• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Evaluatif Media Relations Divisi Hubungan Masyarakat. Polisi Daerah Jawa Timur SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Evaluatif Media Relations Divisi Hubungan Masyarakat. Polisi Daerah Jawa Timur SKRIPSI"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Almamater Wartawan Surabaya” untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh:

ANNISA NURUL FITRI HOLLE NPM: 15.01.0126

KEKHUSUSAN: PUBLIC RELATIONS

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA

(2)

XI

Abstrak

Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim), pusat kepolisian Jawa Timur sekaligus yang terbesar di Surabaya merupakan salah satu sumber utama berita berbagai media. Tak heran jika penyantuman Polda Jatim sebagai narasumber dapat mencapai 20-30 berita daring per hari selama Januari – Maret 2019 menurut mesin pencarian Google. Begitu intensnya hubungan media di Humas Polda Jatim membuat peneliti ingin menggali seperti apa sebenarnya proses yang terjadi. Itulah yang melatarbelakangi penelitian “Studi Evaluatif Media Relations di Humas Polda Jatim”. Tujuannya nanti adalah perbaikan atas media relations di divisi Polda Jatim tersebut. Penelitian ini menggunakan studi evaluatif dengan model PII (Preparation, Implementation, Impact) dari Cutlip, Center dan Broom untuk mencaritahu kelebihan, kekurangan serta solusi untuk suatu masalah pada program yang berhubungan dengan hubungan media antara humas dan kolega pers. Nantinya, penelitian ini akan ditulis menggunakan metode kualitatif deskripstif dengan penggalian data berupa observasi serta wawancara. Dari penjelasan singkat, peneliti menemukan bahwa hubungan antara keduanya memang erat dan merupakan sebuah simbiosis mutualisme. Namun, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dan diperbaiki seperti pengetahuan anggota humas atas dunia jurnalistik, ketiadaan pelatihan kehumasan, teknik menulis rilis yang tidak memadai, praktik pemberian uang kepada wartawan serta media monitoring yang tak banyak membantu program hubungan media Humas Polda Jatim. Kata kunci: Humas Polda Jatim, Studi Evaluatif, Model PII, Hubungan Media

(3)

XII

Abstract

The East Java Regional Police (Polda Jatim), East Java police center as well as the largest in Surabaya, is one of the main sources of various media news. Not surprisingly, East Java Regional Police as a resource person can reach 20-30 online news per day during January - March 2019 according to the Google search engine. The intense media relations at the Public Relations of East Java Regional Police has made researcher wants to explore how the process actually happened. That is what lies behind the research "Evaluative Study of Media Relations in Public Relations of East Java Regional Police". The goal will be to improve media relations in the East Java Regional Police division. This study used evaluative studies with Cutlip, Center and Broom's PII (Preparation, Implementation, Impact) model to find out the advantages, disadvantages and solutions to a problem in a program related to media relations between public relations and press crews. Later, this research will be written using descriptive qualitative methods by extracting data in the form of observations and interviews. From a brief explanation, the researcher found that the relationship between the two is indeed close and is a symbiosis of mutualism. However, there are a number of things that need to be considered and corrected such as members' knowledge of the world of journalism, the absence of public relations training, techniques for making inadequate releases, money supply for journalists and useless media monitoring that requires a lot of assistance in the East Java Regional Police Public Relations program.

Keywords: Public Relations of East Java Regional Police, Evaluative Study, Model PII, Media Relations

(4)

xi

DAFTAR ISI

Judul………... i

Persetujuan Pembimbing Skripsi…………...………..ii

Pengesahan Tim Penguji Skripsi……….iii

Pernyataan Orisinalitas………...iv Motto………...v Abstrak...vi Kata Pengantar...vii Daftar Isi...xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah...6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian...6

1.3.2 Manfaat Teoritis...6

1.3.3 Manfaat Praktis...6

1.4 Kajian Pustaka 1.4.1 Humas (Hubungan Masyarakat)...6

1.4.2 Publisitas………...7

1.4.3 Media Relations/Hubungan Media...7

1.4.4 Effective Media Relations………...8

1.4.5 Kode Etik PR………..……8

1.4.6 Studi Evaluatif...12

1.4.7 Model Evaluasi...12

(5)

xii

1.6.1 Metode Penelitian………..………15

1.6.2 Jenis dan Sumber Data……….………..15

1.6.3 Waktu dan Tempat Penelitian………15

1.6.4 Teknik Pengumpulan dan Pencatatan Data………...………..16

1.6.5 Teknik Analisis dan Interpretasi Data………16

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Sejarah...18

2.2 Gambaran Umum Bidhumas Polda Jatim………..………..19

2.3 Visi Bidhumas Polda Jatim...19

2.4 Misi Bidhumas Polda Jatim………...20

2.5 Makna Logo Bidhumas Polda Jatim...21

2.6 Struktur Organisasi Bidhumas Polda Jatim...24

2.7 Tugas Pokok dan Fungsinya...25

2.7.1 Jenis Usaha Serta Tugas Pokok dan Fungsinya...25

2.7.2 Fungsi Bidhumas Polda Jatim...25

(6)

xiii BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

3.1 Penyajian Data……….………27 3.2 Analisis Data………28 3.2.1 Rilisan Pers…...28 3.2.1.1 Level 1: Preparation...29 3.2.1.2 Level 2: Implementation...36 3.2.1.3 Level 3: Impact...50 3.2.2 Konferensi Pers...62 3.2.2.1 Level 1: Preparation...63 3.2.2.2 Level 2: Implementation...70 3.2.2.3 Level 3: Impact...73

3.2.3 Kerjasama (MoU) dengan Media...77

3.2.3.1 Level 1: Preparation...79 3.2.3.2 Level 2: Implementation...85 3.2.3.3 Level 3: Impact...87 BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan………..…89 4.2 Saran……….91

4.2.1 Saran untuk Humas Polda Jatim………...91

4.2.2 Saran Penelitian………91 DAFTAR PUSTAKA

(7)

xiv

Tabel 1: Level PII untuk Rilisan Pers………..………..29

Tabel 2: Rekapan Link Media Monitoring………...………..53

Table 3: Contoh Media Monitoring 1………...……….57

Tabel 4: Contoh Media Monitoring 2………...……….58

Tabel 5: Level PII untuk Konferensi Pers………..………63

Tabel 6: Level PII untuk MoU dengan Media………...78

DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Kerangka Berpikir……….……….14

Bagan 2: Struktur Organisasi Humas Polda Jatim……….24

Bagan 3: Struktur Organisasi Subbidang Penerangan Masyarakat (Penmas)………...24

(8)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Logo Bidhumas Polda Jatim………...……….21

Gambar 2: Rilisan Pers Humas Polda Jatim 21 Maret 2019………..35

Gambar 3: Rilisan Pers Humas Polda Jatim 11 Maret 2019 (1)………37

Gambar 4: Rilisan Pers Humas Polda Jatim 11 Maret 2019 (2)………...…….38

Gambar 5: Rilisan Pers Pemerintah Kota Surabaya 23 April 2019………...………43

Gambar 6: Rilisan Pers Humas Polda Jatim 11 Januari 2019………...……….46

Gambar 7: Screenshot Berita untuk Media Monitoring………….………58

Gambar 8: Media Monitoring Cetak……….……….60

Gambar 9: Rancangan Kegiatan Humas Polda Jatim………79

Gambar 10: Laporan Kegiatan Humas Polda Jatim………...………80

(9)

vii

Puji syukur peneliti ucapkan pada Allah SWT atas segala nikmat dan kemudahan yang diberikan dalam semua proses yang peneliti lalui selama kuliah di Stikosa-AWS sampai tahap menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih, Penulis Skenario Luar Biasa Kehidupan, yang telah merangkai jalan takdir sedemikian rupa. Alhamdulillah, terima kasih untuk nafas dan semua toleransi dosa-dosa. Terima kasih atas doa-doa yang diijabah, jendela-jendela jalan keluar yang terbuka saat pintu-pintu dunia tertutup dan atas kejutan-kejutan tak terduga. Terima kasih, Ya Allah, atas kekuatan untuk memilih dan bertahan di saat sulit. Maaf, karena lebih sering mengingkari daripada menghitung berkah yang sudah dimiliki.

Tak lupa juga shalawat dan salam peneliti lantunkan kepada Rasulullah SAW, pembawa cahaya dan inspirasi umat. Terima kasih atas segala ajaran kebajikan juga kebijakan.

Bertahun-bertahun bangun pagi untuk masuk kelas, ditambah berbulan-bulan penuh frustasi dan perjuangan menyelesaikan skripsi ini mengingatkan peneliti betapa kerdil manusia dibandingkan seluruh ilmu alam semesta yang tak akan habis dipelajari. Skripsi ini merupakan setitik aplikasi kecil dari ilmu komunikasi yang telah peneliti dapat selama kuliah. Besar harapan peneliti agar hasilnya dapat bermanfaat dan berguna.

Untuk itu, izinkan peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang besar kepada:

1) Dua malaikat pelindungku di dunia, mama Hulliyah Holle dan papa Ziadi Azies Holle. Terima kasih atas doa-doa yang terlantun di setiap hela nafas, tahun-tahun panjang penuh jihad, malam-malam melelahkan tanpa istirahat, dan tangis diam-diam di titik-titik saat beberapa hal jadi tak tertahankan. Terima kasih untuk ajaran serta filosofi kehidupan lewat debat-debat panjang, pertengkaran-pertengkaran dan kemarahan akibat kelalaian. Terima

(10)

viii

kasih untuk segala penerimaan, kepercayaan, dukungan, cinta dan rasa bangga yang selalu diperlihatkan bahkan untuk hal paling kecil sekalipun. Terima kasih sudah mau bersabar dan mengikhlaskan anak-anak Mama dan Papa untuk merantau jauh sejak 12 tahun lalu (hitungan tahun-tahun itu sepertinya masih akan berlanjut), semoga jihad pengembaraan ilmu ini tidak sia-sia dan bermanfaat untuk semesta. Mama juga Papa adalah satu karunia sekaligus kebahagiaan besar Allah yang seringkali Nia lupa untuk syukuri. Terima kasih, maaf untuk semua kata-kata juga perilaku kasar selama ini. Nia sayang kalian. Semoga Allah membahagiakan, menyehatkan dan mengizinkan kita hidup dengan mulia untuk waktu yang lama.

2) Adikku, Anas “Aman” Abdurrahman Holle, si bungsu super tsundere yang irit ngomong tapi selalu tahu kata yang tepat untuk kasih dukungan mental. Terima kasih sudah mau dengar (walau dengan seperempat hati) curhat-curhat tak masuk akal tentang EXO, BTS dan Skandar Keynes. Terima kasih sudah menahan lidah untuk tidak meledek kemampuan ana mencari jodoh dan kesabaran ente untuk tidak mendahului. Yang paling utama, terima kasih untuk kemurahan hati ente bagi-bagi uang waktu Mama sama Papa belum bisa kasih. Terima kasih sudah jadi adik ana. Semoga Allah menetapkan kita sebagai orang-orang sukses dunia akhirat yang membanggakan orang tua dan diingat sebagai manusia-manusia hebat.

3) Ibu Dra. Puasini Aprilyantini M.Si selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas kesabaran untuk setiap kengeyelan yang peneliti tunjukkan selama bimbingan. Terima kasih sudah menyempatkan diri mengoreksi skripsi ini di tengah tugas lain yang menumpuk. Terima kasih atas pesan tengah malam, pengingat dan penyemangat agar bisa wisuda tepat waktu. Semoga Allah membalas semua itu nanti.

(11)

ix

dosen beserta staf kampus. Terima kasih untuk ilmu dan pengabdiannya selama ini. 5) Dua dosen panutan peneliti: ibu Suprihatin, S.Pd., M. Med. Kom. dan bapak Zainal Arifin

Emka, M.Si. Terima kasih untuk diskusi-diskusi random, buku-buku juga jurnal, serta motivasi untuk melampui kemampuan diri. Terima kasih untuk setiap jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan. Bertahun-tahun yang akan datang, semoga kita masih bisa menjalin silaturrahmi yang seperti ini.

6) Teman-teman angkatan 2015 yang telah melewati tahun-tahun yang nano-nano ini bersama. Terima kasih Nur buat traktiran-traktiran penuh pengertian untuk anak kos ini. Terima kasih Sintia dan Indi atas jalan-jalan tanpa tujuan juga penyambutan setiap kali peneliti datang ke rumah demi kue-kue gratis. Terima kasih Greatha, Nadila, Rani juga Qoonita untuk nyinyiran tak sehatnya. Hari-hari di masa depan saat kita bertemu setelah menyandang gelar sarjana, kita akan bertatapmuka sebagai warga negara luar biasa. 7) Keluarga besar Pers Mahasiswa Acta Surya, terima kasih atas pengalaman yang tidak akan

didapat di dalam dinding-dinding sempit kelas. Terima kasih untuk rapat hingga tengah malam, persoalan organisasi yang penuh drama juga sesi menyunting naskah yang menguras otak. Terima kasih yang utama tertuju pada kawan-kawanku angkatan Panjebar Semangat (Amm, Pita, Ebi, Andhi, Surya dan Darso) yang ikut berpusing-pusing ria dalam berorganisasi. #ActaSurya #YaatauTidakSamaSekali

8) Keluargaku yang lainnya di PRC (Public Relations Community), terima kasih untuk kelas-kelas juga kunjungan yang menambah wawasan. Terima kasih untuk ilmu PR serta ajaran bagaimana bermuka dua yang baik dan benar. Tak lupa juga terima kasih terbesar untuk Angkatan 2015 PRC yang super kece (Ferdy, Jainal, Intan dan Dinda yang selalu available

(12)

x

buat adik-adik kita). Terima kasih sudah mau menderita bersama melalui masa organisasi tanpa sekretariat juga masalah-masalah lain yang mungkin lebih baik hanya disinggung di grup WA. Tetap kuat, fam!

9) Kakak-kakak ketemu gedeku tersayang: Kak Hil yang laptop-nya rela dipinjam setahun, Kak Els yang suka kasih hadiah lipstick yang tak pernah terpakai (maaf!), Kak Titis yang selalu kasih kayu bakar ke self-esteemku. Terima kasih untuk kejutan ulang tahun yang gak terlalu ngejutin, traktiran, telinga yang siap buat keluhan juga pengingat buat jangan betah menjomblo lama. Terima kasih selalu ada. Love you!

10) Untuk instrumen penyemangat peneliti: pacar khayalan, novel-novel, e-book, Wattpad, YouTube, Drama Korea juga K-Pop. Kalian senyata vanilla milkshake walaupun orang lain pasti bilang kalau kalian hanya sekedar imaji.

11) Untuk diriku dari masa lalu. Terima kasih sudah berjihad selama empat tahun di kampus. Terima kasih sudah berusaha mengabaikan godaan-godaan untuk kabur ke dimensi lain waktu menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih sudah mempertahankan mimpi juga cita-cita yang rasanya makin lama makin pudar saja. Lima tahun dari sekarang, pastikan kamu sudah jadi seseorang yang hebat!

Surabaya, 27 Juni 2019 Peneliti,

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ada yang menarik saat peneliti menemukan sebuah novel berjudul No Mopes Allowed: A Small Town Police Chief Rants and Babbles about Hugs and High Fives, Meth Busts, Internet Celebrity, and Other Adventures (Tak Ada Kemuraman yang Diperbolehkan: Kata-kata Kasar Kepala Polisi Kota Kecil dan Ocehan Tentang Pelukan juga Tos, Maraknya Sabu-sabu, Selebriti Internet dan Petualangan Lainnya) karya David Oliver. Novel ini berisi cerita tentang segala hal yang dilakukan seorang polisi dari kota kecil.

Dalam satu halaman, peneliti menemukan quote dari salah satu karakternya, Will Rogers.

“We don’t give our criminals punishment, but we sure give ‘em plenty of publicity.” “Kami tak memberi kriminal kami hukuman, tapi kami pasti memberi mereka banyak

publisitas.”

Jelas saja, apa hukuman yang lebih menyedihkan daripada pengucilan masyarakat dan kesadaran bahwa selamanya ia akan dicap sebagai seorang penjahat? Ditembak dengan pistol pasti akan jauh lebih baik daripada harus berhadapan dengan kemarahan publik.

Dari kata-kata Will Rogers saja, bisa terlihat bahwa publisitas sudah menjadi hal yang sangat diperlukan dalam berbagai aspek, termasuk dalam dunia kepolisian. Jadi, dunia

(14)

2

kepolisian kini tak hanya berpusat pada kriminalitas namun juga publisitas. Publisitas menurut Herbert M. Baus adalah pesan yang direncanakan, dieksekusi, dan didistribusikan melalui media tertentu untuk memenuhi kepentingan publiknya tanpa membayar pada media. Publisitas ini umumnya merupakan bagian dari pekerjaan seorang humas (hubungan masyarakat) dari setiap perusahaan maupun institusi. Menyunting dari Edward L. Bernays, definisi humas terbagi menjadi tiga pengertian:

1) Memberi penerangan kepada masyarakat

2) Pembujukan langsung terhadap masyarakat guna mengubah sikap dan tindakan.

3) Usaha-usaha mengintegrasikan sikap dan tindakan dari permasalahan dengan masyarakat dan dari masyarakat terhadap permasalahannya. Dalam novel David Oliver sebelumnya, publisitas jelas dilakukan oleh departemen humas kepolisian dan dipublikasikan oleh media. Tak berbeda sebenarnya dengan kepolisian Indonesia sendiri, yang membentuk divisi humas di setiap satuannya.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin menggunakan Humas Polisi Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) sebagai objek. Polda Jatim merupakan markas kepolisian tertinggi di Jawa Timur yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani 116, Kota Surabaya. Polda Jatim merupakan polda dengan klasifikasi A yang berarti pejabat kepala kepolisian daerahnya haruslah seorang perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal Polisi.

Menurut Anev (Analisi dan Evaluasi) Akhir Tahun 2018, Polda Jatim telah berhasil menyelesaikan 70 kasus kejahatan transnasional, 8 kejahatan berpotensi kontijensi dan

(15)

5.479 kejahatan konvensional. Tak heran jika pada 3 Mei 2018 lalu, Polda Jatim diberikan Penghargaan Pelaksana Terbaik Satgas Nusantara oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Selain karena capaian di atas, peneliti mengambil Polda Jatim sebagai objek penelitian karena sudah menjadi pemahaman umum jika Polda Jatim merupakan sumber berita bagi banyak wartawan. Hampir di semua pemberitaan yang dipublikasi oleh media (terutama yang memuat kriminalitas dan pidana), akan memuat Polda Jatim sebagai salah satu narasumber. Hal ini terbukti dengan munculnya 20-30 berita per hari di media daring (berdasarkan mesin pencari Google pada tool berita) yang menuliskan informasi Polda Jatim sebagai bahan berita. Angka tersebut adalah hasil temuan peneliti selama tiga bulan sejak Januari hingga Maret. Data ini baru berasal dari media daring, lalu bagaimana jika data tersebut ditambah dengan pemberitaan di televisi, radio maupun media cetak?

Masyhurnya Polda Jatim sebagai narasumber di berita-berita yang dimuat berbagai media membuat peneliti bertanya-tanya media relations (hubungan media) seperti apa yang dibina oleh Humas Polda Jatim, sebagai divisi yang bertugas membangun relasi dengan media. Banyaknya pencapaian-pencapaian yang telah diraih, banyaknya tanggung jawab yang diemban dan intensnya hubungan yang tercipta dengan media, mau tak mau akan ada pertanyaan-pertanyaan seputar apakah kinerja Humas Polda Jatim dalam hubungan bermedianya telah maksimal.

Jefkin menyebutkan bahwa media relations atau hubungan media merupakan usaha mencari publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi yang bersangkutan (Nova, 2009:209). Tak hanya itu menurut Nurudin (2007:13),

(16)

4

hubungan media tak sekedar memberi informasi semata, tetapi juga menciptakan citra positif bagi sebuah lembaga yang bersangkutan. Semakin baik hubungan media yang dilakukan, semakin baik pula citra lembaga atau organisasi. Begitu pun sebaliknya.

Berdasarkan definisi tersebut, ada beberapa hal yang akan diteliti dari kegiatan Humas Polda dalam media relations-nya, yakni:

1) Rilisan pers 2) Konferensi pers

3) Kerjasama (MoU – Memorandum of Understanding) dengan media

Tujuan dan aplikasi hubungan media di Humas Polda Jatim tentu saja tak dapat disamakan dengan instansi berbasis profit yang erat berafiliasi dengan media. Media relations di Humas Polda Jatim bertujuan untuk mencapai fungsi kehumasan Polda untuk memberi dan menetralisir informasi. Selain itu, ia juga merupakan instrumen tujuan organisasi untuk mengkomunikasikan dan mempublikasikan keberhasilan kinerja Polda sehingga dapat membentuk citra positif bagi institusi.

Aspek-aspek yang telah peneliti sebutkan sebelumnya mendorong peneliti untuk mengadakan studi evaluasi terhadap Divisi Humas Polda Jatim terkait kegiatannya dalam berhungan dengan media. Studi evaluatif ini merupakan studi yang melihat dan mangamati pelaksanaan program yang dijalankan berdasarkan rencana. Studi ini dipilih sebab tujuannya yang sejalan dengan apa yang ingin peneliti capai dalam skripsi ini, yakni tidak hanya menggali apa yang terjadi dalam implementasi suatu program terencana, namun juga apa yang melatarbelakangi suatu kegagalan atau improvisasi dan lalu memberikan solusi. Jadi studi ini tidak hanya akan sekedar mengekspos apa yang ditemui,

(17)

namun juga memecahkan masalah. Penelitian ini bermaksud mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi yang merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi (Sejathi, 2011). Nantinya studi ini akan melihat apakah program yang dijalankan sukses, kekurangan yang ada, apa yang melatarbelakangi kekurangan tersebut dan bagaimana solusinya. Inilah yang nantinya akan membedakan penelitian ini dengan penelitian tentang Polda Jatim lainnya sebab peneliti akan mengevaluasi hubungan media dalam badan Polda dan dari kacamata humas itu sendiri menggunakan metode serta model khusus bidang public relations (PR).

Model penelitian yang akan peneliti gunakan nanti adalah model evaluasi dari Cutlip, Center dan Broom yang disebut PII. PII ini merupakan singkatan dari preparation, implementation dan impact yang akan mengevalusi media relations Humas Polda dengan tiga level untuk mengetahui sukses tidaknya sebuah sistem dan program kerja. Ketiga level ini akan lebih memudahkan peneliti untuk mengevaluasi dengan maksimal, teliti dan menyeluruh.

Nantinya penelitian ini diharapkan dapat membuat divisi humas instansi ini lebih baik sehingga akan berdampak pada citra Polda Jatim secara keseluruhan juga kualitas berita yang bahannya bersumber darinya.

(18)

6

1.2 RUMUSAN MASALAH

a) Bagaimana evaluasi kerja Humas Polda Jatim dalam media relations-nya? b) Apa solusi yang dapat diberikan dari hasil evaluasi?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3.1 Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi hubungan media di divisi Humas Polda Jatim dan melihat keselarasan program kerja dengan apa yang sudah direncanakan serta memberi solusi atas suatu kekurangan yang ditemui dalam evaluasi.

1.3.2 Manfaat teoritis: sebagai salah satu aplikasi ilmu komunikasi dan merupakan referensi akademisi dalam menggunakan studi evaluatif dan model PII dalam peneltian.

1.3.3 Manfaat praktis: sebagai pedoman bagi Divisi Humas Polda untuk dapat mempraktekkan tugas humas dengan lebih baik agar masyarakat juga merasakan pelayanan yang prima dalam bentuk pemberitaan media massa yang lebih berkualitas.

1.4 KAJIAN PUSTAKA

1.4.1 Humas (Hubungan Masyarakat)

Menurut Edward L. Bernays, definisi humas terbagi menjadi tiga pengertian: 1) Memberi penerangan kepada masyarakat.

(19)

3) Usaha-usaha mengintegrasikan sikap dan tindakan dari permasalahan dengan masyarakat dan dari masyarakat terhadap permasalahannya.

Aspek ini akan berkorelasi dengan bagaimana kerja Humas Polda Jatim yang sesungguhnya di lapangan. Peneliti akan melihat apakah kerja nyata Polda Jatim memang sesuai dengan apa yang didefinisikan Edward L. Bernays atau apakah ada perbedaan antara teori dan praktek serta apa yang melatarbelakangi perbedaan tersebut.

1.4.2 Publisitas

Menurut Herbert M. Baus, publisitas adalah pesan yang direncanakan, dieksekusi, dan didistribusikan melalui media tertentu untuk memenuhi kepentingan publiknya tanpa membayar pada media.

Ini merupakan salah satu elemen yang dikerjakan oleh Humas Polda Jatim dan definisi Herbert M. Baus merupakan perbandingan dari apa yang telah dilakukan Polda Jatim dalam publisitasnya.

1.4.3 Media Relations/Hubungan Media

a) PRSSA (Public Relations Student Society of America), Stanley J Baran (92004, 361) media relations merupakan saat di mana seorang profesional Public Relations (PR) menjaga hubungan baik dengan profesional media dengan memahami tenggat waktu juga batasan-batasan mereka, serta mendapatkan kepercayaan mereka.

b) Nurudin (2007:13), hubungan media tak sekedar memberi informasi semata, tetapi juga menciptakan citra positif bagi sebuah lembaga yang bersangkutan. Semakin baik hubungan media yang dilakukan, semakin baik pula citra lembaga atau organisasi dan begitu pun sebaliknya.

(20)

8

1.4.4 Effective Media Relations

Menurut Northwest Center Washington University, ada enam hal yang dibutuhkan untuk keefektifan media relations, yakni:

a) Mengenali media yang layak, di mana ia tidak akan bekerjasama dengan media abal-abal.

b) Mengikuti publisitas media, jadi seorang humas akan menghormati deadline seorang wartawan dan secara kontinuitif mengetahui perkembangan terbaru. c) Mengontak media secara langsung, jadi ia akan berhubungan tanpa perantara. d) Tidak menggunakan bahasa ilmiah terlalu sering

e) Menyesuaikan bahan pemberitaan pada setiap keadaan f) Mempertimbangkan untuk menyebarkan rilis secara online

Keenam aspek di atas akan dijadikan tolok ukur keefektifan kerja Humas Polda Jatim dan melihat apakah pekerjaan mereka sudah dapat dikatakan membawa hubungan yang baik bagi program media relations yang dimiliki.

1.4.5 Kode Etik PR

Berikut kode etik humas oleh Asosiasi Perusahaan PR Indonesia (APPRI): PASAL 1

Norma norma Perilaku Profesional

Humas harus menghargai kepentingan umum dan menjaga harga diri masyarakat. Bersikap adil dan jujur kepada klien, anggota media komunikasi serta masyarakat luas.

(21)

PASAL 2

Penyebarluasan Informasi

Seorang humas tidak akan menyebarluaskan informasi yang paIsu atau yang menyesatkan. Ia berkewajiban untuk menjaga integritas dan ketepatan informasi.

PASAL 3 Media Komunikasi

Seorang humas tidak akan melaksanakan kegiatan yang merugikan integritas media. PASAL 4

Kepentingan yang Tersembunyi

Seorang humas tidak terlibat dalam kegiatan memecah belah dengan seolah ingin demi kepentingan tertentu, padahal sebaliknya untuk kepentingan lain yang tersembunyi.

PASAL 5 Informasi Rahasia

Seorang anggota (kecuali apabila diperintah aparat hukum yang berwenang) tidak memanfaatkan informasi yang diperoleh dari kliennya demi keuntungan pribadi.

PASAL 6

Pertentangan Kepentingan

Seorang humas tidak mewakili kepentingan yang saling bertentangan tanpa persetujuan jelas dari pihak-pihak yang bersangkutan.

(22)

10

PASAL 7

Sumber-sumber Pembayaran

Humas tidak menerima pembayaran tanpa persetujuan jelas dari kliennya. PASAL8

Memberitahukan Kepentingan Kuangan

Seorang humas, yang mempunyai kepentingan keuangan dalam suatu organisasi, tidak akan menyarankan klien untuk memakai organisasi tersebut tanpa penjelasan.

PASAL 9

Pembayaran Berdasarkan Hasil Kerja

Seorang humas tidak mengadakan negosiasi berdasarkan pada hasil di masa depan. PASAL 10

Menumpang-tindih Pekerjaan Anggota Lain

Seorang anggota yang mendekati calon langganan potensial, akan mengambil langkah untuk mengetahui apakah pekerjaan tersebut sudah dilaksanakan anggota lain.

PASAL 11

Imbalan kepada Karyawan Kantor kantor Umum

Seorang humas tidak akan memberikan imbalan apa pun, dengan tujuan untuk memajukan kepentingan pribadinya, kepada orang yang menduduki suatu jabatan umum, apabila hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat luas.

(23)

PASAL 12

Mengkaryakan Anggota Parlemen

Seorang humas yang mempekerjakan anggota Parlemen akan memberitahukan kepada ketua asosiasi tentang itu maupun tentang jenis pekerjaan yang bersangkutan.

PASAL 13

Mencemarkan Anggota-anggota Lain

Seorang anggota tidak mencemarkan nama baik atau praktek profesional anggota lain. PASAL 14

Instruksi/Perintah Pihak pihak Lain

Humas yang secara sadar bertindak sehingga berlawanan dengan kode etik ini atau secara pribadi ambil bagian dalam kegiatan tersebut, dianggap melanggar kode ini.

PASAL 15 Nama Baik Profesi

Seorang humas tidak akan berperilaku merugikan nama baik asosiasi atau profesi PR. PASAL 16

Menjunjung Tinggi Kode Etik

Seorang humas wajib menjunjung tinggi Kode Etik ini, dan wajib bekerja sama dalam menjunjung tinggi Kode Etik, serta dalam melaksanakan keputusan-keputusan tentang hal apa pun yang timbul sebagai akibat dari diterapkannya keputusan tersebut.

(24)

12

PASAL 17 Profesi Lain

Dalam bertindak untuk klien dari suatu profesi, humas akan menghargai Kode Etik dari profesi tersebut dan tidak turut dalam kegiatan mencemarkan Kode Etik tersebut.

Keseluruhan kode etik humas tersebut berkorelasi dengan penelitian ini di mana ia melihat apakah Humas Polda Jatim menjalankannya. Ada dua pasal yang sangat berkaitan dengan hubungan media, yakni pasal 3 tentang media komunikasi juga pasal 17 tentang mematuhi kode etik profesi lain (yang dalam hal ini merupakan kode etik jurnalistik). 1.4.6 Studi Evaluatif

Penelitian ini nantinya akan menggunakan studi evaluatif. Yang dimaksud dengan penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi yang merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi (Sejathi, 2011).

Peneliti akan melihat program kerja yang berhubungan dengan media relations Humas Polda Jatim dan bagaimana mereka menjalankan implementasi kerja.

1.4.7 Model Evaluasi

Sedang, model peneltiannya mengambil model evaluasi PII. Akan ada tiga level evaluasi dalam model ini, yaitu:

a) Level 1: Preparation (Persiapan), level preparation dimulai dengan menganalisa apakah latar belakang informasi sudah memadai untuk merencanakan program secara efektif. Selanjutnya, konten materi yang

(25)

diproduksi dianalisa untuk memastikan apakah konten itu telah cocok dengan rencana. Terakhir, pada level ini, analisa dilakukan pada presentasi materi. b) Level 2: Implemantion (Pelaksanaan), tahap ini melihat bagaimana taktik dan

rencana dieksekusi. Poin ini bermula dari distribusi konten dan kehadiran saat implementasi berlangsung, lalu berlanjut dengan penyampaian konten (pesan yang telah terorganisir) pada target audiens. Tipe evaluasi ini dapat mengenali kelemahan: yaitu bahkan rilisan pers yang ditulis secara profesional tidak akan efektif kecuali didistribusikan pada orang yang layak.

c) Level 3: Impact (Hasil), tahap ini menekankan evaluasi pada bagaimana outcome dan tujuan dari program telah dicapai.

(26)

14

1.5 KERANGKA BERPIKIR

Bagan 1: Kerangka Berpikir

1.6 METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini nantinya akan menggunakan metodologi penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Whitney (1960), metodologi deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.

Sedangkan metode yang digunakan adalah studi evaluatif yang seperti telah dijelaskan sebelumnya merupakan kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dari suatu rencana.

Latar Belakang:

Polda Jatim merupakan sumber pemberitaan di banyak media massa. Ia rentan terhadap kekurangan-kekurangan pada aspek media relations.

Masalah Penelitian:

Apa saja yang perlu dievalusi dari Divisi Humas Polda Jatim terkait kegiatannya dalam berhungan dengan media? Solusi apa yang dapat diberikan terhadap kekurangan-kekurangan yang ditemui dalam evaluasi?

Metodologi Kualitatif Deskriptif Media Relations/Hubungan Media

Rilisan Pers Konferensi Pers

Metode Studi Evaluatif

Model Evaluasi PII (Preparation, Implementation, Impact)

Analisis

Kerjasama (MoU -Memorandun of Understanding)

(27)

1.6.1 Metode Penelitian

Model penelitian yang peneliti pilih adalah model evaluasi dari Cutlip, Center dan Broom yang disebut PII (Preparation, Implementation, Impact) (2006: 368), yang langkah dalam modelnya menawarkan tiga level evaluasi yang berbeda pada setiap kebutuhan. Model ini tidak menekankan metodologi, tapi menerima bahwa “Evaluasi bermakna berbeda bagi satu praktisi dengan praktisi lainnya.” Setiap langkah dalam model PII ini berkontribusi untuk meningkatkan pemahaman dan menambah informasi untuk menilai keekselenan suatu program.

1.6.2 Jenis dan Sumber Data

1) Data primer yang akan digunakan dalam penelitian adalah wawancara dengan Humas Polda Jatim yang bertanggungjawab terhadap tiga aspek penelitian: rilisan pers, konferensi pers dan kerjasama dengan media. Data yang didapat juga berasal dari keterlibatan serta pengamatan peneliti secara langsung di lapangan dan juga berkas laporan yang disimpan Humas Polda Jatim.

2) Data sekunder adalah apa yang didapat peneliti dari buku-buku, jurnal dan berita yang menyangkut tentang Polda Jatim. Data sekunder merupakan data yang dapat membantu peneliti dalam menganalisa apa yang terdapat dalam data primer, dan tentunya membantu untuk menjawab permasalahan.

1.6.3 Waktu dan Tempat Penelitian

a) Waktu Penelitian : Januari – Maret 2018

b) Tempat Penelitian : Bidang Hubungan Masyarakat Polisi Daerah Jawa Timur (Humas Polda Jatim)

(28)

16

1.6.4 Teknik Pengumpulan dan Pencatatan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan terlibat langsung dalam kerja Humas Polda Jatim atas hubungan medianya. Selain itu, dibutuhkan juga data sekunder berupa berita tentang Polda Jatim yang terdapat di sana. Peneliti juga akan melakukan wawancara mendalam kepada Divisi Penmas bagian Mitra, Divisi Media Monitoring dan Penum yang bersentuhan langsung dengan hubungan media. Tak hanya itu, peneliti juga akan mengumpulkan data berupa berkas, laporan dan rancangan kegiatan untuk lebih memahami seperti apa kerja media relations di Humas Polda Jatim.

1.6.5 Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Data-data yang telah dikumpulkan, nantinya akan dianalisis dengan menggunakan studi evaluatif. Peneliti menggunakan analisis ini lantaran tak hanya akan meneliti bagaimana cara mereka bekerja saja, namun juga melihat kekurangan-kekurangan dalam programnya, apa yang melatarbelakangi kekurangan tersebut dan solusi yang bisa menyelesaikannya. Sedangkan model yang digunakan adalah PII (Preparation, Implementation dan Impact).

Setiap elemen yang akan diteliti (rilisan pers, konferensi pers dan kerjasama dengan media) akan dibedah dengan menggunakan ketiga level PII di mana masing-masing elemen akan diteliti berdasarkan persiapannya, implementasinya dan hasil yang diperoleh melalui program kerja tersebut.

(29)

Model PII yang terdiri dari tiga level evaluasi akan meneliti hubungan media sebagai berikut:

a) Level 1: Preparation (Persiapan), level preparation dimulai dengan menganalisa apakah latar belakang informasi sudah memadai untuk merencanakan program secara efektif. Selanjutnya, konten materi yang diproduksi dianalisa untuk memastikan apakah konten itu telah cocok dengan rencana. Terakhir, pada level ini, analisa dilakukan pada presentasi materi. b) Level 2: Implemantion (Pelaksanaan), tahap ini melihat bagaimana taktik

dan rencana dieksekusi. Poin ini bermula dari distribusi konten dan kehadiran saat implementasi berlangsung, lalu berlanjut dengan penyampaian konten (pesan yang telah terorganisir) pada target audiens. Tipe evaluasi ini dapat mengenali kelemahan: yaitu bahkan rilisan pers yang ditulis secara profesional tidak akan efektif kecuali didistribusikan pada orang yang layak. Level ini merupakan hal penting dalam evaluasi, seperti banyaknya evaluasi lainnya yang berfokus pada tahap implemantasi.

c) Level 3: Impact (Hasil), tahap ini menekankan evaluasi pada bagaimana outcome dan tujuan dari program telah dicapai.

Studi difokuskan pada permasalahan bagaimana implementasi sistem dipengaruhi oleh situasi lingkungan, tempat sistem dikembangkan, keunggulan, kelemahan, serta pengaruhnya terhadap proses kinerja. Objek evaluasi dalam model ini mencakup perkembangan yang dialami sistem, proses implementasi sistem, serta pengaruh dan hasil dari proses tersebut.

(30)

18

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

2.1 SEJARAH

Kepolisian Daerah Jawa Timur atau Polda Jatim dibentuk tahun 1945. Badan Kepolisian ini awalnya bernama Komando Daerah Kepolisian (Komdak atau Kodak) X/Jawa Timur) dan merupakan pelaksana tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kini, tugas utama dari Polda Jatim adalah memelihara keamanan dan ketertiban, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Wilayah hukum Polda Jatim meliputi 38 kota dan kabupaten, dengan rincian, satu Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes Surabaya), 8 Kepolisian Resort Kota, dan 29 Kepolisian Resort. Sebelum diberlakukan restrukturisasi Polri pada akhir 2010, Polda Jawa Timur mempunyai 7 kepolisian wilayah (Polwiltabes Surabaya, Polwil Malang, Polwil Besuki, Polwil Madura, Polwil Kediri, Polwil Madiun, dan Polwil Bojonegoro). Banyaknya tanggung jawab ini dimuarai oleh motto Polda Jatim, yakni “Melindungi, Mengayomi, dan Melayani”.

Polda Jawa Timur merupakan polda dengan klasifikasi (tingkat) A, sehingga kepala kepolisian daerah yang menjabat haruslah seorang perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal Polisi. Markas Kepolisian Daerah Jawa Timur (Mapolda Jatim) beralamat di Jalan Ahmad Yani 116, Surabaya, Jawa Timur.

(31)

2.2 GAMBARAN UMUM BIDHUMAS POLDA JATIM

Bidhumas (Bidang Humas) merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kepala Polda Jatim (Kapolda) Irjen Pol. Drs. Luki Hermawan, M. Si. Bidhumas dipimpin oleh Kepala Bidang Humas (Kabidhumas) Kombes Pol Frans Barung Mangera yang bertanggungjawab kepada Kapolda dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda. Bidhumas bertugas melaksanakan kegiatan Hubungan Masyarakat (Humas) melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan atau informasi dan dokumentasi.

2.3 VISI BIDHUMAS POLDA JATIM

2.3.1 Profesional: meningkatkan kompetensi SDM Polri yang semakin berkualitas melalui peningkatan kapasitas pendidikan dan pelatihan serta melakukan pola-pola pemolisian berdasarkan prosedur baku yang sudah dipahami, dilaksanakan, dan dapat diukur keberhasilannya.

2.3.2 Modern: melakukan modernisasi dalam layanan public yang didukung teknologi sehingga semakin mudah dan cepat diakses oleh masyarakat, termasuk pemenuhan kebutuhan Almatus dan Alpakam yang makin modern.

2.3.3 Tepercaya: melakukan reformasi internal menuju Polri yang bersih dan bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) guna terwujudnya penegakan hukum yang objektif, transparan, akuntabel, dan berkeadilan.

(32)

20

2.4 MISI BIDHUMAS POLDA JATIM

2.4.1 Berupaya melanjutkan reformasi internal Polri

2.4.2 Mewujudkan organisasi dan postur Polri yang ideal dengan didukung sarana dan prasarana Kepolisian yang modern

2.4.3 Mewujudkan pemberdayaan kualitas sumber daya manusia Polri yang professional dan kompeten, yang menjunjung etika dan HAM

2.4.4 Peningkatan kesejahteraan anggota Polri

2.4.5 Meningkatkan kualitas pelayanan prima dan kepercayaan publik kepada Kepolisian Republik Indonesia

2.4.6 Memperkuat kemampuan pencegahan kejahatan dan deteksi diri berlandaskan prinsip pemolisian proaktif dan pemolisian yang berorientasi pada penyelesaian akar masalah

2.4.7 Meningkatkan Harkamtibmas dengan mengikutsertakan publik melalui sinergitas polisional

2.4.8 Mewujudkan penegakan hukum yang profesional, berkeadilan menjunjung tinggi HAM dan anti KKN

(33)

2.5 MAKNA LOGO BIDHUMAS POLDA JATIM

Gambar 1: Logo Bidhumas Polda Jatim

Lingkaran luar berwarna hitam dengan tulisan putih “objektif”, “dipercaya” dan “partisipasi”, merupakan moto Humas Polri. Logo ini bermakna kemampuan Humas Polri dalam memberikan informasi secara objektif agar dapat membentuk opini dan citra positif terhadap institusi Polri, guna membangun kepercayaan masyarakat dalam rangka mewujudkan dukungan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan tugas Kepolisian sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.

Lingkaran dalam berwarna merah putih melambangkan Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkaran ini juga bermakna untuk selalu waspada terhadap propaganda lawan, demi mewujudkan kesatuan wilayah, bangsa dan keamanan dalam menciptakan keutuhan NKRI.

Garis tengah berwarna hitam melambangkan garis khatulistiwa di mana letak Negara Kesatuan Republik Indonesia berada. Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terletak di antara dua samudra dan dua benua merupakan letak Negara yang strategis.

(34)

22

Tiga buah bintang segi lima berwarna putih melambangkan kelima sila "Pancasila" yang merupakan dasar NKRI.

Tiga bintang berwarna putih merupakan lambang Humas Polri dalam melaksanakan tugas berpedoman kepada "Tribrata" secara tulus dan ikhlas.

Tameng berwarna hitam melambangkan pengabdian Humas Polri dalam memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat melalui informasi dan publikasi yang objektif.

Tulisan Humas Polri berwarna kuning melambangkan keagungan fungsi Humas Polri yang sangat diperlukan dalam memasyarakatkan kinerja Polri.

Obor berwarna putih bermakna bahwa Humas Polri memberikan informasi dan penerangan secara cepat, benar, tepat dan akurat tentang tugas mulia Polri dalam memelihara Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) dan penegakan hukum dengan melaksanakan perlindungan, pengayoman serta pelayanan masyarakat.

Lidah api berwarna merah melambangkan bahwa "Catur Prasetya" dijadikan sebagai pedoman kerja dalam bidang kehumasan.

Lingkaran bola dunia berwarna biru laut melambangkan era globalisasi yang diwarnai oleh transparansi, kebebasan, demokrasi, menghormati Hak Asasi Manusia dan pemeliharaan lingkungan hidup. Dalam tugas dan perannya, Humas Polri harus dapat memberi dan menetralisir informasi yang dapat mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara baik yang berskala regional, nasional maupun internasional, khususnya yang menyangkut bidang keamanan dan budaya patuh hukum.

(35)

Enam sinar api berwarna kuning melambangkan kegiatan fungsi Humas Polri dalam rangka membentuk opini positif untuk menciptakan citra Polri yang baik. Hal itu dilakukan dengan melakukan sebagai berikut:

 Perencanaan kegiatan Humas Polri dalam upaya mencapai tujuan organisasi, menyelenggarakan kerja sama dengan media massa dengan menginformasikan dan mengkomunikasikan serta mempublikasikan keberhasilan kinerja Polri.

 Menjalin kemitraan dengan intansi terkait, LSM, cendekiawan, Orpol maupun Ormas.  Memberikan informasi dan penerangan kepada Personel Polri.

 Menganalisa dan mengevaluasi informasi, berita media massa serta opini yang berkembang di masyarakat.

 Mendokumentasikan kegiatan Polri baik kegiatan operasional maupun pembinaan dalam bentuk VCD dan foto.

Satu obor berwarna putih, 7 sinar obor berwarna oranye, 4 cincin obor berwarna hitam, dan 6 sinar obor berwarna kuning melambangkan Hari Bhayangkara 1 Juli 1946.

Tiang obor dan nyala obor melambangkan di samping pemberian penyuluhan dan penerangan, Humas Polri juga bertugas sebagai penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar dan patuh hukum guna menciptakan kondisi Kamtibmas yang mantap.

(36)

24

2.6 STRUKTUR ORGANISASI DAN ANGGOTANYA

Bagan 2:Struktur Organisasi Humas Polda Jatim

Bagan 3: Struktur Organisasi Subbid Penerangan Masyarakat (Penmas) KASUBBID PENMAS KAUR MITRA BAUR MITRA KAUR PENUM BAUR PENUM KAUR PENSAT BAUR PENSAT

(37)

Objek penelitian yang akan diteliti peneliti paling banyak akan mengambil kinerja dari Penmas (Penerangan Masyarakat) sebab organisasi sub bidang ini berhubungan langsung dengan media massa. Bagian ini memegang daftar wartawan-wartawan yang sering menulis tentang Polda Jatim dan mengurus segala hal yang berkaitan dengan rilisan pers, konferensi pers dan kerjasama dengan pihak-pihak media massa.

Dengan begitu, mengikuti kinerja sub bidang Penmas dalam penelitian ini adalah suatu yang vital dan sangat penting untuk mengetahui langsung bagaimana media relations yang tercipta antara Humas Polda Jatim dan awak media massa.

2.7 TUGAS POKOK DAN FUNGSINYA

2.7.1 Jenis Usaha Serta Tugas Pokok dan Fungsinya

Bidhumas Polda Jatim bergerak pada jenis usaha pelayanan. Bidhumas bertugas melaksanakan kegiatan Hubungan Masyarakat (Humas) melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan atau informasi serta dokumentasi. Selain itu, Bidhumas Polda Jatim juga melaksanakan kerjasama dan kemitraan dengan media massa, serta melaksanakan Anev (Analisis Evaluasi) kegiatan tugas Bidhumas.

2.7.2 Fungsi Bidhumas Polda Jatim

 Pembinaan terhadap kegiatan Humas yang dilaksanakan di lingkungan Polda  Penerangan umum dan satuan yang meliputi pengelolaan dan penyampaian

(38)

26

 Pengumpulan dan pengolahan data, serta penyajian informasi dan dokumentasi kegiatan yang berkaitan dengan penyampaian berita di lingkungan Polda

 Peliputan, pemantauan, produksi dan dokumentasi informasi yang berkaitan dengan tugas Polri

 Perencanaan dan pengadministrasian umum, penatausahaan urusan dalam, dan pengurusan personel dan logistik di lingkungan BidhumasPemantauan dan evaluasi kegiatan program Bidhumas

2.8 PENGHARGAAN YANG PERNAH DITERIMA

Sejauh yang dapat peneliti peroleh mengenai penghargaan yang pernah diterima Polda Jatim, Polda Jatim memeroleh Penghargaan Pelaksana Terbaik Satgas Nusantara pada 3 Mei 2018. Polda Jatim memenangkan penghargaan ini sebab menurut Anev (Analisi dan Evaluasi) Akhir Tahun 2018, Polda Jatim telah berhasil menyelesaikan 70 kasus kejahatan transnasional, 8 kejahatan berpotensi kontijensi dan 5.479 kejahatan konvensional. Penghargaan ini diserahkan sendiri oleh Jenderal Tito Karnavian.

Sayangnya, Bidhumas Polda Jatim sebagai satuan bidang belum pernah memeroleh penghargaannya sendiri.

(39)

27

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

3.1 PENYAJIAN DATA

Media relations pada Humas Polda Jatim sekilas terlihat baik-baik saja. Terbukti dari hubungannya dengan media: pengadaan Balai Wartawan, pendaftaran plat polisi kendaraan agar wartawan tak perlu membayar parkir setiap kali ke Polda dan bahkan pembuatan grup chat di WhatsApp untuk memenuhi kebutuhan wartawan (yang tentu saja berguna untuk tujuan Bidhumas Polda dalam mempublikasikan beritanya). Jadi, apakah hubungan tersebut memang baik atau ‘dipaksakan’ baik? Padahal, mengutip definisi PRSSA (Public relations Student Society of America), Stanley J Baran (92004, 361) media relations merupakan saat di mana seorang profesional public relations (PR) menjaga hubungan baik dengan profesional media dengan memahami tenggat waktu juga batasan-batasan mereka, serta mendapatkan kepercayaan mereka.

Dari definisi tersebut, peneliti ingin menggaris bawahi kata “profesional media”. Kusnanto menjelaskan bahwa profesional adalah seseorang yang memiliki kompetensi tertentu dalam suatu bidang. Lalu, apakah semua media yang berhubungan dengan Polda Jatim layak dinilai profesional? Peneliti pikir tidak, sebab standar layaknya suatu media mudah dilihat dengan dicantumkannya nama media tersebut di Dewan Pers atau tidak.

Padahal, seperti dilansir oleh Surya.co.id tertanggal 24 Agustus 2018 pada berita bertajuk “Perangi Media Abal-abal, Dewan Pers Berencana Membentuk Satgas Media”, Yoseph Stanley Adi Prasetyo, Ketua Dewan Pers, telah mengatakan bahwa dari 47 ribu

(40)

28

media yang ada di Indonesia, di mana 43 ribu di antaranya adalah media daring, baru sekitar 2.200 media yang telah terverifikasi.

Dari pengamatan peneliti, berkumpulnya media-media tak terverifikasi itu di Polda Jatim memang menciptakan masalah tersendiri seperti terlambatnya pelaksanaan konferensi pers dan penagihan uang ‘bensin’ terus-menerus.

Hanya saja, masalah yang ada tak hanya terletak pada wartawannya saja, namun juga staf Humas Polda Jatim. Selama tiga bulan peneliti mengamati, ada lebih dari tiga kursi jabatan yang kosong selama berbulan-bulan, tak pernah ada pengecekan ulang untuk penulisan rilisan pers oleh pejabat yang lebih tinggi serta ketiadaan evaluasi rutin dan pelatihan kehumasan untuk meningkatkan kinerja juga etos kerja.

3.2 ANALISIS DATA

3.2.1 RILISAN PERS

Pernah bertanya-tanya mengapa seorang humas harus dapat menulis sekaligus mengerti kaidah penulisan? Itu karena salah satu tugas profesional humas atau PR adalah menulis rilisan pers sebagai bahan media membuat berita. Rilisan pers atu press release menurut Soemirat dan Ardianto adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh seorang PR suatu organisasi atau perusahaan yang disampaikan kepada pengelola pers atau redaksi media massa (TV/radio/media cetak/media daring) untuk dipublikasikan dalam media massa tersebut.

Maka jika rilisan pers yang dibuat baik serta lengkap, tak ada alasan bagi media untuk tidak menulis berita yang baik pula. Namun sebaliknya, jika rilisan pers dibuat dengan buruk, bisa jadi berita yang dipublikasikan pers juga tidak sesuai dengan ekspektasi.

(41)

Tabel 1: Level PII untuk Rilisan Pers

Model PII Kekurangan Sebab Solusi

Preparation Ketiadaan rilis oleh pejabat yang lebih tinggi sehingga banyak kesalahan kaidah penulisan yang luput.

Penulisan rilis yang hanya 3-5 jam saja sebelum distribusi.

Pejabat yang lebih

tinggi harus

menyempatkan diri untuk mengecek penulisan rilis.

Implementation Banyak eufisme

dalam rilisan dan juga pelanggaran terhadap 17 ciri utama bahasa jurnalistik.

Tidak ada pelatihan

kehumasana dan kejurnalistikan. Pengadaan pelatihan kehumasan dan kejurnalistikan. Impact Media monirtoring yang tidak layak dan tidak bermanfaat bagi hubungan media  Kemungkinan manipulasi pada media monitoring  Kurangnya referensi atas media monitoring/coverage report yang sesuai  Tidak sejalan dengan

jobdesc divisi (sebab media monitoring haruslah ditangani oleh divisi media monitoring juga, tapi malah dilimpahkan kepada Penmas)  Memperbaharui media monitoring  Menjalankan tugas sesuai divisi 3.2.1.1 Level 1: Preparation

Alur proses pembuatan rilisan pers di Bidhumas Polda Jatim adalah sebagai berikut:

Bagan 4: Proses Pembuatan Rilisan Pers Humas Polda Jatim

Obsnal

(Tim

Lapangan)

Penerangan

Umum

(Penum)

Penerangan

Masyarakat

(Mitra)

(42)

30

Bahan rilisan pers pertama kali diberikan oleh Obsnal. Obsnal ini merupakan tim lapangan yang biasanya mendapatkan kasus atau menerima aduan masyarakat seperti Reskrim (Reserse Kriminal), Reskrimsus (Reserse Kriminal Khusus) atau Saker (Satuan Kerja). Nantinya Obsnal akan melaporkan peristiwa atau kasus pada Penum untuk diolah sebagai bahan rilisan pers. Jika dalam beberapa waktu tertentu tidak ada laporan dari Obsnal, Penum akan berinisiatif untuk menanyakan dan memeriksa langsung kepada Obsnal.

Setelah dari Obsnal, bahan diolah oleh Penum untuk menjadi rilisan pers. Dalam satu hari (pada beberapa saat di mana kasus yang dipublikasi bersifat kontinuitif seperti kasus Vanessa Angel), rata-rata rilisan pers yang dikeluarkan dapat mencapai 2-4 rilis.

Terakhir, Bagian Mitra di Penmas akan menginformasikan adanya rilisan pers dan mendistribusikannya pada rekan media Bidhumas Polda Jatim. Inilah pentingnya menjaga kontak baik dengan para media, terutama bagi Bidang Mitra yang bersentuhan langsung dengan para wartawan.

Dalam persiapannya, peneliti melihat bahwa praktisi Humas Polda Jatim memang tidak dapat dibandingkan dengan praktisi humas koorporat atau institusi lainnya. Persiapan penulisan press release umumnya bisa berlangsung selama 1-3 hari kerja. Hanya saja, press release Humas Polda Jatim seringkali bergantung pada kasus dan perkara yang membutuhkan publikasi cepat, bisa jadi hanya beberapa jam setelah kasus itu terungkap.

(43)

Smith (2003:122) menjelaskan dua kategori siaran pers, masing-masing dari kedua kategori ini memiliki beberapa subkategori sebagai berikut:

1) Rilis Pengumuman (Announcement Releases)

Rilisan ini merupakan pemberitahuan tentang kegiatan tertentu. Subkategori dari rilis pengumuman ini adalah:

a. Event releases

Menjelaskan tentang suatu kegiatan yang akan diadakan oleh institusi. b. Personnel releases

Ini merupakan rilisan yang umumnya memiliki nilai berita rendah, rilis ini biasanya membahas personel atau seseorang yang yang mendapat promosi atau menjabat di tingkat manajemen.

c. Program releases

Rilis ini berisikan informasi organisasi yang dinilai dapat bermanfaat bagi kepentingan umum. Biasanya program release ini dikeluarkan oleh organisasi nirlaba.

d. Progress releases

Rilis ini berfokus pada perkembangan atau kemajuan yang dicapai organisasi. Rilis progress umumnya dikeluarkan secara kontinuiti. e. Product releases

Rilis produk berisi informasi mengenai produk dari suatu organisasi yang baru diluncurkan. Kadangkala, rilis ini juga berisi informasi

(44)

32

produk yang sudah ada sejak awal, namun ingin kembali diekspos oleh korporat.

f. Bad-news releases

Bad-news releases merupakan rilis berisikan informasi-informasi buruk mengenai perusahaan, organisasi atau publik. Rilis ini jika diolah dengan tepat dan ditunjang dengan data yang memadai, dapat menjadi upaya pembangunan opini publik yang sesuai dengan harapan institusi, organisasi atau korporat.

g. Crisis releases

Rilisan ini berisi informasi terkait penanganan krisis yang dibuat umumnya untuk menenangkan masyarakat yang memberi atensinya terhadap suatu isu tertentu. Tujuan dari crisis release adalah untuk menunjukkan kemampuan organisasi menangani kasus tertentu dan kemudian memenangkan kembali kepercayaan publik.

2) Rilis Tindak Lanjut (Follow-up Releases) a. New-information releases

Rilisan ini memuat informasi terbaru terkait sesuatu yang telah dikabarkan sebelumnya. Penulisannya dapat mengulang beberapa informasi lama dari rilisan terdahulu sebab publik belum tentu telah membaca atau mengetahui tentang isu tersebut.

b. Comment releases

Rilisan komentar merupakan rilis yang memuat komentar seperti menanggapi sebuah laporan di mana organisasi tersebut terlibat di

(45)

dalamnya. Dalam kasus-kasus yang termasuk ke dalam laporan buruk, rilis ini dapat juga dikategorikan sebagai rilisan krisis.

c. Position releases

Rilis posisi ditulis unutuk menyampaikan pendapat resmi terhadap suatu masalah. Biasanya rilis ini dikeluarkan oleh orang yang telah memiliki popularitas dan namanya masyhur di kalangan tertentu. Sebab, poin penting dari rilis ini adalah posisi orang tersebut yang menanggapi suatu masalah.

d. Public-interest tie-in releases

Rilis ini merupakan rilis yang berkaitan langsung dengan ketertarikan atau kepentingan umum. Isinya akan memiliki nilai proximity (kedekatan) yang akan memengaruhi aspek-aspek tertentu dalam hidup masyarakat.

e. Speech releases

Rilis pidato ini biasanya berisi pidato seorang pejabat dari organisasi tertentu. Isi pidato yang ditulis di rilis haruslah sesuatu yang penting dan perlu disampaikan kepada publik.

Berdasarkan kategori press release tersebut, peneliti mengklasifikasikan bahwa rilisan pers yang dikeluarkan oleh Humas Polda Jatim ke dalam kategori announcement release. Sedang untuk subkategorinya, press release Humas Polda Jatim merupakan perpaduan menarik dari bad-news release dan crisis release.

Rilisan-rilisan tersebut masuk pada bad-news release sebab seperti yang telah diketahui, rilisan Humas Polda biasanya berisi kasus-kasus kriminal yang oleh Humas

(46)

34

Polda Jatim dinilai penting untuk disampaikan kepada publik. Kasus-kasus ini tentunya merupakan kejadian-kejadian buruk yang terjadi pada masyarakat.

Sedang mengapa rilisan Humas Polda Jatim juga merupakan subkategori crisis release, adalah karena setiap kali Humas Polda Jatim mengeluarkan rilisan tentang kasus tertentu, Humas Polda Jatim juga menunjukkan pada masyarakat bahwa Polda telah mengambil langkah-langkah untuk menangani kasus tersebut agar tak semakin memburuk.

Rilisan-rilisan ini biasanya dikerjakan beberapa jam (3-5 jam) sebelum didistribusikan kepada media atau dilaksanakannya jumpa pers. Hanya saja, ada beberapa rilisan pers Humas Polda Jatim yang masuk pada subkategori event, personnel maupun new-information releases. Subkategori tersebut bukanlah rilis yang butuh dikerjakan secepatnya. Subkategori tersebut, seperti rilisan pers pada korporat umumnya, dapat dikerjakan 1-3 hari sebelum press release didistribusi. Sayangnya, mereka sudah terlalu terbiasa dengan penulisan beberapa jam saja.

Tipe penulisan ini menimbulkan beberapa kekurangan fatal seperti kemungkinan tidak maksimalnya informasi, luputnya proses pengecekan dan tulisan yang kurang layak. Salah satu contoh yang dapat dilihat dari banyaknya press release yang telah dikeluarkan Humas Polda Jatim adalah saat pengeluaran rilis “Pemilu 2019 di Jawa Timur, Kategori Pengamanan TPS Sangat Rawan, Tidak Rawan dan Rawan” tertanggal 21 Maret 2019.

(47)

Berikut adalah rilisan pers pada tanggal tersebut: KEPOLISIAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR BIDANG HUBUNGAN

MASYARAKAT

SIARAN PERS

Nomor : B/ /III/2019/Bidhumas

Pemilu 2019 di Jawa Timur, Katagori Pengamanan TPS Sangat Rawan, Tidak Rawan dan Rawan

Surabaya 21 Maret 2019 : Apel gelar pasukan Operasi “Mantap Brata Semeru 2019 "

(pengamanan pestas demokrasi Pileg dan Pilpres atau Pemilu 2019) berlangsung di lapangan Makodam V Brawijaya. Operasi itu melibatkan 26. 827 personel dalam rangka Operasi Mantap Brata Semeru. Dari 39 Polres jajaran Polda Jatim, tercatat 24.327 personel dan 25.000 personel dari Polda Jatim. Pengamanan paling banyak dari anggota Linmas 158.080 personel dan dari TNI 13.513. "Personel paling banyak akan ditempatkan saat pengamananan di setiap titik Tempat Pemungutan Suara (TPS)," tandasnya. Adapun prioritas penjagaan yaitu di 130.012 TPS di seluruh Jawa Timur. Operasi Mantap Brata memetakan tiga istilah kategori TPS mulai dari kurang rawan, rawan dan sangat rawan. Kategori TPS rawan ditinjau dari berbagai aspek, misalnya kondisi geografis wilayah tersebut. Misalnya, daerah perbatasan Provinsi di ujung Jawa Timur, Banyuwangi yang berbatasan dengan pulau Bali. “Rawan karena situasi geografinya dan rawan karena history pernah terjadi hal-hal di wilayah tersebut," ujarnya. Lebih lanjut, Kombes Barung memaparkan, bahwa pola pengamanan satu TPS akan diamankan oleh dua personel gabungan TNI/POLRI, TPS rawan diawasi oleh satu pengaman. Apabila tidak rawan 4 TPS hingga 6 TPS akan diawasi oleh dua personel. Usai apel gelar pasukan dilanjutkan penandatanganan deklarasi damai, pembacaan Ikrar dan diakhir apel gelar pasukan dilanjutkan ramah tamah Forkopinda. Berita Pers, Bidhumas Polda Jatim, 21 Maret 2019

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:

KOMBES POL F. BARUNG MANGERA, S.I.K

Telpon : 0318297741 / faks 0318297741 / HP : 085372991992 Email : humas.polda@gmail.com

Sumber data : Bidhumas Polda Jatim

(48)

36

Press release ini sayangnya ditulis dengan tergesa-gesa dan tidak melalui proses pemeriksaan oleh pejabat yang lebih tinggi seperti Kasubbid Penmas (Kepala Sub Bidang Penerangan Masyarakat). Sebenarnya, sepanjang pengamatan peneliti, semua press release yang dikeluarkan Humas Polda Jatim memang tidak diperiksa terlebih dahulu dan langsung didistribusikan kepada wartawan dan media, ditambah kurangnya personnel dalam proses menulis, mengoreksi dan mendistribusikan press release. Inilah yang sedikit banyak menyebabkan banyaknya hal yang luput dan kesalahan dalam menulis press release Humas Polda Jatim.

Pembahasan lebih lanjut tentang hasil rilisan pers yang ditulis oleh Humas Polda Jatim dapat diketahui pada level 2: implementation.

3.2.1.2 Level 2: Implementation

Salah satu press release yang ditemukan oleh peneliti saat melakukan observasi di Humas Polda Jatim adalah press release tertanggal 11 Maret 2019 terkait kasus narkotika jenis shabu.

(49)

Isi press release tersebut adalah sebagai berikut:

(50)

38

(51)

Sebagai bahan penelitian, peneliti menggunakan format siarat umum praktisi PR sebagai perbandingan. Menurut konvensi para praktisi PR, Bivins (dalam Sumirat dan Ardianto, 2012:60), format siaran pers adalah sebagai berikut:

1. Siaran pers harus ditulis secara jelas dengan menggunakan kertas surat tanpa hiasan di pinggir kertasnya.

2. Alamat pengirim ditulis di sudut kiri atas halaman pertama yang ditandai dengan blok, nama narahubung (biasanya penulis siaran pers), nomor telepon dan nomor telepon hotline yang bisa dihubungi kapan saja.

3. Tanggal release di margin kanan, sedikit lebih ke bawah dibandingkan margin alamat yang diblok.

4. Judul tulisan dalam satu spasi dan digarisbawahi sedangkan sedangkan tubuh dan uraian siaran pers ditulis dua spasi.

5. Apabila ada siaran pers lebih dari satu halaman, di bawah halamannya ditulis “more” yang berarti ada halaman selanjutnya. “More” ditulis di dalam tanda kurung atau diberi tanda garis pisah.

6. Halaman-halaman selanjutnya ditandai dengan slug-line (kode) diikuti beberapa garis pemindah. Nomor halaman pada kiri atas.

7. Akhir dari suatu tulisan press release ditandai dengan beberapa cara, misalnya membubuhi tanda kata “end” (tamat) atau angka “-30- “atau simbol ####.

Dengan format tersebut sebagai perbandingan, press realease pada Polda Jatim luput pada lima bagian: tidak adanya alamat yang di-block di sudut kiri atas pada halaman pertama, tanggal rilis tidak ada pada margin kanan dan terletak sedikit di bawah margin

(52)

40

alamat yang di-block, tidak ada kata “more” atau “selanjutnya”, tidak ada halaman pada press release dan tidak ada tanda akhir dari siaran pers.

Meski begitu, peneliti tidak melihat pentingnya mengikuti format seformal apa yang telah dijabarkan oleh Bivins sebab semua instansi memiliki kebijakannya sendiri dalam hal menulis siaran pers. Dalam hal ini, Humas Polda Jatim yang seringkali diburu waktu dan lebih mengutamakan kedetilan kronologi suatu kasus akan lebih mengedepankan hal tersebut.

Terlepas dari bervariasinya format penulisan dan aspek komponennya, secara umum ada hal-hal yang secara prinsip bertujuan sama dan merupakan sesuatu yang harus diperhatikan bagi mereka yang menulis press release. Semuanya berfungsi agar informasi yang terkandung di dalamnya dapat diketahui publik, termasuk pihak yang bertanggung jawab atas informasi tersebut. Jadi, perbedaan press release Humas Polda Jatim dari format siaran pers tentunya tidak masalah, sepanjang penulisan press release sesuai dengan kaidah penulisan. Sayangnya, hal ini juga menjadi suatu yang luput.

Peneliti menemukan beberapa hal yang patut dikoreksi pada press release tertanggal 11 Maret 2019 terkait kasus narkotika jenis shabu tersebut. Pada poin A (serta di beberapa bagian pada poin setelah A) di kronologi kejadian, sang penulis press release terlalu sering menggunakan kata-kata bermakna sama lebih dari sekali sehingga poin ini penuh dengan pemborosan kata. Ini dapat dlihat dari pengulangan kata “pada” sebelum keterangan hari dan tanggal pada empat tempat di sini: “Pada hari Senin tanggal 4 Maret 2019”, “para tanggal 9 Maret 2019”, “pada hari Jumat tanggal 19 oktober 2018”, “pada tanggal 09 Maret 2019”.

(53)

Seorang penulis bisa saja memilih antara kata “pada” dan “tanggal” atau “hari”. Menulis dengan kalimat seperti “pada Senin, 4 Maret 2019” akan jauh lebih baik daripada menulis “pada hari Senin tanggal 4 Maret 2019”.

Lalu, kalimat pada press release tersebut, rata-rata ditulis terlalu panjang tanpa titik (.) serta koma (,). Ditambah lagi, pengulangan kata “yang” yang berlebihan dan seharusnya dapat digantikan dengan tanda titik juga koma. Hal itu dapat dilihat dari poin A, B, dan D. rata-rata panjang satu kalimat yang ditulis mencapai 5-7 baris. Jelas itu terlalu panjang, ditambah ketiadaan tanda koma (,) yang memudahkan pembaca.

Peneliti mengambil contoh dari poin A sebagai berikut:

“pada hari Senin tanggal 4 Maret 2019 petugas mendapat informasi dari masyarakat bahwa pada tanggal 9 Maret 2019 akan ada pengiriman barang narkotika jenis shabu dari Malaysia ke Surabaya melalui Jakarta dari bandar yang bernama SH di Malaysia yang belum tertangkap petugas dan pernah mengirim shabu dari Malaysia ke Surabaya yang mana kurirnya telah ditangkap pertugas Ditres Narkoba Polda Jatim a.n. CKH dan HLKL yang membawa shabu seberat 1 (satu) kilogram pada hari Jumat tanggal 19 Oktober 2019 sekitar pukul 17.10 WIB di Hotel BG Junction Surabaya.”

Satu kalimat yang panjang itu, sebenarnya dapat diperbaiki dengan memecah dan memerbaiki kalimat sebagai berikut:

“Senin, 4 Maret 2019 petugas mendapat informasi dari masyarakat bahwa pada 9 Maret 2019 akan ada pengiriman shabu dari Malaysia ke Surabaya. Pengiriman dilakukan melalui Jakarta oleh bandar SH di Malaysia. SH pernah mengirim shabu dari Malaysia ke Surabaya namun belum pernah tertangkap. Meski begitu, kurir SH berinisial CKH dan HLKL yang membawa shabu seberat satu kilogram telah ditangkap Ditres Narkoba Polda Jatim pada Jumat, 19 Oktober 2019 sekitar pukul 17.10 WIB di Hotel BG Junction Surabaya.”

Penulisan seperti itu tentu akan jauh lebih baik mengingat penggunaan kata akan lebih efektif, tidak terjadi pemborosan, tidak ada eufisme serta penggunaan huruf kapital menjadi tepat.

(54)

42

Lalu, ada kata-kata yang pemilihannya tidak tepat dan dapat berkonotasi lain pada press release kasus narkotika jenis shabu tersebut. Ini dapat dilihat pada poin D baris ke empat dari bawah dengan kalimat “petugas melaksanakan tindakan tegas dan terukur terhadap tersangka YP dikarenakan situasi gelap dan tertutup semak belukar”. Tak akan ada yang tahu apa bentuk ‘tindakan tegas dan terukur’ yang dilaksanakan oleh petugas tersebut sampai pembaca menemukan pada kalimat selanjutnya bahwa tersangka ditemukan sudah meninggal. Jadi, akan sangat lebih baik, jelas, terbuka dan menghemat kata jika penulis press release tersebut menuliskan kata “menembak tersangka”. Kata “melaksanakan tindakan tegas dan terukur” tidak akan menghaluskan arti sebenarnya dari apa yang terjadi dan hanya akan menimbulkan kebingungan.

Sebagai perbandingan, berikut adalah press release dari Pemerintah Kota. Baik Polda Jatim maupun Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot Surabaya) memiliki kesamaan sebagai instansi pemerintahan yang tidak berbasis profit.

Gambar

Gambar 1: Logo Bidhumas Polda Jatim
Tabel 1: Level PII untuk Rilisan Pers
Gambar 3: Rilisan Pers Humas Polda Jatim 11 Maret 2019 (1)
Gambar 4: Rilisan Pers Humas Polda Jatim 11 Maret 2019 (2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

tata letak yng berorientasi pada produk disusun dikeliling produk atau kelompok produk yang sama yang memiliki volume tinggi dan variasi rendah... dua jenis tata letak

RUPST Danamon menyetujui antara lain Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Perseroan tahun buku 2012, menyetujui pembayaran dividen sebesar Rp 1.203.561.900.000 kurang lebih Rp

Penelitian IV untuk mengetahui dosis/level tepung daun beluntas dan lama pemberian pakan perlakuan terhadap performa itik betina tua (berumur 12 bulan), kandungan gizi

Kemampuan suatu sediaan tabir surya dalam melindungi kulit dinyatakan dengan nilai FPS yang merupakan perbandingan antara dosis energi terendah untuk menghasilkan eritema

Pada Perencanaan Struktur gedung ini, kolom yang direncanakan berukuran 25 x Pada Perencanaan Struktur gedung ini, kolom yang direncanakan berukuran 25 x 25 25 cm. Adapun mutu

Semua itu nantinya akan disalurkan dalam pesawat tersebut untuk nantinya akan digunakan sebagai seumber menghidupkan berbagai hiburan yang berguna untuk penumpang,

41 Tahun 2004 tentang Wakaf dinyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif unmk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan

Mana-mana orang yang berniat untuk menawarkan atau menjadikan tersedia unit dalam amanah perniagaan tidak tersenarai hendaklah mendaftarkan dengan Suruhanjaya suatu