Saya mau bisnis. Saya punya uang Rp 300 juta. Uang itu mau saya pakai untuk modal bisnis. Kemudian dari hasil bisnis itu saya tabungkan. Saya menabung dari keuntungan bisnis. Tiap bulan saya menabung.
Setelah tiga sampai empat tahun kemudian tabungan saya ini nilainya mencapai Rp 300 juta. Orang akuntansi manapun, orang keuangan manapun, akan bilang, saya sudah balik modal.
Cuma, saya orang KebunEMAS. Menurut saya, keuntungan berupa tabungan sejumlah Rp 300 juta itu belum balik modal. Kenapa? Karena uang Rp 300 juta, tiga sampai empat tahun kemudian tidak dapat membeli bisnis yang sama. Tidak akan bisa.
Jadi, menurut saya, belum balik modal. Coba kalau begini, misalnya. Memang, uangnya harus dilebihkan. Misalnya, uangnya jadi Rp 340 juta. Tapi ingat, Rp 340 juta adalah uang dari tabungan. Uang Anda sendiri dan bukan utang. Kalau uang utang, tidak saya sarankan.
Uang cash Rp 340 juta ini saya belikan Emas dahulu. Kemudian, Emas tersebut saya gadaikan ke bank. Uang hasil gadainya saya pakai buat modal bisnis. Uang dari Emas yang digadaikan itu dipakai untuk modal bisnis.
Masa atau jangka waktu gadai itu per empat bulan. Anda harus membayar biaya titip alias bunga sebesar “x”. Maka, kita bagi empat “x” itu untuk mendapatkan angka per bulan. Misalnya “x” ini sekitar Rp 12 juta per empat bulan, kita bagi empat. Berarti, per bulan Anda harus sediakan uang untuk biaya titip sekitar Rp 3 juta.
Nah, dari hasil bisnis yang sudah kita jalankan, kita sisihkan dua kali biaya titip. Jadi, kalau biaya titipnya Rp 3 juta per bulan, kita sisihkan Rp 6 juta. Jadi, kita menabung dua kali biaya titip. Dalam kasus ini jadinya kita menabung sekitar Rp 6 juta.
Anda menabung tiap bulan sebesar dua kali biaya titip. Nah, di bulan ke empat pada saat gadainya jatuh tempo, maka Anda akan punya tabungan Rp 24 juta (Rp 6 juta x 4). Tabungan ini dari hasil bisnis.
www.KebunEMAS.com Page 52 Kemudian, ketika gadainya jatuh tempo, kita wajib membayar biaya titip. Biaya titipnya Rp 12 juta (Rp 3 juta per bulan x 4). Sementara Anda punya uang dari tabungan tadi Rp 24 juta.
Nah, selanjutnya, uang Rp 24 juta itu pada saat gadainya jatuh tempo, kita bagi dua. Jadi, Rp 12 juta untuk bayar biaya titip, sisanya (Rp 12 juta) untuk mengurangi pokok utang. Jadi, pokok utangnya dikurangi, kemudian gadainya diperpanjang lagi.
Nanti, empat bulan berikutnya lakukan hal yang sama. Kalau ini dilakukan terus-menerus selama tiga sampai empat tahun, maka Emas yang kita gadaikan tadi lunas di tangan. Kita pegang. Jadi milik kita kembali. Nah, itu yang saya sebut balik modal. Karena Emas yang sama itu bisa membeli bisnis yang sama di tahun-tahun mendatang.
Beberapa kasus yang sering terjadi, kita sering mendapat tawaran dari bank. “Pak, ini harga Emasnya naik. Jika bapak ingin Emas gadainya ditambah lagi utangnya, bisa nih pak.” Ingat pesan saya, jangan terpancing dan tergoda!
Tujuan kita yang utama adalah melunasi dan menguasai kembali Emasnya. Kenapa? Karena itu modal kita. Itu modal bisnis kita. Kalau saya pribadi lebih memilih cara yang tadi. Menyisihkan uang dua kali biaya titip dan mengurangi pokok hutang pada saat
perpanjangan.
Ini pengalaman saya dengan salah satu bisnis saya...
Waktu itu saya punya Emas 1,5 kg. Emas tersebut saya gadaikan. Saya memperoleh uang Rp 400 juta. Uang tersebut saya jadikan modal bisnis.
Setiap bulan saya harus membayar biaya titip sekitar Rp 5 juta. Lantas, saya meminta kepada manajer di tempat bisnis saya itu. Saya minta tolong agar setiap bulan harus menabung dari keuntungan bisnis sebesar Rp 10 juta. Coba Anda bayangkan, sebuah bisnis dengan modal Rp 400 juta harus mampu menyisihkan uang Rp 10 juta per bulan. Mampu atau tidak? Menurut saya, sih, harusnya sangat mampu.
Kalau tidak mampu, pasti ada yang salah pada bisnisnya. Yang salah bukan gadainya. Yang salah bisnisnya. Pasti ada yang enggak bener.
Kalau menurut saya, tidak mampu menyisihkan Rp 10 juta sebulan mendingan ditutup saja bisnis itu. Dan ternyata, manajer saya mampu. Setiap bulan tidak pernah salah. Tidak pernah kurang. Setiap bulan, dia menyisihkan dari hasil bisnis sebesar Rp 10 juta.
Empat bulan kemudian gadai Emas saya tadi jatuh tempo. Saya punya kewajiban membayar biaya titip Rp 20 juta (biaya titip Rp 5 juta per bulan x 4 bulan). Sementara
www.KebunEMAS.com Page 53 saya punya tabungan sebesar Rp 40 juta (uang yang disisikan per bulan Rp 10 juta x 4 bulan).
Uang Rp 40 juta ini saya bagi dua. Yang Rp 20 juta saya pakai bayar biaya titip, yang Rp 20 juta lagi saya pakai untuk kurangi pokok utang pada saat perpanjangan gadai. Ini sudah berlangsung sejak tahun 2009.
Anda tahu berapa sisa pokok utang saya dua tahun kemudian (2012)? Sisa pokok utang saya sekarang sekitar Rp 220 juta.
Dan anda tahu berapa harga Emas 1,5 kg sekarang 2012? Harga Emas 1,5 kg itu sekarang sekitar Rp 800 juta. Kalau saya tidak mampu bayar cicilannya, misalnya, bisnis saya bangkrut, saya jual saja Emasnya, saya bisa memperoleh Rp 800 juta. Bayar utangnya Rp 220 juta sisanya Rp 500 juta lebih, masih bisa saya ambil.
Coba kalau misalkan Emas 1,5 kg itu tidak saya gadai tapi saya jual kemudian uangnya saya pakai buat modal. Mana yang lebih menguntungkan? Kalau saya, lebih cenderung untuk digadaikan saja.
Jadi, itu salah satu konsep dari KebunEMAS yang menurut saya sangat menarik untuk melindungi nilai (lindung nilai) bisnis atau usaha Anda. Tapi saya sarankan, metodenya seperti itu tadi: kurangi pokoknya, bayar biaya titipnya, perpanjang masa gadainya.
Jangan Tergiur Untuk Menaikan Pokok Hutang Saat Harga EMAS NAIK !!
Ketika Emas naik luar biasa tinggi tahun 2011, banyak lembaga gadai yang menawarkan tambahan utang atas Emas yang saya gadaikan tersebut. Bank menawarkan ke saya agar utangnya di-upgrade karena harga Emasnya naik. Jadi, nanti saya akan dapat tambahan pinjaman lagi.
Saya bilang tidak mau. Buat apa? Saya harus cicil utang saya. Saya harus kuasai lagi Emasnya karena ini modal bisnis saya. Jadi, saya tidak tertarik tawaran tambahan utang tersebut.
www.KebunEMAS.com Page 54 Daripada saya perbesar utang dan saya mendapat uang lebih, tapi sementara kapasitas bisnis saya tetap, buat saya jauh lebih baik menguasai kembali Emasnya.
Soalnya, uangnya buat apa? Karena bisnis saya sedang tidak butuh uang pada saat itu. Target saya, Emas itu harus lunas. Jadi, saya kurangi terus utang pokoknya. Karena, saya pikir kalau saya bisa melunasi gadainya, Emas ini berarti milik saya. Saya bisa balik modal dan bisa mengembangkan lagi bisnisnya.
Contoh lain, tapi ini syaratnya uang cash, bukan uang pinjaman, saat itu ahir tahun 2008 saya ingat harga Emas Rp 300.000 per gram. Saya punya uang cash sekitar Rp 300 juta. Uang itu saya belikan Emas. Saya memperoleh Emas satu kilogram dan kebetulan saya saat itu sedang butuh mobil.
Akhirnya, uang tersebut saya belikan dulu Emas dapat 1 kg, Emasnya saya gadaikan dapat uang Rp 250 juta. Baru uang itu saya pakai untuk membeli mobil. Dapat Honda Freed baru dari show room. Waktu itu Honda Freed baru keluar. Sarannya, ingat, ini uangnya harus uang cash bukan uang pinjaman.
Dari Video Tutorial KebunEMAS
Ingat kalau uang pinjaman, logika aja, Anda harus bayar bunganya dua kali lipat. Ya bunga gadainya, ya bunga pinjamannya. Jadi, harus uang cash...
Setiap empat bulan, saya kurangi pokoknya. Caranya, saya sisihkan dua kali biaya titip setiap bulan. Kemudian, tiap empat bulan saya, saya kurangi pokoknya. Saya anggap saja saya mencicil ke leasing. Sama saja ‘kan?
www.KebunEMAS.com Page 55 Motivasi saya hanya satu. Kalau saya bisa melunasi Emasnya, saya bisa beli mobil baru. Risikonya, kalau saya tidak mampu mengurangi pokok utangnya, jual saja Emasnya, lantas lunasi utangnya. Hilang dong Emasnya, nggak apa-apa, orang niatnya juga untuk membeli mobil kok. Betul enggak?
Tiga tahun kemudian, gadai ini lunas. Saya ingat persis. Emas yang satu kilogram lunas, bali lagi ke saya...
Tahu enggak, ketika lunas, harga Emas itu Rp 400.000 per gram. Artinya, Emas 1 kg setara dengan Rp 400 juta. Honda Freed-nya masih ada, Emasnya lunas, dan saya bisa beli mobil lainnya. Saya beli Honda CRV saat itu. Honda CRV harganya Rp 380 juta. Sekali lagi, saya tidak jual Emasnya. Saya gadaikan, beliin CRV. Nah, sekarang saya dalam posisi mencicil gadi Emas itu, yang bekas untuk membeli CRV. Dengan harapan suatu saat, saya bisa lunasin Emas itu, saya bisa ganti mobil lagi. Emas itu sekarang sudah mau lunas. Kira-kira dua tahun lagi lunas.
Sekarang saja, Emas satu kilogram itu sudah Rp 540 juta. Nanti kalau CRV-nya saya jual, Emasnya kemudian saya jual, saya bisa membeli mobil baru. Mungkin jadi Alphard. Tapi ingat, uangnya bukan uang utang. Saya sering melakukan ini. Tapi, ingat, sekali lagi, Anda harus dana untuk mengurangi pokoknya. Anda harus mampu menyisihkan dua kali biaya titip setiap bulan supaya Emas itu bisa Anda kuasai kembali.
Umroh saya juga begitu. Untuk biaya umroh waktu itu, saya bertiga dengan istri dan anak saya habis Rp 75–100 juta. Uangnya tidak dipakai langsung untuk bayar umroh. Saya belikan Emas dulu kemudian saya gadaikan.
Uang gadainya baru saya pakai untuk berangkat umroh. Tapi kemudian saya kurangi pokok utangnya setiap empat bulan. Motivasinya, kalau saya bisa melunasi gadai itu, Emasnya balik lagi, berarti saya bisa berangkat umroh lagi.
Saya senang jalan-jalan ke luar negeri. Itu juga sama caranya. Begitu ada uang, saya belikan Emas dulu. Emasnya saya gadai. Uang gadainya baru saya pakai jalan-jalan. Pulang dari jalan-jalan ‘kan saya punya utang gadai tuh. Ya, saya kurangi pokoknya. Motivasinya, kalau saya bisa lunasin Emas yang untuk dipakai jalan-jalan itu, berarti saya bisa pergi jalan-jalan lagi. Tapi, kalau tidak bisa, Emas tinggal dijual, lunasin utangnya selesai.
www.KebunEMAS.com Page 56 Atau, kalau kondisinya, misalnya, sudah terlalu berat. Tinggal jual saja, kemudian utangnya dilunasi pakai hasil jual Emas itu. Hilang dong pak uangnya? Ya enggak apa-apa. Orang niat awalnya juga buat jalan-jalan kok.
www.KebunEMAS.com Page 57