sarah Turner, 2002:34)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemeritahan Daerah, pembagian urusan pemerintahan mencakup empat kelompok:

1. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan pusat 2. Urusan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi

commit to user

3. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahn kabupaten atau kota

4. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan desa. (Pipin Syarifin dan Daedah Jubaedah, 2006: 47)

Prinsip penyelenggaraan pemerintahan dengan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan kesemuanya bersifat koordinatif administratif yaitu hakikat fungsi pemerintahan tersebut tidak ada yang saling membawahi namun demikian fungsi dan peran pemerintahan provinsi juga mengemban pemerintahan pusat sebagai wakil pemerintah pusat di daerah.

Sehingga dalam rangka desentralisasi dibentuk dan disusun pemerintahan yang lebih kecil lagi yang diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sebagai perwujudan otonomi daerah yang diharapkan lebih mendukung pemberdayaan dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintahan umum dan pembangunan di daerah.

Asas desentralisasi adalah asas yang menyatakan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari Pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah tingkat yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. Hal ini penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Asas dekonsentrasi adalah asas yang menyatakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat yang lebih tinggi kepada pejabat-pejabatnya di daerah. Tanggung jawab tetap ada pada pemerintah pusat baik perencanaan dan pelaksanaannya maupun pembiayaannya tetap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Unsur pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala daerah dalam kedudukannya selaku wakil pemerintah daerah. Latar belakang asas ini adalah bahwa tidak semua urusan pemerintah pusat dapat diserahkan kepada pemerintah daerah menurut asas desentralisasi. Asas dekonsentrasi ini maksudnya adalah pelimpahan wewenang

commit to user

pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur, sebagai wakil pemerintah kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Asas tugas pembantuan asas yang menyatakan tugas turut serta dalam pelaksanaan urusan pemerintah yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dengan kewajiban mempertanggungjawabkannya kepada yang memberi tugas, misalnya pajak. (C.S.T. Kansil, 2002:3)

Asas tugas pembantuan merupakan penugasan dari pemerintah kepada daerah dan atau desa, dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten atau kota dan atau desa, serta dari pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Sistem pemerintahan di Indonesia meliputi: 1. Pemerintahan pusat, yakni pemerintah;

2. Pemerintahan daerah, yang meliputi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten atau kota;

3. Pemerintahan desa. (Siswanto Sunarno,2006:5)

Hal ini untuk mendukung pemberdayaan serta meningkatkan kualitas di suatu daerah maka perlu suatu pemerintahan daerah dibagi lagi menjadi pemerintahan yang lebih kecil yang disebut desa. Karena desa yang cakupannya lebih kecil dari pada kabupaten atau kota adalah pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat maksudnya yaitu desa lebih dapat menjangkau atau lebih mengetahui aspirasi, persoalan-persoalan serta kebutuhan yang ada di dalam desa tersebut. Desa juga dianggap penting sebagai penghubung antara pemerintah dengan masyarakatnya karena desa merupakan organisasi pemerintahan yang paling dekat dengan rakyat serta mengetahui kebutuhan dan masalah-masalah yang terdapat di masyarakat.

Pasal 18A Undang-undang Dasar Tahun 1945 diamanatkan tentang hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi, kabupaten serta kota diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah serta hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam maupun

commit to user

sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18B Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa pada ayat (1) negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang, kemudian dalam ayat (2) negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Hal yang ada di dalam pasal tersebut secara tidak langsung atau secara tersirat telah mengakui serta mengatur daerah pemerintahan lebih kecil yaitu desa. Pengaturan mengenai desa ini tidak diatur secara implisit di dalam konstitusi yaitu Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang Dasar menetapkan hanya ada dua tingkatan daerah otonom yang disebut dengan propinsi. Daerah propinsi tersebut dibagi lagi di dalam daerah kabupaten atau kota. Pembagian ini dimaksudkan untuk menjalankan otonomi daerah. Desa bukanlah termasuk daerah otonom, tetapi di dalam peraturan perundang-undangan selanjutnya disebutkan dimana desa memiliki hak untuk mengatur kewenangan yang bersifat asli.

Konsekuensinya, maka desa diserahkan pengaturannya kepada kabupaten. Pasal 200 ayat (1) di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam pemerintahan daerah kabupaten atau kota dibentuk pemerintahan desa. Hal ini mengandung artian bahwa dimana pemerintahan desa lahir atau dibentuk oleh pemerintah di atasnya dan merupakan bagian dari pemerintah kabupaten atau kota tetapi bersifat otonom. Sehingga kedudukan desa berada di dalam kabupaten atau kota.

Dokumen terkait