Keberlanjutan Sumber Daya
Pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan dapat melindungi ekosistem di mana sumber daya ini tumbuh, sehingga dapat dipanen secara berkelanjutan dari wilayah yang terbatas dalam jangka waktu yang tidak ditentukan, atau dengan kata lain, mengalami domestikasi. Pengembangan pasar bagi produk-produk yang dikembangkan dari sumber daya ini tidak selalu berujung pada eksploitasi yang berlebihan.
Contoh
Di beberapa KPH di Indonesia (KPH Banjar, KPH Alor Pantar, dan KPH Jeneberang), APP diujicobakan dan sedang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal sekitar hutan yang tergabung dalam kelompok tani untuk menambah pendapatan dari komoditas getah karet (Hevea sp.), kemiri (Aleurites moluccana), gula semut dari nira pohon aren (Arenga pinnata) dan kopi.
Keberlanjutan Sosial
APP memastikan bahwa kegiatan dan keuntungan dari usaha yang didukung bersifat setara dan seimbang secara jender, tidak merugikan anggota masyarakat yang kurang beruntung serta tidak menimbulkan konflik sosial.
Contoh
Keberlanjutan sosial merupakan masalah kunci dalam pemilihan jenis usaha masyarakat di Viet Nam tengah. Produksi ulat sutra lebih disukai dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan lain dengan potensi pendapatan lebih besar karena perempuan memiliki keterlibatan besar dalam aktivitas ini. Bagi beberapa perempuan, terlibat dalam usaha produksi ulat sutra mungkin berarti adanya peningkatan dalam beban kerja tetapi mereka memperoleh keuntungan kerja yang lebih adil.
Di beberapa negara, pembudidayaan tanaman obat memiliki nilai pemasaran yang tinggi. Meskipun demikian, jika lahannya telah digunakan untuk peternakan, hal tersebut dapat menyebabkan konflik antara para pelaku usaha dengan pemilik ternak. Proses APP harus memasukkan dualitas ini ke dalam pertimbangan.
Serupa dengan contoh di Benakat, Indonesia, kelompok perempuan lebih memilih kopi sebagai salah satu produk potensial yang bisa mereka kembangkan. Hal ini karena, mereka banyak terlibat dalam proses produksinya, sehingga bisa meningkatkan pendapatan bagi mereka dan lebih jauh lagi keluarga.
Indonesia termasuk negara yang memperhatikan aspek keberlanjutan sosial. Memperhatikan norma-norma , termasuk agama, yang ada di masyarakat merupakan salah satu diantaranya. Sebagai contoh, di Poigar, Sulawesi Utara, pengembangan nira untuk bahan minuman keras bisa menjadi salah satu produk potensial bagi masyarakat di sana. Namun hal ini tidak bisa dilakukan di tempat yang mengharamkan minuman beralkohol, walaupun potensi nira di tempat tersebut ada dalam jumlah yang cukup.
Keberlanjutan Legal
APP memastikan bahwa para pelaku usaha selalu mengikuti perkembangan kebijakan dan hukum yang berubah-ubah mengenai pemanenan, pengolahan, transportasi dan distribusi produk sebagaimana terhadap registrasi, pembiayaan dan operasional usaha.
Contoh
Saat mengumpulkan data dalam Fase 2 APP, beberapa pelaku usaha mempelajari bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan dari pembebasan pajak saat memulai usaha mereka. Pelaku usaha lain menemukan bahwa mereka dapat memperoleh akses terhadap institusi keuangan atau program pembiayaan pemerintah dengan melakukan beberapa formalitas sederhana, sementara sebagian menyadari bahwa ada royalti yang harus mereka bayar untuk mengambil spesies tertentu dari hutan. Informasi ini mempengaruhi keputusan-keputusan yang dibuat dalam pengembangan usaha. Di Indonesia, pemanfaatan hasil hutan kayu dan non-kayu di dalam kawasan hutan negara diatur oleh regulasi. Melalui APP, calon pelaku usaha harus mengetahui dan mempelajari atuaran-aturan yang berlaku jika meraka mau memanen ataupun memanfaatkan hasil hutan di sekitar lokasi mereka, termasuk mengetahui perizinan-perizinan dalam mengelola kawasan tersebut.
Keberlanjutan Pasar
APP memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan usaha dengan memastikan adanya akses terhadap informasi pasar dan mengikuti perkembangan kebijakan yang berubah-ubah yang dapat mempengaruhi distribusi produk. Proses ini juga membantu para pelaku usaha agar tetap bersaing dengan menilai perubahan-perubahan di lingkungan pasar dan mengadaptasikan produk agar produk tersebut tetap menarik bagi pelanggan.
Contoh
Saat praktisi medis tradisional di Nepal memahami bahwa konsumen tertarik dengan obat-obatan “berpenampilan modern”, mereka mengubah penampilan persiapan obat-obatan mereka agar tetap bisa bersaing. Mereka mengemas obat-obatan tradisional mereka dalam kapsul dan tablet yang berwarna warni, di samping menjaga kesegaran obat tersebut lebih lama.
Peternak lebah pada desa-desa terpencil di pegunungan Vietnam memperoleh keuntungan dari pembentukan kemitraan dengan unit usaha milik pemerintah yang bergerak di pemurnian dan pemasaran madu. Para peternak lebah ini dapat menjual sebagian produk mereka melalui kanal-kanal pemasaran milik unit usaha pemerintah sembari menerima informasi teknis yang dapat membantu mereka meningkatkan kualitas produk mereka.
Petani gula kelapa di Poigar, Sulawesi Utara selama ini mengolah kelapa mereka dalam nira yang dijual ke pabrik gula semut atau dibuat sendiri dalam bentuk blok untuk dijual ke pasar tradisional. Melalui APP, mereka membuka kesempatan untuk bisa membuat rencana usaha pembuatan gula semut yang memiliki nilai tambah sehingga dapat dijual kepada pabrik gula semut dengan harga yang lebih tinggi. Bahkan, mereka merencanakan untuk menjualnya langsung ke retailer-retailer besar di kota.
Keberlanjutan Teknologi
Keberlanjutan teknologi diperoleh dengan memilih perlengkapan teknis yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan jenis usaha dan cocok dengan pengguna maupun kondisi lokalnya. Dalam sistem yang berkelanjutan, pengguna mengetahui cara penggunaan peralatan dengan tepat, cara merawatnya saat dibutuhkan dan menggantinya ke peralatan yang lebih efisien ketika sudah tersedia.
Contoh
Di Dataran Tinggi Barat Daya Uganda, masyarakat melakukan modifikasi dan meningkatkan sarang lebah tradisional alih-alih membeli sarang lebah modern yang terbuat dari kayu, yang mana lebih mahal dan kurang efektif di iklim pegunungan yang dingin dan lembab. Sarang lebah tradisional, yang dibuat dari jalinan tanaman merambat lokal, dapat mengurangi tingkat predasi dan meningkatkan perolehan madu. Masyarakat tersebut kemudian dilatih untuk membuat sarang lebah tradisional, yang memberikan jaminan pasokan di masa depan dengan harga yang lebih terjangkau. Petani karet di Banjar, Kalimantan Selatan mengubah bentuk komoditas karet mereka dari lump menjadi Ribbed Smoke Sheet (RSS). Dengan APP mereka membuat Rencana Pengelolaan Usaha
komoditas tersebut. Walaupun membutuhkan biaya yang jauh lebih besar dan proses pembuatan yang membutuhkan teknologi berbeda dengan apa yang dilakukan selama ini, mereka melihat bahwa produk tersebut akan memberikan penambahan nilai dari produk karet mereka. Konsekuensinya produk bentuk baru ini akan memberikan penambahan pendapatan bagi keluarga mereka.
Lima jenis keberlanjutan: latihan
InstruksiBacalah studi kasus berikut dengan cermat. Diskusikan pertanyaan-pertanyaan di bawah dengan kelompok Anda dan tulislah jawaban Anda pada selembar kertas presentasi.
Studi kasus
Di Vietnam Utara, Provinsi Lai Chau memiliki banyak jenis HHBK. Beberapa darinya telah dieksploitasi secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan pasar selama bertahun-tahun, seperti:
• Amomum villosum, yang mana juga dikenal dengan Bengal Cardamom, digunakan untuk kebutuhan medis dan aromatik;
• Rotan berdiameter besar
Produk-produk ini menjadi sumber pemasukan yang baik secara turun-temurun, bagaimanapun pasokannya telah menjadi terbatas dan berdampak pada pemasukan – sebagai hasil dari:
• Produksi yang tidak terkendali bagi pasar
• Pembalakan hutan yang disebabkan oleh perdagangan kayu dan penyelundupan, serta konversi hutan menjadi lahan pertanian.
Untuk mengekang tren ini, pemerintah telah melakukan percobaan perkebunan untuk spesies tertentu. Meskipun tanaman-tanaman tersebut berhasil tumbuh, kebanyakan percobaan gagal karena rendahnya kemampuan untuk memelihara (dalam konteks staf dan modal), pengelolaan yang buruk dan kerangka kerja yang tidak memadai, yang mana tidak dapat mencukupi pengelolaan sumber daya yang dibutuhkan.
Pihak yang berwenang dalam pengembangan perkebunan ini mengakui bahwa meskipun tanaman-tanaman baru dapat tumbuh dengan baik, usaha perhutanan ini tidak dapat menghasilkan
keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut karena para petaninya memanen produk-produknya secara ilegal.
Sebagai hasil dari berkurangnya spesies bernilai di pasar, perdagangan lintas batas negara dari Laos meningkat pesat. Sebagai contoh, pada tahun 1999, sekitar 70-80 persen Amomum villosum yang diperdagangkan berasal dari Laos.
Pertanyaan
1. Bagaimanakah cara berkurangnya pendapatan warga desa dari perdagangan pohon dan produk-produk hutan?
2. Bagaimana cara mencegah situasi tersebut?