• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Leukemia

Leukemia merupakan sekumpulan penyakit neoplastik yang beragam, ditandai dengan produksi atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid yang abnormal (sel leukemia). Produksi sel leukemia yang bertambah banyak menyebabkan sel leukemia keluar dari sumsum. Sel leukemia dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi yang kemudian mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan sistem imunitas tubuh sehingga dapat menimbulkan gejala klinis pada tubuh penderita (Yayan, 2010).

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oksigen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih mereproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel

darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan bereproduksi kembali.

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun.

Leukemia diklasifikasikan berdasarkan jenis sel. Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.

2.1.2 Jenis Leukemia

Dari klasifikasi di atas, maka Leukemia dibagi menjadi empat tipe sebutan:

1. Leukemia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.

2. Leukemia mielositik akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.

3. Leukemia limfositik kronis (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.

4. Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit (Purnomo, 2010).

2.1.3 Epidemiologi Leukemia

Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjadi. Leukemia menyumbang angka 30% dari semua jenis kanker yang terdiagnosis pada anak-anak pada umur kurang dari 15 tahun. Insiden leukemia meningkat per tahun, namun jumlah pasti kasus baru tidak diketahui karena di banyak negara tidak semua penderita kanker anak terdaftar dan banyak yang tidak terdiagnosis dengan benar. Angka-angka ini mengejutkan, mengingat fakta bahwa 70% dari semua kanker pada anak dapat disembuhkan bila didiagnosis dan diobati bila diketahui lebih dini (World Health Organization, 2011).

American Cancer Society, Surveilance Research (2014) menyebutkan bahwa di Amerika kejadian leukemia pada anak jenis LLA 3.080 (34%) kasus dan MLA 730 (9%) kasus. Insiden rate (IR) leukemia berdasarkan usia tertinggi pada usia 2-4 tahun, berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada laki-laki (196,7 per 1.000.000 penduduk) dibandingkan perempuan (182,3 per 1000.000 penduduk), dan berdasarkan ras Leukemia sering terjadi pada orang berkulit putih (201,7 per 1.000.000 penduduk) daripada orang berkulit gelap (146,1 per 1.000.000 penduduk). LLA merupakan jenis leukemia yang sering terjadi pada anak-anak, dimana 3 dari 4 kasus leukemia anak adalah jenis LLA.

Menurut data sistem registrasi kanker di Indonesia (Srikandi) tahun 2005-2007 menunjukkan insiden kanker pada anak sebesar 9 per 100.000 anak-anak. Leukemia merupakan kanker tertinggi pada anak sebesar 2,8 per 100.000, retinoblastoma 2,4 per 100.000, osteosarkoma 0,97 per 100.000, limfoma 0,75 per 100.000, kanker nasopharing 0,43 per 100.000. Kasus kanker pada anak-anak sebesar 4,7% dari kanker pada semua umur. Angka kematian akibat kanker anak adalah 50-60% karena pada umumnya penderita dating terlambat atau sudah dalam stadium lanjut (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).

Menurut hasil penelitian Chandrayani S, et al (2010) yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta menyebutkan bahwa dari semua jenis leukemia pada anak, kasus terbanyak terjadi pada anak laki-laki (76,9%) dibanding perempuan (23,1%) dengan rasio 10 : 3. Kasus terbanyak pada rentang usia 2-5 tahun (46,2%) dan terendah pada usia <2 tahun (3,8%). Ras/suku

terbanyak adalah ras/suku Jawa 88,5% dan terendah adalah suku Manado dan Minang 1,9% (Chandrayani, 2010).

Berdasarkan penelitian pada pasien leukemia anak di bawah usia 18 tahun di RS. Haji Adam Malik Medan oleh Paulina K. Bangun, et al tahun 2012, menyebutkan bahwa leukemia banyak terjadi pada kelompok umur 2-5 tahun (37,2%) dan terendah pada kelompok umur 11-15 tahun (12,8%). Kejadian lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki daripada perempuan (52,9% : 47,1%). Pasien mempunyai riwayat leukemia pada keluarga 4,3% (Paulina, 2014).

2.1.4 Patofisiologi Leukemia

Leukemia disebabkan akibat dari adanya mutasi pada DNA somatik. Mutasi tersebut disebabkan oleh terjadinya aktivasi onkogen atau deaktivasi gen tumor supresor dan terganggunya pengaturan program kematian sel (apoptosis). Mutasi tersebut bisa terjadi secara spontan atau karena pengaruh radiasi atau pemaparan substansi karsinogen dan erat hubungannya dengan faktor genetik. Beberapa penderita disebabkan oleh pengaruh radiasi ion, pemaparan bahan kimia misalnya benzen dan agen kemoterapi alkyl untuk pengobatan malignan sebelumnya, karakteristik kelahiran anak, kondisi reproduktif orang tua, pengaruh kondisi lingkungan, faktor immunologi tubuh seseorang dan kebiasaan perilaku yang tidak sehat seperti merokok. Beberapa faktor tersebut selanjutnya mempengaruhi tubuh untuk melakukan mutasi DNA somatik. Virus juga ada hubungannya dengan leukemia, paada hewan uji coba mencit dan hewan uji coba lainnya dengan infeksi retrovirus ada hubungannya dengan kejadian leukemia. Retrovirus yang teridentifikasi adalah Human T-lymphotropic virus atau HTLV-1

yang selanjutnya diketahui sebagai penyebab T-cell Leukemia. Penderita leukemia diduga mempunyai gen tunggal atau gen multipel penyebab leukemia, jenis leukemia bisa sama atau juga bisa jenis leukemia yang lain. Pada kelainan genetik tersebut individu mempunyai kromosom defek atau kelainan genetik tertentu yang mempunyai risiko lebih besar terhadap leukemia. Misalnya, seseorang dengan gejala down’s syndrome mempunyai risiko tinggi terhadap kejadian leukemia (Darmono, 2012)

Dokumen terkait