• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2 Analisis Data

3.2.1 Rilisan Pers…

3.2.1.3 Level 3: Impact

Level terakhir dari PII untuk menganalisis press release Humas Polda Jatim adalah level impact. Level ini menganalisis outcome dan pencapaian dari press release. Level ini bisa diteliti dari apa yang terjadi setelah distribusi press release kepada media dan wartawan.

Polda Jatim memiliki kelompok wartawannya sendiri yang tergabung dalam Pokja (Kelompok Kerja). Di dalam lingkup itu, berkumpul 88 wartawan yang biasanya siap meliput dan mempublikasikan press release Polda Jatim. Lalu, setiap kali press release telah didistrubusikan, para wartawan itu akan mengirimkan link kepada Humas Polda Jatim demi kepentingan media monitoring.

Media monitoring itu istilah keren di dunia kehumasan dan PR untuk kliping berita.

Saat SMA dan kuliah, kliping berita ini biasanya dikerjakan untuk penelitian atau sekedar menyelesaikan tugas. Namun dalam pekerjaan, kliping berita atau media monitoring ini digunakan untuk laporan kepada pejabat yang lebih tinggi. Tak main-main, hasil dari media monitoring ini bisa jadi merupakan penentu keputusan, pengubah kebijakan dan

tujuan-tujuan lainnya yang lebih besar.

Tak heran, seorang humas akan melakukan banyak cara untuk meningkatkan hubungan medianya agar pemberitaan yang diperoleh sesuai yang diinginkan. Maka dengan begitu, hasil dari media monitoring juga baik.

Media monitoring sederhananya merupakan pengawasan atau pemantauan media.

Sebuah instansi atau perusahaan akan melakukan media monitoring untuk menghitung jumlah berita yang mencantumkan namanya. Berita itu dapat berisi hal negatif atau positif, yang jelas akan menerangkan bagaimana media memandang instansi atau perusahaan dan bagaimana media ingin menanamkan citra tersebut pada masyarakat.

Untuk melakukan evaluasi dan media monitoring, menurut Wardhani (2008:140 – 143) usaha-usaha yang dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung media 2. Posisi berita/tulisan

3. Melihat luas kolom/durasi siaran berita/tulisan 4. Menganalisis isi

Untuk poin kedua dan ketiga, Humas Polda Jatim tidak memandangnya sebagai sesuatu yang harus diperhatikan. Sebab, kebanyakan media yang meliput di sana dan yang

52

beritanya sering dimasukkan dalam laporan adalah media daring. Kalaupun ada media cetak, media televisi maupun radio yang meliput, luas kolom, durasi ataupun posisi berita juga tidak penting. Sebab, yang utama dari distribusi press release di Humas Polda Jatim adalah penyampaian informasi ke masyarakat luas dan bukannya intensitas penyebutan Polda Jatim dalam berita.

Hal ini jelas berbeda dengan instansi lainnya, terutama perusahaan-perusahaan berbasis profit, yang kuantitas penyebutan namanya dalam pemberitaan menjadi penting. Sebab, seperti halnya fungsi iklan, berita yang membawa nama perusahaan berpotensi meningkatkan brand awareness masyarakat terhadap produk perusahaan bersamaan dengan citra yang coba dibangun. Dalam kasus Polda Jatim, hal yang mereka perhatikan hanyalah penyampaian informasi ke masyarakat dan penguatan citra Polda sebagai pengayom rakyat.

Meski begitu, untuk poin pertama, Humas Polda Jatim memang menghitung jumlah media yang mendapat press release dan membandingkannya dengan link berita yang terkumpul. Dengan begitu, humas dapat mengetahui media mana yang meskipun telah mendapat distribusi press release, tetap tidak menerbitkan berita. Contoh dari media monitoring yang telah dilakukan Polda Jatim adalah sebagai berikut:

REKAPAN LINK MILLENIAL ROAD SAFETY FESTIVAL TANGGAL 17 MARET 2019

Tabel 2: Rekapan Link Media Monitoring

NO MEDIA MASSA BERITA LINK

1 FAKTUALNEWS 1. https://faktualnews.co/2019/03/17/puluhan-ribu- orang-ikuti-millennial-road-safety-festival-di-jembatan-suramadu/129324/ 2 METROHUKUM.COM 1. https://metrohukum.com/2019/03/17/gubernur- kohofifah-hadiri-langsung-millenial-road-safety-festival-naik-motor/ 3 OPSINEWS.COM 1. https://opsinews.com/kemeriahan-millenial-road-safety-festival-2019/ 4 LINGKARJATIM.COM 1. https://lingkarjatim.com/lingkar-utama/millennial- road-safety-festival-mrsf-2019-jembatan-suramadu-jadi-lautan-manusia/ 5 LENTARAINSPIRATIF 1. https://lenterainspiratif.com/2019/03/17/millenial-road-safety-festival-buat-jembatan-suramadu-padat/ 6 SUARA.COM 1. https://www.suara.com/otomotif/2019/03/18/073528 /millennial-road-safety-festival-2019-surabaya-pecahkan-rekor-muri 7 DERAPDESA.ID 1. https://derapdesa.id/hadiri-millennial-road-safety-festival-khofifah-naik-motor-matic-pertama-kali/

54

Media monitoring tersebut adalah media monitoring dari press release acara

“Milenial Road Safety”. Selain wartawan yang meliput press conference secara langsung, Humas Polda Jatim juga mendistribusikan press release lewat 2 grup chat khusus wartawan yang meliput kasus Polda Jatim yang menerima e-press release.

Mereka yang link-nya tertulis di media monitoring Humas Polda Jatim berjumlah 70% dari keseluruhan wartawan yang diundang melalui grup Pokja Polda Jatim yang berjumlah 88 wartawan. Itupun ada beberapa media di link yang tercantum yang sebenarnya bukan bagian dari Pokja Polda Jatim seperti Derapdesa.id, Opsinews, Gerbang News, Wartakum, Maduraindepth, Suksesinasional dan masih banyak lagi. Jadi, link berita bukanlah hasil kiriman wartawan seperti yang seharusnya dilakukan saat

mereka diundang, namun merupakan hasil pencarian humas sendiri.

Itupun, ada dua media yang tidak benar-benar meluangkan waktu untuk menulis dengan layak sebab berita yang dipublikasi sangat identik satu sama lainnya yang membuat peneliti curiga bahwa para wartawan media ini saling ‘mencontek’ berita.

Media itu adalah Times Indonesia dengan link

https://www.timesmadura.com/berita/67287/millenial-road-safety-festival-di-suramadu-pecahkan-tiga-rekor-muri yang ditulis oleh Doni Heriyanto dan Madura Corner dengan link

http://www.maduracorner.com/millenial-road-safety-festival-di-jembatan-suramadu-raih-penghargaan-muri/ yang ditulis oleh Riyan Mahesa. Keterangan yang tercantum pada kedua berita itu jelas menunjukan dua jurnalis yang berbeda. Namun, berita yang ditulis benar-benar sama, kata per kata.

Namun tentu saja, media-media tersebut jelas tidak terdaftar dalam Dewan Pers sehingga memang bisa diprediksi ketidakkredibelannya.

Selain itu, peneliti menemukan bahwa Detik.com, salah satu media yang mendapat atensi pimpinan Polda Jatim, menulis beberapa berita yang salah satunya bernada tidak sepositif berita lainnya. Berita dengan link https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4462242/apa-alasan-polisi-menggelar-mrsf-2019-di-jembatan-suramadu jelas menanyakan keputusan penutupan Jembatan Suramadu sebagai venue acara selama 6 jam penuh. Memang, isinya tidak terlalu memojokan dan jawaban Barung sangat jelas: untuk mengenalkan ikon Jawa Timur. Tapi tetap saja, Humas Polda Jatim memilih tidak memasukkannya dalam rekapan link berita. Padahal, sebagai media yang selalu menerima atensi lebih Polda Jatim, pemberitaan yang dilakukan Detik.com akan selalu diperhatikan dan dilaporkan.

Hal ini mengingatkan peneliti akan pertanyaan peneliti terhadap Humas Polda Jatim tentang apakah mereka selama ini pernah mengalami krisis dan pemberitaan yang tidak baik. Baur Mitra mengatakan:

“Tidak pernah. Kami selalu mengusahakan yang terbaik dan menjalin relasi yang bagus dengan wartawan. Jadi pemberitaannya tidak pernah jelek.”

Hanya saja, setelah melakukan penelusuran, peneliti menemukan beberapa kasus atas nama Polda Jatim seperti pemecatan dengan tidak hormat empat anggota polisi pada 2014 dan krisis SIM dan STNK pada 2015.

Sudah sangat lama memang, hanya saja peneliti berfikir ini bisa jadi manipulasi rekap link agar laporan bisa menyatakan bahwa pemberitaan terhadap Polda Jatim selalu

56

baik. Meski begitu, peneliti tidak bisa membuktikan lebih lanjut sebab hanya itu yang dapat peneliti kumpulkan selama masa penelitian.

Lalu, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, media monitoring yang dilakukan Humas Polda Jatim kebanyakan adalah media monitoring pada platform media daring. Untuk media cetak, biasanya wartawan akan membawa hasil koran atau majalah untuk diserahkan pada Divisi Penmas yang bertugas untuk berhubungan dengan wartawan secara langsung. Tapi, biasanya koran atau majalah itu hanya ditumpuk dan disimpan tanpa dikliping atau dianalisis.

Untuk outcome dari media televisi dan radio, kliping berita dilakukan dengan merekam. Meski begitu, tak ada data yang disimpan lebih dari sebulan. Kebanyakan dilakukan hanya untuk formalitas, tidak masuk ke dalam laporan dan akan dihapus setelah 30 hari atau bahkan kurang dari itu. Hal ini tentu akan menyulitkan saat data tersebut dibutuhkan. Padahal di perusahaan-perusahaan dan instansi lainnya, mereka akan mengusahakan simpanan digital di Cloud, Google Drive maupun platform penyimpanan digital lain yang akan mengamankan data selamanya.

Hanya saja, Humas Polda Jatim tetap tidak menyadari permasalahan-permasalahan tersebut sebab mereka tidak mencoba menganalisis media, berita maupun media monitoring yang ada (seperti pada poin terakhir di usaha evaluasi dan media

monitoring menurut Wardhani). Dengan begitu, media monitoring yang mereka lakukan

Banyak hal yang seharusnya turut dicantumkan dalam media monitoring daripada sekedar nama media dan link ke berita yang dipublikasi. Berikut peneliti berikan dua contoh media monitoring yang lengkap dan informasinya berguna:

Tabel 3: Contoh Media Monitoring 1

N o.

Topic Headli ne

Link/Screen Capture Media

Outlet Medi a Cha nnel Ton e 1 India’s Bhak wins Inaugu ral HOOQ Filmm akers Guild India’s Bhak wins Inaugu ral HOOQ Filmm akers Guild http://lifestyle.bisnis.com/read/2018 0504/254/791285/bhak-naskah-asal- india-menangi-hooq-filmmakers-guild Bisnis.c om Onli ne Posi tive 2 India’s Bhak wins Inaugu ral HOOQ Filmm akers Guild India’s Bhak wins Inaugu ral HOOQ Filmm akers Guild http://indonesia.shafaqna.com/ID/ID /6763596 Shafaqn a.com Onli ne Posi tive

58

Tabel 4: Contoh Media Monitoring 2

Gambar 7: Screenshot Berita untuk Media Monitoring

Kedua contoh di atas merupakan model media monitoring yang dijalankan oleh PT. Agrakom Para Relatika (AgrakomPR). Perusahaan ini merupakan konsultan PR di Jakarta Selatan yang melayani puluhan klien. AgrakomPR merupakan salah satu yang terbaik berdasar penghargaan yang pernah diraihnya, Agency of the Year 2010 dan klien-klien besar seperti HBO, Rumah Sakit Pondok Indah dan AIA. Jadi, peneliti fikir akan

Media Broadcastmagz.com

Date 27 July 2018

Headline Kwai Go Application Shares Motorcycle to the Creative Community in Bandung

Reporter Aan

Link http://www.broadcastmagz.com/aplikasi-kwai-go-bagi-bagi-motor-untuk-komunitas-kreatif-di-bandung/

Tone Positive

Summary Kwai Go reward the winner of “Kwai Go Berbagi Rezeki” event. Igun Supriatna, from Garut, received one Honda Beat. Gagan Gandara, Country Manager Kwai Go Indonesia added; “Kwai Koin is a real form of Kwai Go to give appreciation and support for the creative community in Indonesia to be able to benefit directly from the making of short videos.

baik jika apa yang telah dilakukan oleh AgrakomPR untuk media monitoring-nya dijadikan contoh dan standar Humas Polda Jatim dalam membuat media monitoring-nya sendiri. Meski, tentu saja harus ada penyesuaian sana-sini demi kebutuhan Polda Jatim, terutama dengan mengubah penulisan contoh di atas dengan Bahasa Indonesia.

Contoh pertama mungkin adalah yang paling cocok dengan monitoring di Humas Polda Jatim sebab contoh ini dapat memuat banyak data dan lebih mudah dibuat. Contoh media monitoring ini dapat menganalisis apakah citra Polda Jatim di pemberitaan bernada

positif atau negatif. Lagipula, media monitoring ini dapat diisi dengan berbagai platform media. Jika yang dilaporkan adalah cetak atau televisi, sang pembuat media monitoring dapat mencantumkan screenshot saja. Jika medianya adalah radio, dapat ditulis kutipan di mana penyiar menyebut Polda Jatim.

Contoh kedua merupakan contoh media monitoring paling ideal dan lengkap. Namun, contoh ini tidak cocok dengan berita yang masif. Hanya saja, Humas Polda Jatim dapat menggunakannya untuk berita-berita sangat penting dan saat berita yang dipublikasi tidak melibatkan banyak media. Sebab, media monitoring semacam ini memudahkan Polda Jatim untuk melihat simpulan isi, nada berita, siapa jurnalis yang menulis dan bahkan tampilan berita.

Selain itu, kesalahan fatal yang umum dilakukan di Humas Polda Jatim adalah pengerjaan job description yang membingungkan. Sejak tadi, peneliti berbicara tentang bagaimana Penmas membuat media monitoring dari distribusi press release. Hal ini mungkin bisa dimaklumi sebab mereka yang bergerak di Penmas bersentuhan langsung

60

dengan wartawan dan semua outcome dari wartawan dikirimkan ke Penmas. Hanya saja, ternyata ada divisi khusus media monitoring di Polda Jatim.

Format dari divisi media monitoring di divisi ini sebenarnya tak jauh berbeda. Setiap hari, mereka akan mengkliping sekitar 7 – 10 berita daring dari berbagai sumber. Namun ada lima media yang utamanya sangat diperhatikan: Jatimnow.com, Beritajatim.com, Antaranews.com, Detik.com dan Surya.

Sedang untuk media cetak, mereka akan mengumpulkan sekitar 5 – 6 berita per hari. Surat kabar yang digunakan adalah surat kabar yang telah sangat dipercaya oeh divisi monitoring media, yakni: Sindo, Jawa Pos, Memo, Radar, Surabaya Pagi dan Kompas. Berikut salah satu hasil media monitoring yang peneliti potret untuk media cetak:

Sedangkan untuk media televisi dan radio, divisi media monitoring ini tidak menyimpan data apapun. Sebab, mereka berpendapat jika itu bukanlah tugas yang diamanatkan pada mereka. Sayangnya, divisi ini tidak berhubungan sama sekali dengan Penmas dan media monitoring yang mereka lakukan tidak ada sangkut-pautnya dengan press release yang didistribusikan oleh Penmas. Padahal, menurut struktur dan job

description, divisi media monitoring haruslah bertanggungjawab terhadap semua media

monitoring dan penyimpanannya.

Hal ini disebabkan tak adanya kerjasama antara sub bagian sehingga kerja Humas Polda Jatim menjadi agak berantakan dan menimbulkan job description yang membingungkan. Tak heran, jika ada press release yang keluar, orang-orang yang mengetahuinya hanyalah bagian Penmas saja. Sedang yang lainnya bahkan tak mengerti kasus apa yang sedang Polda Jatim tangani.

Tak hanya itu, kekurangan lain dari media monitoring di Humas Polda Jatim adalah konvensionalisme, jadi data yang ada sering hilang dan tidak terorganisir. Kalaupun disimpan di komputer, foldernya tidak rapi dan seringkali tidak mudah ditemukan. Ditambah, para pejabat-pejabat tinggi yang berkepentingan terhadap media monitoring dan laporan lainnya lebih memilih hard copy sehingga begitu laporan tersebut dikirimkan, Humas Polda Jatim tak lagi memiliki laporan dan media monitoring itu sendiri. Sebab jelas, mereka tak menyimpannya di komputer dan menyiapkan hanya satu hard copy yang pada akhirnya jatuh ke tangan pejabat tinggi.

62

Dokumen terkait