• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORIENTASI SEKSUAL (LGBT) LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER DALAM AL-QUR'AN PENDEKATAN AL-MAQĀṢIDĪ. Skripsi. gelar Sarjana Agama (S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ORIENTASI SEKSUAL (LGBT) LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER DALAM AL-QUR'AN PENDEKATAN AL-MAQĀṢIDĪ. Skripsi. gelar Sarjana Agama (S."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ORIENTASI SEKSUAL (LGBT) LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER DALAM AL-QUR'AN PENDEKATAN

AL-MAQĀṢIDĪ

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Khudriah 11140340000248

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

ORIENTASI SEKSUAL (LGBT) LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER DALAM AL-QUR'AN PENDEKATAN

AL-MAQĀṢIDĪ

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh Khudriah 11140340000248

Pembimbing

Ahmad Rifqi Muchtar, M.A. 196908221997031002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)
(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Khudriah

NIM : 11140340000248

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Judul Skripsi : Orientasi Seksual (LGBT) Lesbian, Gay, Biseksual, Trangender Dalam Al-Qur'an Pendekatan Al-Maqāṣidī Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 16 Juni 2021 Khudriah NIM 1140340000248

(6)
(7)

vii

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul ORIENTASI SEKSUAL (LGBT) DALAM AL- QUR'AN PENDEKATAN AL-MAQĀṢIDI telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Juli 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 12 Agustus 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Aktobi Ghazali, M.A NIP. 1982016 201503 1 004 Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Pembimbing,

Drs Ahmad Rifqi Muchtar, M.A NIP. 19690822 199703 1 002 Dr. Eva Nugraha, M.Ag

NIP. 19710217 199803 1 002

Drs. Harun Rasyid, M.Ag NIP. 19600902 198703 1 001

Moh. Anwar Syarifuddin, M.A NIP. 19600908 198903 1 005

(8)
(9)

ix

ABSTRAK Khudriah, 11140340000248.

Orientasi Seksual (LGBT) Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dalam al-Quran Pendekatan al-Maqāṣidī

Dewasa ini ada sebuah kelompok yang muncul membawa persoalan kontroversial dan menjadi objek perdebatan bagi sejumlah pihak. Yaitu munculnya kelompok orientasi seksual (LGBT) Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Kelompok orientasi seksual ini bukan hanya menuntut agar keberadaannya di hormati dilingkungan masyarakat saja, tetapi mereka juga berjuang agar pernikahan sesama jenis dapat dilegalkan oleh Undang-undang pernikahan.

Penulisan skripsi ini, hanya fokus kepada ayat-ayat alquran yang berbicara orientasi seksual (LGBT), selanjutnya dari ayat-ayat yang telah dikumpulkan tersebut dapat diketahui makna yang lebih dalam. Kemudian penulis menggunakan metode kualitatif dengan menganalisis dan mendeskripsikan. Bentuk penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (Library research) yaitu suatu metode yang menjawab permasalahan yang ada dengan mengumpulkan data, berupa kitab-kitab literatur tafsir konstektual, buku-buku, artikel, jurnal, yang tentunya berhubungan dengan pembahasan pada penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pemahaman interpretasi teologis terhadap ayat-ayat orientasi seksual dalam alquran dengan metode pendekatan al-maqāṣidī. Metode al-maqāṣidī ini penulis menguraikan ayat-ayat alquran yang berhubungan dengan orientasi seksual (LGBT) dan kisah kaum Lūṭ. Pendukung komunitas LGBT berpendapat bahwa mereka tidak melarang orientasi seksual (LGBT). Demikian pula, kisah Nabi Lūṭ yang menyatakan bahwa azab Allah yang menimpa kaumnya bukanlah karena tindakan orientasi seksual (LGBT), akan tetapi tindakan kaum Sodom yang melawan keadilan dengan pencurian dan pengelolaan. Namun, para ulama Islam telah bersepakat bahwa orientasi seksual (LGBT) adalah kekejian dan juga kejahatan yang di haramkan. Imam Mālik berpendapat bahwa pelaku tersebut harus dirajam, entah pelaku itu sudah menikah sebelumnya maupun belum menikah. Sedangkan Pelaku yang diajak berbuat juga akan mendapatkan hukuman yang sama apabila yang di ajak sudah menginjak usia akil balig. Dalam Qs. al-Ḥijr ayat 74 telah menggambarkan hukuman kaum Lūṭ yang melakukan kekejian dengan azab berupa hujan batu dari neraka Sijjīl.

(10)
(11)

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah yang telah memberikan kemampuan kepada penulis, sehingga berkat rahmat dan kasih sayang-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam hanya tercurah kepada baginda Nabi Muhammad yang telah mendobrak pintu kebatilan dan kezaliman menuju kemerdekaan.

Adapun judul skripsi ini "Orientasi Seksual (LGBT) Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender Dalam al-Qur'an Pendekatan al-Maqāṣidī," penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Agama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Atas dukungan dan kontribusi dari beberapa pihak, baik moril maupun materil, penulis merasa berhutang budi dan tidak mampu membalasnya. Maka dari itu penulis mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA., rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memimpin dan mengelola penyelenggaraan pendidikan sebagaimana mestinya.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA., dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta staf pembantu dekan, yang telah mengkoordinir penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat di fakultas.

3. Dr. Eva Nugraha, M,Ag., Ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir juga Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH, Sekretaris Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, yang selalu memfasilitasi, ikhlas, memberikan contoh yang baik dan tak pernah lelah memotivasi, semoga Allah membalas kebaikan beliau dan memberikan keberkahan.

(12)

xii

4. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A., dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar membimbing penulis, untuk beliau semoga Allah memberikan keberkahan dan menambahkan ilmunya.

5. Maulana, M. Ag., pembimbing akademik yang telah memberikan saran-saran ataupun arahan selama penulis duduk dibangku perkuliahan. 6. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat, khususnya program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang ikhlas, tulus dan sabar untuk mendidik kami agar menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berintelektual.

7. Keluarga besar Bapak Munawar, bibi, sepupu dan saudara-saudari. Penulis ucapkan terimakasih atas bantuan serta dukungan dan perhatian yang dapat menggantikan posisi kedua orangtua. Kepada adik-adik, terimakasih telah mendoa’akan, semoga kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta membanggakan kedua orangtua dengan ilmu yang kita dapat.

8. Teman-teman seperjuang dan senasib Tafsir-Hadits angkatan 2014, Fakultas Ushuluddin. Dalam hal ini penulis ucapakan terimaksih, telah menerima sebagai teman dan membantu dalam segala hal, bahkan dalam penulisan skripsi ini. Semoga pertemanan kita ini tak lekang dimakan waktu.

Ibunda Kholifah (almh) tercinta, yang tak terhitung jasa serta telah sepenuh jiwa dan raganya yang selalu menyemangati dan mendukung baik moril maupun materil, yang tidak pernah menuntut apapun serta tak henti-hentinya mengirimkan do’a kepada penulis hingga akhir hayatnya.

(13)

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/u/1987. Adapun perinciannya sebagai berikut:

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Arab Latin Keterangan

ا

Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

b be

ت

t te

ث

ṡ es (dengan titik di atas)

ج

j je

ح

ḥ ha (dengan titik di bawah)

خ

kh ka dan ha

د

d de

ذ

ż zet (dengan titik di atas)

ر

r er

ز

z zet

س

s es

ش

sy es dan ye

ص

ṣ es (dengan titik di bawah)

ض

ḍ de (dengan titik di bawah)

ط

ṭ te (dengan titik dibawah)

ظ

ẓ zet (dengan titik di bawah)

(14)

xiv

غ

g ge

ف

f ef

ق

q qi

ك

k ka

ل

l el

م

m em

ن

n en

و

w W

ه

h ha

ء

’ apostrop

ي

y ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun, jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

B. Tanda Vokal

Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau disebut dengan diftong, untuk vokal tunggal sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ ا

Fatḥah a A

َ ا

Kasrah i I

َ ا

Ḍammah u U

Adapun vokal rangkap sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َي

ai a dan i

(15)

xv

Dalam Bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad) dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اى

ā a dengan garis di atas

يى

ī i dengan garis di atas

وى

ū u dengan garis di atas

C. Kata Sandang

Kata sandang dilambangkan dengan (al-) yang diikuti huruf: syamsiyah dan qamariyah.

al-Qamariyah

َ رْي ن

لما

al-Munīr

al-Syamsiyah

َ لا ج رلا

al-Rijāl

D. Syaddah (Tasydid)

Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydid dilambangkan dengan ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah, akan tetapi, itu tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah terletak setel kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

al-Qamariyah

َ ة و

قْلا

al-Quwwah

al-Syamsiyah

َ ة ر ْو ر َّضلا

al-Ḍarūrah

E. Ta Marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta martujah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, transliterasi adalah (t), sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah (h), kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al-ser bacaan

(16)

xvi

yang kedua kata itu terpisah, maka ta marbūtah ditransliterasikan dengan ha (h) contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

1

َ ة قْي ر

َّطلا

Ṭarīqah

2

َ ةَّي م

لَ ْس

ْلْا ة ع ما جْلا

al-Jāmi’ah al-Islāmiah

3

َ دْو ج و

ْلا ة دْح و

Waḥdat al-Wujūd

F. Huruf Kapital

Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini juga mengikuti Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal Nama tempat, nama bulan nama din dan lain-lain, jika Nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Hamid, al-Gazali, al-Kindi.

Berkaitan dengan penulisan nama untuk nama-nama tokoh yang berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab, misalnya ditulis Abdussamad al-palimbani, tidak “Abd al-Samad al-Palimbani. Nuruddin al-Raniri, tidak Nur al-Din al-Raniri.

G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia, Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas, Misalnya kata al-Qur’an

(17)

xvii

(dari al-Qur’ān), Sunnah, khusus dan umum, namun bila mereka harus ditransliterasi secara utuh.

Contoh: Fī Zilāl Qur’ān, ‘Ibrah bi ‘umūm lafżi lā bi khusūs al-sabab.

(18)
(19)

xix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

DAFTAR ISI ... xix

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Dan Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 6

F. Metodelogi Penelitian dan Sumber Data... 7

G. Sitematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN UMUM AL-MAQĀṢIDĪ DAN ORIENTASI SEXSUALITAS...11

A. Definisi Tafsir al-Maqāṣidī ... 11

B. Orientasi Seksual Manusia ... 13

1. Orientasi Seksual Normal ... 14

2. Orientasi Seksual Menyimpang ... 15

C. Ayat-Ayat al-Quran yang Menyinggung Perilaku Seksual ... 20

BAB III LGBT DALAM BERAGAM PANDANGAN...25

A. LGBT Dalam Pandangan HAM ... 25

B. LGBT Dalam Pandangan Psikologi ... 38

C. LGBT Dalam Pandangan Hukum Islam ... 30

BAB IV PENAFSIRAN QS. HŪD/11: 77-82 DAN QS. AL-ḤIJR/15: 71-79 DALAM PENDEKATAN AL-MAQĀṢIDĪ... 35

A. Penafsiran Qs. Hūd/11: 77-82 ... 35

B. Penafsiran Qs. al-Ḥijr/15: 71-79 ... 41

C. Respon Masyarakat Terhadap Perilaku LGBT ... 44

BAB V PENUTUP...49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49

(20)
(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia ialah bangsa majemuk yang terdiri Dari bermacam suku bangsa , agama serta bahasa . Kemajemukan ini terjalin dalam satu jalinan bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa. Namun dewasa ini ada sebuah kelompok yang muncul membawa persoalan kontroversial dan menjadi objek perdebatan bagi sejumlah pihak. Yaitu munculnya kelompok LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender) di Indonesia yang bukan hanya menuntut agar diakui eksistensinya dimasyarakat, tetapi juga menuntut agar dilegalisasi undang-undang.1

Pada zaman modern sekarang ini marak sekali kaum LGBT yang terjadi di dalam masyarakat, baik masyarakat Indonesia maupun masyarakat di luar Indonesia, kelompok LGBT menganggap bahwa orientasi seksual sesama jenis yang mereka lakukan sah, sebab hal itu juga soal pilihan hidup secara personal. Sejarah membuktikan bahwa seks sesama jenis pada zaman dahulu memang sudah ada dan menjadi salah satu bagian dari pola seks manusia. Seperti kitab suci alquran.

Homoseksualitas (liwāṭ) adalah perilaku asusila yang sangat terkutuk yang menunjukkan bahwa pelakunya menyimpang secara mental dan tidak normal.2 Homoseksualitas di negara-negara maju

1 Syafiq Hasyim, Bebas dari Patriarkhisme Islam (Jakarta: Kata Kita, 2010), 224-225.

2 Kata liwat dan sodomi merupakan nama lain dari homoseksual. Lihat Muhammad bin Ibrahim Az-Zulfi, Bahaya HomoSeksual Terhadap Kehidupan Manusia (Jakarta: Mizan Publika, 2005), 6.

(22)

2

kondisinya sudah sangat menghawatirkan karna di negara maju kegiatan ini sudah di legalkan. Parahnya lagi, virus ini juga mewabah di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Resistensi kelompok agama merupakan tantangan besar untuk melegalkan hak seksual kaum LGBT. Colin Spencer, terutama Muslim, menyatakan bahwa mayoritas negara Muslim masih menjadi tempat di mana hak-hak seksual kaum gay dan LGBT pada umumnya tidak dihormati. Oleh karena itu, tidak heran jika upaya untuk menjungkirbalikkan ajaran agama dianggap takhayul.

Terkait personalitas negara muslim, penulis mencoba mengaitkan dengan alquran. Untuk mendefinisikan ketepatan dalam alquran memang tidak spesifik menjelaskan perihal seksualitas. Pembicaraan tentang seksualitas lebih cenderung kepada relasi seksual sebagai suami istri ketimbang seks sebagai hak asasi individu.

Persoalan-persoalan seksual yang disebutkan dalam alquran meliputi pernikahan perceraian, perlakuan perkawinan dalam kehidupan keluarga, (muasyarah bi al- ma‘rūf), Idah, dan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan penyimpangan seksual. Seperti kisah kaum Nabi Lūṭ yang mempraktikkan homoseksualitas. Hal ini menunjukkan bahwa, kitab suci alquran adalah kitab yang menjawab persoalan manusia.

Allah berfirman di dalam Qs. al- Ḥujurāt/ 49: 13:

ٰ ي

َ ٓ

ٰٰاْوُ فَراَعَ تِلَٰلِٕىۤاَبَ قَّوٰاًبْوُعُشْٰمُك نْلَعَجَوٰى ثْ نُاَّوٍٰرَكَذْٰنِّمْٰمُك نْقَلَخٰاَّنِاُٰساَّنلاٰاَهُّ يَا

َ ٓ

ٰٰ

ْٰمُكَمَرْكَاَّٰنِا

ْٰٰمُكى قْ تَاِٰه للاَٰدْنِع

َ ٓ

ٌٰٰرْ يِبَخٌٰمْيِلَعَٰه للاَّٰنِا

١٣

ٰ

"Wahai manusia! sungguh Kami telah ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh,

(23)

3

yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah maha mengetahui, maha teliti." Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia itu telah diciptakan dalam dua jenis, yakni laki-laki dan perempuan. Penciptaan manusia dalam jenis laki-laki dan perempuan ini, memiliki alasan dan tujuan sendiri, yaitu agar manusia dapat mempertahankan spesiesnya di muka bumi ini, melalui keturunan-keturunan yang membuat manusia berkembang, Membangun peradaban dan komunitas berdasarkan demografi, kepercayaan, ideologi, dan lainnya. Hal Inilah yang membuat manusia menjadi makhluk yang unik dan menarik untuk dikaji, di samping keunikan dan perbedaan manusia itu sendiri.3

Pandangan alquran bahwasanya laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik seksual yang sama (gagasan tentang kesamaan seksual). Karena itu al-Quran mendukung pandangan yang tidak membedakan seksualitas karena tidak melekatkan tipe identitas, dorongan, atau kecenderungan terhadap perilaku seksual tertentu kepada salah satu jenis kelamin. Misalnya, dalam beberapa surah tidak mendukung gagasan penyimpangan dan kepasifan dalam seksualitas perempuan, atau gagasan tentang seksualitas laki-laki, di mana segala sesuatunya buruk dan sesat. Dasar dari konsep seksualitas adalah bahwa bertentangan dengan tradisi kesalahpahaman, alquran tidak membuat pernyataan yang menghina perempuan dan seksualitas.

Dari pandangan Abū ‘Abdillah al-Żahābī Raḥaimakumullah dalam kitabnya “al-Kabā’ir” telah memasukkan LGBT sebagai dosa yang besar dan beliau berkata: “sesungguhnya Allah telah menyebutkan kepada kita kisah kaum Lūṭ dalam beberapa ayat dalam alquran, Allah telah 3 Mukti Ali, “Agama-agama di dunia” (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Pres), 56.

(24)

4

membinasakan mereka karena perbuatan keji mereka. Kaum muslim dan dari kalangan pemeluk agama yang ada, setuju bahwa homoseksualitas adalah dosa besar. Hal ini ditunjukkan sebagaimana Allah menghukum kaum Nabi Lūṭ yang melakukan penyimpangan dengan azab yang sangat besar dan dahsyat, membalikkan tanah tempat kediaman mereka, dan diakhiri hujan batu yang membumihanguskan mereka.4

Secara metodologis penulis menggunakan pendekatan kontekstual al-Maqāṣidī dengan modifikasi tertentu yaitu mencari beberapa ayat alquran yang tersebar di berbagai surah dengan tidak mengabaikan teori-teori baku tentang penafsiran, seperti Asbāb al-Nuzūl, ‘ām-khaṣ, mujmāl, mubayyān dan lain sebagainya.

Maka penulis merasa tertarik untuk meneliti atau mengkaji lebih lanjut ayat-ayat alquran yang berhubungan dengan judul "Orientasi Seksual (LGBT) Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender Dalam al-Quran Pendekatan al-Maqāṣidī.

B. Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa masalah-masalah yang ada dalam latar belakang permasalahan di atas.

1. Apa saja ayat-ayat alquran yang membahas tentang orrientasi seksual (LGBT).

2. Mencoba menjelaskan ayat-ayat yang berkaitan dengan orientasi seksual (LGBT).

3. Teguran yang terdapat dalam alquran bagi pelaku seksual (LGBT).

4. Apa saja bentuk-bentuk orientasi seksual (LGBT).

(25)

5

5. Penafsiran ayat-ayat orientasi seksual (LGBT) Menurut para ulama.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas penulis membatasi fokus penelitian pada pemahaman interpretasi teologis terhadap ayat-ayat orientasi seksual (LGBT) kisah kaum Lūṭ yang disandarkan pada Qs. Ḥijr/ 15: 71-79 dan Qs. Hūd /11:77-82 yang ditinjau melalui pendekatan al-Maqāṣidī". Oleh karena itu, di sini penulis merumuskan masalah yang menjadi pedoman dalam penelitian ini.

"Bagaimana pemahaman interpretasi teologis terhadap ayat-ayat orientasi seksual (LGBT) menurut tafsir alquran yang ditinjau melalui pendekatan al-Maqāṣidī"

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang penulis temukan, penulis di sini memiliki tujuan penelitian yang dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah:

Pertama, untuk menjelaskan ayat-ayat yang berhubungan dengan Orientasi Seksual (LGBT), termasuk menjelaskan dan memberikan pemahaman interpretasi teologis kepada umat Islam bahwasanya penyimpangan orientasi seksual (LGBT) adalah tindakan yang tidak boleh dilakukan

Kedua, untuk memenuhi tugas akademik yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan tafsir untuk mendapatkan gelar sarjana Strata (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(26)

6

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk kalangan mahasiswa dan akademisi saja, tetapi juga untuk seluruh masyarakat dan perkembangan Dalam ilmu keislaman, khususnya dalam bidang tafsir dan sebagai tambahan referensi untuk peneliti lain.

Adapun manfaat penelitian ini secara khusus, yakni: a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif bagi para pembaca, dan akademisi yang mengambil bidang Tafsir Hadits, khususnya yang tertarik dengan dunia penafsiran.

b. Manfaat praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca, dan peneliti yang mengambil bidang Tafsir Hadits.

2. Sebagai sarana untuk pengembangan wacana dan pemikiran untuk peneliti.

3. Menambah literatur serta bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan.

E. Kajian Pustaka Terdahulu

Untuk menghindari munculnya kesamaan antara skripsi ini dengan skripsi, tesis, dan penelitian lainnya, penulis mencoba menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan dan memiliki kesamaan atau kemiripan. Selanjutnya, hasil penelusuran ini Yang akan menjadi acuan penulis untuk

(27)

7

tidak menerapkan metodologi yang sama, sehingga diharapkan penelitian ini benar-benar bukan hasil plagiat dari penelitian yang telah ada.

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh penulis, penelitian tentang masalah ini telah di bahas oleh beberapa orang. Penulis menemukan beberapa skripsi yang terkait dengan pembahasan ini.

Pertama, Penelitian yang ditulis oleh saudara Rizki Andri Pramudya dalam judul karangannya “Lesbian Gay Biseksual Transgeder (LGBT) Dalam Pandangan Pendidikan Muslim” dapat disimpulkan bahwa LGBT merupakan penyimpangan seksual dan pelanggaran norma agama. Terlepas dari itu hak-hak mereka sebagai warga negara dan masyarakat harus dihormati dalam hal perilaku kekerasan dan non-diskriminasi.

Kedua, Penelitian yang ditulis Muhamad Tasrif yang berjudul “Islam, LGBT, dan Hak Asasi Manusia” dapat disimpulkan bahwa disini menunjukkan unsur-unsur hadis yang diperoleh tentang LGBT hukum atau tindakan terlarang, atau tindakan-tindakan yang di anggap sebagai kekejian, akan tetapi, penulis sendiri tidak terdapat penjelasan secara lengkap tentang perdebatan yang mendasari tentang kekejian lesbianisme, gay, dan transgender yang disebut secara eksplisit di dalam hadis-hadis Nabi.

F. Metodologi penelitian dan Sumber Data

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu suatu metode dengan mengumpulkan dan menggunakan data, serta dokumen lain dengan cara membaca, menelaah buku-buku, artikel, jurnal, literatur-literatur kitab tafsir, yang tentunya berhubungan dengan pembahasan pada penelitian ini. Dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh berkaitan dengan hal-hal

(28)

8

yang mencakup Penafsiran ayat-ayat orientasi seksual Lgbt melalui pendekatan al-Maqāṣidī.

Dalam hal ini, penulis merujuk kepada dua sumber, yakni sumber utama (primary resource) dan sumber pendukung (secondary resource). Sumber utama berasal dari kitab alquran dan Kitab tafsir konstektual. Sedangkan untuk sumber pendukungnya seperti buku-buku, skripsi, jurnal, artikel yang berkaitan dengan judul penelitian. Perpustakaan-perpustakaan penyedia referensi yang mendukung penulis dalam menyusun penelitian ini terutama perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mempermudah mendapatkan sumber-sumber tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan al-Maqāṣidī. Pendekatan al-Maqāṣidī bukan hanya sekedar corak. Karena Penafsirannya ini merupakan gabungan dari tafsīr bil ma‘ṡūr dengan tafsīr bil ra‘yi. Tafsir literatur dan tafsir konstektual yang berbasiskan Maslahah.

Adapun langkah-langkah penafsiran al-Maqāṣidī sebagai berikut: 1. Mengamati, menelaah, dan mengkaji syariat dari semua aspek

kebahasaan yang akan di bahas. Dengan cara menemukan hukum-hukum yang telah diketahui alasannya hingga memiliki keyakinan bahwa alasan tersebut merupakan tujuan (Maqāṣid) yang di sepakati oleh pembuat hukum.

2. Menandai, memahami dan menyusun dalil-dalil/ayat yang berkaitan dengan Judul dan permasalahan. Secara tekstual dan kontekstual telah jelas mengandung makna kebahasaan dan memiliki tujuan tertentu dan kecil kemungkinan untuk dipalingkan dari makna zohirnya.

3. Pengamatan terhadap konteks asbabun nuzul suatu ayat dan konsep takwilnya.

(29)

9

G. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusunnya menjadi 5 bab, yang di mana antara bab satu dengan yang lainnya saling terkait:

BAB I, bab ini merupakan pendahuluan bertujuan untuk menggambarkan secara umum dan jelas atau sebagai landasan dari skripsi ini, adapun sub dari bab ini adalah membahas mengenai latar belakang masalah, Identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah dimaksudkan untuk mempertegas masalah yang akan diteliti agar lebih terfokus, tujuan dan manfaat penelitian untuk menjelaskan pentingnya penelitian ini, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II, bab ini merupakan tinjauan umum kajian al- Maqāṣidī dan orientasi seksual manusia. Dalam pemaparan ini membahas pengertian dan sejarah tafsir al-Maqāṣidī, pengenalan tentang organisasi seksual LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) beserta klasifikasi ayat-ayat al-Quran tentang seksualitas.

BAB III, membahas tentang LGBT dalam beragam pandangan. Adapun pandangannya yaitu: Pandangan HAM, pandangan psikologi, dan pandangan hukum Islam yang memberikan pemaparan hak asasi sosial yang berhubungan dengan hukum yang menurutnya sebagai penyimpangan beserta sebagai kelompok terkena penyakit atau gangguan kejiwaan.

BAB IV, membahas tentang penafsiran ayat-ayat seksual LGBT dalam alquran pendekatan al-Maqāṣidī dan juga Respons masyarakat terhadap perilaku penyimpangan orientasi seksual.

BAB V, merupakan bab terakhir atau penutup bagi penelitian skripsi ini, berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang

(30)

10

terdapat pada latar belakang masalah, dan juga akan dilanjutkan kepada permohonan saran-saran dari penelitian untuk para peneliti selanjutnya.

(31)

11

BAB II

TINJAUAN UMUM AL-MAQĀṢIDĪ DAN ORIENTASI SEKSUAL A. Definisi Tafsir al-Maqāṣidī

Kata tafsir ditinjau dari sisi bahasa (etimologi), diambil dari akar kata al-fasr yang artinya: menjelaskan, mengungkap dan menunjukkan makna yang logis agar mudah di pahami (ibānah wa kasyaf wa iẓhār al-ma‘na al-ma‘qūl).1 Dalam kamus al-Munawwir, dikatakan bahwa tafsir

merupakan bentuk masdar “tafsīratun dari fiil fassara-yufassiru yang memiliki banyak arti, di antaranya: menerangkan, menjelaskan, memberi komentar, menerjemahkan atau menakwilkan.2

Ditinjau dari sisi istilah (terminologi), tafsir mengandung berbagai makna seperti yang didefinisikan oleh sejumlah ulama. al-Zarqānī menyatakan bahwa tafsir merupakan ilmu yang membahas alquran al-Karim dari sudut pengertian-pengertiannya sesuai dengan kehendaki Allah dan kemampuan manusia biasa.3 Sedangkan Ibn ‘Āsyūr menyebutkan

bahwa tafsir merupakan ilmu yang membahas penjelasan makna-makna lafaz alquran, serta hikmah yang di petik secara ringkas dan juga luas.4

Menurut Ibn ‘Āsyūr dalam Jasser Auda, Maqāṣidī berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari kata maqṣad, yang berarti maksud, sasaran, prinsip, niat, tujuan, tujuan akhir. Menurut teorestikus hukum Islam, maqāṣid adalah Ungkapan preferensi untuk mashalih atau ‘kemaslahatan-kemaslahatan.5

1 Mannā’ al-Qaththān, Mabāhits fī ‘Ulūm al-Qur’ān, 323.

2Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Indonesia: Pustaka Progressif, 1997), 1054.

3 ‘Abd al-‘Azhīm al-Zarqānī, Manāhil al-‘Irfān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 2 (Kairo: Dār Ihyā al-Kutub al-‘Arabiyah, t.th.), 3.

4 Muhammad Thahir Ibn ‘Āsyūr, al-Tahrīr wa al-Tanwīr, juz I, 1.

5 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui MaqāṣidīSyari‘ah (bandung: Mizan Pustaka, 2015), 32.

(32)

12

Ali Hasabullah,6 membagi maqāṣid menjadi tiga tingkatan sebagai

berikut:

1) al-Maqāṣid al-Ḍarūriyah (keniscayaan) adalah tingkat kebutuhan yang ada, bisa disebut juga dengan kebutuhan primer. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka keselamatan manusia akan terancam, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti, yang terdiri dari; Ḥifẓ al-Dīn (perlindungan agama), Ḥifẓ al-Nafs (perlindungan jiwa dan raga), Ḥifẓ al-Māl (perlindungan aset/harta), Ḥifẓ al-‘Aql (perlindungan akal), Ḥifẓ al-Nasb (perlindungan keturunan), Ḥifẓ al-‘Ird (perlindungan kehormatan). Menurut Jasser Auda, tingkatan ini bergeser dari kebutuhan dasar fisik dan keamanan, menuju kebutuhan cinta dan juga harga diri, kemudian menuju aktualisasi diri.

2) al-Maqāṣid al-Hajiyah (kebutuhan) atau kebutuhan sekunder. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi keselamatan manusia tidak akan terancam, akan tetapi ia akan mengalami kesulitan.

3) al-Maqāṣid al-Tahsiiniyah (kelengkapan) yaitu kebutuhan tersier, kebutuhan ini tidak akan mengancam keberadaan salah satu dari lima poin utama. Selain itu tidak akan menimbulkan kesulitan apabila tidak terpenuhi. Tingkat kebutuhan ini merupakan kebutuhan tambahan.7

Penafsiran al-Maqāṣidī ini merupakan wacana baru yang muncul dalam dikursus ilmu tafsir. Namun sejarah perkembangannya dapat dilacak berdasarkan perkembangan ilmu Maqāṣid. Berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang mendasari perintah alquran dan Sunah, sebagaimana yang diperiodisasikan oleh Jasir Auda bahwa sejarah tersebut dapat dilacak hingga masa sahabat Nabi.8

6 ‘Ali Ḥasabullāh, Uṣūl al-Tasyri‘ al-Islāmī (Mesir: Dār al-Ma‘ārif, 1971), 296. 7 http://ppssnh.malang.pesantren.web.id. Diunduh pada hari minggu, 18 Juni 2021 8 Jaser Auda berusaha menyusun sejarah perkembangan ide maqasid berdasarkan pada masa munculnya pemikiran tokoh tentang maqasid. Dia mengklasifikasikan masa

(33)

13

Tafsir al-Maqāṣidī merupakan penafsiran yang menjelaskan ayat-ayat alquran dengan mempertimbangkan Maqāṣid syari’ah. Tafsir al-Maqāṣidī ini tidak mengabaikan teori-teori baku tentang penafsiran, seperti asbab al-nuzul, ‘am-khos, mujmal-mubayyan dan lain sebagainya. Di samping itu, tafsir maqaṣidi ini juga tidak lepas dari perangkat-perangkat ilmu-ilmu umum seperti filsafat sosiologi, dan antropologi, dan filsafat.

Kata Maqāṣid sering disandingkan dengan kata al-syari’ah yang

membentuk susunan Maqāṣid al-syari’ah. Namun dalam

perkembangannya, kata maqāṣid tidak jarang disandingkan dengan kata alquran yang membentuk frase Maqāṣid alquran. Frase ini dianggap sebagai bentuk evolusi Maqāṣid, karena beberapa keterbatasan cakupan Maqāṣid al-syari’ah sebagai frase lama yang belum diteliti langsung secara menyeluruh pada sumber pertama syariat.9 Sementara Maqāṣid alquran yang memuat seluruh teks alquran, memiliki cakupan wilayah Maqāṣid yang tidak hanya terbatas pada persoalan hukum fiqih saja, melainkan menyentuh apa saja yang dapat dikatakan sebagai perintah dan larangan Tuhan, dari tingkah laku manusia maupun dalam akidah dan aspek-aspek lainnya dalam kehidupan manusia.10

tersebut menjadi empat periodesiasi yaitu; pertama, periode pada masa sahabat, melalui ijtihad sahabat Nabi. kedua, periode awal kemunculan teori maqasid (sebelum abad ke 5 H). ketiga, masa para imam penggagas teori maqasid dalam balutan kajian ushul fikih (antara abad ke 5 H – 8 H),keempat, periode kontemporer. Lihat Jaser, h. 41-60. Berbeda dengan Auda, Ahmad al-Raysuni membagi sejarah perkembangan maqasid berdasarkan pada perkembangan dari makna satu konsep maqasid ke konsep yang lain. Dia metahbiskan 3 tokoh sentral yang berpengaruh atas perkembangan konsep maqasid, yaitu Imam al Ḥaramain Abū al- Ma‘alī ‘Abdullāh al- Juwainī (w. 478), Abū Isḥāq al-Syaṭibī (w. 790) dan Muḥammad al-Ṭāhir ibn ‘Asyur (w. 1379 H / 1973 M). lihat Aḥmad al-Raysuni, al Baḥṡ fī Maqāsid al-Syari‘ah, h.4-5, dalam Ahmad Imam Mawardi, Fiqhi Minoritas; Fiqh

al-Aqalliyat dan Evolusi Maqasid al-syari’ah dari Konsep ke Pendekatan (Yogyakarta:

LKiS, 2010), 190.

9 Munawir, Pandangan Dunia al-Qur’an; Telaah Terhadap Prinsip-Prinsip

Universal al-Qur’an, Penelitian Individual (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2015), 57.

10 Ḥalīl Ṭāhir, Ijtihād Maqāṣidī; Rekonstruksi Hukum Islam Berbasis

(34)

14

Oleh karena itu, maksud dari istilah Maqāṣid al-Qur’ān merupakan tujuan luhur yang didapat dari sekumpulan hukum-hukum alquran.11 Dengan demikian tafsir al-Maqāṣid merupakan tafsir alquran yang berorientasi pada realisasi tujuan, baik tujuan syariat (Maqāṣid al-syari’ah) secara khusus maupun tujuan alquran (Maqāṣid al-Qur’ān),12 Secara umum penafsiran ini memperhatikan makna yang lebih dalam dari ayat-ayat alquran berupa hikmah, hukum, tujuan, dan semua nilai yang dapat bermanfaat bagi manusia dalam kehidupannya dan memecahkan masalah di setiap zaman.

B. Orientasi Seksual Manusia

Orientasi seksual manusia adalah suatu kondisi di mana seseorang dapat tertarik kepada lawan jenis ataupun jenis kelamin yang sama. Dengan kata lain, orientasi seksual adalah kunci yang di mana orang tua dapat mengendalikan anaknya supaya tetap berada pada kondisi yang normal. Orientasi seksual itu sendiri dapat diperkenalkan secara bertahap kepada

11 ‘Abdul Karīm Ḥamidī, al- Madkhāl ila Maqāṣid al-Qur’ān (Riyadh: Maktabah ar Rusyd, 2007), 21.

12 Beberapa ulama kontemporer memiliki beberapa rumusan maqasid al-Qur’an, sebagaimana berikut: Ṭāhir Ibn ‘Asyur mengusulkan Maqāṣid umum al-Qur’an adalah mengajarkan dan memperbaiki akidah, mengajarkan nilai-nilai akhlak yang mulia, menetapkan hukum-hukum syariat, menunjukkan jalan kebenaran kepada umat Islam (Siyāsah al-Ummah), memberikan pelajaran dan hikmah dari kisah bangsa-bangsa terdahulu, pengajaran syari‘at sesuai dengan perkembangan zaman, Targīb wa

al-Taḥrīb, membuktikan kebenaran risalah Nabi Muhammad. Lihat. Ṭāhir Ibn ‘Asyur, Muqaddimah al-Taḥrīr wa al Tanwīr, vol. 1 (Tunisia: Dār al-Tunusiyyah li al-Nasyr,

1984), h.40-41. Yūsuf al-Qarḍawī menyimpulkan maqāṣid al-Qur’ān terdiri dari melestarikan keyakinan yang benar, menjaga harkat dan hak-hak asasi manusia, menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah, menyucikan jiwa, memperbaiki nilai moral, membangun keluarga harmonis, memperlakukan kaum wanita secara adil, membangun bangsa Muslim yang kuat dan menyeru pada dunia yang kooperatif. Lihat Yūsuf al Qarḍawī, Kaifa Nata‘amal Ma’a al-Qur’ān, Cet 3 (Kairo: Daar al-Syuruq, 2000), 73. Sementara Muḥammad Khirzīn merumuskan maqāṣid al-Qur’ān terdiri dari; membersihkan akal dan jiwa dari syirik, mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, menciptakan persatuan dan kesatuan, mengajak manusia berpikir dan bekerja sama, membasmi kemiskinan material dan spiritual, melestaraikan kasih sayang dan keadilan sosial, menjadi washtiyyah dan moderat, menekankan peranan ilmu dan teknologi. Lihat Muhammad Khirzīn, Kearifan al-Qur’an (Yogyakarta: Pilar Media, 2007), 10-13.

(35)

15

anak-anak, mulai dari perbedaan penampilan antara anak laki-laki dan anak perempuan hingga sikap dan keterampilan yang dapat memperkuat serta percaya diri terhadap orientasi seksual mereka pada lawan jenis. Setiap manusia memilik ketertarikan emosi, rasa sayang, dan hubungan seksual. Orientasi seksual bersifat kodrati, tidak dapat diubah. Tak seorang pun dapat memilih untuk dilahirkan dengan orientasi seksual tertentu.

Konsep orientasi seksual ini yang membedakan jenis kelamin (gender) manusia berdasarkan faktor biologis, hormon dan patologis. Manusia dalam biologi di bagi menjadi dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, sama halnya dengan konsep gender sosial. Orientasi seksual manusia dapat disertai atau tidak ada dalam aktivitas seksual. Misalnya, jika seorang wanita tertarik pada jenis kelamin yang sama tetapi belum pernah berhubungan seks dengan seorang wanita dalam hidupnya, maka dia masih dikatakan memiliki orientasi seksual yang sama.

Dalam kenyataannya Memang tidak semua hubungan seksual dengan pasangan merupakan hal yang normal, namun ada juga hubungan seksual yang terjadi secara tidak normal.13 Misalnya hubungan seksual sesama jenis,

sedarah, dengan anak di bawah umur, dan juga jenis-jenis lainnya. Penyebab kelainan ini bisa bersifat psikologis atau kejiwaan. seperti pengalaman sewaktu kecil, lingkungan sosial, dan faktor genetik. Adapun orientasi seksual itu di bagi menjadi dua, ada orientasi seksual normal dan orientasi seksual menyimpang.

1. Orientasi Seksual Normal

Orientasi seksual normal adalah keadaan antara laki-laki Yang berhubungan dengan perempuan ataupun sebaliknya, perempuan memiliki 13 Abu Bakar Maulana, Kamasutra al-Quran, seni membahagiakan pasangan

(36)

16

orientasi seksual terhadap laki-laki. pesilangan inilah yang dikatakan sebagai orientasi seksual yang normal. Karena pada dasarnya setiap makhluk hidup dapat berkembang biak dengan adanya persilangan ini, jika persilangan tidak dilakukan kemungkinan besar tidak akan bisa berkembang biak. Allah telah berfirman dalam Qs. al-Rūm/ 30: 21 yang berbunyi:

نِمَو

ٰ

ِٰهِت َياَء

ۦ

ٰ

نَأ

ٰ

َٰقَلَخ

ٰ

نِّمٰمُكَل

ٰ

ٰمُكِسُفنَأ

ٰٰ

زَأٰ َو

سَتِّلٰاج

ٰوُنُك

يَلِإْٰا

يَبَٰلَعَجَوٰاَه

َٰحَرَوٰةَّدَوَّمٰمُكَن

ًٰةَ ٓ

ٰ

َّٰنِإ

َٰلَٰكِل َذٰ ِفِ

ٰوَقِّلٰت َي

َٰنوُرَّكَفَ تَ يٰم

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran-Nya) ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (Qs. al-Rūm/30: 21).

Namun dengan perkembangan zaman, manusia telah menciptakan sebuah alat yang disebut dengan bayi tabung. Pada awalnya teknologi Bayi tabung ini digunakan untuk membantu para pasangan yang kesulitan untuk memiliki anak, tapi saat ini berkembang menjadi alat yang bisa membantu pasangan homoseksual untuk memiliki anak dari gen mereka sendiri. 2. Orientasi Seksual Menyimpang

Kehidupan seksual yang menyimpang itu sudah berlangsung sejak zaman dahulu jauh sebelum agama Islam datang. Akan tetapi setelah kedatangan Islam penyimpangan seks itu mendapat perhatian khusus, Menurut agama Islam seksual seseorang dikatakan tidak menyimpang apabila ia dapat menjaga kemaluannya dari hubungan kelamin terlebih sesama jenis kelamin, kecuali dengan istrinya atau budak yang dimilikinya. Seksual menyimpang merupakan tingkah laku seksual yang tidak dapat diterima oleh masyarakat karena tidak sesuai dengan tata cara dan

(37)

17

norma agama. Penyimpangan seks didominasi oleh kebutuhan neuritis dengan dorongan non-seksual bukan kebutuhan erotis yang akhirnya mengarah pada tingkah laku menyimpang. Penyimpangan seksual ini dapat merugikan banyak orang. Tidak normalnya seksual “Sexual Perversion” itu mencangkup perilaku seksual atau fantasi seksual untuk pencapaian orgasme melalui hubungan eksternal sek sesama jenis atau heteroseksual ataupun dengan partner yang belum dewasa dan melanggar norma perilaku seksual dalam masyarakat yang diterima secara umum.14 Adapun

macam-macam orientasi seksual menyimpang adalah sebagai berikut: a. Lesbianisme

Lesbian berasal dari kata Lesbos. Sebuah pulau di tengah lautan Eigs, tempat yang pada zaman dulu di huni oleh para perempuan dan mereka melakukan hubungan seks di sana.15 Lesbian adalah perempuan yang

mencintai perempuan, baik itu secara fisik, seksual, emosional atau secara spiritual.

Pada kelompok lesbian, memiliki label gender untuk membedakan mereka berdasarkan sikap, perilaku, dan gaya berpakaian. Misalnya: butch, femme dan butch/femme.

• Butch adalah seorang lesbian yang merepresentasikan gender maskulin, dan bertingkah laku terlihat seperti laki-laki.

• Femme adalah lesbian yang berpenampilan dan berpakaian feminin, dan Pada umumnya bertingkah laku lembut layaknya perempuan.

14 Ulan Sari, 2016, Penyimpangan Perilaku Seks dan Gangguan Seksual, http://homecounselingulansari.weebly.com diunduh tanggal 18 Juni 2021.

15 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual (Bandung: Masdar Maju, 1989), 249.

(38)

18

• Butch/femme merupakan gabungan antara butch dan femme. Keduanya menghadirkan sifat maskulin dan feminin yang relatif sama, atau menghadirkan kedua hal itu secara bergantian.

Lesbianisme adalah sekelompok orang yang terpinggirkan di masyarakat, karena mereka tidak bisa menerima orientasi lesbian. Orientasi seksual mereka dianggap menyimpang secara psikologis, aspek sosial, budaya dan agama, mereka tidak hanya dianggap menyimpang, tetapi juga dipandang sebagai individu yang tidak sehat. Oleh Kana itu, bagi kebanyakan orang, mereka dianggap terlalu aneh dan harus dihindari. Tetapi dalam kaum lesbian, mereka menyebutnya setara dengan masyarakat heteroseksual. Kelompok lesbian sering kali merasa bahwa mereka bukanlah kelompok orang yang “sakit”.16

b. Gay (Homoseksual)

Gay (homoseksual) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada pria. Homoseksual sebenarnya adalah istilah yang digunakan di bidang sains tentang identitas seksual secara luas. Homoseksual memiliki arti orientasi seksual dengan jenis kelamin yang sama(SSA).17 Sebagian besar negara menggunakan kata gay untuk menunjukkan kepada seseorang yang tertarik terhadap yang sejenis. Di Inggris istilah homoseksual untuk menunjukkan identitas sosial seseorang sebagai gay.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia ada empat persepsi yang terkait dengan gay: Gay adalah seks dengan pasangan yang sejenis. Homoseksual adalah tertarik pada orang-orang seks yang sejenis. Homoseksualisme

16 “Nurkholis, Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Lesbian dan Kondisi Psikologinya.” Psikologi, vol. 01 no. 01 (Juni,2010): 176.

17 SSA adalah tren (keinginan) untuk melakukan aktivitas seksual dengan jenis kelamin yang sama, SSA digunakan untuk menjelaskan bahwa seseorang memiliki ketertarikan seksual dengan jenis kelamin yang sama, total atau bagian.

(39)

19

adalah pemahaman homoseksual. Sedangkan Homoseksualitas adalah kecenderungan untuk tertarik oleh orang sejenis. Istilah lain yang digunakan untuk menafsirkan perilaku gay adalah sodomi dan liwāṭ. Sodomi dalam istilah medis berarti seks melalui anus, yaitu seks yang sering dikaitkan dengan orang homoseksual, gay dan waria.18 Sedangkan di dalam agama Islam gay disebut “al-liwāṭ” طاوللا yang berarti orang yang melakukan perbuatan keji seperti kaum Nabi Lūṭ, yang pelakunya disebut “al-Lūṭiyyu” ,يطوللا yakni laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki.19

Dari sejarah manusia yang pertama kali melakukan tindakan homoseksual di dunia ini adalah kaum Nabi Lūṭ. Yang menempati daerah di sekitar Laut Mati, Salum dan Ambah (Gamurrah).20

c. Biseksual

Para pendukung LGBT berusaha untuk berargumentasi mengenai ayat-ayat alquran yang berbicara orientasi seksual (LGBT). Akan tetapi penafsirannya menunjukkan kekeliruan, karena untuk dapat mengetahui dan memahami penafsiran alquran memerlukan aturan dan syarat-syarat tertentu. Karena syarat-syarat penafsiran ini diabaikan oleh para pendukung LGBT, interpretasi mereka jauh dari kebenaran. Apabila tidak diluruskan akan mengarah pada kehancuran peradaban manusia. Biseksual dalam kata "bi" yang berarti dua Sementara "seksual" berarti seks antara pria dan

18Nina Surtiretna, Remaja dan Problem Seks: Tinjauan Islam dan Medis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 114.

19Majma‘ Lugah ‘Arabiyah, Mu‘jam Wasīṭ, jilid 2, cet. II (Miṣr: Dār al-Ma‘ārif,, 1393H-1973M), 846.

20Faizah Ali Syibromalisi, “Homoseksual, Gay, dan Lesbian Dalam Perspektif Al-Qur’an” (Mei 2016): 2.

(40)

20

wanita.21 Karena itu dapat disimpulkan dalam bahasa, biseksual ini adalah seseorang yang tertarik pada dua jenis kelamin, yaitu laki-laki juga wanita.22

Biseksual adalah orang yang sensitif secara seksual baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Banyak ahli percaya bahwa mayoritas biseksualitas pada orang dewasa adalah heteroseksual atau gay. Walaupun minoritas mempertahankan hubungan seks dengan pria dan wanita pada saat yang sama. Tetapi kebanyakan dari pelaku biseksual menghabiskan lebih banyak waktu dengan salah satu jenis kelamin daripada jenis kelamin lainnya.23

d. Transgender

Pengertian kata gender dapat dibedakan menjadi dua pengertian. Secara biologis, kata gender adalah jenis kelamin, dan secara sosiologis, kata gender merupakan ciri khas laki-laki dan perempuan berdasarkan dimensi sosial budaya yang dapat dilihat dari nilai dan perilakunya. Di sisi lain, dari sudut pandang linguistik, transgender didefinisikan sebagai gejala fisik dan seksual dengan keadaan mental (kejiwaan). Beberapa ekspresi yang mungkin dapat dilihat bisa dalam bentuk riasan, penataan rambut, dan bahkan operasi penggantian kelamin.24

Marzuki mendefinisikan Transgender sebagai bentuk ketidakpuasan seseorang terhadap jenis kelamin yang dimilikinya. Karena merasa memiliki seksualitas yang berlawanan, ketidakpuasan ini bisa diwujudkan

21Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Pers, 2002), 1355.

22 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. I (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2008), 199.

23 Marzuki Umar Sa’abah, Seks dan Kita, cet.I (Jakarta: Gema Insani press, 1997), 147.

24 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam

(41)

21

dalam berbagai bentuk, mulai dari perubahan cara berjalan, berbicara, berpakaian, perhiasan, dan riasan hingga usaha untuk menjalani operasi penggantian kelamin.25 Transgender ini mengacu pada identitas gender

seseorang yang tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin biologis yang diperolehnya sejak lahir. Istilah transgender di Indonesia sering disebut sebagai Waria.

Pengetahuan masyarakat mengenai kaum LGBT masih sangat terbatas, terutama mengenai penyebab adanya perbedaan orientasi seksual dan identitas gender tersebut. Tingkat pemahaman ini bisa mempengaruhi penerimaan pekerja terhadap Kelompok LGBT.

C. Ayat-ayat al-Quran yang Menyinggung Perilaku Seksual

Ayat-ayat yang menyinggung perilaku penyimpangan orientasi seksual ini pertama kali muncul pada zaman Nabi Lūṭ. Dalam alquran banyak dikisahkan tentang Nabi Lūṭ, ada sekitar 35-40 ayat yang berkisah tentang kaum Lūṭ seperti terdapat di dalam Surah al-‘Arāf: 80-84, al-Ḥijr: 71-79, Naml 54-58, Syu‘arā’: 165-169 Ankabūt: 28-39, al-Anbiyā’: 74, dan Hūd: 78-82. Tetapi di sini penulis akan mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan penyimpangan orientasi seksualnya saja. Berikut ini adalah ayat-ayat alquran yang menyinggung perilaku seksual (LGBT) tersebut. 1. Qs. al-A‘rāf/ 7: 80-84

اَقْٰذِاٰاًطْوُلَو

هِمْوَقِلَٰل

ٰ

َْٰيِْمَل عْلاَٰنِّمٍٰدَحَاْٰنِمٰاَِبِْٰمُكَقَ بَسٰاَمَٰةَشِحاَفْلاَٰنْوُ تْأَتَا

٨٠

ٰ

َٰنْوُ تْأَتَلْٰمُكَّنِا

ِٰءۤاَسِّنلاِٰنْوُدْٰنِّمًٰةَوْهَشَٰلاَجِّرلا

َ ٓ

ٰٰ

َٰٰنْوُ فِرْسُّمٌٰمْوَ قْٰمُتْ نَاْٰلَب

٨١

ٰٰ

َّٰلِّاٰهِمْوَ قَٰباَوَجَٰناَكٰاَمَو

ٰٰ

ْٰوُلاَقْٰنَا

ٰٰا

25 Suhaimi Razak, “LGBT Dalam Perspektif Agama”, Online, vol. 1 no.1 (Juni 2016): 62.

(42)

22

َٰا

ْٰمُكِتَيْرَ قْٰنِّمْٰمُهْوُجِرْخ

َ ٓ

ٰ

َّٰ يٌٰساَنُاْٰمُهَّ نِا

َٰنْوُرَّهَطَت

٨٢

ٰ

َٰنْيِِبِ غْلاَٰنِمْٰتَناَكٰهَتَاَرْماٰ َّلِّاٰهَلْهَاَوُٰه نْ يَْنَْاَف

٨٣

ٰٰ

اًرَطَّمْٰمِهْيَلَعٰاَنْرَطْمَاَو

َ ٓ

ٰٰ

َٰٰناَكَٰفْيَكْٰرُظْناَف

َْٰٰيِْمِرْجُمْلاُٰةَبِقاَع

٨٤

ٰ

"Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas. Dan Jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan, "Usirlah mereka (Lūṭ dan pengikutnya) dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang yang menganggap dirinya suci". Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia (istrinya) termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang berbuat dosa itu."

2. Qs. al- Naml /27: 54-58

َٰٰنْوُرِصْبُ تْٰمُتْ نَاَوَٰةَشِحاَفْلاَٰنْوُ تْأَتَاٰهِمْوَقِلَٰلاَقْٰذِاٰاًطْوُلَو

٥٤

ٰٰ

ِٰنْوُدْٰنِّمًٰةَوْهَشَٰلاَجِّرلاَٰنْوُ تْأَتَلْٰمُكَّنِٕىَا

ِّٰنلا

ِٰٰءۤاَس

َ ٓ

َٰنْوُلَهَْتٌَٰمْوَ قْٰمُتْ نَاْٰلَب

٥٥

ٰٰ

۞

ٰٰ

َّٰلِّاٰهِمْوَ قَٰباَوَجَٰناَكٰاَمَف

ٰٰ

ْٰوُلاَقْٰنَا

ْٰوُجِرْخَاٰا

ْٰنِّمٍٰطْوُلَٰل اٰا

ْٰمُكِتَيْرَ ق

َ ٓ

ٰ

ُٰرَّهَطَتَّ يٌٰساَنُاْٰمُهَّ نِا

َٰنْو

٥٦

ٰ

َٰنْيِِبِ غْلاَٰنِمٰاَه نْرَّدَقٰهَتَاَرْماٰ َّلِّاٰهَلْهَاَوُٰه نْ يَْنَْاَف

ٰ

٥٧

ٰ

ٰاَنْرَطْمَاَو

اًرَطَّمْٰمِهْيَلَع

َ ٓ

ٰٰ

َٰٰنْيِرَذْنُمْلاُٰرَطَمَٰءۤاَسَف

٥٨

ٰ

“Dan (ingatlah kisah) Lūṭ, ketika dia berkata kepada kaumnya," mengapa kamu melakukan perbuatan faḥisya (keji), padahal kamu melihatnya (kekejian perbuatan maksiat itu)?". Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwatmu, bukan (mendatangi) perempuan? Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu). Jawaban kaumnya tidak lain hanya dengan mengatakan, "usirlah Lūṭ dan keluarganya dari negerimu; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (menganggap dirinya) suci." Maka kami selamatkan dia dan keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menentukan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (di binasakan). Dan kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka sangat buruklah hujan (yang ditimpakan) pada orang-orang yang diberi peringatan itu (tetapi tidak mengindahkan). Lalu kami selamatkan dia bersama keluarganya semua, kecuali seorang perempuan tua (istrinya), yang termasuk dalam golongan yang tertinggal, kemudian kami binasakan yang lain dan kami hujani mereka (dengan hujan batu) maka betapa buruk yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.

(43)

23 3. Qs. al-Syu‘arā/367: 165-173

َْٰيِْمَل عْلاَٰنِمَٰناَرْكُّذلاَٰنْوُ تْأَتَا

َ ٓ

ٰ

١٦٥

ٰ

ْٰمُكِجاَوْزَاْٰنِّمْٰمُكُّبَرْٰمُكَلَٰقَلَخٰاَمَٰنْوُرَذَتَو

َ ٓ

ٰ

ْٰمُتْ نَاْٰلَب

َٰٰنْوُداَعٌٰمْوَ ق

١٦٦

ٰٰ

َْٰيْ ِجَرْخُمْلاَٰنِمَّٰنَنْوُكَتَلُٰطْوُل يِٰهَتْنَ تَّْٰلَّْٰنِٕىَلٰاْوُلاَق

١٦٧

ٰٰ

ِّٰمْٰمُكِلَمَعِلِّْٰنِِّاَٰلاَق

َٰن

َْٰٰيِْلاَقْلا

َ ٓ

ٰٰ

١٦٨

ٰٰ

َٰٰنْوُلَمْعَ يٰاَِّمِْٰيِلْهَاَوِْٰنَِِّنِّْٰبَر

١٦٩

ٰٰ

َْٰٰيِْعَْجَْاٰهَلْهَاَوُٰه نْ يَّجَنَ ف

َ ٓ

ٰٰ

١٧٠

ٰٰ

ٰاًزْوُجَعٰ َّلِّا

َٰنْيِِبِ غْلاٰ ِفِ

َ ٓ

ٰ

١٧١

ٰ

َٰنْيِرَخ ْلّاٰاَنْرَّمَدَُّٰثُ

َ ٓ

ٰ

١٧٢

ٰ

َٰطَّمْٰمِهْيَلَعٰاَنْرَطْمَاَو

اًرَ

ٰٓ

َٰذْنُمْلاُٰرَطَمَٰءۤاَسَف

َٰنْيِر

١٧٣

ٰ

“Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia (berbuat homoseksual), dan kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri kamu? Kamu (memang) orang-orang yang melampaui batas." Mereka menjawab, "Wahai Lūṭ! Jika engkau tidak berhenti, engkau termasuk orang-orang yang terusir." Dia (Lūṭ) berkata, "aku sungguh benci kepada perbuatanmu." Lūṭ berdoa, "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dan keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan."

4. Qs. al- Ankabūt/29: 28-29

َٰٰةَشِحاَفْلاَٰنْوُ تْأَتَلْٰمُكَّنِاٰهِمْوَقِلَٰلاَقْٰذِاٰاًطْوُلَو

َ ٓ

َْٰٰيِْمَل عْلاَٰنِّمٍٰدَحَاْٰنِمٰاَِبِْٰمُكَقَ بَسٰاَم

٢٨

ٰٰ

ْٰمُكَّنِٕىَا

ەَٰلْيِبَّسلاَٰنْوُعَطْقَ تَوَٰلاَجِّرلاَٰنْوُ تْأَتَل

َ ٓ

ٰ

ْٰيِداَنِْٰفَِٰنْوُ تْأَتَو

َٰرَكْنُمْلاُٰمُك

َ ٓ

َّٰلِّاٰهِمْوَ قَٰباَوَجَٰناَكٰاَمَف

ٰ

ِٰه للاٰ ِباَذَعِبٰاَنِتْئاٰاوُلاَقْٰنَا

ٰٰ

َْٰٰيِْقِد صلاَٰنِمَٰتْنُكْٰنِا

٢٩

ٰ

“Apakah pantas kamu mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? "Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan, "datanglah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar."

5. Qs. al-Anbiyā’/ 21: 74

ُٰحُٰه نْ يَ ت اٰاًطْوُلَو

ٰ َثِٕىۤ بَْلْاُٰلَمْعَّ تْٰتَناَكِْٰتَِّلاِٰةَيْرَقْلاَٰنِمُٰه نْ يََّنَّْوٰاًمْلِعَّوٰاًمْك

َ ٓ

ِٰا

ٍٰءْوَسَٰمْوَ قٰاْوُ ناَكْٰمُهَّ ن

َْٰيِْقِس ف

َ ٓ

ٰٰ

٧٤

ٰ

“Dan kepada Lūṭ, kami berikan hikmah dan ilmu, dan kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang

(44)

24

melakukan perbuatan keji. Sungguh mereka orang-orang yang jahat lagi fasik.”

Ayat-ayat di atas menceritakan kaum Nabi Lūṭ yang telah melakukan pendustaan terhadap para rasul-rasul sebelumnya, mengusir Nabi Lūṭ dan pengikut-pengikutnya, melakukan perbuatan orientasi seksual (LGBT), dan pada akhirnya mereka dibinasakan dan dihancurkan dengan diturunkannya hujan batu yang terbuat dari tanah yang terbakar dan keras, kemudian alquran mengungkap bahwa mereka dinyatakan sebagai golongan orang-orang yang telah melampaui batas. Begitu buruk dan kejinya perbuatan yang dilakukan oleh kaum Lūṭ, setiap ayat-ayat yang mengisahkan mereka selalu diakhiri dengan azab, dan ancaman yang keras, sehingga al-Ṭabarī mengatakan, bahwa kisah tersebut diceritakan oleh alquran dalam rangka mencela perbuatan mereka, agar tidak bisa ditiru oleh orang-orang berikutnya. Pada akhir ayat ini telah disimpulkan bahwa kaum Nabi Lūṭ adalah kaum yang melampaui batas. 26

Muḥammad Syaḥrūr menegaskan bahwa ayat tersebut memberi isyarat bahwa menyalurkan syahwat seksual secara wajar itu sah-sah saja, tetapi orientasi seksual (LGBT) merupakan perbuatan yang dilarang alquran.27

26 Abū Ja’far Muḥammad Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, 304. 27 Muḥammad Syaḥrūr, al-Kitāb wa al-Qur’ān, 637.

(45)

25

BAB III

LGBT DALAM BERAGAM PANDANGAN

A. LGBT Dalam Pandangan HAM

Kesetaraan dalam hak asasi manusia bukanlah tugas yang mudah, karena orientasi seksual individu, gender dan identitas gender tidak setara. Akan tetapi, organisasi non-Pemerintah (NGO), HAM dan kaum LGBT tidak berhenti berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan hak-hak LGBT di dalam dan luar negeri. Kerja keras mereka telah membawa perkembangan baru pada isu-isu LGBT.1 Demikian juga, orientasi

heteroseksual adalah orientasi seksual kebanyakan orang dan dapat dicirikan sebagai minoritas gender. Di sisi lain, homoseksualitas dan transeksualitas adalah kecenderungan minoritas orang dan dapat dikualifikasikan sebagai minoritas gender.

Orientasi homoseksual dipandang sebagai tindakan yang tidak wajar karena telah menyimpang dari alur. Contoh seperti agama-agama Ibrahim Yahudi, Kristen, dan Islam menganggap homoseksual dianggap penyimpangan terhadap kodrat manusia yang telah ditetapkan oleh Allah. Karena alasan inilah homoseksual dianggap sebagai dosa besar dan dapat Dihukum dengan ancaman Tuhan. Namun, dengan menguatnya paham liberalisme dan sekularisme dan melemahnya pengaruh agama di negara Eropa barat dan Amerika, minoritas seksual menuntut hak-haknya untuk diakui dimasyarakat dan politik. Mereka menuntut hak-hak seksual yang setara dengan mayoritas gender. Sejak itu, istilah "hak seksual" mendapat

1 Rustam Dahar Karnadi Apollo Harahap, “LGBT di Indonesia: Perspektif Hukum Islam, HAM, Psikologi dan Pendekatan Maṣlaḥah”. al-Ahkam, vol. 26, no. 2 (Oktober 2016): 227.

(46)

26

penerimaan yang cukup besar di komunitas hak asasi manusia. Semua manusia dilahirkan bebas dan setara dalam martabat dan hak. Semua hak asasi manusia bersifat universal, saling bergantung, tidak terpisahkan, dan saling terkait.

Orientasi seksual atau identitas gender merupakan bagian integral dari martabat dan kemanusiaan setiap orang dan tidak boleh menjadi dasar pelecehan dan penghinaan. Orientasi seksual dipahami sebagai ketertarikan yang mendalam terhadap emosional, rasa sayang, dan seksual, serta memiliki hubungan seksual yang erat dengan lawan jenis atau homoseksual maupun heteroseksual.

Namun, identitas gender ini dipahami sebagai pengalaman internal dan individual yang di mana dapat dirasakan secara mendalam oleh orang tersebut, yang mungkin sesuai atau tidak sesuai dengan jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir, termasuk perasaan pribadi seseorang atas tubuhnya yang mungkin melibatkan fungsi tubuhnya dengan cara mengubah bentuk Penampilan dan ekspresi lain dari jenis kelamin, termasuk pakaian, ucapan dan tingkah laku. Untuk itu, pada intinya ini menekankan perlunya menghormati hak asasi semua minoritas seksual, terutama kelompok gay, lesbian dan transgender.

Perkembangan yang di capai dalam hak-hak LGBT melalui gerakan menuju prinsip dan strategi hak asasi manusia secara universal dalam beberapa tahun terakhir, banyak organisasi dan individu LGBT telah terlibat dalam proses hak asasi manusia dan penilaian nasional. Para organisasi, menghadapi sejumlah tantangan untuk mendaftarkan diri sebagai badan hukum, mengorganisir kegiatan dengan ancaman kekerasan dari preman dan kelompok Muslim, dan bagaimana mengatur kegiatan tanpa dukungan, dan perlindungan dari pemerintah dan polisi.

(47)

27

Dimungkinkan untuk meningkatkan partisipasi organisasi-organisasi ini dalam kegiatan advokasi dan pembuatan kebijakan pemerintah.2

Adanya upaya pencalonan individu LGBT sebagai anggota Komnas HAM yang pada akhirnya gagal. Ini menumbuhkan kesadaran akan permasalahan orientasi seksual dan identitas gender. namun dengan menumbuhkan kesadaran dan kebanggaan menjadi anggota komunitas LGBT, komunitas LGBT memiliki derajat tertentu. Belum ada tokoh yang secara terbuka berbicara tentang individu LGBT yang menjadi politisi sukses, namun terdapat potensi untuk bekerja sama dengan para calon pejabat politik yang tidak memusuhi LGBT. Hasil akhir dialog Ini, adalah meneliti kapasitas organisasi LGBT di Indonesia.

Dari sistem hukum di Indonesia, sebagaimana didalam UUD 1945 telah dinyatakan bahwa “hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam situasi apa pun”,3 hal ini sesuai dengan ketentuan keterangan DUHAM Pasal 2, 7 dan 22.4

2 Dede Oetomo, Laporan LGBT Nasional Indonesia: Hidup Sebagai LGBT di

Asia 2 (USAID dan UNDP, 2013), 10–12.

3 UUD, 1945 Pasal 28A dan 28.

4 Pasal 2: Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain. Pasal 7; Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada kerendahan semacam ini. Pasal 22; Setiap orang, sebagai anggota masyarakat, berhak atas jaminan sosial dan berhak akan terlaksananya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang sangat diperlukan untuk martabat dan pertumbuhan bebas pribadinya, melalui usaha-usaha nasional maupun kerjasama internasional, dan sesuai

Referensi

Dokumen terkait