• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Beban Kerja terhadap Kelengkapan Pendokumentasian Keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Beban Kerja terhadap Kelengkapan Pendokumentasian Keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

DI RUANG RAWAT INAP KARDIOVASKULER

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh

ARISMAN PASARIBU NIM 111121104

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

PRAKATA

Dengan rasa syukur penulis yang tak terhingga kepada Tuhan Yesus

Kristus, karena telah diberikan kesehatan selama mengerjakan penelitian dan

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Beban Kerja Perawat Terhadap

Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler

RSUP H. Adam Malik Medan“ hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. dr. Purnamawati, MARS selaku direktur SDM RSUP H. Adam Malik, Medan

3. Erniyati S.Kp, MNS, Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU.

4. Salbiah, S.Kp, M.Kep., selaku pembimbing yang dengan sabar membantu

memberikan dukungan dan arahan kepada penulis.

5. Diah Arruum S.Kep., Ns. M.Kep, selaku penguji I dan juga memberikan

referensi pustaka dan arahan yang sangat membantu penyusunan skripsi ini.

6. Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS., selaku penguji II

7. Seluruh dosen di lingkungan Fakultas Keperawatan USU yang telah

memberikan pemahaman atau ilmu untuk dapat menyusun penelitian ini.

8. Zahranur S.Kp selaku Wakil Kepala Instalasi Kardiovaskuler, RSUP H.

Adam Malik Medan

9. Sabarina Sitepu S.Kp selaku Kapokja Instalasi Kardiovaskuler, RSUP H.

(4)

10. Rekan-rekan perawat di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler, RSUP H. Adam

Malik Medan yang telah banyak berkontribusi saat penelitian.

11. Rekan-rekan mahasiswa yang dengan tulus memberikan semangat dan

saran-saran yang sangat membantu penyusunan skripsi ini.

Penelitian/penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, pada masa

mendatang peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan.

Semoga hasil penelitian ini bisa bermanfaat, khususnya bagi lingkungan

kerja keperawatan di Instalasi Kardiovaskuler, RSUP H. Adam Malik Medan, dan

secara umum untuk kepentingan perkembangan studi ilmu keperawatan.

Medan, Pebruari 2013

(5)

DAFTAR ISI

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat . 8 2.1.3 Analisis Beban Kerja Perawat... 15

2.1.4 Cara Mengukur Beban Kerja Perawat ... 17

2.1.5 Kategorisasi Kegiatan Perawat ... 21

2.1.6 Kompetensi Perawat Klinik Sesuai Area Kekhususan .... 28

a. Perawat Klinis I ... 29

b. Perawat Klinis II ... 32

c. Perawat Klinis III ... 35

d. Perawat Klinis IV ... 38

e. Perawat Klinis V ... 40

2.2Standar Asuhan keperawatan ... 41

2.2.1 Standar 1 : Pengkajian Keperawatan ... 41

2.2.2 Standar 2 : Diagnosa Keperawatan ... 42

2.2.3 Standar 3 : Perencanaan Keperawatan ... 42

2.2.4 Standar 4 : Implementasi Keperawatan ... 43

2.2.5 Standar 5 : Evaluasi ... 43

2.3Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ... 44

2.3.1 Pengertian Dokumentasi ... 44

2.3.2 Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan ... 45

2.3.3 Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi ... 45

2.3.4 Standar Dokumentasi ... 47

(6)

2.3.6 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan ... 50

2.3.7 Implikasi Legal dalam Dokumentasi ... 52

2.3.8 Penilaian Kelengkapan Pendokumentasian ... 53

BAB III Kerangka Penelitian ... 56

4.1.2 Sampel Penelitian... 59

4.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 60

4.2Pertimbangan Etik ... 61

4.2.1 Beban Kerja... 61

4.2.2 Dokumentasi Asuhan Keperawatan ... 62

4.3Instrumen Penelitian ... 62

4.3.1 Data Demografi... 62

4.3.2 Beban Kerja Perawat... 62

4.3.3 Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan ... 63

4.4Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 63

4.4.1 Data Demografi... 63

4.4.2 Instrumen Beban Kerja ... 63

4.4.3 Instrumen Evaluasi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ... 63

4.5Proses Pengumpulan Data ... 64

4.5.1 Persiapan Penelitian ... 64

4.5.2 Penelitian Beban Kerja... 64

4.5.3 Penelitian Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ... 66

4.6Analisa Data ... 66

5.1.3 Hasil Penelitian Dokumentasi Asuhan Keperawatan ... 79

(7)

5.2Pembahasan ... 82

5.2.1 Beban Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik, Medan ... 82

5.2.2 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik, Medan .... 85

5.2.3 Pengaruh Beban Kerja Perawat Terhadap Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H.Adam Malik, Medan... 88

BAB VI Kesimpulan Dan Rekomendasi ... 91

6.1Kesimpulan ... 91

6.2Rekomenadasi ... 93

Daftar Pustaka ... 94 Lampiran- lampiran

1. Informed Consent

2. Lampiran 1 (Data Demografi)

3. Lampiran 2 (Daily Log)

4. Lampiran 3 (Instrumen Pengamatan Kelengkapan Dokumentasi Kep)

5. Surat Permohonan Pengambilan Data dari Fak. Keperawatan USU

6. Ijin Penelitian dari Kepala Instalasi Litbang RSUP H. Adam Malik, Medan

7. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari RSUP H. Adam Malik, Medan

8. Rincian Dana Penelitian

9. Daftar Kegiatan Skripsi

10.Tabel Tabulasi Beban Kerja

11.Tabel Tabulasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan

12.Lembar Bukti Mengikuti Bimbingan

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 Defenisi Operasional ... 62

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi karakterisktik responden pengaruh beban

kerja perawat terhadap kelengkapan dokumentasi

keperawatan di ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H.

Adam Malik, Medan ………... ... 76

Tabel 5.1.2.1 Distribusi frekuensi waktu kerja perawat di ruang Rawat

Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik, Medan ... 77

Tabel 5.1.2.2 Distribusi frekuensi beban kerja perawat di ruang Rawat

Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik, Medan ... 77

Tabel 5.1.3.1 Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H.

Adam Malik, Medan ... 79

Tabel 5.1.4 Pengaruh Beban Kerja Perawat terhadap Kelengkapan

Dokumentasi Keperawatan di Ruang Rawat Inap

(10)

Nama : Arisman Pasaribu

NIM : 111121104

Judul : Pengaruh Beban Kerja terhadap Kelengkapan

Pendokumentasian Keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan

ABSTRAK

Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui total beban kerja perawat selama 24 jam dan nilai kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler. Desain penelitian deskriptif korelasi, jumlah subyek beban kerja 36 responden, pendokumentasian 134 rekam medis, dengan teknik

pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada pengaruh beban kerja dengan kelengkapan pendokumentasian keperawatan p value = 0,000 dan koefisien korelasi r = 0,758. Pengaturan yang lebih baik

terhadap beban kerja perawat diharapkan dapat memperbaiki hasil

pendokumentasian asuhan keperawatan.

(11)

Nama : Arisman Pasaribu

NIM : 111121104

Judul : Pengaruh Beban Kerja terhadap Kelengkapan

Pendokumentasian Keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan

ABSTRAK

Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui total beban kerja perawat selama 24 jam dan nilai kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler. Desain penelitian deskriptif korelasi, jumlah subyek beban kerja 36 responden, pendokumentasian 134 rekam medis, dengan teknik

pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada pengaruh beban kerja dengan kelengkapan pendokumentasian keperawatan p value = 0,000 dan koefisien korelasi r = 0,758. Pengaturan yang lebih baik

terhadap beban kerja perawat diharapkan dapat memperbaiki hasil

pendokumentasian asuhan keperawatan.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh

perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan

dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosa, merencanakan

tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan atau implementasi,

serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada

klien (Hidayat, 2008). Hasil akhir dalam proses ini adalah menuliskan

proses asuhan keperawatan tersebut yaitu pendokumentasian.

Pendokumentasian keperawatan akhir-akhir ini disadari merupakan

bagian tidak terpisahkan dari perkembangan profesionalisme tenaga

keperawatan di berbagai tatanan pelayanan. Pendokumentasian juga

merupakan cermin fisik kemampuan tenaga keperawatan yang bekerja di

suatu sistem pelayanan kesehatan (Lismindar, 2000).

Dokumentasi keperawatan dalam bentuk dokumen asuhan

keperawatan merupakan salah satu alat pembuktian atas perbuatan perawat

selama menjalankan tugas pelayanan keperawatan. Dokumentasi asuhan

keperawatan menjadi hal ya ng penting sebagai alat bukti tanggung jawab

dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan tugasnya. Perawat

profesional dihadapkan pada suatu tuntutan tanggung jawab yang lebih

tinggi dan tanggung gugat setiap tindakan yang dilaksanakan. Artinya

(13)

terjadinya kesalahan-kesalahan (negligence) dengan melakukan pendekatan proses keperawatan dan pendokumentasian yang akurat dan

benar (Nursalam, 2009).

Walaupun dokumen asuhan keperawatan sangat diperlukan untuk

kepentingan pasien maupun perawat, akan tetapi pada kenyataannya

perlengkapan pengisian dokumen masih kurang perhatian sehingga masih

banyak dokumen asuhan keperawatan yang isinya belum lengkap. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen

keperawatan yang kurang baik, kurangnya memahami pentingnya fungsi

pendokumentasian keperawatan, malas, dan beban kerja yang diterima

kurang sesuai dengan insentif (Nursalam, 2009).

Salah satu permasalahan yang sering muncul dirumah sakit adalah

beban kerja perawat yang tidak seimbang. Sering kali manejer sulit untuk

mengetahui kualitas beban kerja karena informasi yang didapat berasal pada

keluhan-keluhan yang bersifat subjektif (Ilyas, 2004).

Analisa beban kerja perawat dapat dilihat berdasarkan aspek-aspek

tugas yang dijalankan menurut fungsi utamanya. Beberapa aspek yang

berhubungan dengan beban kerja tersebut adalah jumlah pasien yang harus

dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang diperoleh, shift

yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya yang sesuai dengan jam kerja

yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat

(14)

Beberapa rumah sakit di Indonesia, rata-rata jumlah tenaga perawat

dibanding dengan pasien tidak seimbang, karena pemerintah

membandingkan perawat dengan jumlah tempat tidur, bukan berdasarkan

pasien. Seperti halnya di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam

Malik Medan, yang menggunakan sistem pembagian tugas MAKP Tim,

merawat pasien rata-rata 33 orang per hari, dan perawat yang bertugas di

ruangan tersebut sebanyak 19 perawat pelaksana (sudah termasuk 3 ketua

tim). Sedangkan berdasarkan perhitungan Douglas, jumlah perawat yang

seharusnya dibutuhkan sebanyak 33 orang (29 perawat asosiate dan 4

perawat primer). Hal ini menunjukan tidak seimbangnya antara jumlah

perawat dengan jumlah pasien.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Ruang

Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan pada 27 April

2012, menunjukan bahwa sebanyak 54% dokumen asuhan keperawatan pada

pasien rawat inap tidak lengkap terutama pada bagian pengkajian, diagnosa,

dan evaluasi. Perawat banyak mengisi hanya pada kolom implementasi, hal

ini sangat beralasan karena implementasi merupakan monitoring kegiatan

yang telah dilakukan pada pasien.

Melalui wawancara dengan beberapa perawat yang bertugas,

ketidaklengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan tersebut

disebabkan beberapa kendala antara lain: penulisan dokumen yang menyita

waktu, beban kerja yang terlalu tinggi, dimana perawat tidak hanya

(15)

mengurus administrasi pasien, inventaris ruangan, dll). Beberapa perawat

dengan terus terang merasakan bahwa penulisan dokumentasi yang terlalu

dituntut akan berakibat berkurangnya waktu untuk pemberian pelayanan

langsung pada pasien. Hal ini menunjukan keterbatasan jumlah tenaga

perawat dan banyaknya beban kerja menjadi salah satu faktor kendala dalam

melakukan asuha n keperawatan secara optimal, terutama dalam kelengkapan

dokumentasi keperawatan di rumah sakit. Selain itu penulisan dokumentasi

juga tidak berpengaruh pada penghasilan (tidak ada reward).

Secara umum RSUP H. Adam Malik Medan, yang saat ini sedang

dipersiapkan untuk akreditasi internasional (JCI), dan disisi lain instalasi

Kardiovaskuler sebagai salah satu unit kerja unggulan yang akan

berkembang menjadi unit terintegrasi untuk pelayanan atau rujukan penyakit

sistem kardiovaskuler pada wilayah regional Sumatera (Cardiac Center)

seharusnya tidak lagi hanya berfokus pada masalah beban kerja perawat, dan

masalah pelaksanaan proses asuhan keperawatan, akan tetapi sudah pada

tingkatan mempertahankan atau meningkatkan mutu pelayanan terhadap

masyarakat.

Berkaitan dengan uraian tersebut di atas maka perlu dilakukan

penelitian dalam bentuk analisis tentang pengaruh beban kerja perawat

terhadap kelengkapan dokumentasi keperawatan di Ruang Rawat Inap

(16)

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka

perlu diketahui masalah-masalah terkait beban kerja perawat seperti

keluhan perawat, keluhan atau ketidakpuasan pasien, rata-rata lama

hari rawat (leght of stay), respon time yang panjang, tugas perawat yang tidak spesifik dan tugas-tugas tambahan. Dan juga untuk

mengetahui pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di

ruang Rawat Inap Kardiovaskuler, Instalasi Kardiovaskuler RSUP H.

Adam Malik Medan. Apakah beban kerja perawat yang terlalu tinggi

mengakibatkan pendokumentasian asuhan keperawatan terkendala

atau sebaliknya?

1.2.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah pengaruh beban kerja perawat terhadap

terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat

Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui total

beban kerja perawat selama 24 jam dan nilai kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap

(17)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi rata-rata beban kerja perawat di Ruang Rawat

Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Mengidentifikasi kelengkapan dokumentasi keperawatan di

Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan

pada seluruh tahap asuhan keperawatan, yang meliputi 24 aspek.

c. Melihat pengaruh beban kerja perawat terhadap terhadap

kelengkapan dokumentasi keperawatan di Ruang Rawat Inap

Kardiovaskuler RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Manajemen Rumah Sakit

Sebagai bahan bagi pembuat keputusan di rumah sakit untuk

dapat mengambil kebijakan mengatasi masalah- masalah yang menjadi

kendala terlaksananya pendokumentasian asuhan keperawatan yang

lengkap dan benar.

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi untuk

meningkatkan profesionalisme, sehingga mutu pelayanan atau proses

aplikasi asuhan keperawatan dapat berjalan sesuai dengan standar.

1.4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai bahan referensi untuk menambah wawasan dan

pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan tentang beban kerja

(18)

1.4.4 Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai data dasar bagi peneliti yang akan melakukan

penelitian dalam konteks ruang lingkup yang sama, sehingga sumber

dari setiap kutipan yang terdapat dalam penelitian ini dapat dijadikan

sebagai referensi dan pembanding dalam mengembangkan penelitian,

khususnya dalam meneliti tentang proses asuhan keperawatan, di

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dikemukakan teori dan konsep yang berhubungan

dengan masalah beban kerja dan proses asuhan keperawatan.

2.1. Beban Kerja Perawat

2.1.1 Defenisi Beban Kerja

Beban kerja merupakan volume kerja dari suatu unit (Gillies,

1989). Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas

yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit

pelayanan keperawatan. (Marquis dan Huston, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa beban

kerja adalah suatu kewajiban atau tanggung jawab yang harus

dipikul untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan standar

tertentu.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Beban Kerja Perawat

Pengelolaan tenaga kerja yang tidak direncanakan dengan baik

dapat menyebabkan keluhan yang subyektif, beban kerja semakin

berat, tidak efektif dan tidak efisien yang memungkinkan

ketidakpuasan bekerja yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya

kinerja dan produktivitas serta mutu pelayanan yang merosot

(20)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah

faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang dikutip oleh

Mangkunegara (2000).

a. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) seseorang terdiri

dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality

(Knowledge+Skill). Artinya seseorang yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan

terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari- hari, maka ia akan

lebih mudah mencapai kinerja ya ng diharapkan.

b. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang dalam

menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri seseorang yang terarah untuk mencapai tujuan

kerja.

Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong

seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara

maksimal. Mc Cleland (1987 dalam Mangkunegara, 2001),

berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara motif

berprestasi dengan pencapaian kinerja. Motif berprestasi adalah

suatu doronga n dalam diri seseorang untuk melakukan suatu

(21)

mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji.

Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari

seseorang yang memiliki motif berprestasi tinggi, yaitu:

1) Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.

2) Berani mengambil resiko.

3) Memiliki tujuan yang realistis.

4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk

merealisasi tujuannya.

5) Memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam seluruh

kegiatan kerja yang dilakukannya.

6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah

diprogramkan.

Berdasarkan pendapat tersebut seseorang akan mampu

mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motif berprestasi

tinggi. Motif berprestasi yang perlu dimiliki oleh seseorang harus

ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja (Sedarmayanti,

2001) adalah :

1) Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran

(shift work), bekerja dalam suatu tim.

2) Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan,

latihan dalam manajemen dan supervisi serta ketrampilan

(22)

3) Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan unit organisasi.

4) Manajemen kinerja/produktivitas yaitu manajemen yang

efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai

peningkatan prestasi kerja.

5) Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja.

6) Kreativitas dalam bekerja dan berada pada jalur yang benar

dalam bekerja.

Disamping hal tersebut diatas terdapat berbagai faktor yang

dapat mempengaruhi prestasi kerja/ produktivitas kerja antara

lain (Sedarmayanti, 2001) :

a. Sikap mental, berupa motivasi kerja, disiplin kerja dan etika

kerja.

b. Pendidikan

Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih

tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas.

c. Ketrampilan

Pada aspek tertentu apabila tenaga kerja semakin terampil,

maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas

kerja dengan baik. Tenaga kerja akan menjadi lebih terampil

apabila mempunyai kecakapan/ kemampuan/ ability dan

(23)

d. Manajemen

Sistem yang diterapkan oleh pimpinan kepada bawahannya,

apabila tepat akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi

sehingga kinerja bawahannya semakin meningkat.

e. Hubungan interpersonal

Dengan penerapan hubungan inter personal yang baik, maka

akan menciptakan ketenangan kerja, memberikan motivasi

kerja, sehingga prestasi kerja akan lebih baik dan menciptakan

hubungan kerja yang serasi dan dinamis, sehingga

menumbuhkan partisipasi aktif dalam meningkatkan kinerja

f. Tingkat penghasilan

Apabila tingkat penghasilan memadai, maka dapat

menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kerja.

g. Kebutuhan gizi dan kesehatan

Apabila tenaga kerja dapat dipenuhi kebutuhan gizi dan

berbadan sehat, maka akan lebih kuat bekerja dan semangat

yang tinggi dalam meningkatkan kualitas kerja.

b. Jaminan sosial

Jaminan sosial yang diberikan oleh pemerintah atau organisasi

kepada tenaga kerja dimaksudkan untuk meningkatkan

pengabdian dan semangat kerja. Apabila jaminan sosial tenaga

(24)

bekerja, sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang

dimiliki untuk meningkatkan kinerja.

c. Lingkungan dan iklim kerja

Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong tenaga

kerja senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab

untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik.

d. Sarana untuk bekerja/sarana produksi

Apabila sarana bekerja/ peralatan dan bahan yang digunakan

kurang baik bisa mengakibatkan pemborosan bahan, sehingga

akan bisa menurunkan kualitas.

e. Teknologi

Apabila tehnologi yang digunakan tepat dan lebih maju

tingkatannya, maka akan memungkinkan tepat waktu dalam

penyelesaian proses kegiatan, jumlah kegiatan yang dihasilkan

lebih banyak dan berkualitas, memperkecil terjadinya

pemborosan bahan.

f. Kesempatan berprestasi

Pegawai/ tenaga kerja yang bekerja tentu mengharapkan

peningkatan karier atau pengembangan potensi pribadi yang

nantinya akan bermanfaat baik bagi dirinya maupun

organisasi/institusi tempat bekerja.

Apabila terbuka untuk kesempatan berprestasi, maka akan

(25)

dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk

meningkatkan kinerjanya.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan, ha mpir selalu

dijumpai perawat melakukan kegiatan non keperawatan yang

tentunya dapat mengurangi waktu pelayanan keperawatan yang

seharusnya diberikan untuk pasien. Kegiatan non keperawatan yaitu

beberapa pekerjaan yang bukan menjadi tugas perawat tapi harus

dikerjakan, misalnya melakukan pekerjaan administrasi, pekerjaan

bidang tim kesehatan lain seperti melakukan tugas-tugas bidang

farmasi, dan pekerjaan dokter.

Nursalam (2009) menyebutkan, faktor internal yang

menghambat perkembangan peran perawat secara profesional

adalah sebagai berikut:

a. Anthetical terhadap perkembangan keperawatan.

Karena rendahnya dasar pendidikan profesi dan belum

dilaksanakan pendidikan keperawatan secara profesional,

perawat lebih cenderung untuk melaksanakan perannya secara

rutin dan menunggu perintah dokter. Mereka cenderung

menolak perubahan atau suatu yang baru dalam melaksanakan

perannya secara profesional.

b. Rendahnya rasa percaya diri.

Perawat belum mampu menjadikan dirinya sebagai sumber

(26)

disebabkan oleh rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang memadai, sehingga hal ini menempatkan

perawat sebagai second class citizen.

c. Kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan riset

keperawatan.

Pengetahuan dan ketrampilan perawat terhadap riset sangat

rendah. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya hasil riset di bidang

keperawatan hanya 10 % dari jumlah perawat yang mampu

melaksanakan riset. Rendahnya penguasaan riset sengat

berpengaruh terhadap perkembangan ilmu keperawatan.

d. Rendahnya gaji.

Gaji perawat yang kususnya bekerja di institusi pemerintah

dirasakan sangat rendah bila dibandingkan dengan negara lain.

Rendahnya gaji perawat berdampak terhadap kinerja perawat

dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional.

e. Perawat yang menduduki pimpinan di instansi kesehatan sangat

minim.

Masalah ini sangat berpengaruh terhadap terselenggaranya

pelayanan yang baik.

2.1.3 Analisis Beban Kerja Perawat

Sebuah pendekatan sistem bermanfaat di dalam menentukan

jumlah dan kategori pegawai keperawatan yang optimal bagi

(27)

kesehatan. Komponen dasar dalam setiap sistem adalah input,

proses, output, kontrol, dan umpan balik (Honson 1982 dalam

Gillies, 1996). Di dalam sebuah sistem untuk menetapkan

komposisi staf yang optimal, input bisa menyertakan informasi

mengenai rata-rata sensus harian, kebutuhan perawatan pasien, dan

kemampuan staf. Keluaran output bisa terdiri dari jumlah yang

dianjurkan dari masing- masing kategori pegawai yang dibutuhkan

untuk setiap unit (dengan sensus tertentu dan beban kerja yang

ditetapkan) dengan tanggal dan pergantian, jadwal libur atau

bekerja. (Gillies, 1996).

Untuk meningkatkan keefektifan susunan kepagawaian,

manajer perawat harus memperbaiki keseimbangan antara jumlah

pegawai yang ditugaskan dan beban kerja. Untuk mencapai

keseimbangan ini, manajer tersebut harus menduga secara akurat

volume kerja bagi unit cukup jauh kedepan dari masing- masing

perjalanan tugas supaya jumlah staf yang cukup dapat dikerjakan ke

pekerjaan (Gillies, 1996). Perkiraan kedepan beban kerja

keperawatan adalah suatu pekerjaan yang sulit karena banyak unit

kerja kesehatan mengalami adanya variasi jumlah dan jenis pasien

perbulan, minggu, dan harian untuk dirawat di dalam unit tertentu.

Misalnya, peningkatan jumlah perempuan di dalam pekerjaan

direkrut ke rumah sakit setelah sebuah penurunan mendadak di

(28)

Salah satu cara untuk mengurangi beban kerja perawat yang

terlalu tinggi adalah dengan menyediakan tenaga kerja yang cukup

baik kuantitas maupun kualitasnya sesuai dengan tuntutan kerja.

Semakin banyak pasien yang ditangani seorang perawat selama

periode waktu tertentu, maka semakin berat/besar beban kerja

perawat tersebut. Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat

dicapai salah satunya tergantung pada seimbangnya antara jumlah

tenaga perawat dengan beban kerjanya di suatu rumah sakit.

Selanjutnya, lebih banyak pasien yang ditangani seorang perawat

selama satu periode waktu, maka lebih besar beban kerja psikologi

perawat tersebut (Gilles, 1996).

2.1.4 Cara Mengukur Beban Kerja Perawat

Menghitung beban kerja dapat dilakukan dengan

mengobservasi apakah beban kerja dapat dilakukan dengan baik dan

tepat waktu oleh personel yang ada. Secara sederhana dapat dengan

menanyakan langsung kepada yang bertugas tentang beban kerja

yang dipangku saat ini (Ilyas, 2004).

Untuk menghitung beban kerja personel ada 3 cara yang

dapat digunakan (Ilyas, 2004), yaitu:

a. Work Sampling

Tehnik ini dikembangkan pada dunia industri utuk melihat

beban kerja yang dipangku oleh personel pada suatu unit,

(29)

dapat diamati hal- hal yang spesifik tentang pekerjaan sebagai

berikut:

1) Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu

jam kerja

2) Apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan

tugasnya pada waktu jam kerja

3) Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan

produktif atau tidak produktif

4) Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu, dan

schedule jam kerja

Untuk mendapatkan informasi tersebut, dapat dilakukan

survei tentang kerja personel tertentu, misalnya tenaga perawat

di rumah sakit. Yang menjadi pengamatan adalah aktivitas atau

kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat dalam

menjalankan tugasnya sehari- hari di ruang kerjanya (Ilyas,

2004).

Tahap yang dilaksanakan adalah: pertama, menentukan

jenis personel (misal: perawat rumah sakit). Kedua, bila jumlah

personelnya banyak, dilakukan pemilihan sampel. Ketiga,

membuat formulir daftar kegiatan perawat yang dapat

diklasifikasikan sebagai produktif dan tidak produktif. Keempat,

melatih cara pengamatan kerja dengan menggunakan work

(30)

2-15 menit. Makin tinggi tingkat mobilisasi pekerjaan yang

diamati, makin pendek waktu pengamatan (Ilyas, 2004).

b. Time and Motion Study

Tehnik ini mengamati dan mengikuti dengan cermat

tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel. Tehnik ini bukan

saja mendapatkan beban kerja personel, tetapi juga mengetahui

kualitas kerja persone l. Pada tehnik ini, kita harus menentukan

sampel dari perawat yang diklasifikasikan sebagai tenaga mahir

dengan cara purposive sampling. Kedua membuat formulir

daftar kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan sebagai

kegiatan profesional dan non-profesional ((Ilyas, 2004).

Pelaksana pengamatan haruslah mengetahui secara benar

tentang kompetensi dan fungsi perawat mahir. Tehnik ini dapat

digunakan untuk mengevaluasi kualitas suatu pelatihan atau

pendidikan bersertifikasi (Ilyas, 2004).

c. Mengkategorikan Jenis Kegiatan

Tehnik ini merupakan gabungan work sampling dan

motion study. Tehnik ini mengelompokkan kegiatan personel sesuai dengan tujuan penelitian itu sendiri (Ilyas, 2004). Jenis

kegiatan yang biasanya dikelompokkan adalah:

1) Kegiatan produktif dan non produktif

(31)

3) Kegiatan medis, medis administratif, medis, dan

medis administratif. Atau kegiatan keperawatan dan

non-keperawatan.

Analisis yang dihasilkan (Ilyas, 2004), sebagai berikut:

1) Deskripsi kegiatan-kegiatan menurut jenis dan alokasi

waktunya. Untuk pekerjaan yang bersifat medis, perawatan,

ataupun administratif, berapa waktu yang diperlukan untuk

setiap jenis kegiatan? Kemudian dihitung proporsi waktu

untuk masing- masing kegiatan selama jam kerja,

2) Pola kegiatan berkaitan dengan waktu kerja, kategori tenaga,

atau menurut karakteristik lain, seperti demografi dan sosial.

3) Kesesuaian beban kerja dengan jenis tenaga. Kesesuaian

beban kerja dianalisis dengan dengan jenis tenaga atau

beban kerja dihubungkan dengan umur, pendidikan, jenis

kelamin dan variabel lainnya.

4) Kualitas kerja pada time and motion study.kualitas kerja

merupakan tujuan yang paling penting. Selanjutnya dapat

dibuat daftar kegiatan dan rincian kualitas kegiatan perawat

yang mahir menjadi kompetensi untuk jenis tenaga tersebut.

d. Pencatatan Kegiatan Sendiri (Daily Log)

(32)

mulai masuk kerja hingga pulang. Penggunaan tehnik ini sangat

bergantung terhadap kerja sama dan kejujuran dari personel

yang sedang diteliti. Pendekatan ini sangat sederhana dan

murah. Yang menjadi masalah adalah kejujuran dalam menulis

kegiatan tersebut (Ilyas, 2004).

2.1.5 Kategorisasi Kegiatan Perawat

Pada kenyataannya aktifitas perawat selama bertugas sangat

dinamis, mulai dari melaksanakan asuhan keperawatan maupun

melaksanakan intervensi dari dokter atau tim kesehatan lain serta

aktifitas non keperawatan, bahkan aktifitas pribadi perawat juga ikut

diperhitungkan dalam alokasi waktu bekerja oleh seorang perawat.

Ada beberapa klasifikasi tindakan atau aktifitas perawat selama jam

bertugas, hal ini dapat digambarkan seperti berikut:

2.1.5.1 Kegiatan Perawatan Langsung (Kegiatan Langsung)

Secara garis besar, pekerjaan dalam bidang

perawatan langsung diantaranya adalah pengkajian,

pemeriksaan fisik, member makan pasien, memberikan

bantuan kesehatan pribadi; membantu si pasien ke atas

bejana sorong atau ke kamar kecil, mencatat tanda-tanda

vital pasien, mengukur tekanan nadi pusat dan tekanan

capillary wedge, membalikkan badan pasien, memindahkan si pasien dari kasur ke kursi roda dan dan kembali ke kasur,

(33)

mengurus oksigen dengan canulla, menyediakan

tracheobronchial toilet, memasukkan dan mengairi pipa nasigastrik, memasang kateter saluran kencing,

menganalisa contoh air kencing, merubah balutan luka,

menerapkan pembalut basah, memberikan drainase

postural, dan sebagainya (Gillies, 1996).

Dibawah ini adalah beberapa tindakan keperawatan

langsung yang diambil dari daftar kegiatan harian perawat

(BCP Instalasi Kardiovaskuler) di Ruang Rawat Inap

Kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan antara lain:

1. Kegiatan melakukan pengkajian individu.

2. Melakukan tindakan keperawatan dasar:

1) Menerima pasien baru

2) Memindahkan pasien

3) Memandikan pasien

4) Memasukkan obat suppositoria

5) Memantau dan mengukur tanda-tanda vital

6) Memasang infus

7) Memasang oksigen

8) Memasang oksigen masker

9) Memasang gudel

10) Melakukan suction (washing)

(34)

12) Membantu memberi makan

13) Memasang kateter urin/kondom

14) Memasang IV Line

15) Mengganti cairan infus

16) Memasang dan mengganti cairan infus pump

17) Memasang dan mengganti cairan syringe pump

18) Mengganti verband

19) Melakukan RJPO

20) Memasang NGT

21) Melakukan penyuluhan kesehatan

22) Merekam EKG 12 lead

23) Aff Sheat pasien post PCI

24) Memberikan obat nebulizer

25) Mencuci rambut pasien

26) Menggunting kuku

27) Membantu oral hygene

28) Memberi injeksi

3. Tindakan keperawatan kompleks

1) Mengobservasi perdarahan

2) Mengobservasi dehidrasi

3) Mengobservasi edema

4) Mengobservasi drainage

(35)

6) Mengobservasi abdomen nilai ascites

7) Mengobservasi vena leher nilai distensi

8) Mengobservasi gangguan sirkulasi

9) Mengobservasi abdomen nilai distensi

10) Mengobservasi dada nilai pernafasan

11) Mengobservasi deteksi skin test positif

12) Mengobservasi keluhan nyeri

13) Mengobservasi batuk dan karakternya

14) Mengobservasi terhadap pemberian obat

15) Mengobservasi kemampuan mobilitas

16) Mengobservasi terhadap muntah

17) Mengobservasi temporary pacemaker

18) Memasang cardiac monitor pada pasien

19) Memeriksa kecepatan pacing pacemaker

20) Memeriksa kecepatan aliran oksigen

2.1.5.2Kegiatan Perawatan Tidak Langsung (Kegiatan Tidak

Langsung)

Kategori ini melingkupi pekerjaan untuk membuat

dan menulis rencana perawatan, penghimpunan peralatan

dan perbekalan, melakukan pertemuan multidisipliner atau

koordinasi untuk kepentingan perawatan pasien dan

menindaklanjutinya, menulis catatan kemajuan pasien pada

(36)

menyusun rencana pelepasan pasien, dan melakukan aspek

lain dari perencanaan (Gillies, 1996).

2.1.5.3Kegiatan Non Keperawatan

Selain melaksanakan tugas keperawatan, perawat

juga dibebani tugas tambahan baru dan sering melakukan

kegiatan yang bukan fungsinya misalnya menangani

administrasi, keuangan dan lain- lain. Hal ini sejalan dengan

penelitian Depkes RI dan Universitas Indonesia (2005)

menyatakan bahwa sebagian besar perawat melaksanakan

tugas kebersihan, melakukan tugas administrasi dan

melakukan tugas non keperawatan hanya sebagian kecil

yang melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan

fungsinya. Banyaknya tugas-tugas non keperawatan yang

dikerjakan seorang menyebabkan rendahnya pencapaian

target kerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan

dan akan mempengaruhi mutu asuhan keperawatan.

Dari hasil wawancara dengan Kapokja di unit kerja

Rawat Inap Kardiovakuler, RSUP H. Adam Malik Medan,

ibu Ns. Sabarina Sitepu, S.Kep., diuraikan beberapa

rutinitas non keperawatan yang sehari- hari dikerjakan oleh

perawat adalah:

1. Administrasi asuransi pasien, dilakukan di awal masa

(37)

mengumpulkan berkas yang dibutuhkan dari

pasien/keluarganya dan mengantarkan berkas tesebut ke

loket pengelola asuransi pasien atau pihak manajemen.

2. Memberikan bantuan informasi mengenai administrasi

pelayanan sesuai ketentuan asuransi kesehatan yang

dimiliki pasien, dan alternatif jaminan asuransi bagi

pasien yang tidak mampu atau belum memiliki asuransi

kesehatan.

3. Mengajukan lembar permintaan setiap tindakan atau

pelayanan yang akan dilakukan terhadap pasien untuk

mendapat persetujuan dari pihak pengelola asuransi,

dimulai dari memeriksa kelengkapan yang menjadi

syaratnya dan mengantarkan berkas tersebut ke loket

pengelola asuransi atau pihak manajemen rumah sakit

4. Mengajukan lembar permintaan obat-obat tertentu

untuk disetujui oleh pihak manajemen rumah sakit

maupun pihak pengelola asuransi pasien.

5. Melaporkan kepada pihak pengelola asuransi, apabila

pasien akan keluar dari rumah sakit, dengan membawa

berkas yang dibutuhkan.

6. Mengadministrasikan permintaan obat-obatan.

(38)

8. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian obat yang

dikemas oleh Depo Farmasi dan mendistribusikan obat

tersebut untuk dikonsumsi oleh pasien.

9. Membersihkan, merapikan, tempat tidur pasien dan

mengganti alat tenun tempat tidur pasien.

10.Menertibkan pengunjung pasien, dalam hal ini perawat

biasanya menjelaskan tata tertib berkunjung, pintu

masuk bagi pengunjung, dan

memberitahukan/mengingatkan waktu berkunjung, dan

tata tertib lainnya.

11.Membantu pengunjung yang mencari tau keberadaan

pasien yang ingin dibesuk oleh pengunjung.

12.Melakukan perawatan terhadap fasilitas di ruang

perawatan, seperti tempat tidur, peralatan oksigen,

membersihkan lemari pasien.

13.Membuat kasa lipat (memotong kasa gulung besar, dan

melipat) dan mengadministrasikan sterilisasinya.

14.Mengamprah kebutuhan logistik harian, bulanan, dan

tahunan.

2.1.5.4 Kegiatan Pribadi

Seluruh aktifitas perawat yang mendapat alokasi

waktu pada jam bertugas yang bersifat

(39)

menerima/melakukan panggilan telepon pribadi,

mengobrol, membeli makanan/minuman, makan/minum,

membaca koran, ke toilet, dan beberapa kegiatan sejenis

lainnya masuk dalam kategori kegiatan pribadi perawat.

2.1.6 Kompe tensi Perawat Klinik Sesuai Area Kekhususan

Kompetensi perawat klinik sesuai area kekhususan

(Depkes, 2006) didasarkan pada tiga ranah berikut:

a. Praktik profesional, etis, legal, dan peka budaya.

Adalah kemampuan perawat untuk melaksanakan tindakan

keperawatan sesuai standar profesi keperawatan, berdasarkan

kode etik keperawatan, mentaati peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta memperhatikan budaya dan adat

istiadat klien/pasien.

b. Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan.

Adalah serangkaian kemampuan dalam mengelola dan

memberikan asuhan keperawatan kepada klien/pasien.

c. Pengembangan professional.

Adalah kemampuan perawat untuk menigkatkan pengetahuan

dan keterampilan diri serta keilmuan keperawatan.

Perawat klinik dibagi dalam lima kategori (Depkes, 2006):

1. Perawat Klinik I (PK I)

2. Perawat Klinik II (PK II)

(40)

4. Perawat Klinik IV (PK IV)

5. Perawat Klinik V (PK V)

Kompetensi Perawat di ruang Rawat Inap Kardiovaskuler

masih dalam masa transisi, saat data ini diambil, sistem kompetens i

perawat belum baku dan masih mengacu kepada Kompetensi

Perawat Klinik Medikal Bedah (Depkes, 2006).

Kompetensi Perawat Klinik Medikal Bedah (Depkes, 2006)

a. Perawat Klinik I

Praktik Profesional, Etis, Legal, dan Peka Budaya.

1. Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik

profesional

a. Bertanggung gugat dan bertanggung jawab terhadap

keputusan dan tindakan professional (perawat dapat

menjelaskan alasan secara ilmiah pada setiap tindakan

yang dilakukan).

b. Mengenal batas peran dan kompetensi diri (perawat

mengetahui batas kemampuannya sehingga tidak

melakukan tindakan diluar batas kemampuannya)

c. Merujuk atau mengkonsultasikan pada yang lebih ahli

(merujuk kepada perawat dengan kompetensi lebih

tinggi/tingkat kepakarannya)

2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik

(41)

a. Menghormati hak privasi klien/pasien. Misalnya:

memisahkan antara pasien laki- laki dan perempuan

b. Menghormati hak klien/pasien untuk memperoleh

informasi (perawat dapat memberi penjelasan tentang

hak-hak klien/pasien)

c. Menjamin kerahasiaan dan keamanan informasi tentang

status kesehatan klien/pasien (perawat tidak

menyebarkan informasi tentang klien/pasien kepada

yang tidak berhak)

d. Mengembangkan praktik keperawatan untuk dapat

memenuhi rasa aman dan menghargai martabat

klien/pasien.

e. Memberikan asuhan keperawatan dengan

memperhatikan budaya pasien (perawat memberikan

asuhan keperawatan dengan memperhatikan adat istiadat

dan budaya klien/pasien)

3. Melaksanakan praktik secara legal

a. Melaksanakan praktik sesuai kebijakan local dan

nasional.

b. Menunjukkan tindakan yang sesuai dengan regulasi yang

berlaku terkait praktik keperawatan/dan kode etik

(42)

Manajemen dan Pemberian Asuhan Keperawatan.

1. Melakukan pengkajian data keperawatan dasar

2. Melakukan tindakan keperawatan dasar meliputi:

a. Pemenuhan kebutuhan bernafas

b. Pemenuhan kebutuhan makan minum yang seimbang

c. Pemenuhan kebutuhan eliminasi urin

d. Pemenuhan kebutuhan eliminasi fecal

e. Pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan mempertahankan

posisi tubuh

f. Pemenuha n kebutuhan istirahat dan tidur

g. Pemenuhan kebutuhan untuk mempertahankan suhu

tubuh normal

h. Pemenuhan kebutuhan kebersihan tubuh dan penampilan

tubuh

i. Membantu menghindari bahaya dan cedera

j. Melakukan komunikasi terapeutik

k. Pemenuhan kebutuhan spiritual

l. Pemenuhan kebutuhan untuk beraktifitas

m.Pemenuhan kebutuhan rekreasi

n. Melakukan penkes/promosi kesehatan

o. Memberikan obat sederhana

p. Penanggulangan infeksi

(43)

4. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan

5. Melakukan dokumentasi keperawatan

6. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain

Pengembangan Professional.

1. Melaksanakan upaya peningkatan professional dalam

praktik keperawatan

Menggunakan hasil riset dalam praktik keperawatan

2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud

tanggung jawab profesi

a. Menegevaluasi kinerja praktik diri sendiri

b. Melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan ilmiah

keperawatan

b. Perawat Klinik II

Praktik Profesional, Etis, Legal, dan Peka Budaya.

1. Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik

professional

Kompetensi PK I

2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik

keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya

a. Kompetensi PK I

b. Menjalankan peran advokasi untuk melindungi hak-hak

manusia sebagai mana yang diuraikan dalam kode etik

(44)

klien/pasien dari tindakan yang dapat merugikan baik

fisik maupun material)

3. Melaksanakan praktik secara legal

a. Kompetensi PK I

b. Menunjukkan kegiatan yang sesuai dengan regulasi yang

berlaku terkait praktik keperawatan/dan kode

etikkeperawatan.

Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan.

1. Memahami konsep biomedik medical bedah dasar

2. Melakukan pengkajian data keperawatan medical bedah

dasar meliputi tanpa komplikasi

3. Menganalisa data dan menetapkan diagnose keperawatan,

menyusun rencana asuhan keperawatan yang

menggambarkan intervensi pada klien medical bedah dasar

tanpa komplikasi.

4. Melakukan tindakan keperawatan dasar pada 12 sistem

tubuh meliputi:

a. Sistem immun

b. Sistem respirasi

c. Sistem kardiovaskuler

d. Sistem hematologi

e. Sistem sensori

(45)

g. Sistem pencernaan

h. Sistem muskulo skeletal

i. Sistem urinaria

j. Sistem endokrin

k. Sistem integumen

l. Sistem reproduksi

5. Menggunakan komunikasi terapeutik

6. Membimbing PK I

Pengembangan professional.

1. Melaksanakan upaya peningkatan professional dalam

praktik keperawatan

a. Kompetensi PK II

b. Meningkatkan dan menjaga citra keperawatan

profesional

c. Memberikan kontribusi untuk pengembangan praktik

keperawatan profesional

2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud

tanggung jawab profesi

a. Kompetensi PK II

b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/mentor bagi

(46)

c. Perawat Klinik III

Praktik Profesional, Etis, Legal, dan Peka Budaya.

1. Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik

professional

Kompetensi PK II

2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik

keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya

a. Kompetensi PK II

b. Melibatkan diri secara aktif dalam pembuatan keputusan

etik secara efektif (perawat bertanggung jawab secara

moral untuk mengambil keputusan yang baik dan

menolak keputusan yang buruk dari teman sejawat dan

tenaga kesehatan lain)

c. Mengambil keputusan etik dan menentukan prioritas

dalam dalam kondisi perang, tindak kekerasan, konflik

dan situasi bencana alam (perawat bertanggung jawab

secara moral untuk mengambil keputusan yang baik dan

menolak keputusan yang buruk dari teman sejawat dan

tenaga kesehatan lain dalam situasi gawat darurat)

3. Melaksanakan praktik secara legal

Kompetensi PK II

Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan.

(47)

2. Melakukan pengkajian keperawatan kepada klien medikal

bedah dengan resiko/komplikasi pada 12 sistem tubuh secara

mandiri.

3. Menganalisa data dan menetapkan diagnose keperawatan

4. Menyusun rencana asuhan keperawatan yang

menggambarkan intervensi pada klien medikal bedah

dengan resiko/komplikasi pada 12 sistem tubuh.

5. Melakukan tindakan keperawatan dasar pada 12 sistem

tubuh dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Melakukan observasi

b. Melakukan pendidikan kesehatan

c. Melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik

d. Mengelola askep perioperatif mencakup keperawatan

keperawatan pra bedah, intra bedah, dan pasca bedah

sedang.

e. Melakukan tindakan kolaborasi

f. Melakukan rujukan keperawatan

6. Menggunakan komunikasi terapeutik

7. Membimbing PK II dan peserta didik

8. Mengidentifikasi hal- hal yang perlu diteliti lebih lanjut.

Pengembangan professional.

1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik

(48)

a. Kompetensi PK III

b. Menggunakan bukti yang absah dalam mengevaluasi

mutu praktik keperawatan

c. Berpartisipasi dalam meningkatkan mutu prosedur

penjamin mutu

2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud

tanggung jawab profesi

a. Kompetensi PK III

b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/mentor bagi PK

III

c. Menunjukkan tanggung jawab untuk pembelajaran

seumur hidup dan mempertahankan kompetensi

d. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing / mentor bagi

PK

e. Memberikan kontribusi pada pengembagan pendidikan

dan profesional peserta didik

f. Menunjukkan peran sebagai pembimbing/mentor yang

efektif

d. Perawat Klinik IV

Praktik Profesional, Etis, Legal, dan Peka Budaya.

1. Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik

(49)

Kompetensi PK III

2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik

keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya

Kompetensi PK III

3. Melaksanakan praktik secara legal

Kompetensi PK III

Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan.

1. Memahami konsep biomedik medikal bedah spesifik

2. Dapat melakukan asuhan keperawatan medikal bedah atau

sub spesialisasi secara mandiri pada salah satu sistem

a. Sistem imun

b. Sistem respirasi

c. Sistem kardiovaskuler

d. Sistem hematologi

e. Sistem sensori

f. Sistem neurologi

g. Sistem pencernaan

h. Sistem muskulo skeletal

i. Sistem urinaria

j. Sistem endokrin

k. Sistem integumen

(50)

3. Bertindak sebagai pembimbing pada jenjang PK III sesuai

dengan kekhususannya

4. Bertindak sebagai pendidik bagi pasien, keluarga, sesama

teman dan peserta didik.

5. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain

6. Menggunakan komunikasi terapeutik

7. Mampu sebagai konselor dalam bidang medikal bedah

khusus

8. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

9. Mengidentifikasi hal- hal yang perlu diteliti lebih lanjut

Pengembangan professional.

1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik

keperawatan

Kompetensi PK III

2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud

tanggung jawab profesi

a. Kompetensi PK III

b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/mentor bagi PK

(51)

e. Perawat Klinik V

Praktik Profesional, Etis, Legal, dan Peka Budaya.

1. Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik

professional

Kompetensi PK IV

2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik

keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya

Kompetensi PK IV

3. Melaksanakan praktik secara legal

Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan.

1. Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub

spesialisasi dalam lingkup medikal bedah

2. Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub

spesialisai dengan keputusan secara mandiri

3. Melakukan bimbingan bagi PK IV

4. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

5. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain

6. Melakukan konseling

7. Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga.

8. Menggunakan komunikasi terapeutik

9. Membimbing peserta didik dan keperawatan.

10.Berperan sebagai konsultan dalam lingkup bidangnya

(52)

Pengembangan professional.

1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik

keperawatan

Kompetensi PK IV

2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud

tanggung jawab profesi

Kompetensi PK IV

3. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing / mentor bagi PK

IV

2.2 Standar Asuhan Keperawatan

Standar Praktek keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (dikutip

Nursalam, 2002), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi.

2.2.1 Standar 1 : Pengkajian Keperawatan

Pengumpulan data tentang status kesehatan klien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan

data dapat diperoleh, dikomunikasikan dan dicatat.

Kriteri pengkajian meliputi:

1) Pengumpulan data dilakukan secara anamnesa, observasi,

pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.

2) Sumber data adalah klien, keluarga dan orang yang terkait, tim

(53)

Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi:

1) Satus kesehatan masa lalu

2) Satatus kesehatan saat ini

3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.

4) Respon terhadap terapi

5) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

6) Resiko tinggi masalah

2.2.2 Standard 2 : Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan

diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses pembuatan diagnosa

adalah:

1) Proses diagno sa terdiri dari analisa, interprestasi data, identifikasi

masalah, perumusan diagnosa

2) Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan

tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E)

3) Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lainnya untuk

memvalidasi diagnosa keperawatan

4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan

data tersebut.

2.2.3 Standard 3 : Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien, kriteria

(54)

1) Perencanaan terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan rencana

tindakan keperawatan

2) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan

3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan klien

4) Mendokumentasikan rencana keperawatan

2.2.4 Standard 4 : Implementasi Keperawatan

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi

dalam proses asuhan keperawatan, keriteria implementasi meliputi:

1) Bekerjasama dengan klien dalam melaksanakan tindakan

keperawatan

2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien

4) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga

mengenai konsep dan keterampilan asuhan diri, serta membantu

klien memodofikasi lingkungan yang digunakan

5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

berdasarkan respon klien.

2.2.5 Standard 5 : Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan

keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan

(55)

1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara

komprehensif, tepat waktu dan terus menerus

2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur kearah

pencapaian tujuan

3) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat

4) Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi

rencana asuhan keperawatan

5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut diatas

diharapkan mutu pelayanan keperawatan akan menjadi lebih baik.

2.3 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengertian Dokumentasi

Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/

aktivitas tertentu secara sah/legal. Pendokumentasian asuhan

keperawatan merupakan penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh

perawat tentang informasi kesehatan klien termasuk data pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan

(Carpenito, 1998).

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik tentang

respon klien dan perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan

oleh perawat baik secara mandiri maupun kolaborasi yang merupakan

(56)

2.3.2 Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Sebagai dokumen rahasia yang mencatat semua pelayanan

keperawatan klien, catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu

catatan bisnis dan hukum yang mempunyai banyak manfaat dan

penggunaan. Tujuan umum dari pendokumentasian adalah:

a) Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan

keperawatan dan mengevaluasi tindakan

b) Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika, hal ini

juga menyediakan: bukti kualitas asuhan keperawatan, bukti legal

dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien, informasi

terhadap perlindungan klien, bukti aplikasi standar praktik

keperawatan, sumber informasi stastik untuk standar dan riset

keperawatan, pengurangan biaya informasi, sumber informasi

untuk data yang harus dimasukan, komunikasi konsep resiko

tindakan keperawatan, informasi untuk murid, persepsi hak klien,

dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggung jawab etik dan

mempertahankan kerahasiaan informasi klien, suatu data keuangan

yang sesuai, data perencanaan pelayanan keseha tan dimasa akan

datang.

2.3.3 Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi

Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila

(57)

a) Hukum

Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi

resmi dan bernilai hukum yang nantinya dapat menjadi barang

bukti dipengadilan bila suatu saat dibutuhkan dan harus dibuka

didepan publik.

b) Jaminan mutu (kualitas pelayanan)

Pencatatan data yang akurat dan lengkap akan memberikan

kemudahan bagi perawat dalam membuat suatu rencanan tindakan

dan membantu menyelesaikan masalah klien

c) Komunikasi

Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap

masalah yang berkaitan dengan klien.

d) Keuangan

Dokumentasi dapat bernilai keuangan karena berhubungan dengan

pembiayaan keperawatan yang telah diberikan.

e) Pendidikan

Dokumentasi mengandung informasi yang dapat digunakan

sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi

keperawatan.

f) Penelitian

Dokumentasi mengandung informasi yang dapat digunakan

sebagai bahan riset dan penelitian dalam pengembangan profesi

(58)

g) Akreditasi

Dengan dokumentasi dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan

nantinya dapat disimpulkan tingkat keberhasilan tindakan.

2.3.4 Standard Dokumentasi

Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat digunakan

untuk memberikan pengarahan dan panduan dalam melakukan

dokumentasi proses keperawatan.

Dalam standar dokumentasi terdapat beberapa karakteristik,

diantaranya:

a) Perawat. Karakteristik ini memberikan panduan dalam

pertanggungjawaban profesional. Selain itu karakteristik ini dapat

meningkatkan kepuasan perawat dengan adanya protokol dalam

praktek keperawatan. Karakteristik ini juga memberikan kriteria

hasil yang dapat mengevaluasi asuhan keperawatan, serta

memberikan kerangka kerja bagi pendekatan sistematis untuk

pengambilan keputusan dan praktek keperawatan (Hidayat, 2008).

b) Klien. Karakteristik ini dapat memberitahu klien tentang ide-ide

mengenai; tanggung jawab kualitas asuhan keperawatan,

meningkatkan kepuasan klien dan merefleksikan hak klien. Selain

itu, karakteristik ini memberikan batasan pada klien tentang suatu

model pelayanan keperawatan, penetapan kebutuhan pelayanan

(59)

2.3.5 Metode Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Ada beberapa tipe pendokumentasian yang digunakan dalam

asuhan keperawatan, salah satu diantaranya adalah Problem Oriented

Medical Record (POMR) yang dibuat oleh Lawrence Weed pada tahun 1960 (Marelli, 2000). Metode pendokomentasian ini meliputi: data

dasar, masalah kesehatan, rencana pelayanan/asuhan termasuk catatan

perkembangan kesehatan klien.

Keuntungan dari metode pendokumentasian ini adalah lebih

efektif, efisien dan terorganisasi dengan baik.

a) Format pendokumentasian asuhan keperawatan

Setelah melakukan asuhan keperwatan perawat harus melakukan

tahapan berikutnya yaitu pendokumentasian asuhan keperawatan.

Format pendokumentasian ini terdiri dari: pengkajian,

perencanaan, implementasi, evaluasi, catatan perkembangan,

informasi kesehatan klien (24 jam) dalam tabel dan grafik,

ringkasan perpindahan klien, perencanaan pulang dan perawatan

dirumah.

b) Panduan pendokumentasian asuhan keperawatan

Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan harus mengikuti

ketentuan yang berlaku dan memenuhi prinsi-prinsip berikut:

(1) Content (isi)

(a) Berisi informasi yang lengkap, sesuai fakta, aktual dan

(60)

(b) Pencatatan data objektif dan bukan berdasarkan hasil

interprestasi

(c) Catat masalah klien sesuai kondisi, tindakan yang

dilakukan serta respon klien

(d) Dokumentasi hasil visite dokter

(e) Dokumentasi data klien sesuai standar yang berlaku secara

legal

(f) Dokumentasi hasil implementasi keperawatan berdasarkan

instruksi dokter dan tim kesehatan lain yang terlibat

(g) Catat tanggal, waktu dan nama dokter/tim kesehatan lain

yang memberikan instruksi

(2) Waktu

Catat dan laporkan hasil tindakan keperawatan sesuai

waktunya serta ikuti peraturan yang berlaku

(3) Format

Buat format sesuai standar dan menggunakan tata bahasa yang

baik dan benar yang dapat diterima semua pihak serta

mempunyai susunan yang sistematis

(4) Akuntabilitas

(a) Setiap intervensi yang dilakukan perawat harus dibubuhkan

tanda tangan

(61)

(c) Lengkapi pendokumentasian klien sebelum dikirim sebagai

medical record

c) Potensial masalah dalam pendokumentasian

(1) Content (isi) pendokumentasian (a) Tidak sesuai standard

(b) Tidak terkoordinasi dengan baik

(c) Tidak menunjukkan kebutuhan klien

(d) Informasi pengkajian klien/intervensi perawat sangat umum

(e) Data tidak lengkap atau tidak konsisten

(f) Intervensi tidak sesuai dengan instruksi

(2) Kesalahan dalam pendokumentasian

(a) Tulisan tangan yang berbeda dan tidak terbaca dengan jelas

(b) Tanggal, bulan dan jam tidak konsisten

(c) Tidak ada tanda tangan perawat yang melakukan tindakan

keperawatan

(d) Merubah instruksi tanpa izin dan tidak melakukan prosedur

yang benar.

2.3.6 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan

a) Pengkajian. Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan

pengkajian. Format sistematis, akurat dan valid sangat penting

untuk membandingkan perubahan kesehatan klien (Carpenito,

(62)

b) Perencanaan. Sesuai dengan standar perencanaan; identifikasi

masalah, merumuskan diagnosa, menetapkan tujuan dan hasil

yang diharapkan (Carpenito, 1998).

c) Implementasi. Adalah tindakan yang dilakukan terhadap klien,

baik tindakan keperawatan secara mandiri maupun tindakan

kolaborasi (Carpenito, 1998).

d) Evaluasi. Dapat dilakukan pada setiap tahapan proses

keperawatan; pengkajian, perencanaan dan implementasi

(Carpenito, 1998).

e) Catatan perkembangan. Format bervariasi dan dapat disesuaikan

dengan sistem yang ada. Prinsipnya adalah untuk menilai

perkembangan status kesehatan klein, apakah sesuai dengan

tujuan dan hasil yang diharapkan (Carpenito, 1998).

f) Informasi kesehatan klien. Berbentuk dalam tabel dan grafik

selama 24 jam antara lain kurva tanda-tanda vital, daftar

pemberian obat, intake-output cairan (Carpenito, 1998).

g) Ringkasan perpindahan klien. Ringkasan tentang legalitas

perpindahan klien antar institusi rumah sakit, ringkasan format

pelaporan meliputi lembaran data dasar demografi, orientasi

ruangan dan laporan klinis (Carpenito, 1998).

h) Perencanaan pulang. Format mencakup personal data klien, data

(63)

dokter yang merawat berikut ringkasan laporan klinis sesuai

kondisi klien, penyuluhan kesehatan (Carpenito, 1998).

i) Perawatan di rumah. Format pendokumentasian yang akan

melanjutkan perawatan dirumah klien bertujuan untuk

memberikan ringkasan/informasi perkembangan kesehatan klien

selama di RS, agar dokter/perawat/tim profesional lainnya yang

terlibat melanjutkan pengobatan/perawatan klien di rumah

(Carpenito, 1998).

2.3.7 Implikasi Legal Dalam Dokumentasi

a) Implikasi hukum dalam dokumentasi. Dokumentasi keperawatan

dikatakan mempunyai implikasi hukum apabila dokumentasi

tersebut diakui secara hukum dan dapat dijadikan bukti dalam

persidangan. Agar catatan tersebut benar-benar sesuai dengan

standar hukum maka sangat diperlukan aturan pencatatan, antara

lain: hendaknya mendasari hukum dan tuntutan malpraktek yang

mungkin melibatkan peran perawat, dapat memberi informasi

tentang komunikasi perawat dengan dokter dan intervensi

keperawatan yang telah dilakukan, memperhatikan fakta- fakta

secara tepat dan akurat (Hidayat, 2008).

b) Isu legal dan standar praktek. Menurut JCAHO standar

pendokumentasi yang dipakai meliputi: standar pengkajian awal,

(64)

rencana intervensi, asuhan keperawatan yang dilakukan, respon

klien terhadap kebutuhan perawatan (Carpenito, 1998)

Sebagai wujud kelegalan catatan keperawatan maka dalam

penulisan harus memenuhi syarat yaitu dlam penulisan tidak boleh

dihapus dengan menggunakan cairan penghapus, betulkan segera

bila ada kesalahan. Yang dicatat hanya fakta, jangan membuat

ruangan kosong dalam catatan keperawatan, tulis dengan tinta

yang jelas. Mulai mencatat dengan waktu (jam dan tanggal) dan

akhiri dengan tanda tangan (Hidayat, 2008).

2.3.8 Penilaian Kelengkapan Pendokumentasian

Berdasarkan Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan

Keperawatan di Rumah Sakit (DEPKES, 2005), penilaian terhadap

kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilihat dari

beberapa aspek, yaitu:

a) Pengkajian

(1) Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian

(2) Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritual)

(3) Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang

(4) Masalah disumuskan berdasarkan kesenjangan antara status

kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan

b) Diagnosa

(1) Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah

Gambar

Tabel 5.1.1  Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengaruh Beban Kerja
Tabel 5.1.2.1  Distribusi Frekuensi Waktu Kerja Perawat di Ruang
Tabel 5.1.2.2 Distribusi Frekuensi Beban Kerja Perawat di Ruang
Tabel 5.1.3.1 Tabel Distribusi Frekuensi Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Kardiovaskuler RSUP H
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua.Sifat remaja yang ingin memperoleh

[r]

Surat yang memberi perintah pada bank untuk membayar sejumlah uang kepada pihak penerima pembayaran

Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Klaten Tahun Anggaran

kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara Online melalui portal LPSE (http://lpse.jatengprov.go.id) kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa RSUD Kelet - Jepara,

PERANGKAT PENGOLAH DATA DAN KOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat bahwa setelah dilakukan evaluasi dokumen penawaran sesuai ketentuan yang berlaku, Perusahaan Saudara ditetapkan sebagai pemenang seleksi

[r]