• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir 1. Sistem pernafasan

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 168-178)

Pernafasan pertama bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya seperti kemoreseptor karotid yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen, rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan suhu didalam uterus dan diluar uterus (Leveno,2009:281).

Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus mengatasi resistensi paru pada saat pernafasan yang pertama kali, dan proses pernafasan ini bukanlah kejadian yang mendadak, tetapi sudah dipersiapkan lama sejak intruteri. Upaya pengambilan nafas pertama sedikit dibantu dengan penekanan toraks yang terjadi pada

menit-menit terakhir kehidupan janin. Tekanan yang tinggi pada toraks ketika janin melalui vagina tiba-tiba hilang ketika bayi lahir. Cairan yang mengisi mulut dan trakea keluar sebagian dan udara mulai mengisi saluran trakea. Neonatus yang lahir melalui seksio sesaria, terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapat manfaat dari pengurangan cairan paru dan penekanan toraks sehingga berisiko mengalami paru-paru basah, situasi ini dapat mengakibatkan takipnea sementara pandai neonatus. Respons paru-paru bayi baru lahir terhadap kemoreseptor (yang ada diglomus aortikum dan glomus karotikum) dan mekanoreseptor paru menjadi kekuatan penggerak dalam pengaturan nafas lebih lanjut. Kekuatan otot-otot pernafasan dan kemampuan diafragma untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi keadekuatan setiap inspirasi dan ekspirasi. Bayi baru lahir yang sehat mengatur sendiri banyak aspek usaha napasnya sehingga mencapai keseimbangan yang tepat antara oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Napas aktif pertama menghasilkan rangkaian peristiwa tanpa gangguan (1) dapat membantu perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa, (2) mengosongkan paru dari cairan, (3) menetapkan volume paru neonatus dan karakteristik fungsi paru pada bayi baru lahir, dan (4) mengurangi tekanan arteri

pulmonalis. Ketika kepala bayi dilahirkan, lendir keluar dari hidung dan mulut, banyak bayi baru lahir yang megap-megap dan bahkan menangis pada saat itu, maka dari itu pengisapan mulut dan hidung dengan suksion karet sebenarnya tidak diperlukan.penggunaan seksion karet ini harus dibatasi, kecuali jika usaha napas bayi berkurang atau ketika mekonium perlu dibersihkan dari jalan napas serta bayi yang lelah dan terganngu oleh proses kelahiran. Setelah beberapa kali napas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan napas besar pada trakea dan bronkus neonatus. Cairan dalam paru didorong ke perifer paru, tempat cairan tersebut diabsorpsi. Akhirnya, semua alveolus mengambang karena terisi udara. Fungsi alveolus maksimum dapat dicapai. Pola pernafasan bervariasi sesuai awitan (Varney et al, 2007:880).

Keadaan yang mempercepat proses maturasi paru-paru adalah toksemia, hipertensi, diabetes yang berat, infeksi ibu, ketuban pecah dini, insufiensi plasenta. Karena keadaan diatas dapat menyebabkan stress pada janin, hal ini dapat menimbulkan rangsangan untuk pematangan paru-paru. Keadaan yang mempengaruhi keterlambatan maturitas paru-paru adalah:

a) Diabetes yang ringan. b) Faktor inkompabilitas Rh.

c) Gamely datu ovum dengan berat badan yang berbeda dan biasanya berat bada yang lebih kecil paru-parunya belum matur.

2. Sistem kardiovaskuler

Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen didalam alveoli meningkat. Sebaliknya, tekanan karbondioksida turun. Hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteria dan vena umbilikalis dan kemudian dipotongnya tali pusat, aliran darah dari plasenta melalui vena kava inferior dan foramen ovale ke atrium kiri terhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru, tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi dari pada tekanan di atrium kanan, hal ini menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar badan ibu (Manuaba, 2007:324).

3. Sistem sirkulasi

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini meniadakan suplai oksigen. Reaksi-reaksi ini dilengkapi oleh Reaksi-reaksi-Reaksi-reaksi yang terjadi dalam

paru sebagai respon terhadap tarikan nafas pertama. Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru-paru dan malah mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri, yang disebut foramen ovale. Darah yang kaya oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus. Karena tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit janin-plasenta terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan sistem sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi dan berdiri sendiri (Varney et al, 2008:880).

4. Termoregulasi

Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stres karena perubahan suhu lingkungan. Karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit, janin tidak perlu mengatur suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi 0,6 0C daripada suhu ibu. Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulasi lemak subkutan, dan derajat fleksi otot. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui 4 mekanisme, yaitu konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi. Tempat kelahiran harus disiapkan dengan adekuat untuk meminimalkan kehilangan panas pada neonatus. Neonatus dapat menghasilkan panas

dengan 3 cara, yaitu menggigil, aktivitas otot volunter, dan termogenesis (produksi panas tubuh) tanpa menggigil.Termogenesis tanpa menggigil mengacu pada 1 dari 2 cara berikut, peningkatan kecepatan metabolisme atau penggunaan lemak coklat (brown fat) untuk memproduksi panas. Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan meningkatkan kecepatan metabolisme mereka. Pada cara kedua, lemak coklat dimobilisasi untuk menghasilkan panas. Lapisan lemak coklat berada pada dan di sekitar tulang belakang bagian atas, klavikula dan sternum, dan ginjal serta pembuluh darah besar. Banyaknya lemak coklat bergantung pada usia gestasi dan berkurang pada bayi baru lahir yang mengalami retardasi pertumbuhan. Lemak coklat adalah sumber yang tidak dapat diperbarui pada bayi baru lahir. Penghasilan panas melalui penggunaan cadangan lemak coklat dimulai pada saat bayi lahir akibat lonjakan katekolamin dan penghentian supresor prostaglandin dan adenosin yang dihasilkan plasenta.

Kehilangan panas pada neonatus segera berdampak pada hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Dampak tersebut merupakan akibat peningkatan kebutuhan metabolisme yang disebabkan oleh usaha bayi baru lahir untuk membuat zona suhu yang netral. Dianjurkan pada suhu rectal dan aksila

tetap dalam rentang 36,5-37,50C dan suhu kulit abdomen dalam rentang 36-36,5 0C (Varney et al, 2007:881-882). 5. Pengaturan glukosa

Pada setiap bayi baru lahir, kadar glukosa turun selama periode waktu yang singkat (1-2 jam setelah kelahiran). Sistem pada bayi baru lahir yang sehat belajar untuk mengoreksi secara mandiri penurunan kadar glukosa fisiologis. Koreksi penurunan kadar glukosa darah dapat terjadi dalam 3 cara: melalui penggunaan ASI atau susu formula, melalui penggunaan cadangan glikogen, atau melalui pembuatan glukosa dari sumber-sumber lain, khususnya lipid. Bayi baru lahir yang sehat menghasilkan glukosa sebanyak 4-8 mg/kg/menit sebagai respon terhadap kebutuhan (Varney et al, 2007:883).

6. Perubahan pada darah

Bayi baru lahir dilahirkan dengan hematocrit atau hemoglobin yang tinggi. Konsentrasi hemoglobin normal memiliki rentang dari 13,7-20,0 gr/dL. Selama bebrapa hari pertama kehidupan, nilai hemoglobin sedikit meningkat, sedangkan volume plasma menurun. Akibat perubahan dalam volume plasma tersebut, hematokrit, yang normalnya dalam rentang 51 hingga 56% pada saat kelahiran, meningkat dari 3 menjadi 6%. Hemoglobin kemudian turun perlahan, tapi

terus-menerus pada 7-9 minggu pertama setelah bayi lahir. Nilai hemoglobin rata-rata untuk bayi berusia 2 bulan ialah 12,0 gr/dL (Varney, Kriebs dan Gegor, 2007:884).

7. Saluran pencernaan

Pada masa neonatus saluran pencernaan mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam 24 jam petama berupa mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan). Dengan adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan tinja yang berwarna coklat kehijauan pada hari ketiga sampai keempat. Adaptasi pada saluran pencernaan adalah:

a) Pada hari ke-10 kapasitas lambung menjadi 100 cc. b) Enzim tersedia untuk mengkatalis protein dan

karbohidrat sederhana yaitu monosakarida dan disakarida.

c) Defisiensi lipase pada pankreas menyebabkan terbatasnya absorbsi lemak sehingga kemampuan bayi untuk mencerna lemak belum matang, maka susu formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir. d) Kelenjar ludah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan

tidak mengeluarkan ludah sampai usia bayi ± 2-3 bulan. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek muntah dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan

bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belumsempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri masih sangat terbatas yaitu kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan dan kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan pertumbuhannya. Dengan adanya kapasitas lambung yang masih terbatas ini maka sangat penting bagi pasien untuk mengatur pola intake cairan pada bayi dengan frekuensi sedikit tapi sering, contohnya memberi ASI sesuai dengan keinginan bayi. Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya yang masuk kedalam saluaran pencernaannya. Disamping itu bayi baru lahir juga belum dapat mempertahankan air secara efisien dibanding dengan orang dewasa, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus.

(Marmi, 2012 : 20).

8. Perubahan pada sistem imun

Sistem imun neonatus tidak matur pada sejumlah tingkat yang signifikan. Ketidakmampuan fungsional ini membuat neonatus rentan terhadap banyak infeksi dan respon alergi.

Sistem imun yang matur memberikan baik imunitas alami maupun yang didapat.

Varney et al, (2007:886-888) menyebutkan 2 macam imunitas pada bayi baru lahir, yaitu:

a) Imunitas alami

Imunitas alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Beberapa contoh imunitas alami meliputi (1) perlindungan barier yang diberikan oleh kulit dan membran mukosa; (2) kerja seperti saringan oleh saluran napas; (3) kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelindung; dan (4) perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan asam pada lambung.

b) Imunitas yang didapat

Neonatus dilahirkan dengan imuitas pasif terhadap virus dan bakteri yang pernah dihadapi ibu. Janin mendapatkan imunitas ini melalui perjalanan transplasenta dari imunoglobulin varietas IgG. Imunoglobulin lain seperti IgM dan IgA, tidak dapat melewati plasenta.

9. Perubahan pada sistem ginjal

Bayi baru lahir cukup bulan memiliki beberapa defisit struktural dan fungsional pada sistem ginjal. Banyak dari

defisit tersebut memperbaiki dirinya sendiri pada bulan pertama kehidupan. Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, sering kali hanya 30-60 ml. Seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine bayi baru lahir (Varney et al, 2007:888).

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 168-178)