• Tidak ada hasil yang ditemukan

LGBT DALAM BERAGAM PANDANGAN

A. LGBT Dalam Pandangan HAM

Kesetaraan dalam hak asasi manusia bukanlah tugas yang mudah, karena orientasi seksual individu, gender dan identitas gender tidak setara. Akan tetapi, organisasi non-Pemerintah (NGO), HAM dan kaum LGBT tidak berhenti berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan hak-hak LGBT di dalam dan luar negeri. Kerja keras mereka telah membawa perkembangan baru pada isu-isu LGBT.1 Demikian juga, orientasi heteroseksual adalah orientasi seksual kebanyakan orang dan dapat dicirikan sebagai minoritas gender. Di sisi lain, homoseksualitas dan transeksualitas adalah kecenderungan minoritas orang dan dapat dikualifikasikan sebagai minoritas gender.

Orientasi homoseksual dipandang sebagai tindakan yang tidak wajar karena telah menyimpang dari alur. Contoh seperti agama-agama Ibrahim Yahudi, Kristen, dan Islam menganggap homoseksual dianggap penyimpangan terhadap kodrat manusia yang telah ditetapkan oleh Allah. Karena alasan inilah homoseksual dianggap sebagai dosa besar dan dapat Dihukum dengan ancaman Tuhan. Namun, dengan menguatnya paham liberalisme dan sekularisme dan melemahnya pengaruh agama di negara Eropa barat dan Amerika, minoritas seksual menuntut hak-haknya untuk diakui dimasyarakat dan politik. Mereka menuntut hak-hak seksual yang setara dengan mayoritas gender. Sejak itu, istilah "hak seksual" mendapat

1 Rustam Dahar Karnadi Apollo Harahap, “LGBT di Indonesia: Perspektif Hukum Islam, HAM, Psikologi dan Pendekatan Maṣlaḥah”. al-Ahkam, vol. 26, no. 2 (Oktober 2016): 227.

26

penerimaan yang cukup besar di komunitas hak asasi manusia. Semua manusia dilahirkan bebas dan setara dalam martabat dan hak. Semua hak asasi manusia bersifat universal, saling bergantung, tidak terpisahkan, dan saling terkait.

Orientasi seksual atau identitas gender merupakan bagian integral dari martabat dan kemanusiaan setiap orang dan tidak boleh menjadi dasar pelecehan dan penghinaan. Orientasi seksual dipahami sebagai ketertarikan yang mendalam terhadap emosional, rasa sayang, dan seksual, serta memiliki hubungan seksual yang erat dengan lawan jenis atau homoseksual maupun heteroseksual.

Namun, identitas gender ini dipahami sebagai pengalaman internal dan individual yang di mana dapat dirasakan secara mendalam oleh orang tersebut, yang mungkin sesuai atau tidak sesuai dengan jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir, termasuk perasaan pribadi seseorang atas tubuhnya yang mungkin melibatkan fungsi tubuhnya dengan cara mengubah bentuk Penampilan dan ekspresi lain dari jenis kelamin, termasuk pakaian, ucapan dan tingkah laku. Untuk itu, pada intinya ini menekankan perlunya menghormati hak asasi semua minoritas seksual, terutama kelompok gay, lesbian dan transgender.

Perkembangan yang di capai dalam hak-hak LGBT melalui gerakan menuju prinsip dan strategi hak asasi manusia secara universal dalam beberapa tahun terakhir, banyak organisasi dan individu LGBT telah terlibat dalam proses hak asasi manusia dan penilaian nasional. Para organisasi, menghadapi sejumlah tantangan untuk mendaftarkan diri sebagai badan hukum, mengorganisir kegiatan dengan ancaman kekerasan dari preman dan kelompok Muslim, dan bagaimana mengatur kegiatan tanpa dukungan, dan perlindungan dari pemerintah dan polisi.

27

Dimungkinkan untuk meningkatkan partisipasi organisasi-organisasi ini dalam kegiatan advokasi dan pembuatan kebijakan pemerintah.2

Adanya upaya pencalonan individu LGBT sebagai anggota Komnas HAM yang pada akhirnya gagal. Ini menumbuhkan kesadaran akan permasalahan orientasi seksual dan identitas gender. namun dengan menumbuhkan kesadaran dan kebanggaan menjadi anggota komunitas LGBT, komunitas LGBT memiliki derajat tertentu. Belum ada tokoh yang secara terbuka berbicara tentang individu LGBT yang menjadi politisi sukses, namun terdapat potensi untuk bekerja sama dengan para calon pejabat politik yang tidak memusuhi LGBT. Hasil akhir dialog Ini, adalah meneliti kapasitas organisasi LGBT di Indonesia.

Dari sistem hukum di Indonesia, sebagaimana didalam UUD 1945 telah dinyatakan bahwa “hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam situasi apa pun”,3 hal ini sesuai dengan ketentuan keterangan DUHAM Pasal 2, 7 dan 22.4

2 Dede Oetomo, Laporan LGBT Nasional Indonesia: Hidup Sebagai LGBT di

Asia 2 (USAID dan UNDP, 2013), 10–12.

3 UUD, 1945 Pasal 28A dan 28.

4 Pasal 2: Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain. Pasal 7; Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada kerendahan semacam ini. Pasal 22; Setiap orang, sebagai anggota masyarakat, berhak atas jaminan sosial dan berhak akan terlaksananya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang sangat diperlukan untuk martabat dan pertumbuhan bebas pribadinya, melalui usaha-usaha nasional maupun kerjasama internasional, dan sesuai

28

Dengan demikian, maksud dari UUD 1945 tersebut adalah pentingnya bagi kelompok LGBT agar dapat memperoleh hak asasi manusia berupa jaminan perawatan atau pengobatan penyakit orientasi seksual (LGBT). Bukan HAM dalam bentuk pengakuan atau melegalkan orientasi seksual (LGBT) mereka yang menyimpang. Kewajiban dasar yang dimiliki seseorang (termasuk kelompok LGBT sebagai bentuk penghormatan kepada hak orang lain, dan bisa juga diartikan sebagai pembatasan terhadap hak asasi seseorang yang ditetapkan berdasarkan undang-undang yang diatur pada Pasal 70 dan 73 UU. No. 39 Tahun 1999.5 Berawal dari ketentuan ini, pemerintah sangat lah berperan dalam bentuk menjanjikan adanya regulasi dan juga aturan hukum untuk membatasi kebebasan HAM LGBT, untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan juga kebebasan dasar untuk orang lain. B. LGBT Dalam Pandangan Psikologi

Secara normal manusia akan merasa tertarik kepada lawan jenis yang berbeda, yaitu antara pria dan wanita. Keadaan tersebut akan menjadi tidak normal ketika ketertarikan seksual bukan lagi pada lawan jenis, tetapi terhadap sesama jenis. Dan kemudian dikenal sebagai penyimpangan seksual.

dengan pengaturan serta sumber daya setiap negara (Lihat Pasal 2, 7 dan 22, dalam DUHAM).

5 Pasal 70. (1) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan Undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta pencapaian atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. Pasal 73 (1) Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-undang ini hanya dapat dibatasi oleh dan berdasarkan undang- undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum dan kepentingan bangsa. (Lihat: UU No. 39 Pasal 70 dan 73).

29

Psikolog Klinis dan Hipnoterapi, Liza Marielly Djaprie, mengatakan bahwa orientasi seksual LGBT bukan merupakan gangguan jiwa, Kondisi yang mereka alami dianggap sebagai keunikan pada diri mereka, sama halnya seperti kepribadian introvert atau ekstrover, menurutnya orientasi seksual LGBT ini bisa saja diperoleh dari bawaan lahir, pengaruh lingkungan, atau karena adanya trauma akibat pengalaman tertentu dimasa lalu. Apabila pelaku orientasi seksual LGBT ini berkeinginan untuk ‘normal’ maka itu semua dapat diperbaiki. Ada orang yang memang sejak awal terlahir memiliki bawaan lesbian atau homoseksual, namun dilingkungan mereka tidak ada yang menyimpang, maka mereka akan menjadi heteroseksual. Namun, begitu pun sebaliknya, orang terlahir sebagai heteroseksual, tapi bagi mereka yang berada dilingkungan homoseksual, mereka akan mencari pasangan sesama jenis, karena seiring berjalannya waktu akan timbul rasa ketertarikan terhadap hal yang diperbuat dalam lingkungannya.6

Menurut pandangan psikologi, perilaku penyimpangan orientasi seksual (LGBT), pada awalnya Diagnostic and Statistic Manual of Mental Desorder (DSM) pertama dan kedua dinyatakan sebagai penyakit, yakni kelainan gangguan kejiwaan. Tetapi setelah mendapat banyak kritikan pada tahun 1973 APA (American Psychiatric Association) dilakukan kembali (DSM) ketiga, yang menyatakan bahwa pelaku penyimpangan LGBT itu bukan merupakan gangguan kejiwaan dan kelainan seksual. Dengan maka penyimpangan orientasi seksual LGBT ini dianggap sebagai perilaku yang alamiah dan normal.7

6 Liza Marielly Djaprie, Pandangan Psikolog tentang LGBT, dalam Okezone Lifestyle, diperoleh dari http://lifestyle.okezone.com, diakses pada 18 Juni 2021.

30

Sedangkan psikiatri Fidiansyah membantah pendapat ini, karena menurutnya penyimpangan orientasi seksual LGBT ini termasuk penyakit gangguan jiwa, dan bisa menular pada orang lain. Penularannya bukan karena adanya virus ataupun kuman. Namun yang dimaksud adalah teori penularan dari konsep kebiasaan. Seseorang berawal mengikuti satu pola, menjadi satu karakter, kepribadian, sehingga menjadi bentuk kebiasaan yang pada akhirnya akan menjadi penyakit.8

Di antara mereka dengan bantuan manipulasi psikologis, manipulasi psikologis adalah gaya membagi pengetahuan sosial atau organisasi seseorang yang bertujuan untuk memodifikasi persepsi atau perilaku orang atau kelompok yang licik, untuk menipu atau bahkan metode dapat melalui Perkiraan strategi untuk memajukan kepentingan manipulator, metode ini dapat menjadi eksploitasi, sampai penyalahgunaan ilmu psikologis kasar, licik dan menipu. Aktivitas Sosial atau Aktivitas Sosial dapat meningkatkan perilaku kehidupan manusia baik aspek negatif atau positif, yang dapat mempelajari apa yang telah dan tidak terjadi dalam kehidupan masyarakat ini.9

Dokumen terkait