• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LEUKEMIA ANAK DI KOTA SEMARANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LEUKEMIA ANAK DI KOTA SEMARANG."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN LEUKEMIA ANAK

DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Ellya Ma’unah NIM. 6411411199

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(2)

ii

ABSTRAK

Ellya Ma’unah

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Leukemia Anak di Kota Semarang

XVI + 74 halaman + 20 tabel + 2 gambar + 38 lampiran

Leukemia atau kanker darah adalah penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh produksi secara tak normal (transformasi maligna) dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang belakang digantikan oleh sel abnormal. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang tahun 2015.

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan penelitian kasus kontrol. Pada penelitian ini digunakan total sampling. Jumlah sampel kasus 31.

Dari hasil penelitian, didapatkan variabel yang berhubungan dengan kejadian leukemia anak yaitu berat lahir ≥ 3.500 gr (p=0,009), riwayat keguguran ibu (p=0,009, OR=4,163), pemberian ASI anak (p=0,004, OR=4,747), penggunaan insektisida (p=0,010, OR=0,251), dan perilaku merokok (p=0,000, OR=0,119).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara anak dengan berat lahir ≥ 3.500 gr, riwayat keguguran ibu, pemberian ASI pada anak, penggunaan insektisida, dan perilaku merokok orang tua dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang.

Kata Kunci :Faktor risiko; leukemia; leukemia anak

(3)

iii Ellya Ma'unah

Factors Associated with Childhood Leukemia Incidence in Semarang City

XVI + 74 pages + 20 tables + 2 pictures + 38 attachments

Leukemia or blood cancer is a variety of neoplastic disease, was characterized by the production of abnormally (malignant transformation) of the blood-forming cells in the bone marrow and lymphoid tissue. Normal cells in the bone marrow is replaced by abnormal cells. Issues examined in this study are the factors associated with the incidence of childhood leukemia in Semarang in 2015.

This type of research is analytic case-control study design. In this study used total sampling. Total sample of 31 cases.

From the research results, obtained variables associated with the incidence of childhood leukemia that birth weight ≥ 3.500 g (p=0.009), history of miscarriage mother (p=0.009, OR=4.163), breastfeeding children (p=0.004, OR=4.747), the use of insecticides (p=0.010, OR=0.251), and smoking behavior (p=0.000, OR=0.119).

The conclusion from this study is there is a relationship between a child with a birth weight ≥ 3.500 g, maternal history of miscarriage, breastfeeding in children, the use of insecticides and smoking behavior of parents with the incidence of childhood leukemia in the city of Semarang.

Keywords : Risk Factors; Leukemia; Childhood leukemia.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang yang beriman (Qs. Al Imran: 139).

2. Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh (Andrew Jackson).

3. Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak (Aldus Huxley).

PERSEMBAHAN:

Dengan tidak mengurangi rasa syukur penulis kepada Allah SWT, karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu, adik dan keluarga besarku tercinta yang selalu menjadi motivasiku dan yang setiap waktu medo’akanku.

(8)

viii

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor -Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Leukemia Anak di Kota Semarang”.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd, atas ijin penelitian yang diberikan.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Irwan Budiono, S.KM., M.Kes (Epid), atas persetujuan penelitian.

3. Pembimbing skripsi, dr. Mahalul Azam, M.Kes,. atas bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Penguji I ujian skripsi, dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (Epid), atas saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.

5. Penguji II ujian skripsi, dr. Fitri Indrawati, M.PH, atas saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama ini.

(9)

ix

tercinta atas ridho, do’a, kasih sayang, semangat, dukungan dan segala hal

yang selalu beliau berikan tanpa henti.

10.Adik (Asrorul Habib) atas do’a dan semangat yang telah diberikan.

11.Teman-teman seperjuangan, Arnis, Fitri, Hikmah, Visa, Laila, Tika, Youana, terima kasih untuk doa dan waktu untuk saling bertukar informasi dan saran. 12.Keluarga besar Kost Accoustic atas keceriaan dan kebersamaan selama ini. 13.Teman-teman Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2011

atas kebersamaan, semangat, dan keakraban dalam penyusunan skripsi.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Meskipun demikian penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi yang penulis susun ini masih banyak kekurangan, sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Maret 2016

(10)

x

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Keaslian Penelitian ... 9

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Landasan Teori ... 13

(11)

xi

2.1.5. Determinan Leukemia ... 18

2.1.6. Tanda dan Gejala Leukemia ... 21

2.1.7. Diagnosis Leukemia ... 24

2.1.8. Penanganan dan Pengobatan Leukemia ... 24

2.1.9. Prognosis ... 26

2.2 Kerangka Teori ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1. Kerangka Konsep ... 28

3.2. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28

3.3 Hipotesis Penelitian ... 29

3.4. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 30

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

3.5.1. Populasi Penelitian ... 31

3.5.2. Sampel Penelitian ... 31

3.6. Sumber Data ... 35

3.6.1. Data Primer ... 35

3.6.2. Data Sekunder ... 35

3.7. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ... 36

3.7.1. Teknik Pengambilan Data ... 36

(12)

xii

3.8.2.2. Koding ... 37

3.8.2.3. Entri ... 37

3.8.2.4. Tabulasi ... 37

3.8.3. Analisis Data ... 37

3.8.3.1. Analisis Univariat ... 37

3.8.3.2. Analisis Bivariat ... 38

3.9. Teknik Analisis ... 38

BAB IV ... 39

4.1. Gambaran Umum ... 39

4.2. Hasil Penelitian ... 42

4.2.1. Analisis Univariat ... 42

4.2.2 Analisis Bivariat ... 49

BAB V ... 58

5.1. Pembahasan ... 58

5.2. Hambatan dan Kelemahan Penelitian ... 66

BAB VI ... 67

6.1. Simpulan ... 67

6.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(13)

xiii

Tabel 4.1. Distribusi Sampel Menurut Umur Anak ... 42

Tabel 4.2. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin Anak... 43

Tabel 4.3. Distribusi Sampel Menurut Urutan Lahir ... 43

Tabel 4.4. Distribusi Sampel Menurut Berat Anak Lahir ... 44

Tabel 4.5. Distribusi Sampel Menurut Usia Ibu saat Mengandung Anak ... 45

Tabel 4.6. Distribusi Sampel Menurut Usia Ayah saat Ibu Mengandung Anak .... 45

Tabel 4.7. Distribusi Sampel Menurut Riwayat Keguguran pada Ibu ... 46

Tabel 4.8. Distribusi Sampel Menurut Riwayat Pemberian ASI pada Anak ... 47

Tabel 4.9. Distribusi Sampel Menurut Paparan Radiasi Sutet ... 47

Tabel 4.10. Distribusi Sampel Menurut Penggunaan Insektisida Rumah Tangga. 48 Tabel 4.11. Distribusi Sampel Menurut Perilaku Merokok Orang Tua ... 48

Tabel 4.12. Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Leukemia Anak ... 49

Tabel 4.13. Tabulasi Silang antara Urutan Lahir Anak dengan Kejadian Leukemia Anak ... 50

Tabel 4.14. Tabulasi Silang antara Berat Anak Lahir dengan Kejadian Leukemia Anak ... 50

(14)

xiv

Leukemia Anak ... 53 Tabel 4.18. Tabulasi Silang antara Riwayat Pemberian ASI pada Anak dengan Kejadian Leukemia Anak... 54 Tabel 4.19. Tabulasi Silang antara Paparan Radiasi Sutet dengan Kejadian

(15)
(16)

xvi

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ... 78

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpolinmas ... 79

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian dari Yayasan Hematologi Yasmia ... 81

Lampiran 6. Hasil Rekapitulasi Data Penelitian ... 82

Lampiran 7. Instrumen Penelitiaan ... 85

Lampiran 8. Hasil Olah Data Penelitian (Analisis Univariat) ... 93

Lampiran 9. Hasil Olah Data Penelitian (Analisis Bivariat) ... 96

(17)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Leukemia atau kanker darah adalah penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh produksi secara tak normal (transformasi maligna) dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang belakang digantikan oleh sel abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat dijumpai di dalam darah perifer atau sel darah tepi. Sel leukemia sangat mempengaruhi pembentukan sel darah normal (hematopoiesis) dan imunitas tubuh penderita (Yayan, 2010).

American Cancer Society (2014) menyebutkan bahwa angka kejadian leukemia di Amerika Serikat 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada laki-laki (56,88%) dan 14.420 kasus pada perempuan (43,12%). Insiden Rate (IR) leukemia pada laki-laki di Canada 14 per 100.000 penduduk dan pada perempuan 8 per 100.000 penduduk.

(18)

leukemia. Tahun 1994, insidensi kejadian Leukemia di Amerika adalah 31,8 per 1.000.000 kelahiran hidup (Ross et al, 1994).

Data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006 melaporkan kasus Leukemia berada pada peringkat kelima dengan jumlah rawat inap 2.513 (5,93%) setelah kanker payudara, kanker servik, kanker hati dan saluran empedu intrahepatik, limfoma non-Hodgkin dari seluruh pasien kanker rawat inap rumah sakit yang berjumlah 31.188 pasien di seluruh Indonesia. Sedangkan pada rawat jalan, leukemia menempati posisi ketujuh dengan jumlah pasien 4.075 (4,42%) dari 92.233 pasien rawat jalan. Sistem Registrasi Kanker di Indonesia (Srikandi) tahun 2005-2007 mencatat bahwa diperkirakan insiden kanker pada anak (0-17 tahun) sebesar 9 per 100.000 anak. Dimana leukemia merupakan kasus kanker tertinggi pada anak dengan estimasi insiden sebesar 2,8 per 100.000 anak, kanker bola mata (Retinoblastoma) 2,4 per 100.000 anak, osteosarkoma 0,97 per 100.000 anak, limfoma 0,75 per 100.000 anak, kanker nesopharing 0,43 per 100.000 anak. Kanker pada anak merupakan 4,7% dari jumlah kanker pada semua umur (Riskesdas, 2013).

(19)

Berdasarkan data dari Yayasan Hematologi Yasmia (2015) bahwa jumlah pasien leukemia anak yang terdaftar dalam Yayasan Hematologi Yasmia mengalami tren yang fluktuatif bahkan meningkat dengan jumlah penderita dari tahun 2011 adalah 33 penderita, tahun 2012 sebesar 37 penderita, tahun 2013 sebesar 44 penderita, dan tahun 2014 sebesar 53 penderita.

Menurut data di Yayasan Hematologi Yasmia dari bulan Januari hingga Maret (2015) penderita leukemia anak yang sudah terdaftar di Yayasan Hematologi Yasmia berjumlah 59 penderita dengan penderita leukemia anak yang bertempat tinggal di Kota Semarang berjumlah 31 penderita dan 28 penderita bertempat tinggal di luar Kota Semarang. Jumlah penderita laki-laki sebesar 36 anak dan perempuan sebesar 23 anak, untuk anak umur 0-5 tahun berjumlah 32 anak, umur 6-15 tahun 22 anak, dan umur 16-18 tahun 5 anak. Seluruh penderita yang tercatat merupakan pasien-pasien yang mendapatkan pengobatan dan perawatan yang intensif dari tenaga medis rumah sakit di Semarang, seperti RSUP. dr. Kariadi, RS. Elizabeth, dan RS. Telogorejo.

(20)

mencit dan hewan coba lainnya dengan infeksi retrovirus ada hubungannya dengan kejadian penyakit leukemia. Pada manusia retrovirus yang teridentifikasi bahwa “Human T-lymphotropic virus” atau HTLV-1, diketahui sebagai penyebab leukemia (Darmono, 2012).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kejadian leukemia. Beberapa faktor tersebut adalah faktor genetik, faktor karakteristik kelahiran, faktor lingkungan, faktor immunologi, dan faktor reproduktif orang tua. Faktor genetik seperti, riwayat keluarga dengan leukemia dan riwayat down’s syndrome pada anak. Faktor karakteristik kelahiran anak seperti berat badan lahir, urutan lahir, dan jenis kelamin. Faktor lingkungan seperti, paparan radiasi, paparan insektisida rumah tangga, dan paparan asap rokok/polusi. Faktor immunologi seperti, pemberian ASI kepada anak sewaktu bayi. Faktor reproduktif orang tua seperti, usia ibu saat mengandung anak, usia ayah saat ibu mengandung anak, dan riwayat keguguran pada ibu (Kennedy, 2013).

Penelitian mengenai karakteristik anak yang menderita leukemia yang dilakukan oleh Sulastriana (2013) di RSUP. H. Adam Malik Medan menyatakan bahwa proporsi anak yang menderita leukemia berdasarkan sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 0-4 tahun (36,8%), jenis kelamin laki-laki (52,9%), beragama islam (66,1%), bertempat di luar kota medan (77,6%).

(21)

control menyebutkan bahwa berat lahir anak ≥4000 gram, umur ibu saat hamil ≥35 tahun, dan paparan pestisida merupakan faktor risiko yang signifikan dengan hasil analisis data berturut-turut OR 10.13 (95% CI 1.124-91.27), OR 4.98 (95% CI 1.276-19.445), dan OR 6.66 (95% CI 2.021-21.966).

Hasil review literatur komprehensif oleh Andreas C. dan Panagiota V. (2012) menyimpulkan bahwa dari pencarian 1726 artikel didapatkan 26 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Beberapa faktor risiko internal dan eksternal untuk leukemia anak yang diidentifikasi dalam review ini. Faktor risiko tersebut adalah paparan radiasi magnetik dan voltase tinggi, paparan kimia yang terjadi pada orang tua, radiasi nuklir, radiasi ion, pemberian vitamin K intramuskular, percampuran populasi, dan faktor endogenus yang mempengaruhi berat badan bayi lahir. Hasil review menyebutkan bahwa banyak faktor risiko yang tidak konsisten dan bahkan menjadi lemah untuk bisa menjadi faktor risiko yang berhubungan dengan leukemia anak. Hanya faktor risiko radiasi ion yang memberikan hubungan yang signifikan terhadap kejadian leukemia anak.

(22)

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Leukemia Anak di Kota Semarang“.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1.2.2.1 Apakah jenis kelamin anak berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang?

1.2.2.2 Apakah urutan kelahiran anak berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang?

1.2.2.3 Apakah berat anak lahir berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang?

1.2.2.4 Apakah usia ibu saat mengandung anak berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang?

1.2.2.5 Apakah usia ayah saat ibu saat mengandung anak berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang?

1.2.2.6 Apakah riwayat keguguran pada ibu berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang?

(23)

1.2.2.8 Apakah paparan radiasi sutet berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang?

1.2.2.9 Apakah paparan insektisida rumah tangga berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang?

1.2.2.10 Apakah perilaku orang tua perokok berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui hubungan jenis kelamin anak dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

1.3.2.2 Mengetahui hubungan urutan kelahiran anak dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

1.3.2.3 Mengetahui hubungan berat anak lahir dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

1.3.2.4 Mengetahui hubungan usia ibu saat mengandung anak dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

1.3.2.5 Mengetahui hubungan usia ayah saat ibu saat mengandung anak dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

(24)

1.3.2.7 Mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI pada anak dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

1.3.2.8 Mengetahui hubungan paparan radiasi sutet dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

1.3.2.9 Mengetahui hubungan paparan insektisida rumah tangga dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

1.3.2.10 Mengetahui hubungan perilaku orang tua perokok dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

1.4.1 Bagi Kesehatan Masyarakat

1.4.1.1 Menambahkan informasi dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

1.4.1.2 Penelitian ini dapat dijadikan sebagai studi pendahuluan bagi yang berminat untuk melakukan studi tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan leukemia lebih mendalam pada setiap variabel

1.4.2 Bagi Pemerintah Kota Semarang

1.4.2.1 Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

(25)

1.4.3 Bagi Mahasiswa

1.4.3.1 Memberikan pengalaman bagi peneliti sebagai mahasiswi dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan

1.4.3.2 Memberikan kesempatan bagi penulis sehingga dapat melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan masalah leukemia anak

1.5 Keaslian Penelitian

(26)

2. Risk Factors

(27)
(28)

berpengaruh terhadap angka kejadian leukemia akut pada anak. Semakin lama durasi pemberian ASI maka jumlah kejadian leukemia akut pada anak semakin menurun

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (3) adalah pada variabel yang menjadi objek penelitian yaitu variabel riwayat keguguran pada ibu. Selain itu, perbedaan yang lain adalah tempat dilakukannya penelitian yaitu di Kota Semarang.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Semarang

1.6.2 Lingkup Waktu

Studi kuantitatif ini dilaksanakan selama 1 bulan

1.6.3 Lingkup Keilmuan Kesehatan Masyarakat

(29)

13

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Leukemia

Leukemia merupakan sekumpulan penyakit neoplastik yang beragam, ditandai dengan produksi atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid yang abnormal (sel leukemia). Produksi sel leukemia yang bertambah banyak menyebabkan sel leukemia keluar dari sumsum. Sel leukemia dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi yang kemudian mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan sistem imunitas tubuh sehingga dapat menimbulkan gejala klinis pada tubuh penderita (Yayan, 2010).

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oksigen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).

(30)

darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan bereproduksi kembali.

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun.

(31)

2.1.2 Jenis Leukemia

Dari klasifikasi di atas, maka Leukemia dibagi menjadi empat tipe sebutan:

1. Leukemia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.

2. Leukemia mielositik akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.

3. Leukemia limfositik kronis (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.

4. Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit (Purnomo, 2010).

2.1.3 Epidemiologi Leukemia

(32)

American Cancer Society, Surveilance Research (2014) menyebutkan bahwa di Amerika kejadian leukemia pada anak jenis LLA 3.080 (34%) kasus dan MLA 730 (9%) kasus. Insiden rate (IR) leukemia berdasarkan usia tertinggi pada usia 2-4 tahun, berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada laki-laki (196,7 per 1.000.000 penduduk) dibandingkan perempuan (182,3 per 1000.000 penduduk), dan berdasarkan ras Leukemia sering terjadi pada orang berkulit putih (201,7 per 1.000.000 penduduk) daripada orang berkulit gelap (146,1 per 1.000.000 penduduk). LLA merupakan jenis leukemia yang sering terjadi pada anak-anak, dimana 3 dari 4 kasus leukemia anak adalah jenis LLA.

Menurut data sistem registrasi kanker di Indonesia (Srikandi) tahun 2005-2007 menunjukkan insiden kanker pada anak sebesar 9 per 100.000 anak-anak. Leukemia merupakan kanker tertinggi pada anak sebesar 2,8 per 100.000, retinoblastoma 2,4 per 100.000, osteosarkoma 0,97 per 100.000, limfoma 0,75 per 100.000, kanker nasopharing 0,43 per 100.000. Kasus kanker pada anak-anak sebesar 4,7% dari kanker pada semua umur. Angka kematian akibat kanker anak adalah 50-60% karena pada umumnya penderita dating terlambat atau sudah dalam stadium lanjut (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).

(33)

terbanyak adalah ras/suku Jawa 88,5% dan terendah adalah suku Manado dan Minang 1,9% (Chandrayani, 2010).

Berdasarkan penelitian pada pasien leukemia anak di bawah usia 18 tahun di RS. Haji Adam Malik Medan oleh Paulina K. Bangun, et al tahun 2012, menyebutkan bahwa leukemia banyak terjadi pada kelompok umur 2-5 tahun (37,2%) dan terendah pada kelompok umur 11-15 tahun (12,8%). Kejadian lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki daripada perempuan (52,9% : 47,1%). Pasien mempunyai riwayat leukemia pada keluarga 4,3% (Paulina, 2014).

2.1.4 Patofisiologi Leukemia

(34)

yang selanjutnya diketahui sebagai penyebab T-cell Leukemia. Penderita leukemia diduga mempunyai gen tunggal atau gen multipel penyebab leukemia, jenis leukemia bisa sama atau juga bisa jenis leukemia yang lain. Pada kelainan genetik tersebut individu mempunyai kromosom defek atau kelainan genetik tertentu yang mempunyai risiko lebih besar terhadap leukemia. Misalnya, seseorang dengan gejala down’s syndrome mempunyai risiko tinggi terhadap kejadian leukemia (Darmono, 2012)

2.1.5 Determinan Leukemia

Penyebab leukemia sampai saat ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi menurut penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya ada beberapa faktor risiko tertentu yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya leukemia, yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor internal meliputi, usia anak saat terdiagnosis, jenis kelamin anak, urutan kelahiran anak, berat anak lahir, usia ibu saat mengandung anak, usia ayah ketika ibu mengandung anak, riwayat keguguran ibu, dan riwayat pemberian ASI kepada anak.

a) Jenis kelamin anak

(35)

b) Urutan kelahiran anak

Urutan lahir anak dengan kategori anak pertama dalam keluarga memiliki OR= 0.87 (95%CI: 0.81-0.93) terhadap kejadian kanker anak yaitu leukemia (Julie, 2011).

c) Berat anak lahir

Dalam hasil penelitian dari Pulina K. Bangun, et al (2013) menyatakan bahwa anak dengan berat bayi lahir ≥3.500 gram memiliki risiko 8,99 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia dibanding anak dengan berat lahir normal dan rendah (OR=8,99).

d) Usia ibu saat mengandung anak

Usia ibu saat mengandung anak berperan menjadi faktor risiko leukemia. Dalam hasil penelitian dari Pulina K. Bangun, et al (2013) dikemukakan bahwa ibu dengan usia ≥35 tahun memiliki risiko 1,5 kali lebih tinggi untuk anak terkena leukemia dibanding ibu dengan usia 20-34 tahun (OR=2,2).

e) Usia ayah ketika ibu mengandung anak

(36)

f) Riwayat keguguran pada ibu

Ibu yang pernah mengalami keguguran sebelum kelahiran anak memiliki risiko anak dengan leukemia 2,19 kali lebih tinggi untuk dibanding ibu yang tidak memiliki riwayat keguguran (OR= 2.19) (Xiaomei, 2005). g) Riwayat pemberian ASI kepada anak

Ibu yang tidak memberikan ASI pada anak sebagai makanan pokok utama pada usia bayi (0-1 tahun) menjadikan anak berisiko 1,22 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia dibanding anak yang mengkonsumsi ASI pada masa bayi (OR= 1.22) (Paulina, 2013).

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi, paparan radiasi, paparan insektisida rumah tangga, dan perilaku merokok orang tua.

a) Paparan radiasi sutet

Rumah yang dekat dengan sumber radiasi seperti sutet, ataupun sering terpapar radiasi seperti radiasi ultraviolet menjadikan Anak memiliki risiko 4,73 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki paparan radiasi (OR=4,73) (Paulina, 2013). b) Paparan insektisida rumah tangga

(37)

tinggi untuk terkena leukemia dibandingkan dengan anak yang tidak memiiki paparan insektisida (OR=5,25) (Paulina, 2013).

c) Perilaku merokok orang tua

Orang tua yang memiliki perilaku merokok memberikan kontribusi dalam terjadinya leukemia anak. Polusi dari hasil pembakaran memiliki beberapa unsur bahan kimia berbahaya yang dapat menimbulkan kejadian kanker terutama leukemia pada anak. Hasil penelitian menyatakan bahwa orang tua yang memiliki perilaku merokok memiliki risiko 1,08 kali lebih tinggi untuk anak terkena leukemia dibandingkan anak dengan orang tua tidak merokok (OR= 1.08) (Paulina, 2013).

2.1.6 Tanda dan Gejala Leukemia

Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Demam

Penderita akan mengalami demam yang kadang suhu tubuh turun dengan sendirinya namun setelah itu demam datang dengan suhu tubuh yang lebih tinggi dari demam sebelumnya. Hal ini akibat dari aktivitas sel imun yang menyerang sel kanker dalam tubuh sebagai bentuk pertahanan tubuh.

2. Sakit kepala

(38)

3. Berat badan menurun

Berat badan merupakan salah satu gejala yang timbul akibat proses penyerapan gizi yang tidak stabil karena adanya gangguan sel kanker yang menyerang organ-organ pencernaan. Fungsi dari organ-organ tersebut terganggu sehingga fungsinya kurang maksimal.

4. Anemia

Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oksigen dalam tubuh berkurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oksigen dalam tubuh).

5. Perdarahan

Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya bintik merah lebar/kecil dijaringan kulit).

6. Terserang Infeksi

(39)

7. Nyeri Tulang dan Persendian

Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih. Sehingga penderita merasakan nyeri pada tulang dan persendiannya.

8. Nyeri Perut

Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia. 9. Pembengkakan Kelenjar Limpha

Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.

10. Kesulitan Bernafas (Dispnea)

(40)

atau pada kulit. Leukemia juga dapat mempengaruhi saluran pencernaan, ginjal, paru-paru, atau bagian lain dari tubuh (Chandrayani, 2010).

2.1.7 Diagnosis Leukemia

Pemeriksaan darah rutin (seperti hitung jenis darah komplit) memberikan bukti bahwa seseorang menderita leukemia. Jumlah total sel darah putih bisa berkurang, normal atau bertambah tetapi jumlah sel darah putih yang belum matang (sel blast) terlihat dalam contoh darah yang diperiksa di bawah mikroskop.

Biopsi sumsum tulang hampir selalu dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan menentukan jenis leukemia. Leukemia akut didiagnosa melalui beberapa alat, seperti :

a. Pemeriksaan morfologi, darah tepi, aspirasi sumsum tulang, biopsi sumsum tulang

b. Pewarnaan sitokimia c. Immunofenotipe d. Sitogenetika

e. Diagnostik molekuler

2.1.8 Penanganan dan Pengobatan Leukemia

(41)

a. Kemoterapi b. Terapi radiasi

c. Transplantasi sumsum tulang

Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan menghancurkan sel-sel leukemia sehingga sel normal bias tumbuh kembali di dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada respon yang ditunjukkan oleh sumsum tulang belakang. Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin memerlukan :

a. Transfusi sel darah merahuntuk mengatasi anemia b. Transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan c. Antibiotik untuk mengatasi infeksi

(42)

2.1.9 Prognosis Leukemia

Setelah seseorang yang terdignosis leukemia namun kemudian tidak menjalani pengobatan dapat meningkatkan keparahan penyakit yang selanjutnya dapat mengakibatkan kematian. Lebih dari 90% penderita yang menjalani pengobatan kemoterapi tahap awal memperlihatkan kemajuan berupa terkendalinya produksi sel leukemia dalam tubuh.

(43)

2.2 Kerangka Teori

(44)

28

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Diagram Alir Kerangka Konsep Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Leukemia Anak di Kota Semarang

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, yaitu riset epidemiologi yang bertujuan mencari hubungan antar variabel berdasarkan data yang dianalisis (Sudigdo, 2008).

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah Case Control, yaitu suatu penelitian observasional analitik yang mempelajari hubungan antara observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas (faktor risiko) dan variabel

Berat anak lahir Urutan kelahiran anak Jenis kelamin anak

Riwayat pemberian ASI Riwayat keguguran pada ibu Usia ibu saat mengandung anak

Penggunaan insektisida rumah Usia ayah saat ibu mengandung anak

Paparan radiasi sutet

Perilaku merokok orang tua

(45)

tergantung (efek) dilakukan dengan mengelompokkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol sebagai pembanding (Sudigdo, 2008).

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

3.3.1 Faktor jenis kelamin anak berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

3.3.2 Faktor urutan kelahiran anak berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

3.3.3 Faktor berat anak lahir berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

3.3.4 Faktor usia ibu saat mengandung anak berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

3.3.5 Faktor usia ayah saat ibu saat mengandung anak berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

3.3.6 Faktor riwayat keguguran pada ibu berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

3.3.7 Faktor riwayat pemberian ASI pada anak berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

3.3.8 Faktor paparan radiasi sutet berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

(46)

3.3.10 Faktor perilaku orang tua merokok berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Kota Semarang

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

No. Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Kategori Skala

Variabel Bebas

(47)

7. Riwayat

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

(48)

3.5.1.1Populasi kasus dalam penelitian ini yaitu penderita leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang yang tercatat pada Januari-Maret 2015. Jumlah populasi penelitian ini berjumlah 31 orang.

3.5.1.2Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah anak tidak dengan diagnosis leukemia yang dibuktikan dengan tidak ditemukan adanya tanda dan gejala klinis leukemia, tinggal dalam satu wilayah desa/kelurahan (tetangga) dengan responden kelompok kasus.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yan dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009). Dari jumlah populasi yang didapatkan maka diambil sampel sesuai dengan rumus pengambilan sampel untuk kasus kontrol sebagai berikut:

n1 = n2 = √ √

(Soekidjo Notoadmodjo, 2010) Keterangan :

n1 = n2 : Besar sampel untuk kasus dan kontrol Zα : Tingkat kepercayaan (95% = 1,960) Zβ : Power penelitian (0,842)

P1 : proporsi terjadinya efek pada kasus

P2 : proporsi terjadinya efek pada control (0,34) Q : proporsi kontrol terpapar

OR : 2,19 (Xiaomei, 2005)

P1

(49)

Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,68 = 0,32 Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,34 = 0,66 P = (P1+P2)

= (0,68+0,34) = 0,51

Q = (Q1+Q2)

= (0,32+0,66) = 0,49

n1 = n2 = √ √

n1 = n2 = √ √

n1 = n2 = √ √

n1 = n2 =

n1 = n2 =

n1 = n2 =

n1 = n2 = 30,9 ≈ 31

n1 = n2 = 31 orang

(50)

Jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 62 sampel. Responden dalam penelitian ini adalah orang tua atau keluarga dari sampel.

3.5.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang berfungsi untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling dalam penelitian yang bisa digunakan (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan teknik total sampling, yaitu jumlah sampel yang diambil dari jumlah keseluruhan populasi.

Kriteria sampel:

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari populasi target dan pada populasi terjangkau (Sastroasmoro dan Sofyan, 2010). 1) Kriteria inklusi sampel kasus

a) Anak yang berumur 0-18 tahun b) Anak dengan diagnosis leukemia c) Tempat tinggal di Kota Semarang 2) Kriteria sampel kontrol

a) Anak yang berumur 0-18 tahun

b) Anak tidak dengan diagnosis leukemia c) Bersedia menjadi responden

d) Tempat tinggal di Kota Semarang

(51)

Kriteria eksklusi:

a) Tidak bersedia menjadi responden

b) Tidak bertempat tinggal di Kota Semarang

3.6 Sumber Data

3.6.1Data Primer

Data yang diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara langsung dengan penderita leukemia akut, yaitu berupa data tentang :

1. Jenis kelamin anak 2. Urutan kelahiran anak 3. Berat anak lahir

4. Usia ibu saat mengandung anak 5. Usia ayah saat ibu mengandung anak 6. Riwayat keguguran ibu

7. Riwayat pemberian ASI 8. Paparan radiasi sutet

9. Paparan insektisida rumah tangga 10. Perilaku merokok orang tua 3.6.2 Data Sekunder

(52)

3.7 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Suharsini Arikunto, 2013). Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner untuk mendapatkan data primer dan sekunder sebagaimana disebutkan sebelumnya di atas.

3.7.1 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri dengan langkah awal mencari sumber data sekunder terlebih dahulu, dilanjutkan dengan mengurus perizinan tempat survei, setelah itu melakukan survei lapangan dengan melakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner tertutup yang telah ditentukan terlebih dahulu jawabannya.

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Pengumpulan Data

(53)

Kesehatan Provinsi, Direktorat Jendreral P2PL RI), dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).

3.8.2 Pengolahan Data 3.8.2.1Editing

Editing adalah kegiatan memeriksa kelengkapan kuesioner, kejelasan jawaban dan konsistensi antar jawaban.

3.8.2.2Koding

Koding adalah kegiatan mengklasifikasikan jawaban menurut kategori masing-masing.

3.8.2.3Entri

Data yang telah dimasukkan dalam komputer dengan program SPSS versi 16 for Windows.

3.8.2.4Tabulasi

Kegiatan memasukkan data ke dalam kelompok data sesuai variabel yang akan diteliti.

3.8.3 Analisis Data 3.8.3.1Analisis Univariat

(54)

dan apakah data sudah optimal untuk dianalisis lebih lanjut. Semua variabel dianalisa untuk mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

3.8.3.2Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo, 2005). Analisis ini digunakan untuk faktor antar variabel bebas dengan variabel terikat secara sendiri-sendiri. Analisis menggunakan uji chi square dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence Interval (CI) sebesar 95%. Estimasi besar sampel dihitung dengan menggunakan odd ratio (OR). Dalam penelitian ini, uji chi square digunakan sebagai uji dependensi untuk menguji hipotesis, mengenai ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2012).

3.9 Teknik Analisis Data

(55)

39

4.1. Gambaran Umum

Yayasan Hematologi Yasmia didirikan pada tanggal 15 Februari 1984. Semula bernama Yayasan Leukemia Semarang yang diprakarsai oleh Ibu Yetty Imam Soetarto dan disingkat Yasmia. Tujuan awal didirikannya Yasmia adalah membantu meningkatkan gizi bagi anak-anak penderita leukemia.

Berjalannya waktu, Yasmia menetapkan untuk dapat memberikan bantuan lain berupa obat untuk anak-anak penderita leukemia dan penyakit kelainan darah lainnya. Mengingat yang dibantu bukan hanya penderita leukemia, namun juga membantu penderita kelainan darah yang lain seperti, thalassemia dan hemophilia, maka dilakukan perubahan nama dari Yasmia menjadi Yayasan Hematologi Yasmia.

(56)

boleh dikonsumsi, dan pengawasan dalam pemenuhan zat gizi seimbang selama masa pengobatan dan masa pemulihan.

Selain itu, Yayasan Hematologi Yasmia juga memiliki rumah singgah yang berfungsi sebagai tempat tinggal sementara pasien dan keluarganya. Tujuan didirikan rumah singgah adalah membantu para pasien yang membutuhkan tempat tinggal sementara khususnya untuk pasien yang berasal dari luar Kota Semarang selama dalam masa menanti jadwal pelaksanaan pengobatan selanjutnya, mengingat jeda waktu pengobatan pasien sebelum dan selanjutnya tidak terlalu lama yaitu 1 minggu. Sehingga jika pasien dipaksa untuk pulang ke rumah kemudian pergi ke rumah sakit lagi dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi tubuh pasien yang akan berakibat buruk pada pengobatan selanjutnya. Untuk biaya penginapan, pasien hanya dibebankan untuk membayar iuran wajib per hari yang jumlahnya 25.000 rupiah/kamar. Untuk setiap kamar, dapat digunakan maksimal 2 orang.

(57)

Berdasarkan data dari Yayasan Hematologi Yasmia (2015) bahwa jumlah pasien leukemia anak yang terdaftar dalam Yayasan Hematologi Yasmia mengalami tren yang fluktuatif bahkan meningkat dengan jumlah penderita dari tahun 2011 adalah 33 penderita, tahun 2012 sebesar 37 penderita, tahun 2013 sebesar 44 penderita, dan tahun 2014 sebesar 53 penderita.

Menurut data di Yayasan Hematologi Yasmia dari bulan Januari hingga Maret (2015) penderita leukemia anak yang sudah terdaftar di Yayasan Hematologi Yasmia berjumlah 59 penderita dengan penderita leukemia anak yang bertempattinggal di Kota Semarang berjumlah 31 penderita dan 28 penderita bertempattinggal di luar Kota Semarang. Pasien yang bertempattinggal di luar Kota Semarang berasal dari berbagai daerah diantaranya, Kudus, Jepara, Demak, Pati, Rembang, Kendal, Salatiga, Batang, Pemalang, Tegal, Brebes, Medan, Jambi, Manado, Pontianak, Samarinda, Banjarmasin, Bogor, dan Jakarta.

(58)

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Univariat

Analisi univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian. Pada analisis ini akan menghasilakan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel yang berhubungan dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang.

Adapun variabel-variabel yang dianalisis dalam analisis univariat yaitu jenis kelamin, urutan lahir, berat anak lahir, usia ibu saat melahirkan, usia ayah saat ibu melahirkan, riwayat keguguran pada ibu, riwayat pemberian ASI pada anak, paparan radiasi sutet, dan perilaku merokok orang tua.

4.2.1.1. Distribusi Sampel Menurut Umur Anak

Berdasarkan penelitian, diperoleh distribusi data sampel berdasarkan umur. Untuk lebih jelas, karakterstik sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Sampel Menurut Umur Anak

No Umur

Kasus Kontrol

N % N %

1 0-5 tahun 20 64,5 20 64,5

2 6-15 tahun 8 25,8 8 25,8

3 16-18 tahun 3 9,7 3 9,7

Jumlah 31 100,00 31 100,00

(59)

sebanyak 20 sampel (64,5%) berumur 0-5 tahun, 8 sampel (25,8%) berumur 6-15 tahun, dan 3 sampel (9,7%) berumur 16-18 tahun.

4.2.1.2. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin Anak

Berdasarkan penelitian, diperoleh distribusi data sampel berdasarkan jenis kelamin. Untuk lebih jelas, karakterstik sampel berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin Anak No Jenis Kelamin Anak

Kasus Kontrol

N % N %

1 Laki-laki 20 64,5 18 58,1

2 Perempuan 11 35,5 13 41,9

Jumlah 31 100,00 31 100,00

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diperoleh informasi dari 31 sampel kasus sebanyak 20 sampel (64,5%) berjenis kelamin laki-laki dan 11 sampel (35,5%) berjenis kelamin perempuan, dari 31 sampel kontrol 18 sampel (58,1%) berjenis kelamin laki-laki dan 13 sampel (41,9 %) berjenis kelamin perempuan.

4.2.1.3. Distribusi Sampel Menurut Urutan Lahir Anak

Berdasarkan penelitian, diperoleh distribusi data sampel berdasarkan urutan lahir anak. Untuk lebih jelas, karakterstik sampel berdasarkan urutan lahir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Sampel Menurut Urutan Lahir

No Urutan Lahir Anak Kasus Kontrol

N % N %

1 Pertama 16 51,6 15 48,4

2 Kedua 6 19,4 6 19,4

3 Ketiga dan seterusnya 9 29,0 10 32,3

(60)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diperoleh informasi dari 31 sampel kasus sebanyak 16 sampel (51,6%) anak lahir pertama, 6 sampel (19,4%) anak lahir kedua, dan 9 sampel (29,0%) anak lahir ketiga dan seterusnya, dari 31 sampel kontrol 15 sampel (48,4%) anak lahir pertama, 6 sampel (19,4%) anak lahir kedua dan 10 sampel (32,3%) anak lahir ketiga dan seterusnya.

4.2.1.4. Distribusi Sampel Menurut Berat Anak Lahir

Berdasarkan penelitian, diperoleh distribusi data sampel berdasarkan berat anak lahir. Untuk lebih jelas, karakterstik sampel berdasarkan berat anak lahir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Sampel Menurut Berat Anak Lahir

No Berat Lahir Anak Kasus Kontrol

N % N %

1 < 2.500 gr 8 25,8 3 4,8

2 2.500-3.499 gr 10 32,3 22 35,5

3 ≥ 3.500 gr 13 41,9 6 9,7

Jumlah 31 100,00 31 100,00

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi dari 31 sampel kasus sebanyak 8 sampel (25,8%) berat anak lahir < 2.500 gr, 10 sampel (32,3%) berat anak lahir 2.500-3.499 gr, dan 13 sampel (41,9%) berat anak lahir ≥ 3.500 gr, dari 31 sampel kontrol 3 sampel (4,8%) berat anak lahir < 2.500 gr, 22 sampel sampel (35,5%) berat anak lahir 2.500-3.499 gr dan 6 sampel (9,7%) berat anak lahir ≥ 3.500 gr.

4.2.1.5. Distribusi Sampel Menurut Usia Ibu saat Mengandung Anak

(61)

Tabel 4.5. Distribusi Sampel Menurut Usia Ibu saat Mengandung Anak (77,4%) usia ibu saat mengandung anak 20-34 tahun, dan 7 sampel (22,6%) usia ibu mengandung anak ≥ 35 tahun, dari 31 sampel kontrol 0 sampel (0%) usia ibu saat mengandung anak < 20 tahun, 25 sampel (80,6%) usia ibu saat mengandung anak 20-34 tahun, dan 6 sampel (19,4%) usia ibu saat mengandung anak ≥ 35 tahun.

4.2.1.6. Distribusi Sampel Menurut Usia Ayah saat Ibu Mengandung Anak

Berdasarkan penelitian, diperoleh distribusi data sampel berdasarkan usia ayah saat ibu mengandung anak. Untuk lebih jelas, karakterstik sampel berdasarkan usia ayah saat ibu mengandung anak dapat dilihat pada tabel berikut:

(62)

22 sampel (71,0%) usia ayah saat ibu mengandung anak 20-34 tahun, dan 9 sampel (29,0%) usia ayah saat ibu mengandung anak ≥ 35 tahun, dari 31 sampel kontrol 0 sampel (0%) usia ayah saat ibu mengandung anak < 20 tahun, 22 sampel (71,0%) usia ayah saat ibu mengandung anak 20-34 tahun, dan 9 sampel (29,0%) usia ayah saat ibu mengandung anak ≥ 35 tahun.

4.2.1.7. Distribusi Sampel Menurut Riwayat Keguguran pada Ibu

Berdasarkan penelitian, diperoleh distribusi data sampel berdasarkan riwayat keguguran pada ibu. Untuk lebih jelas, karakterstik sampel berdasarkan riwayat keguguran pada ibu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Distribusi Sampel Menurut Riwayat Keguguran pada Ibu No Riwayat Keguguran

Ibu

Kasus Kontrol

N % N %

1 Tidak Pernah 14 45,2 24 77,4

2 Pernah 17 54,8 7 22,6

Jumlah 31 100,00 31 100,00

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diperoleh informasi dari 31 sampel kasus sebanyak 14 sampel (45,2%) tidak mempunyai riwayat keguguran pada ibu dan 17 sampel (35,5%) mempunyai riwayat keguguran pada ibu, dari 31 sampel kontrol 24 sampel (77,4%) tidak mempunyai riwayat keguguran pada ibu dan 7 sampel (22,6%) mempunyai riwayat keguguran pada ibu.

4.2.1.8. Distribusi Sampel Menurut Riwayat pemberian ASI pada Anak

(63)

Tabel 4.8. Distribusi Sampel Menurut Riwayat pemberian ASI pada Anak No Riwayat Pemberian

ASI Anak ASI dan 7 sampel (22,6%) anak tidak diberikan ASI.

4.2.1.9. Distribusi Sampel Menurut Paparan Radiasi Sutet

Berdasarkan penelitian, diperoleh distribusi data sampel berdasarkan paparan radiasi sutet. Untuk lebih jelas, karakterstik sampel berdasarkan paparan radiasi sutet dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Distribusi Sampel Menurut Paparan Radiasi Sutet No Riwayat Paparan

Radiasi sebanyak 28 sampel (90,3%) anak terpapar radiasi dan 3 sampel (9,7%) anak tidak terpapar radiasi, dari 31 sampel kontrol 30 sampel (96,8%) anak terpapar radiasi dan 1 sampel (3,2%) anak tidak terpapar radiasi.

4.2.1.10. Distribusi Sampel Menurut Penggunaan Insektisida Rumah Tangga

(64)

berdasarkan penggunaan insektisida rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Distribusi Sampel Menurut Penggunaan Insektisida Rumah Tangga No Riwayat Penggunaan

Insektisida RT kontrol 13 sampel (41,9%) menggunakan insektisida rumah tangga dan 18 sampel (58,1%) tidak menggunakan insektisida rumah tangga.

4.2.1.11.Distribusi Sampel Menurut Perilaku Merokok Orang Tua

Berdasarkan penelitian, diperoleh distribusi data sampel berdasarkan perilaku merokok orang tua. Untuk lebih jelas, karakterstik sampel berdasarkan perilaku merokok orang tua dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11. Distribusi Sampel Menurut Perilaku Merokok Orang Tua No Perilaku Merokok

(65)

merokok dan 22 sampel (71,0%) tidak mempunyai orang tua dengan perilaku merokok.

4.2.2. Analisi Bivariat

4.2.2.1. Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dengan Kejadian Leukemia

Anak

Tabel 4.12. Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Leukemia Anak kelamin laki-laki dan 13 sampel (41,9 %) berjenis kelamin perempuan.

(66)

4.2.2.2. Hubungan antara Urutan Lahir Anak dengan Kejadian Leukemia kontrol 15 sampel (48,4%) anak lahir pertama, 6 sampel (19,4%) anak lahir kedua dan 10 sampel (32,3%) anak lahir ketiga dan seterusnya. Hasil analisis yang diperoleh dari uji Chi square menunjukkan bahwa nilai p value 0,958 (> α 0,05), yang artinya tidak ada hubungan antara urutan lahir anak dengan kejadian leukemia anak.

4.2.2.3. Hubungan antara Berat Anak Lahir dengan Kejadian Leukemia

Anak

(67)

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diperoleh informasi dari 31 sampel kasus sebanyak 8 sampel (25,8%) berat anak lahir < 2.500 gr, 10 sampel (32,3%) berat anak lahir 2.500 - 3.499 gr, dan 13 sampel (41,9%) berat anak lahir ≥ 3.500 gr, dari 31 sampel kontrol 3 sampel (4,8%) berat anak lahir < 2.500 gr, 22 sampel (35,5%) berat anak lahir 2.500 - 3.499 gr dan 6 sampel (9,7%) berat anak lahir ≥ 3.500 gr.

Hasil analisis yang diperoleh dari uji Chi square menunjukkan bahwa nilai p value 0,009 (< α 0,05), yang artinya ada hubungan antara berat anak ketika lahir ≥ 3.500 gram dengan kejadian leukemia anak.

4.2.2.4. Hubungan antara Usia Ibu saat Mengandung Anak dengan (77,4%) usia ibu saat mengandung anak 20-34 tahun, dan 7 sampel (22,6%) usia ibu saat mengandung anak ≥ 35 tahun, dari 31 sampel kontrol 0 sampel (0%) usia

(68)

Hasil analisis yang diperoleh dari uji Chi square menunjukkan bahwa nilai p value 0,755 (> α 0,05), yang artinya tidak ada hubungan antara usia ibu saat mengandung anak dengan kejadian leukemia anak.

4.2.2.5. Hubungan antara Usia Ayah saat Ibu Mengandung Anak dengan

Kejadian Leukemia Anak

Tabel 4.16. Tabulasi Silang antara Usia Ayah saat Ibu Mengandung Anak dengan Kejadian Leukemia Anak

Usia Ayah sampel (71,0%) usia ayah saat ibu mengandung anak 20-34 tahun, dan 9 sampel (29,0%) usia ayah saat ibu mengandung anak ≥ 35 tahun, dari 31 sampel kontrol 0 sampel (0%) usia ayah saat ibu mengandung anak < 20 tahun, 22 sampel (71,0%) usia ayah saat ibu mengandung anak 20-34 tahun, dan 9 sampel (29,0%) usia ayah saat ibu mengandung anak ≥ 35 tahun.

Hasil analisis yang diperoleh dari uji Chi square menunjukkan bahwa nilai p value 1,000 (> α 0,05), yang artinya tidak ada hubungan antara usia ayah saat

(69)

4.2.2.6. Hubungan antara Riwayat Keguguran pada Ibu dengan Kejadian sampel (22,6%) mempunyai riwayat keguguran pada ibu.

Hasil analisis yang diperoleh dari uji Chi square menunjukkan bahwa nilai p value 0,009 (< α 0,05), yang artinya ada hubungan antara riwayat keguguran

(70)

4.2.2.7. Hubungan antara Riwayat Pemberian ASI pada Anak dengan ASI dan 7 sampel (22,6%) anak tidak diberikan ASI.

Hasil analisis yang diperoleh dari uji Chi square menunjukkan bahwa nilai p value 0,004 (< α 0,05), yang artinya ada hubungan antara riwayat pemberian

(71)

4.2.2.8. Hubungan antara Paparan Radiasi Sutet dengan Kejadian

Leukemia Anak

Tabel 4.19. Tabulasi Silang antara Paparan Radiasi Sutet dengan Kejadian Leukemia Anak sebanyak 28 sampel (90,3%) anak terpapar radiasi dan 3 sampel (9,7%) anak tidak terpapar radiasi, dari 31 sampel kontrol 30 sampel (96,8%) anak terpapar radiasi dan 1 sampel (3,2%) anak tidak terpapar radiasi.

Hasil analisis yang diperoleh dari uji alternatif uji chi square yaitu uji Fisher menunjukkan bahwa nilai p value 0,612 (> α 0,05), yang artinya tidak ada

hubungan antara paparan radiasi sutet dengan kejadian leukemia anak.

4.2.2.9. Hubungan antara Penggunaan Insektisida Rumah Tangga dengan

Kejadian leukemia Anak

Tabel 4.20. Tabulasi Silang antara Penggunaan Insektisida Rumah Tangga dengan Kejadian Leukemia Anak

(72)

sampel (25,8%) tidak menggunakan insektisida rumah tangga, dari 31 sampel kontrol 13 sampel (41,9%) menggunakan insektisida rumah tangga dan 18 sampel (58,1%) tidak menggunakan insektisida rumah tangga.

Hasil analisis yang diperoleh dari uji Chi square menunjukkan bahwa nilai p value 0,010 (< α 0,05), yang artinya ada hubungan antara pemakaian insektisida

rumah tangga dengan kejadian leukemia anak. Dari hasil analisis diperoleh nilah Odd Ratio (OR) sebesar 0,251. Hal ini berarti orang yang menggunakan insektisida rumah tangga memiliki peluang 0,251 kali lebih besar untuk anak menderita leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menggunakan insektisida rumah tangga. Dari hasil analisis juga diperoleh hasil 95% CI (95% Confidence Interval) sebesar 0,086-0,736, yang artinya ada hubungan yang kuat antara penggunaan insektisida rumah tangga dengan kejadian leukemia anak.

4.2.2.10. Hubungan antara Perilaku Merokok Orang Tua dengan Kejadian

Leukemia Anak

(73)

sampel kontrol 9 sampel (29,0%) mempunyai orang tua dengan perilaku merokok dan 22 sampel (71,0%) tidak mempunyai orang tua dengan perilaku merokok.

(74)

58

5.1 Pembahasan

5.1.1. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Leukemia Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 38 (61,3%) dan perempuan berjumlah 24 (38,7%). Hasil analisis dari uji chi square diperoleh nilai p (0,602) > α (0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara jenis kelamin anak dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari M. Telvik Dorak, et al. (2006) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai risiko 3,05 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan dengan anak yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah sampel yang berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 38 anak (61,3%) tidak berbeda jauh dari sampel yang berjenis perempuan dengan jumlah 24 anak (38,7%).

5.1.2. Hubungan antara Urutan Lahir Anak dengan Kejadian Leukemia

Anak

(75)

berarti tidak ada hubungan antara urutan lahir anak dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Julie V.B. et al. (2011) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak dengan kategori anak pertama dalam keluarga mempunyai risiko 0,87 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan dengan anak tidak dengan kategori anak pertama. Hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah sampel disetiap kategori untuk variabel urutan lahir tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, dimana anak yang memiliki urutan lahir pertama berjumlah 31 anak (50%), anak yang memiliki urutan lahir kedua berjumlah 12 anak (19,4%), dan anak yang memiliki urutan lahir ketiga berjumlah 19 anak (30,6%).

5.1.3. Hubungan antara Berat Anak Lahir dengan Kejadian Leukemia

Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel dengan berat lahir < 2500 gram berjumlah 11 (17,7%), berat lahir 2500-3400 gram berjumlah 32 (51,6%), dan berat lahir ≥ 3500 gram berjumlah 19 (30,7%). Hasil analisis dari

uji chi square diperoleh nilai p (0,009) < α (0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan antara berat lahir anak ≥ 3500 gram dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Paulina K. Bangun, et al (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak dengan berat bayi lahir ≥ 3500 gram mempunyai risiko 8,99 lebih besar

(76)

bayi lahir ≤ 3500 gram. Hal ini dipengaruhi dari karakteristik sampel yang lebih

didominasi oleh anak dengan berat lahir ≥ 3500 gram yang berjumlah 19 anak (30,7%), sedangkan anak dengan berat lahir < 2500 gram hanya berjumlah 11 anak (17,7%).

5.1.4. Hubungan antara Usia Ibu saat Mengandung Anak dengan Kejadian

Leukemia Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel dengan usia ibu saat mengandung anak ≤ 20 tahun berjumlah 0 (0%), usia 20-34 tahun berjumlah 49 (79%), dan usia ≥ 35 tahun berjumlah 13 (21%). Hasil analisis dari

uji chi square diperoleh nilai p (0,755) > α (0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara usia ibu saat mengandung anak dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Paulina K. Bangun, et al (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak dengan usia ibu saat mengandung anak ≥ 35 tahun mempunyai risiko 1,5

(77)

5.1.5. Hubungan antara Usia Ayah saat Ibu Mengandung Anak dengan

Kejadian Leukemia Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel dengan usia ayah saat ibu mengandung anak ≤ 20 tahun berjumlah 0 (0%), usia 20-34 tahun berjumlah 44 (71%), dan usia ≥ 35 tahun berjumlah 18 (29%). Hasil analisis dari uji chi square diperoleh nilai p (1,000) > α (0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara usia ayah saat ibu mengandung anak dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Paulina K. Bangun, et al (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak dengan usia ayah saat ibu mengandung anak ≥ 35 tahun mempunyai risiko 1,55 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak dengan usia ayah saat ibu mengandung anak ≤ 35 tahun. Hal ini dipengaruhi dari karakteristik sampel yang didominasi oleh sampel dengan usia ayah saat ibu mengandung pada usia 20-34 tahun yang berjumlah 44 orang (71%), dimana pada usia ayah tersebut dimungkinkan tidak memiliki risiko yang dapat membahayakan kesehatan dan perkembangan janin.

5.1.6. Hubungan antara Riwayat Keguguran pada Ibu dengan Kejadian

Leukemia Anak

(78)

yang berarti ada hubungan antara riwayat keguguran pada ibu dengan kejadian leukemia anak di Yayasan Hematologi Yasmia Semarang. Hal ini berarti ibu yang mempunyai riwayat keguguran memiliki peluang 4,163 kali lebih besar untuk anak menderita leukemia dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai riwayat keguguran. Dari hasil analisis juga diperoleh hasil 95% CI (95% Confidence Interval) sebesar 1,386-12,503, yang artinya ada hubungan yang kuat antara riwayat keguguran pada ibu dengan kejadian leukemia anak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Xiaomei Ma, et al (2005) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak dengan ibu yang memiliki riwayat keguguran mempunyai risiko 2,19 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak tidak dengan ibu yang memiliki riwayat keguguran. Hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah sampel yang tidak mempunyai riwayat keguguran pada ibu berjumlah 38 anak (61,3%) tidak berbeda jauh dengan sampel yang mempunyai riwayat keguguran pada ibu berjumlah 24 anak (38,7%).

5.1.7. Hubungan antara Riwayat Pemberian ASI pada Anak dengan

Kejadian Leukemia Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel yang tidak mempunyai riwayat diberikan ASI pada anak berjumlah 25 (40,3%), dan mempunyai riwayat diberikan ASI pada anak berjumlah 37 (59,7%). Hasil analisis yang diperoleh dari uji chi square menunjukkan bahwa nilai p value (0,004) < α (0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan

(79)

Yayasan Hematologi Yasmia Semarang. Dari hasil analisis diperoleh nilah Odd Ratio (OR) sebesar 4,747. Hal ini berarti anak yang tidak diberikan ASI memiliki peluang 4,747 kali lebih besar untuk menderita leukemia dibandingkan dengan anak yang diberikan ASI. Dari hasil analisis juga diperoleh hasil 95% CI (95% Confidence Interval) sebesar 1,575-14,312, yang artinya ada hubungan yang kuat antara riwayat tidak diberikan ASI pada anak dengan kejadian leukemia anak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Paulina K. Bangun, et al (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak tidak dengan riwayat diberikan ASI mempunyai risiko 1,22 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak dengan riwayat diberikan ASI. Hal ini dipengaruhi dari karakteristik sampel yang lebih didominasi oleh anak yang mempunyai riwayat diberikan ASI yang berjumlah 37 anak (59,7%), sedangkan anak tidak mempunyai riwayat diberikan ASI berjumlah 25 (40,3%).

5.1.8. Hubungan antara Paparan Radiasi Sutet dengan Kejadian Leukemia

Anak

(80)

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Paulina K. Bangun (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak terkena paparan radiasi memiliki risiko 4,73 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak yang tidak terkena paparan radiasi. Hal ini disebabkan karena responden yang di wawancarai lebih didominasi pada sampel yang tidak terpapar radiasi sutet yang berjumlah 58 anak (93,5%) sedangkan anak yang terpapar radiasi sutet berjumlah 4 anak (6,5%). Hal tersebut dikarenakan lokasi tempat tinggal responden yang tidak terpapar radiasi sutet tidak berada di dalam satu wilayah dengan sumber radiasi sutet.

5.1.9. Hubungan antara Penggunaan Insektisida Rumah Tangga dengan

Kejadian Leukemia Anak

(81)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Paulina K. Bangun (2013) menyatakan bahwa risiko menderita leukemia anak pada anak yang memiliki riwayat penggunaan insektisida rumah tangga memiliki risiko 5,25 lebih besar untuk terkena leukemia anak, bila dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat penggunaan insektisida rumah tangga. Hal ini dipengaruhi dari karakteristik sampel yang lebih didominasi oleh sampel yang menggunakan insektisida rumah tangga yang berjumlah 36 orang (58,1%), sedangkan sampel yang tidak menggunakan insektisida rumah tangga berjumlah 26 orang (41,9%).

5.1.10.Hubungan antara Perilaku Merokok Orang Tua dengan Kejadian

Leukemia Anak

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian penelitian
Gambar 2.2 Diagram Alir Kerangka Teori Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Leukemia Anak di Kota Semarang
Gambar 3.1 Diagram Alir Kerangka Konsep Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Leukemia Anak di Kota Semarang
Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengidentifikasian merupakan tahap awal dari tahapan siklus akuntansi, dengan melakukan identifikasi terhadap transaksi-transaksi bisnis yang dilakukan oleh suatu perusahaan

Setelah melakukan proses pelaksanaan konseling dengan pedekatan Rational Emotive Therapy dalam menangani negative thinking seorang anak terhadap ayah tirinya,

Laporan akhir ini dibuat untuk melengkapi tugas dari kewajiban setelah mengikuti seluruh mata kuliah adapun materi yang diuraikan dalam laporan ini diperoleh dari

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan jurnal-jurnal diatas adalah variabel yang digunakan tidak hanya tingkat inflasi, tingkat PDRB dan jumlah pengangguran, tetapi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi / karya ilmiah saya, dengan judul : VALIDASI METODE ANALISIS CAMPURAN VITAMIN B 1 , B 2 , DAN B 6 DALAM SEDIAAN

Menggantikannya dengan sesuatu yang lain adalah seperti membina sebuah rumah di atas pasir (Matius 7:26)! Selaras dengan keyakinan teguh ini, Wawasan Penabur telah bekerjasama

Dengan menggunakan perangkat lunak hypo71 pada data sebanyak 49 event gempa pada periode 2009-10-01 - 2010-12-21 untuk area di wilayah sumatera barat dan

9 Hal ini dikaitkan dengan perdagangan orang, khususnya perempuan dan anak, sebagaimana Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdangan Orang pada