• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

2. Pemerintahan Desa

Pemerintahan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan memerintah. Arti yang lain adalah segala urusan yang dilakukan oleh

commit to user

negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan negara.

Pemerintahan desa menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa dalam mengatu dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 200 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur mengenai desa yang dimana dalam pemerintahan daerah kabupaten atau kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa.

Hal ini merupakan bentuk desentralisasi seperti pendapat Philip Mawhod menyatakan desentralisasi adalah pembagian dari sebuah kekuasaan pemerintah oleh kelompok yang berkuasa di pusat terhadap kelompok-kelompok lain yang masing-masing memiliki otoritas di dalam wilayah tertentu di suatu negara. (Siswanto Sunarno, 2006:13)

Susunan organisasi dan pemerintahan desa tidak lagi sekedar cermin sejarah pemerintahan masa lalu dengan segala keaslian tradisionalnya. Pemerintahan desa harus menjadi bagian integral pemerintahan negara Republik Indonesia yang menjalankan fungsi- fungsi pemerintahan. (I Gde Pantja Astawa. 2008:327)

Desa berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan atau dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten atau kota. Landasan pemikiran di dalam pengaturan mengenai desa ini adalah keanekaragaman, partisipasi, ekonomi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat. (Siswanto Sunarno, 2006:19)

commit to user

Landasan pengaturan pemerintah desa adalah sebagai berikut:

1. Landasan keanekaragaman adalah memiliki makna bahwa istilah desa dapat disesuaikan dengan asal usul dan kondisi sosial budaya setempat, seperti nagari, negeri, kampung, pekon, lembanga, pamusungan, huta, hori, atau marga kesemuanya berarti pola penyelenggaraan pemerintahan desa akan menghormati sistem nilai yang berlaku dalam adat istiadat dan budaya masyarakat setempat, namun tetap mengindahkan sistem nilai bersama di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Partisipasi adalah penyelenggaraan pemerintah desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa.

3. Otonomi asli yaitu kewenangan pemerintah desa di dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dimana didassrkan kepada hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang pada masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam prospektif administrasi modern.

4. Demokratisasi yaitu memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagresi melalui Badan Perwakilan Desa (sekarang disebut sebagai Badan Pemusyawaratan Desa) dan Lembaga Kemasyarakatan sebagai mitra pemerintah desa.

5. Pemberdayaan masyarakat yaitu bermakna penyelenggaraan pemerintahan desa diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. (HAW Widjaja, 2004:36-37)

Desa yang dimaksud termasuk juga antara lain Nagari di Sumatera Barat, Gampong di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Lembang di Sulawesi Selatan, Kampung di Kalimantan Selatan, dan Negeri di Maluku. Undang-undang Nomor

commit to user

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengakui otonomi oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepala desa melalui pemerintah desa dapat diberikan pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah, untuk melaksanakan urusan pemerintah yang bersifat administratif, seperti desa yang dibentuk karena pemekaran desa ataupun karena transmigrasi, atai karena alasan yang lainnya yang warganya pluralistis, majemuk, ataupun heterogen maka otonomi desa akan diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan dari desa itu sendiri. (Siswanto Sunarno, 2006:19)

Desa menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tentang Desa bahwa desa atau yang disebut nama dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa harus memenuhi syarat:

1. Jumlah penduduk 2. Luas wilayah

3. Bagian wilayah kerja 4. Perangkat

5. Sarana dan prasarana pemerintahan

Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa atau bagian desa yang bersandingan atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai paling tidak lima tahun penyelenggaraan pemerintahan desa. Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan maka dapat dihapus atau digabung.

Syarat pembentukan desa yaitu sebagai berikut: a. Jumlah penduduk, yaitu:

commit to user

1) Wilayah Jawa dan Bali paling sedikit 1.500 jiwa atau 300 kepala keluarga

2) Wilayah Sumatera dan Sulawesi paling sedikit 1.000 jiwa atau 200 kepala keluarga

3) Wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua paling sedikit 750 jiwa atau 75 kepala keluarga.

b. Luas wilayah yang dapat dijangkauu dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan masyarakat;

c. Wilayah kerja memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun;

d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat;

e. Potensi desa yang meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia;

f. Batas desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang ditetapkan dengan peraturan daerah;

g. Sarana dan prasarana yaitu tersedianya potensi infrastruktur pemerintahan desa dan perhubungan. (Sadu Wasistiono, Ismail Nurdin, M. Fahrurozi, 2009:208)

Desa yang tidak lagi memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung. Desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan dengan memperhatikan:

1. Jumlah penduduk 2. Luas wilayah

3. Prasarana dan sarana pemerintahan 4. Potensi ekonomi

5. Kondisi sosial budaya masyarakat

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala desa bertanggung

commit to user

jawab kepada badan perwakilan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada bupati. Hal ini dalam pengertian kepala desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat desa, yang dalam tata cara dan prosedur pertanggungjawabannya disampaikan kepada bupati atau walikota, melalui camat. Kepada Badan Pemusyawaratan Desa, kepala desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggungjawabannya dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabannya, namun tetap harus memberi peluang kepada masyarakat melalui badan pemusyawaratan desa untuk menanyakan dan atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pertanggungjawaban yang dimaksud.

Badan pemusyawaratan adalah sebagai perwujudan demokrasi di dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan serta pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa dan keputusan kepala desa di dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti pembuatan dan pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa, keputusan kepala desa. Serta dibentuk lembaga kemasyarakatan desa dalam memberdayakan masyarakat desa. Lembaga kemasyarakatan sesa merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa.

Anggaran pendapatan dan belanja desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa yang ditetapkan dengan peraturan desa.

Indikasi perubahan yang memperlihatkan desa di dalam masa transisi, yaitu:

1) Desa mempunyai sumber keuangan yang berasal dari bagian dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten atau kota setelah dikurangi belanja aparatur, bagian dari hasil pajak daerah dan hasil retribusi daerah kabupaten atau kota.

2) Sebagian sekretaris desa diisi oleh Pegawai Negeri Sipil atau diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.

3) Adanya urusan pemerintahan kabupaten atau kota yang pengaturannya yang diserahkan kepada desa.

commit to user

4) Masuknya peraturan desa dalam tata urut peraturan perundang-undangan.

5) Desa menerima tugas pembantuan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah kabupaten atau kota. (Sadu Wasistiono, Ismail Nurdin, M. Fahrurozi, 2009:213)

Kepala desa dan perangkatnya diisi oleh Pegawai Negeri sipil. Kekayaan desa merupakan kekayaan daerah yang dikelola oleh desa. Pendanaan akibat perubahan tersebut dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Kepala desa dipilih langsing oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat. Jabatan kepala desa adalah enam tahun dan dapat dipilih kembali hanya satu kali masa jabatan.

Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut dan menuntut di pengadilan. Untuk itu, kepala desa dengan persetujuan Badan Perwakilan Desa mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik uang atau barang yang dapat dijadikan milik desaberhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Sumber pembiayaan atau keuangan desa yaitu diperoleh dari sumber pendapatan desa, yaitu:

1. Pendapatan asli desa

2. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten atau kota 3. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang

diterima oleh kabupaten atau kota 4. Hibah

commit to user

Sumbangan dari pihak ketiga yaitu dapat berbentuk hadiah, donasi, wakaf, atau sumbangan lain serta pemberian sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang.

Belanja desa digunakan untuk mandanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Pengelolaan keuangan desa dilakukan oleh kepala desa dan dituangkan di dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa.

Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa serta dapat melakukan hubungan kerja sama untuk kepentingann desa serta bila kerjasama dengan pihak ketika maka dapat dibentuk badan kerja sama desa yang kesemuanya mengikutsertakan pemerintah desa dan badan pemusyawaratan desa dengan memperhatikan kepentingan masyarakat desa, kewenangan desa, kelancaran pelaksanaan investasi, kelestarian lingkungan hidup, keserasian kepentingan antarkawasan dan kepentingan umum. (Siswanto Sunarno, 2006:20)

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa, bantuan pemerintah dan pemerintah daerah, pendapatan lain-lain yang sah, sumbangan pihak ketiga dan pinjaman desa.

Berdasarkan hak asal usul desa yang bersangkutan, kepala desa memiliki wewenang untuk mendamaikan perkara atau sengketa dari para warganya.

Upaya meningkatkan dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan, dibentuk kelurahan sebagai unit pemerintahan kelurahan yang berada di dalam daerah kabupaten dan atau kota. (HAW. Widjaja.2004:3)

Pasal 200 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintahan desa di bentuk dalam lingkup pemerintahan daerah kabupaten atau kota yang mana pemerintahan desa terdiri dari pemerintah desa dan badan pemusyawaratan desa. Ayat (2) bahwa pembentukan, penghapusan, dan penggabungan desa, dilakukan dengan memperhatikan asal usul atas prakarsa masyarakat. Desa di kabupaten atau kota secara bertahap dapat diubah statusnya menjadi kelurahan atas usul dan prakarsa pemerintah desa dan

commit to user

badan pemusyawaratan desa yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa adalah:

1. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa. 2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban kabupaten atau kota

yang diserahkan pengaturannya kepada desa.

3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau kabupaten atau kota yang disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia.

4. Urusan pemerintah lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan ke desa. (J Kaloh, 2007: 185)

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merumuskan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.

Otonomi desa merupakan otonomi yang berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat adalah otonomi yang telah dimiliki sejak dahulu dan telah menjadi adat istiadat yang melekat dalam masyarakat desa yang bersangkutan.

Otonomi yang dimiliki pemerintah kabupaten atau kota adalah otonomi formal atau resmi. Sedangkan otonomi yang dimiliki pemerintah desa adalah otonomi berdasarkan asal-usul dan adat istiadat. Artinya jika desa memang memiliki urusan-urusan yang secara adat diatur dan diurus, maka urusan-urusan tersebut diakui oleh undang-undang.

Contoh urusan-urusan yang dimiliki pemerintah kabupaten atau kota: 1. Urusan pendidikan dan kebudayaan

2. Urusan kesehatan 3. Urusan pertanian

4. Urusan ketenagakerjaan.

commit to user

1. Urusan pengelolaan pasar desa 2. Urusan lumbung desa

3. Urusan pengairan desa

4. Urusan pengelolaan makam keramat 5. Urusan penyelenggaraan upacara adat

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desa tidak lagi di bawah kecamatan tetapi desa di bawah kabupaten atau kota. Dengan demikian kepala desa langsung di bawah pembinaan bupati atau wali kota. Kecamatan bukan lagi sebagai suatu wilayah yang membawahi desa-desa tetapi hanya merupakan wilayah kerja camat. Camat sendiri bukan kepala wilayah dan penguasa tunggal di wilayahnya. Tetapi, hanya sebagai perangkat daerah kabupaten. Jadi, camat itu hanyalah staf daerah kabupaten yang mengurusi desa-desa.

Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Pemerintah desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa. Pemerintah desa memiliki tugas pokok, sebagai berikut:

1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, pembangunan, dan pembinaan masyarakat,

2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten.

Fungsi pemerintah desa untuk menjalankan tugas pokok tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan urusan rumah tangga desa,

2. Pelaksanaan tugas di bidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya,

3. Pelaksanaan pembinaan perekonomian desa,

4. Pelaksanaan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong-royong masyarakat,

5. Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat, 6. Pelaksanaan musyawarah penyelesaian perselisihan masyarakat desa, 7. Penyusunan, pengajuan rancangan peraturan desa,

commit to user

8. Pelaksanaan tugas yang dilimpahkan kepada pemerintah desa.

Pemerintah desa dipimpin oleh kepala desa. Kepala desa dibantu oleh sekretaris desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri atas kepala-kepala urusan, pelaksana urusan, dan kepala dusun. Kepala-kepala urusan membantu sekretaris desa menyediakan data dan informasi serta memberi pelayanan. Pelaksana urusan adalah pejabat yang melaksanakan urusan rumah tangga desa di lapangan. Kepala dusun adalah wakil kepala desa di wilayahnya.

Sekretaris desa adalah staf yang memimpin sekretariat desa. Sekretaris desa bertugas membantu kepala desa di bidang pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh perangkat pemerintah desa. Sekretaris desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan.

Kepala urusan adalah staf yang membantu sekretaris desa sesuai dengan bidangnya. Kepala urusan bertanggung jawab kepada sekretaris desa. Kepala urusan terdiri atas:

1. Kepala Urusan Pemerintahan; 2. Kepala Urusan Pembangunan; 3. Kepala Urusan Administrasi.

Untuk desa yang besar dan urusannya banyak bisa ditambah dengan: 1. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat;

2. Kepala Urusan Keuangan; 3. Kepala Urusan Umum.

Pelaksana urusan adalah staf yang melaksanakan urusan teknis di lapangan seperti urusan air (ulu-ulu), urusan agama Islam (modin), dan lain-lain. Pelaksana urusan bertanggung jawab kepada kepala desa.

Kepala Dusun berkedudukan sebagai unsur pelaksana tugas kepala desa di wilayah kerjanya. Tugas kepala dusun menjalankan tugas kepala desa di wilayah kerjanya. (Hanif Nurcholis, 2005: 139-140)

Urusan rumah tangga desa adalah urusan yang berhak diatur dan diurus oleh pemerintah desa sendiri. untuk mengatur dan mengurus urusannya pemerintah desa membuat Peraturan Desa. Peraturan desa dibuat oleh kepala desa bersama dengan badan permusyawaratan daerah. Peraturan desa dilaksanakan

commit to user

oleh kepala desa dan dipertanggungjawabkan kepada rakyat melalui Badan Pemusyawaratan Desa. (Hanif Nurcholis, 2005: 138)

Dokumen terkait