Menurut Mika (2016:67), terdapat lima aspek dasar, atau lima benang merah yang penting dan saling berkaitan dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut
melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut antara lain:
1. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang di butuhkan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan (Asuhan Persalinan Normal, 2008).
2. Asuhan Sayang Ibu Dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu merupakan asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip-prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa para ibu yang diperhatikan dan diberi dukungan selama proses persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Asuhan Persalinan Normal, 2008).
3. Pencegahan Infeksi
Penolong persalinan secara konsisten dan sistematis harus menggunakan praktik pencegahan infeksi seperti cuci tangan, penggunaaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan, kebutuhan bayi dan proses ulang peralatan bekas pakai.
a) Definisi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh atau benda asing (misalnya meja periksa) harus segera didekontaminasi setelah terpapar darah atau cairan tubuh (Wiknjosastro, 2014:25).
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) merupakan tindakan yang dilakukaan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau kimiawi (Wiknjosastro, 2014:25).
Sterlisisai adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, benda, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri dari benda-benda mati atau instrument (Wiknjosastro, 2014:25).
1) Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrasi berbentuk cair
Jumlah bagian air = - 1
Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5,25% (misalkan BAYCLIN)
Jumlah bagian air = - 1
Tambahkan 9 bagian (pembulatan kebawah dari 9,5) air kedalam 1 bagian larutan klorin konsentrat (5,25%).
Catatan : Air tidak perlu dimasak (Wiknjosastro, 2014:25)
2) Rumus membuat larutan klorin dari serbuk kering
Jumlah bagian air = x 1000
Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari serbuk yang bisa melepaskan klorin seperti kalsium hipoklorida yang mengandung 35% klorin :
Gram/liter = x 1000 = 14,3 gram/liter
Tambahkan 14 gram (pembulatan kebawah dari 14,3) serbuk kedalam 1 liter air mentah yang bersih (Wiknjosastro, 2014:25).
b) Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi (PI) yang efektif didasarkan pada prinsip prinsip berikut:
1) Setiap orang (Ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat bersifat asimtomatik (tanda gejala).
2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3) Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan harus di proses secara benar.
4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan dan benda asing lainnya telah diproses dengan benar maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi.
5) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan PI secara benar dan konsisten (Wiknjosastro, 2014:26).
c) Tindakan-Tindakan Pencegahan Infeksi 1) Cuci tangan
Adalah prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Memakai sarung tangan dan perlengkapan perlindungan lainnya. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya). 2) Menggunakan teknik asepsis atau aseptik
Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir, dan penolong persalinan. Teknik aseptik meliputi:
(a) Penggunaan perlengkapan perlindungan pribadi. (b) Antisepsis
(c) Menjaga tingkat sterilisasi atau DTT 3) Memakai alat bekas pakai
Tiga proses pokok yang direkomendasikan untuk proses peralatan dan benda-benda lain dalam upaya pencegahan infeksi antara lain :
(a) Dekontaminasi (b) Cuci dan bilas
4) Menangani peralatan tajam dan aman
Luka termasuk benda tajam misalnya jarum, merupakan salah satu alur utama infeksi HIV dan Hepatitis B diantara para penolong persalinan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pedoman berikut: (a) Letakkan benda-benda tajam diatas baki steril
atau desinfeksi tingkat tinggi atau dengan menggunakan “Daerah Aman” yang sudah ditentukan (daerah khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam).
(b) Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tak sengaja. (c) Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat
menjahit. Jangan pernah meraba ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan.
(d) Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum yang akan dibuang.
(e) Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah dua pertiga jam penuh. Jangan memindahkan benda-benda tajam yang sudah disegel tadi harus dibakar didalam insinerator.
(f) Jika benda-benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insenerasi, bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5% (Dekontaminasi), tutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian kuburkan. (g) Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan
(termasuk pengelolaan sampah secara benar). (Wiknjosastro, 2008:16-33).
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukannya pengobatan, seperti hepatitis dan HIV/AIDS (Asuhan Persalinan Normal, 2008).
4. Pencatatan
Catat semua hasil asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayinya. Apabila asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik
karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan lebih efektif dalam merumuskan suatu suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu dan bayinya (Asuhan Persalinan Normal, 2008). 5. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan yang memiliki sarana yang lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan. Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk penatalaksanaan kasus gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Jika timbul masalah pada saat
persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka sering kali sulit untuk melakukan secara cepat. Singkatan BAKSOKUDA dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi. B (Bidan) yaitu pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir di dampingi oleh penolong persalinan yang kompeten untuk dibawa pasilitas rujukan.
A (Alat) yaitu bawa pelengkapan dan bahan bahan untuk asuhan persalinan dan BBL bersama ibu ketempat rujukan. K (Keluarga) beritahu ibu dan keluarga kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu di rujuk.
S (Surat) berikan surat ke tempat rujukan.surat ini berisi identifikasi mengenai ibu dan BBL.
O (Obat) bawa obat-obatan esensia pada saat mengantar ibu ke pasilitas rujukan.
K (Kendaraan) siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu.
U (Uang) ingatkan keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli keperluan lainnya.
Da (Darah) persiapan darah baik dari anggota keluarga maupun kerabat sebagai persiapan jika terjadi perdarahan (Mika, 2016:67).
2.1.3 Konsep Dasar Nifas