• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HIRARKI PENGARUH PADA PEMBERITAAN AHMADIYAH

1. Level Individu

Pengaruh paling awal pada sebuah pemberitaan di sebuah media adalah pengaruh individu.Pengaruh individu yaitu pengaruh dari wartawan atau reporter yang dalam dalam hal ini adalah pencari berita dan pengumpul berita.Level ini memiliki pengaruh yang cukup besar karena wartawan atau reporter adalah individu yang langsung berinteraksi dengan situasi dan kondisi di lapangan.

Faktor individu dari wartawan atau reporter juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor latar belakang dan karakteristik dari wartawan atau reporter seperti faktor pendidikan, faktor orientasi dan lain-lain.Faktor kedua yang membentuk individu seorang wartawan atu reporter adalah perilaku, kepercayaan

83

dan nilai-nilai yang dipegang oleh seorang wartawan atau reporter.Faktor yang terakhir membentuk individu seorang wartawan atau reporter adalah faktor profesionalitas dan kode etik yang diikuti oleh seorang wartawan atau reporter.84

Pada konteks pemberitaan di Majalah Tempo, level individu sendiri diwakili oleh dua posisi profesi yaitu:85

a. Reporter atau calon reporter

Reporter adalah seorang wartawan atau pewarta telah menjadi wartawan tetap di Majalah Tempo yang langsung terjun ke lapangan, mewawancarai narasumber dan bertugas untuk mengumpulkan atau mencari bahan pemberitaan sebuah isu atau kasus. Selain tugas tersebut, reporter juga dapat memberikan masukan kepada penulis tentang angleapa yang akan dipakai pada sebuah pemberitaan berdasarkan pertimbangan datayang didapat di lapangan. 86 Sedangkan calon reporter atau yang biasa disingkat carep adalah calon pewarta Majalah Tempo yang sedang dalam masa pendidikan selama lima bulan.87Biasanya calon reporter dalam tugas mencari berita didampingi oleh reporter dalam tugasnya mengumpulkan bahan pada sebuah kasus.

b. Penulis

Penulis adalah posisi dalam redaksi Majalah Tempo yang bertugas menulis sebuah pemberitaan setelah mendapat bahan sebuah berita dari reporter.Tugas dari seorang penulis adalah menentukan angel pemberitaan di

84

Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h 66-91 85

Sumber: Sekretariat Redaksi Majalah Tempo. 86

Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s

Indonesia, h 19 87

Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s

Majalah Tempo. Angel sebuah pemberitaan pada Majalah Tempo sendiri ditentukan oleh rapat kompartemen dan rapat besar dan dapat mengalami perubahan setelah mendapat masukan dari reporter yang langsung terjun ke lapangan.88

penulis dianggap cukup banyak tahu di lapangan dia tugasnya memang menulis, maka kalau dia konsen di politik maka dia akan mengusulkan apa yang dipolitiknya, selain itu redaktur pelaksana memiliki pengaruh yang besar karena bisa juga menugaskan, kalau misalnya dia punya ide apa dia menyampaikannya dalam rapat hari senin, kalau diterima ya di tulis89

Dari kedua posisi profesi tersebut, terdapat gambaran bahwa sebuah pemberitaan pada Majalah Tempo, posisi seorang wartawan atau reporter memiliki andil besar yaitu sebagai individu yang langsung terjun ke lapangan. Dalam proses pembentukan sebuah pemberitaan di majalah Tempo, reporter dan penulis dapat memberikan pengaruh lewat rapat kompartemen dan rapat besar. Bahkan penentuan angel pun ditentukan oleh reporter, sedangkan redaktur hanya mempertajam angel.

Seperti saya selain mengumpulkan data juga menginginkan angel tulisan seperti ini. Semua penentuan berdasarkan rapat kompartemen dan rapat besar jadi yang gak absen kita sebagai reporter. Cukup berpengaruh karena dia yang mengumpulkan bahan dia yang tentukan angel awal, sedangkan redaktur hanya mempertajam angel90

Pada rapat yang dilaksanakan reporter dapat memberikan pengaruh karena sebagai individu yang langsung terjun ke lapangan, sedangkan penulis dapat

88

Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s

Indonesia, h 12 89

Wawancara peneliti dengan Abdul Manan (redaktur senior majalah Tempo) pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.

90

Wawancara peneliti dengan Anton Septian (reporter majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta

memberikan pengaruh dikarenakan sebagai individu yang menulis langsung pemberitaan pada Majalah Tempo.

Tetapi dalam proses pencarian dan penulisan berita dituntut untut memberikan pemberitaan yang sesuai dengan kebenaran dan tidak menerima suap dari pihak manapun. Ada dua aturan pada Majalah Tempo yang harus diikuti semua elemen di Majalah Tempo yaitu tidak memberitakan berita bohong dan berita yang berdasarkan suapan atau dalam istilah Majalah Tempo adalah “berita amplop”.9192

..karena ideologi Tempo itukan jurnal mencerahkan masyarakat, jadi tugas majalah adalah menjernihkan peristiwa dari lautan informasi yang sangat banyak, berita itu seharusnya membuat orang lebih mengerti bukan malah membuat orang jadi bingung atau tersesat ditengah banyaknya informasi, karena sekarang informasi banyak tersedia, dan kadang-kadang membuat informasi itu jadi simpang siur dan membuat orang jadi bingung, mana yang berisi kebenaran yang membuat orang tau peristiwa yang sebenarnya93

Sesuai dengan aturan tersebut para reporter atau penulis di Majalah Tempo dapat bebas menentukan angle sebuah pemberitaan asal sesuai dengan kebenaran dan tidak ada unsur penyuapan pada sebuah pemberitaan.

2. Level Rutinitas Media

Level selanjutnya yang mempengaruhi sebuah pemberitaan di sebuah media adalah rutinitas media.Rutinitas media adalah Rutinitas media adalah kebiasaan sebuah media dalam pengemasan dan sebuah berita. Media rutin

91

Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s

Indonesia, h 21 92

Catatan harian peneliti saat magang di Pusat Data Analisa TEMPO. 93

Wawancara peneliti dengan Abdul Manan (redaktur senior majalah Tempo) pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.

terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan yaitu sumber berita ( suppliers ), pengolahan pemberitaan ( processing ), dan audiens ( consumers).94

Dari ketiga unsur tersebut membentuk pola rutinitas pada Majalah Tempo yang berkaitan satu dengan lainnya.

Bagan 4.1.95 Pola Rutinitas Media

Dari pola di atas dapat dijelaskan:

a. Sumber Berita (Suppliers)

Sumber berita adalah dimana berita didapatkan oleh para pencari berita.Sumber berita biasanya adalah lembaga pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, partai politik dan lain sebagainya.Lembaga-lembaga ini dapat mempengaruhi pemberitaan sebuah media dikarenakan, kadang lembaga-lembaga ini memberikan pesanan agar berita yang keluar dari sebuah media tidak bertentangan dengan lembaganya.

94

Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 109 95

Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h. 109 Pengolahan Pemberitaan (Proccesing) Sumber Berita (Suppliers) Audiens (Consumers)

Walaupun sumber berita tidak terlalu berdampak signifikan pada konten dari sebuah media, tetapi ketergantungan sebuah media dengan sebuah berita sedikit banyak dapat mempengaruhi sebuah pemberitaan.96

Pada konteks pengaruh sumber kepada pemberitaan di Majalah Tempo, sumber berita memiliki andil yang memberikan pengaruh pada rutinitas penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo.Pengaruh tersebut tidak terlalu signifikan tapi untuk menjamin kredibilitas pemberitaan di Majalah Tempo di butuhkan sumber yang memiliki akuntabilitas yang tinggi. Majalah Tempo sebagai sebuah media yang sudah cukup mapan memiliki sumber berita di hamper setiap lembaga, walaupun dalam redaksi pemberitaan terkadang sumber tersebut tidak dicantumkan namanya. Langkah ini diambil untuk menjamin kerahasiaan sumber dan keamanan sumber berita tersebut.

Sumber berita pada Majalah Tempo memberikan pengaruh pada rutinitas penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo karena data yang tidak terlalu besar atau kurang dapat menyebabkan sebuah pemberitaan pada Majalah Tempo tidak layak cetak.

Apakah bahan itu sudah komplit atau belum. Kalau misalnya belum ya drop, kalau misalnya komplit ya 70-80% itu bisa lanjut nanti dilengkapi di hari hari kamis. Selain itu juga ada rapat opini, ada rapat lagi kamis malam untuk mengecek kelengkapan bahan, ini bahan sudah komplit apa tidak, kalau misalnya hari kamis bahan belum lengkap drop, hasil rapat tetap di drop, kita nyari bahan yang bisa kita kejar dalam sehari, kalau misalnya tetep tidak ada kita drop, hasil rapat dari hari senin sampai kamis terus tidak mungkin untuk ditulis, kalau masih bisa dikejar hari jumatnya atau kamis malamnya masih bisa Kalau kekurangannya masih 10%, kalau sudah 50% sudah bolong-bolong97

96

Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, h.137 97

Wawancara peneliti dengan Anton Septian (reporter majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta

Ketika bahan atau data yang didapatkan dari sumber belum mencukupi sekitar tujuh puluh hingga delapan puluh persen, sebuah pemberitaan yang menggunakan data atau sumber tersebut tidak dapat diberitakan.Langkah ini dilakukan karena Majalah Tempo adalah media yang menggunakan teknik investigasi yang mengandalkan kedalaman data dan mengungkap peristiwa di balik sebuah kasus.

Kalau misalnya itu isu besar ya tetap harus melihat bahannya. Karena beda antara pemberitaan koran dan majalah Kalau Koran tinggal nulis lagi selesai, tapi kalau majalah kan cerita dibalik berita yang kadang tidak bisa didapat dari ketika diinvestigasi, itu dari pengumpulan bahan.98

Pengaruh sumber memiliki pengaruh yang cukup sidnifikan pada level rutinitas media berkaitan dengan kelengkapan bahan pemberitaan atau data. Kelengkapan bahan dibutuhkan karena Majalah Tempo adalah media investigasi sebuah kasus tetapi pengaruh tersebut tidak terlalu berdampak langsung kepada pemberitaan Majalah Tempo.

b. Audiens (Consumers)

Audiens atau yang selanjutnya akan saya sebutkan sebagai pembaca yaitu pemakai media yang menonton, mendengar atau dalam konteks pemberitaan sebuah majalah seperti Majalah Tempo sebagai pembaca. Pembaca Majalah Tempo sendiri menurut Janet Stelle, mengutip survey yang dilakukan divisi periklanan Majalah Tempo pada tahun 1998, pembaca Majalah Tempo adalah pembaca dari golongan menengah.Golongan menengah dalam konteks struktur kelas di Indonesia adalah golongan yang menikmati standar yang tinggi dari

98

Wawancara peneliti dengan Anton Septian (reporter majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta

keuntungan yang besar.99Sesuai dengan pengertian golongan menengah, pembaca Majalah Tempo adalah golongan yang secara ekonomi telah terpenuhi kebutuhannya.Pembaca pada golongan ini memiliki tingkat intelektualitas yang cukup tinggi dan memiliki konsen yang besar pada isu-isu nasional.

Golongan menengah ini menurut Ariel Haryanto seperti yang dikutip oleh Janet Stelle memiliki dua ciri khas yaitu golongan yang memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi dan sebagai golongan yang memiliki konsen yang besar terhadap perubahan dan perilakunya yang progresif.100Dari karakteristik golongan ini kita mendapat gambaran bahwa ciri khas pembaca Majalah Tempo adalah golongan yang konsen terhadap suatu isu dan sebagai pembaca yang kritis, sehingga pengemasan sebuah pemberitaan pada Majalah Tempo juga dapat dikritisi oleh pembaca Majalah Tempo.

Untuk menampung kritikan dan aspirasi dari pembacanya Majalah Tempo

memiliki rubrik yang bernama “Surat”.Rubrik ini selain berisi tanggapan pembaca

terhadap pemberitaan Majalah Tempo tetapi juga menampung tanggapan pembaca terhadap isu-isu nasional. Biasanya pada rubrik ini pembaca Majalah Tempo dapat mengkritik pemberitaan atau bantahan dari pihak yang diberitakan Majalah Tempo.Majalah Tempo mengakomodir segala bentuk kritik atau tanggapan.

Rubrik “Surat” ini juga memungkinkan pembaca menjadi pewarta tersendiri ketika pembaca tersebut mengabarkan tentang suatu peristiwa yang berkaitan dengan pembaca tersebut.

99

Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s

Indonesia, h 165 100

Steele, Wars Within “The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s

Gambar 1.

Rubrik “Surat” pada Majalah Tempo

Sumber: Pusat Data dan Analisa TEMPO (PDAT)

Pada gambar di atas dapat dijelaskan bahwa salah satu pembaca Majalah Tempo mengabarkan bahwa kameranya hilang saat penerbangannya menggunakan pesawat maskapai penerbangan Garuda Indonesia

Airlines.Penyampaian pembaca pada rubrik “Surat” ini menunjukan bahwa rubrik

“Surat” dapat menjadi artikulasi dari kepentingan pembaca.

Selain penampungan tanggapan dan kritik terhadap Majalah Tempo maupun isu-isu nasional, Majalah Tempo juga memiliki standar bahasa yang sesuai dengan tingkat intelektualitas dan pangsa pasar Majalah Tempo yang rata-rata merupakan golongan menengah ke atas. Majalah Tempo memiliki standar bahasa yang mengacu pada standar bahasa Indonesia yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia. Standar bahasa pada Majalah Tempo diatur dan diawasi oleh Divisi Bahasa yang dikepalai oleh redaktur bahasa Uu Suhardi.Menurut pengalaman saya sebagai peneliti setiap karyawan Tempo tidak hanya divisi redaksi diberikan pembelajaran tentang standar bahasa Majalah Tempo langsung oleh redaktur bahasa yang biasa disebut Kelas Bahasa.101

Pemberian kelas bahasa ini selain meningkatkan kemampuan bahasa para karyawan Tempo juga sebagai penetapan standar bahasa Tempo kepada seluruh staf Majalah Tempo agar sesuai dengan kebutuhan pembaca. Menurut Shoemaker dan Reese, pada sebuah media cetak contohnya sebuah cerita pada media cetak harus mudah dibaca (readable), foto pada sebuah berita harus memiliki kaitan dengan sebuah cerita pada sebuah media cetak dan judul pada sebuah headline harus memberikan perhatian langsung audiens terhadap sebuah pemberitaan.102Kemampuan bahasa yang dimiliki segenap staf Majalah Tempo dapat memberikan kertertarikan pembaca kepada Majalah Tempo.

Akan tetapi pengaruh atau intervensi pembaca Majalah Tempo pada level rutinitas pada Majalah Tempo tidak terlalu besar, hal ini dikarenakan Majalah

101

Catatan harian peneliti saat magang di Pusat Data Analisa TEMPO. 102

Tempo lebih mengutamakan kepada misi Majalah Tempo dan lebih mengutamakan hasil-hasil keputusan rapat yang ada pada Majalah Tempo.

Kita memang tidak melulu kepada pembaca, kita melakukan survey mana yang disukai mana yang tidak.Tapi hal-hal yang bersifat misi, artinya itu yang sesuai rapat keputusan…Jadi meskipun pembaca tidak suka kalau itu merupakan keyakinan Tempo yang khusus dengan misi-misi tadi itu dimuat.Intervensi pembaca kepada rubric dalam nasional politik kecil. Kita mengakomodasi dengan rubrik-rubrik yang lain. Misalnya orang suka gadget, kita muat gadjet. Orang suka gaya hidup, kita muat gaya hidup. Dengan Survey berkala, tapi survey sebagai panduan bukan acuan.103

Pengaruh dari pembaca tidak terlalu besar dalam konteks pemberitaan Majalah Tempo, terutama pada isu-isu nasional yang diberitakan oleh Majalah Tempo.Pada konteks pemberitaan pada Majalah Tempo pembaca hanya memberikan tanggapan tetapi tidak dapat merubah konten pemberitaan pada Majalah Tempo.

c. Pengolahan Pemberitaan (Proccesing)

Representasi pengaruh rutinitas pada penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo yang paling berpengaruh adalah melalui proses pengolahan pemberitaan. Proses pengolahan pemberitaan pada awal bab ini telah saya jelaskan dan memberikan pengaruh yang cukup besar.

Representasi pengolahan pemberitaan pada awalnya dimulai dari proses rapat yang dilakukan seluruf bagian dari divisi redaksi Majalah Tempo. Pada rapat-rapat yang digelar oleh staf redaksi Majalah Tempo adalah untuk menentukan kebijakan pemberitaan dan angle pemberitaan Majalah Tempo.

103

Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso (redaktur pelaksana majalah Tempo) pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.

Tabel 4.1

Jenis-jenis rapat pada Majalah Tempo

Jenis Rapat Tugas Rapat

Rapat

Kompartemen

Rapat kompartemen sendiri adalah untuk menentukan angel awal dari sebuah pemberitaan dan pemberitaan apa yang diberitakan oleh dalam satu rubrik di Majalah Tempo.Anggota kompartemen masing-masing membawa usulan kemudian dirapatkan dan disaring di rapat kompartemen. Para anggota kompartemen mengajukan isu apa yang diangkat untuk menjadi pemberitaan di Majalah Tempo. Hasil dari rapat kompartemen akan diajukan pada rapat besar.

Rapat Besar Rapat besar dilaksanakan setiap hari senin. Pada rapat tersebut disampaikan apa saja temuan-temuan awalnya lalu dibahas dan disetujui pada rapat, kemudian diputuskan bahan-bahan apa saja yang perlu di gali. Pada rapat ini angel sebuah pemberitaan kemudian dipertajam lagi melalui proses musyawarah antara reporter dengan para redaktur yaitu mulai dari pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur senior dan redaktur eksekutif. Setelah rapat besar ini menghasilkan keputusan untuk menugaskan reporter dan fotografer untuk terjunlangsung ke lapangan untuk mencari data.

Rapat Redaksi Rapat redaksi membahas kelengkapan data yang telah dihimpun oleh reporter dan fotografer di lapangan. Jika data yang didapatkan belum mencapai tujuh puluh persen sampai delapan puluh persen, biasanya pemberitaan akan diganti dengan pemberitaan lain. Akan tetapi jika kekurangan data hanya sepuluh persen, pencarian data di lapangan data dilanjutkan untuk kelengkapan data. Pada rapat redaksi ini juga akan diputuskan, sebuah berita atau isu apakah akan menjadi laporan utama atau laporan biasa di dalam Tempo. Rapat ini juga untuk mempertajam angle pada sebuah pemberitaan, biasanya usulan ini dapat dilakukan oleh penulis, reporter dan para redaktur.

Rapat Opini Rapat opini adalah penentuan pandangan Majalah Tempo pada sebuah isu atau kasus. Opini yang ditetapkan oleh Majalah Tempo berdasarkan data-data yang telah didapatkan di lapangan.

Rapat-rapat yang dilaksanakan oleh redaksi Majalah Tempo menentukan arah kebijakan pemberitaan pada Majalah Tempo, rapat tersebut biasanya dihadiri

oleh seluruh bagian redaksi dari Majalah Tempo terkecuali pada rapat kompartemen yang hanya dihadiri oleh anggota dari kompartemen tersebut.

Proses rutinitas media yang direpresentasikan oleh rapat-rapat redaksi Majalah Tempo membentuk suatu pola yang berkesinambungan dalam mempengaruhi pemberitaan pada Majalah Tempo. Pada rapat-rapat yang dilaksanakan semua elemen dapat mengutarakan argumentasi yang berkaitan dengan arah kebijakan pemberitaan Majalah Tempo.

Kalau di Tempo cukup egaliter ya, semua orang bisa hadir dalam rapat besar, kecuali rapat kompartemen karena khusus anggota kompartemen itu saja, kalau kompartemen nasional yang datang hanya orang kompartemen nasional saja. Kalau rapat besar yang hadir semua mulai dari kompartemen ekbis, nasional, gaya hidup, seni, sains, sampai bahkan redaktur foto juga datang terus bahasa juga datang, jadi semua boleh ikut dan boleh memberikan masukan. Kalau masukannya bagus bisa dipilih, kalau misalnya kurang sekalipun dari pemred tidak bisa dipilih.104

Hasil dari rapat tersebut menjadi pedoman bagi reporter untuk menjalankan tugasnya di lapangan.Reporter dalam menjalan tugasnya tidak dapat bertentangan dengan keputusan rapat, karena kedua rapat yang telah saya sebutkan di atas tadi adalah hasil diskusi antara reporter sebagai pekerja media di lapangan dengan para redaktur sebagai pemegang kebijakan di meja redaksi.Reporter dalam menentukan angel pun memiliki otoritas yang besar karena mengetahui konteks di lapangan sedangkan para redaktur hanya bekerja di meja redaksi.Sistem rapat di Tempo pun sangat terbuka dan egaliter yaitu melibatkan semua elemen dan dapat memberikan masukan tanpa memandang jabatan dari setiap individu di Majalah Tempo.

Rapat, rapat redaksi yang hari senin dan hari rabu habis itu di putuskan di rapat, bahkan pemimpin redaksi pun tidak bisa

104

Wawancara peneliti dengan Anton Septian (Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.

mengambil keputusan sendiri.Dia hanya bisa ngusul dan yang lainpun bisa ngusul dan di rapat itu diputuskan. Dirapat itu pemimpin redaksi sering di tolak bahkan ditertawakan, tetap forum tertinggi yang bisa menentukan berita mana yang akan dimuat atau tidak itu ditentukan dirapat, termasuk opini yang di depan itu dibahas dalam rapat.105

Proses selanjutnya dari rutinitas pada penyusunan sebuah pemberitaan di Majalah Tempo adalah pencarian data atau bahan pemberitaan yang dilakukan oleh reporter, calon reporter maupun fotografer di lapangan. Data-data yang dicari di lapangan sesuai dengan yang diamanahkan pada rapat atau sesuai temuan baru di lapangan. Reporter dalam proses pencarian berita harus secara mendalam dan selalu mengutamakan asas cover both side, dalam artian pemberitaan harus berimbang dan mengkonfirmasi kepada narasumber yang terkait dengan pemberitaan yang diangkat oleh Majalah Tempo. Menurut Anton Septian faktor profesionalan yang diutamakan.“Ya profesionalitaslah jelas, saya menulis berita ini berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan, kita tidak bisa mengarang berita

juga”106

Dalam pencarian sebuah bahan pemberitaan seorang reporter dituntut untuk selalu menemukan kebenaran dan bukan berita bohong. Proses selanjutnya adalah penyuntingan dan penulisan yang dilakukan oleh penulis dan redaktur. Proses penulisan dilakukan oleh penulis yang sebelumnya memiliki jabatan sebagai reporter. Data-data yang ditulis oleh penulis adalah hasil temuan oleh reporter di lapangan.penulis dalam proses penulisannya berkonsultasi dengan reporter. Penulis memiliki andil dalam menentukan angle yang diputuskan pada

105

Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso (Redaktur Pelaksana Majalah Tempo) pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta

106

Wawancara peneliti dengan Anton Septian (Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.

rapat-rapat di Majalah Tempo. Sedangkan proses penajaman angle biasa dilakukan oleh redaktur. Redaktur tersebut biasanya adalah redaktur pelaksana, redaktur eksekutif maupun redaktur senior. Sedangakan proses penyuntingan bahasa dilakukan oleh editor bahasa.

Proses rutinitas dari penyusunan pemberitaan pada Majalah Tempo ini mempengaruhi pemberitaan cukup besar karena terkait oleh keseharian yang dilakukan oleh Majalah Tempo. Walaupun terjadi hubungan antar pembaca, sumber berita dan pengolahan pemberitaan, namun pengolahan pemberitaan lebih mempengaruhi proses rutinitas sebuah media karena bersifat mengikat melalui rapat-rapat yang harus dipatuhi oleh semua elemen redaksi Majalah Tempo.

Dokumen terkait