• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tijauan Pustaka

3. Lingkungan Belajar

a. Hakikat lingkungan Belajar

Lingkungan dalam pengertian umum berarti situasi disekitar kita, dalam la pangan pendidikan, arti lingkungan itu luas sekali, yaitu segala sesuatu yang berada diluar diri anak, dalam alam semesta ini. Lingkungan ini mengitari manusia sejak manusia itu dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, antara lingkungan dengan manusia ada pengaruh timbal balik, artinya lingkungan

commit to user

mempengaruhi manusia, dan sebaliknya manusia juga mempengaruhi lingkungan disekitarnya. Lingkungan secara garis besarnya dapat dibedakan :

1. Lingkungan Fisik

Yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musim dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu.

2. Lingkungan sosial

Merupakan lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu satu dengan lain. Keadaan masyarakatpun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu.

Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) dalam Ngalim Purwanto (1986:77) mengemukakan pendapat bahwa:

“apa yang dimaksud dengan lingkungan (enviroment) meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen, bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide enviroment) bagi gen yang lain.” Menurut beberapa definisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan adalah keadaan atau kondisi disekitar individu yang saling mempengaruhi satu sama lain (mempunyai hubungan timbal balik) dan yang secara potensial sanggup atau dapat mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku kita. Akan tetapi lingkungan kita yang aktual (yang sebenarnya) hanyalah faktor-faktor dalam dunia sekeliling kita, yang benar-benar secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan tingkah aku kita.

Proses pendidikan pada umumnya akan selalu berhubungan atau tidak pernah lepas dari pengaruh lingkungan. Lingkungan belajar atau pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang melingkupi proses berlangsungnya belajar atau pendidikan. Lingkungan belajar siswa bisa berupa fisik, sosial, budaya, keamanan, dan kenyamanan, antara proses kegiatan belajar dengan lingkungan merupakan dua hal yang tidak bisa dilepaskan, ia akan selalu menimbulkan hubungan timbal-balik antara dirinya dengan habitatnya.

commit to user

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa lingkungan belajar merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Lingkungan belajar siswa terbagi menjadi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, lingkungan tersebut berupa lingkungan sosial dan non sosial atau fisik maupun non-fisik. Pengaruh dari lingkungan tersebut dapat berbentuk macam-macam meliputi kenyamanan, ketenangan, keamanan, kebersihan atau kerapian lingkungan serta sikap/sifat dan hubungan sosial antara individu dalam lingkungan tersebut. Sejalan dengan pendapat Muhibbin Syah (1995:137-138) yang membagi lingkungan belajar menjadi dua macam sebagai berikut:

a. Lingkungan Sosial, berupa pengaruh yang ditimbulkan dari para guru, para staf administrasi sekolah, teman-teman sekelas disekolah. Para guru yang selalu menunjukan sikap atau perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca, berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan yang ada disekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semua dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

b. Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial siswa adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Contoh: kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa. Begitu pula dengan kondisi gedung sekolah serta letaknya juga berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa.

Selanjutnya lingkungan belajar menurut tempat dimana peserta didik hidup dan menerima pengalaman pendidikan dibagi menjadi tiga lingkungan, yaitu: (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan sekolah, dan (3) lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan dimana peserta didik mengalami kehidupan ini memiliki corak yang berbeda-beda dalam hal situasi, sifat, materi pendidikan,

commit to user

metode yang digunakan, serta subyek yang terlibat. Disamping memiliki perbedaan juga memiliki kesamaan, yang nyata adalah semuanya merupakan pusat-pusat belajar atau pendidikan kala peserta didik mengalami proses belajar tentang pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap. Sehingga ketiga hal tersebut oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai “Tri Pusat Pendidikan”.

Konsep tri pusat pendidikan istilah asal dicetuskan dari Ki Hajar Dewantara adalah “tri sentra pendidikan” yang mengacu pada lingkungan pergaulan yang menjadi pusat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan bagi anak. Dalam konsep Ki Hajar Dewantara lingkungan pergaulan yang dimaksud adalah alam keluarga, alam perguruan (sekolah), dan alam pergerakan pemuda (masyarakat). Konsep tri pusat pendidikan sangat menekankan akan pentingnya keterpaduan dan kebersamaan ketiga lingkungan pendidikan sebgai satu kesatuan sistem pendidikan yang memberikan pengalaman pendidikan kepada anak atau peserta didik. Berikut adalah uraian secara lengkap mengenai lingkungan belajar berdasar tempat dimana peserta didik hidup dan menerima pengalaman pendidikan atau yang dikenal dengan sebutan “tri pusat pendidikan” :

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga dalah pusat pendidikan yang pertama dan utama yang dialami oleh anak. Sejak adanya kemanusiaan sampai sekrang ini kehidupan keluarga selalu mepengaruhi perkembangan budi pekerti setiap manusia. Pendidikan dalam lingkungn keluarga muncul karena manusia memiliki naluri asli untuk memperoleh keturunan demi mempertahankan eksistensinya. Oleh karenanya manusia akan selalu mendidik keturunanya dengan cara sebaik-baiknya menyangkut aspek jasmani maupun rohani. Meskipun terkadang berlangsung secara sederhana dan tanpa disadari, tetapi jelas bahwa keluarga memiliki andil yang terlibat dalam pendidikan anak.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat. Sekolah menjalankan tugas mendidik anak yang sudah

commit to user

tidak mampu lagi dilakukan oleh keluarga, mengingat semakin kompleksnya praktek mendidik anak.

3. Lingkungan Masyarakat

Kehidupan dalam masyarakat adalah kehidupan yang amat luas cakupanya. Aneka karakter manusia, aneka situasi sosial, aneka wilayah, aneka informasi semuanya hampir terbentang luas baik positif atau negatif, baik atau buruk, saleh atau jahat. Tentu lingkungan masyarakat yang baik adalah yang dapat mendorong anak untuk bisa maju menjadi anak yang baik.

Dengan demikian, komponen-komponen sistem lingkungan itu saling mempengaruhi secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan kompleks. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar, diperuntukan untuk tujuan-tujuan belajar yang berbeda, dengan kata lain, untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar adalah segala sesuatu disekitar siswa baik berupa sosial maupun nonsosial, fisik maupun nonfisik yang ikut berpengaruh terhadap berlangsungnya proses belajar siswa serta ikut mempengaruhi hasil belajar siswa yang pengaruhnya berupa macam-macam meliputi kenyamanan, keamanan, kebersihan, sifat/sikap serta hubungan sosial antara individu dalam lingkungan tersebut.

b. Fungsi Lingkungan Belajar

Seperti yang telah sebelumnya penulis kemukakan bahwa lingkungan belajar adalah segala sesuatu disekitar siswa baik berupa sosial maupun nonsosial, fisik maupun nonfisik yang ikut berpengaruh terhadap berlangsungnya proses belajar siswa serta ikut mempengaruhi hasil belajar siswa yang pengaruhnya berupa macam-macam meliputi kenyamanan, keamanan, ketenangan, kebersihan, sifat/sikap serta hubungan sosial antara individu dalam lingkungan tersebut, maka dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran, lingkungan belajar memiliki fungsi, fungsi tersebutlah yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajar serta motivasi siswa.

commit to user

Adapun fungsi lingkungan belajar sebagai berikut:

a. Membuat kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.

b. Membuat hakikat Belajar menjadi lebih bermakna sebab siswa dihadapkan pada keadaan yang sebenarnya.

c. Menjadikan bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya dan lebih actual sehingga kebenarannya lebih akurat.

d. Menjadikan belajar siswa lebih konprehenshif dan lebih aktif sebab dapat diakukan dengan berbagai cara seperti wawancara, mengamati dan lain-lain. e. Menjadikan sumber belajar menjadi lebih kaya disebabkan lingkungan

belajar yang beraneka ragam.

f. Mempermudah siswa dalam memahami dan menghayati aspek yang ada di lingkungannya.

c. Lingkungan Belajar Yang Kondusif

Salah satu faktor penting yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa adalah adanya lingkungan belajar yang kondusif. Sesuai uraian sebelumnya tentang hakikat lingkungan belajar bahwa lingkungan belajar yang kondusif merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi prestasi serta motivasi belajar siswa, hal ini sesuai dengan pendapat dari Ngalim Purwanto (1988: 148) bahwa “lingkungan belajar itu mendukung dan berperan besar dalam keberhasilan perestasi belajar anak didik.” Lingkungan belajar dalam hal ini, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.

Lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikian rupa, sehingga dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan kegiatan belajar. Lingkungan belajar dapat merefleksikan ekspektasi yang tinggi bagi kesuksesan seluruh anak secara individual. Sesuai uraian sebelumnya, lingkungan belajar adalah segala sesuatu disekitar siswa baik berupa sosial maupun nonsosial, fisik maupun nonfisik yang ikut berpengaruh terhadap berlangsungnya proses belajar siswa serta ikut

commit to user

mempengaruhi hasil belajar siswa yang pengaruhnya berupa macam-macam meliputi kenyamanan, keamanan, ketenangan, kebersihan, sifat atau sikap serta hubungan sosial antara individu dalam lingkungan tersebut. Dari definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan belajar yang memiliki sarana prasarana memadai, nyaman, aman, tenang, bersih serta damai baik lingkungan fisik maupun non fisik yang menjadikan siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar dengan kata lain dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar. Sesuai dengan pendapat Mulyasa (Dikutip dari http//www.google.com. Pada 12 Maret 2011) bahwa: “dalam upaya menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi anak, guru harus dapat memberikan kemudahan belajar kepada siswa, menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai, menyampaikan materi pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan baik.” Oleh karena itu, peran guru selayaknya membiasakan pengaturan peran dan tanggung jawab bagi setiap anak terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses pembelajaran dapat berlangsung lebih bermakna. Hal tersebut juga berlaku dalam keluarga dan masyarakat sebagai lingkungan belajar siswa, sehingga dengan terciptanya tanggung jawab dan kesadaran bersama antara anak dengan guru, orang tua serta anggota masyarakat maka akan tercipta situasi/lingkungan belajar yang kondusif yang nantinya dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.

Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar yang kondusif dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menumbuhkan motivasi belajar pada diri siswa, lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan fisik maupun nonfisik, sosial maupun nonsosial berupa sarana prasarana yang memadai, lingkungan yang nyaman, aman, bersih, serta akrab dan mendidik.

Dokumen terkait