• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Pembahasan

5.1.1. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Leukemia Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 38 (61,3%) dan perempuan berjumlah 24 (38,7%). Hasil analisis dari uji chi square diperoleh nilai p (0,602) > α (0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara jenis kelamin anak dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari M. Telvik Dorak, et al. (2006) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai risiko 3,05 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan dengan anak yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah sampel yang berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 38 anak (61,3%) tidak berbeda jauh dari sampel yang berjenis perempuan dengan jumlah 24 anak (38,7%).

5.1.2. Hubungan antara Urutan Lahir Anak dengan Kejadian Leukemia

Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel dengan urutan lahir pertama berjumlah 31 (50%), urutan lahir kedua berjumlah 12 (19,4%), dan urutan lahir ketiga berjumlah 19 (30,6%). Hasil analisis dari uji chi square diperoleh nilai p (0,958) > α (0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang

berarti tidak ada hubungan antara urutan lahir anak dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Julie V.B. et al. (2011) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak dengan kategori anak pertama dalam keluarga mempunyai risiko 0,87 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan dengan anak tidak dengan kategori anak pertama. Hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah sampel disetiap kategori untuk variabel urutan lahir tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, dimana anak yang memiliki urutan lahir pertama berjumlah 31 anak (50%), anak yang memiliki urutan lahir kedua berjumlah 12 anak (19,4%), dan anak yang memiliki urutan lahir ketiga berjumlah 19 anak (30,6%).

5.1.3. Hubungan antara Berat Anak Lahir dengan Kejadian Leukemia

Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel dengan berat lahir < 2500 gram berjumlah 11 (17,7%), berat lahir 2500-3400 gram berjumlah 32 (51,6%), dan berat lahir ≥ 3500 gram berjumlah 19 (30,7%). Hasil analisis dari uji chi square diperoleh nilai p (0,009) < α (0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan antara berat lahir anak ≥ 3500 gram dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Paulina K. Bangun, et al (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak dengan berat bayi lahir ≥ 3500 gram mempunyai risiko 8,99 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan dengan anak tidak dengan berat

bayi lahir ≤ 3500 gram. Hal ini dipengaruhi dari karakteristik sampel yang lebih didominasi oleh anak dengan berat lahir ≥ 3500 gram yang berjumlah 19 anak (30,7%), sedangkan anak dengan berat lahir < 2500 gram hanya berjumlah 11 anak (17,7%).

5.1.4. Hubungan antara Usia Ibu saat Mengandung Anak dengan Kejadian

Leukemia Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel dengan usia ibu saat mengandung anak ≤ 20 tahun berjumlah 0 (0%), usia 20-34 tahun berjumlah 49 (79%), dan usia ≥ 35 tahun berjumlah 13 (21%). Hasil analisis dari uji chi square diperoleh nilai p (0,755) > α (0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara usia ibu saat mengandung anak dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Paulina K. Bangun, et al (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak dengan usia ibu saat mengandung anak ≥ 35 tahun mempunyai risiko 1,5 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak dengan usia ibu saat mengandung anak ≤ 35 tahun. Hal ini dipengaruhi dari karakteristik sampel yang didominasi oleh sampel dengan usia ibu saat mengandung pada usia 20-34 tahun yang berjumlah 49 orang (79%), dimana ibu yang mengandung pada usia tersebut dimungkinkan tidak memiliki risiko yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.

5.1.5. Hubungan antara Usia Ayah saat Ibu Mengandung Anak dengan

Kejadian Leukemia Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel dengan usia ayah saat ibu mengandung anak ≤ 20 tahun berjumlah 0 (0%), usia 20-34 tahun berjumlah 44 (71%), dan usia ≥ 35 tahun berjumlah 18 (29%). Hasil analisis dari uji chi square diperoleh nilai p (1,000) > α (0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara usia ayah saat ibu mengandung anak dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Paulina K. Bangun, et al (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak dengan usia ayah saat ibu mengandung anak ≥ 35 tahun mempunyai risiko 1,55 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak dengan usia ayah saat ibu mengandung anak ≤ 35 tahun. Hal ini dipengaruhi dari karakteristik sampel yang didominasi oleh sampel dengan usia ayah saat ibu mengandung pada usia 20-34 tahun yang berjumlah 44 orang (71%), dimana pada usia ayah tersebut dimungkinkan tidak memiliki risiko yang dapat membahayakan kesehatan dan perkembangan janin.

5.1.6. Hubungan antara Riwayat Keguguran pada Ibu dengan Kejadian

Leukemia Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel yang tidak mempunyai riwayat keguguran pada ibu berjumlah 38 (61,3%), dan mempunyai riwayat keguguran pada ibu berjumlah 24 (38,7%). Hasil analisis dari uji chi square diperoleh nilai p (0,009) < α (0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,

yang berarti ada hubungan antara riwayat keguguran pada ibu dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang. Hal ini berarti ibu yang mempunyai riwayat keguguran memiliki peluang 4,163 kali lebih besar untuk anak menderita leukemia dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai riwayat keguguran. Dari hasil analisis juga diperoleh hasil 95% CI (95% Confidence Interval) sebesar 1,386-12,503, yang artinya ada hubungan yang kuat antara riwayat keguguran pada ibu dengan kejadian leukemia anak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Xiaomei Ma, et al (2005) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak dengan ibu yang memiliki riwayat keguguran mempunyai risiko 2,19 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak tidak dengan ibu yang memiliki riwayat keguguran. Hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah sampel yang tidak mempunyai riwayat keguguran pada ibu berjumlah 38 anak (61,3%) tidak berbeda jauh dengan sampel yang mempunyai riwayat keguguran pada ibu berjumlah 24 anak (38,7%).

5.1.7. Hubungan antara Riwayat Pemberian ASI pada Anak dengan

Kejadian Leukemia Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel yang tidak mempunyai riwayat diberikan ASI pada anak berjumlah 25 (40,3%), dan mempunyai riwayat diberikan ASI pada anak berjumlah 37 (59,7%). Hasil analisis yang diperoleh dari uji chi square menunjukkan bahwa nilai p value (0,004) < α (0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan antara riwayat tidak diberikan ASI pada anak dengan kejadian leukemia anak di

Yayasan Hematologi Yasmia Semarang. Dari hasil analisis diperoleh nilah Odd Ratio (OR) sebesar 4,747. Hal ini berarti anak yang tidak diberikan ASI memiliki peluang 4,747 kali lebih besar untuk menderita leukemia dibandingkan dengan anak yang diberikan ASI. Dari hasil analisis juga diperoleh hasil 95% CI (95% Confidence Interval) sebesar 1,575-14,312, yang artinya ada hubungan yang kuat antara riwayat tidak diberikan ASI pada anak dengan kejadian leukemia anak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Paulina K. Bangun, et al (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak tidak dengan riwayat diberikan ASI mempunyai risiko 1,22 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak dengan riwayat diberikan ASI. Hal ini dipengaruhi dari karakteristik sampel yang lebih didominasi oleh anak yang mempunyai riwayat diberikan ASI yang berjumlah 37 anak (59,7%), sedangkan anak tidak mempunyai riwayat diberikan ASI berjumlah 25 (40,3%).

5.1.8. Hubungan antara Paparan Radiasi Sutet dengan Kejadian Leukemia

Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel yang tidak terpapar radiasi sutet berjumlah 58 (93,5%), dan terpapar radiasi sutet berjumlah 4 (6,5%). Hasil analisis yang diperoleh dari uji alternatif uji chi square yaitu uji Fisher menunjukkan bahwa nilai p value (0,612) > α (0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara paparan radiasi sutet dengan kejadian leukemia anak.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Paulina K. Bangun (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak terkena paparan radiasi memiliki risiko 4,73 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak yang tidak terkena paparan radiasi. Hal ini disebabkan karena responden yang di wawancarai lebih didominasi pada sampel yang tidak terpapar radiasi sutet yang berjumlah 58 anak (93,5%) sedangkan anak yang terpapar radiasi sutet berjumlah 4 anak (6,5%). Hal tersebut dikarenakan lokasi tempat tinggal responden yang tidak terpapar radiasi sutet tidak berada di dalam satu wilayah dengan sumber radiasi sutet.

5.1.9. Hubungan antara Penggunaan Insektisida Rumah Tangga dengan

Kejadian Leukemia Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel yang tidak menggunakan insektisida rumah tangga berjumlah 26 (41,9%), dan menggunakan insektisida rumah tangga berjumlah 36 (58,1%). Hasil analisis yang diperoleh dari uji Chi square menunjukkan bahwa nilai p value (0,010) < α (0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan antara pemakaian insektisida rumah tangga dengan kejadian leukemia anak. Dari hasil analisis diperoleh nilah Odd Ratio (OR) sebesar 0,251. Hal ini berarti orang yang menggunakan insektisida rumah tangga memiliki peluang 0,251 kali lebih besar untuk anak menderita leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menggunakan insektisida rumah tangga. Dari hasil analisis juga diperoleh hasil 95% CI (95% Confidence Interval) sebesar 0,086-0,736, yang artinya ada hubungan yang kuat antara penggunaan insektisida rumah tangga dengan kejadian leukemia anak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Paulina K. Bangun (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak yang memiliki riwayat penggunaan insektisida rumah tangga memiliki risiko 5,25 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat penggunaan insektisida rumah tangga. Hal ini dipengaruhi dari karakteristik sampel yang lebih didominasi oleh sampel yang menggunakan insektisida rumah tangga yang berjumlah 36 orang (58,1%), sedangkan sampel yang tidak menggunakan insektisida rumah tangga berjumlah 26 orang (41,9%).

5.1.10.Hubungan antara Perilaku Merokok Orang Tua dengan Kejadian

Leukemia Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel yang tidak memiliki perilaku orang tua merokok berjumlah 29 (46,8%), dan memiliki perilaku orang tua merokok berjumlah 33 (53,2%). Hasil analisis yang diperoleh dari uji Chi square menunjukkan bahwa nilai p value (0,000) < α (0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian leukemia anak. Dari hasil analisis diperoleh nilah Odd Ratio (OR) sebesar 0,119. Hal ini berarti anak dengan orang tua memiliki perilaku orang tua merokok memiliki peluang 0,119 kali lebih besar untuk menderita leukemia dibandingkan dengan anak dengan orang tua tidak memiliki perilaku merokok. Dari hasil analisis juga diperoleh hasil 95% CI (95% Confidence Interval) sebesar 0,038-0,375, yang artinya ada hubungan yang kuat antara perilaku orang tua merokok dengan kejadian leukemia anak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Paulina K. Bangun (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak dengan orang tua yang memiliki perilaku merokok memiliki 1,08 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak tidak dengan orang tua yang memiliki perilaku merokok. Hal ini dipengaruhi dari karakteristik sampel yang lebih didominasi oleh anak yang memiliki perilaku orang tua merokok berjumlah 33 orang (53,2%), sedangkan anak yang tidak memiliki perilaku orang tua merokok berjumlah 29 orang (46,8%).

Dokumen terkait