• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan Eksternal 1Peluang ( Opportunities ) 1Peluang (Opportunities)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

B.1 Identifikasi Faktor Lingkungan 1.Lingkungan Internal 1.Lingkungan Internal

2. Lingkungan Eksternal 1Peluang ( Opportunities ) 1Peluang (Opportunities)

Pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara tidak terlepas dari adanya dukungan dari berbagai fihak. Tidak hanya dukungan internal di dalam Dinas Tata Ruang Kota sendiri, tetapi dukungan dari pihak luar pun juga dibutuhkan. Sebagai pelaksana revitalisasi alun-alun utara, Dinas Tata Ruang Kota berkoordinasi dengan pihak luar. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Arzoni, ST. MT:

“Dalam pelaksanaan revitalisasi ini jelas ada koordinasi dengan pihak lain. Artinya harus melibatkan tokoh masyarakat yang ada di sana. Kalau koordinasi dengan instansi terkait memang sesuatu yang mutlak. Misalnya seperti Dishub, Satpol PP, Dinpar, camat, lurah dan lain sebagainya karena akan melibatkan banyak stakeholder dan tokoh masyarakat. Jadi dukungan pelaksanaan revitalisasi ini yang utama dari berbagai instansi dalam bentuk koordinasi.” (wawancara 10 November 2010)

Senada dengan pernyataan Bapak Arzony, Bapak Jaka Santosa Agustanto, ST menjelaskan bahwa:

“Pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara ini tentunya juga tidak terlepas dari dukungan berbagai fihak seperti budayawan, masyarakat sendiri, Keraton sebagai pemilik, dan dinas-dinas lain yang terkait SKPD nya.” (wawancara 10 November 2010)

commit to user

Dukungan dari SKPD terkait dituangkan dalam bentuk kerjasama pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara misalnya seperti DPU yang mengurusi perbaikan jaringan bawah, DKP mengurusi penghijauan, dan sebagainya seperti yang disampaikan oleh Bapak Kayato Hardeni, SS selaku staff bidang konservasi bangunan cagar budaya:

“Dukungan revitalisasi ini memang datang dari berbagai pihak seperti Keraton selaku pemiliknya mendukung kegiatan ini dengan memberikan ijin, DPU sebatas perbaikan jaringan bawah (drainase), DKP sebatas penanaman pohon atau penghijauan sekitar jalan, Dinas Perparkiran dan juga Dinas Pariwisata semua mendukung pelaksanaan kegiatan ini.” (wawancara 23 November 2010)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa dukungan dari berbagai instansi lain diperlukan dan dukungan yang diberikan dalam bentuk kerjasama penyelesaian kegiatan revitalisasi alun-alun utara akan dapat memperlancar pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara sendiri.

Dukungan dari berbagai instansi memang diperlukan mengingat Dinas Tata Ruang Kota tidak mungkin menyelesaikan kegiatan revitalisasi dengan sendirian hal ini disebabkan revitalisasi dilaksanakan karena adanya berbagai permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh pihak Dinas Tata Ruang Kota sendiri misalnya masalah parkir, lingkungan, sampah dan lain sebagainya sehingga harus melibatkan instansi yang terkait.

Dukungan untuk lebih memajukan kawasan alun-alun utara tidak hanya datang dari instansi dan stakeholder terkait melainkan juga datang dari masyarakat kota Solo terlebih lagi warga disekitar alun-alun utara. Kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara menjadi hal penting mengingat mereka adalah pengguna kawasan. Kesadaran masyarakat kota

commit to user

Solo tertuang dalam keinginan mereka agar Solo dapat berkembang menjadi lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh KGPH Poeger:

“Saya kira masyarakat itu faham tentang perkembangan zaman jadi mereka itu mengikuti perkembangan zaman. Masyarakat tidak akan terganggu ketika kita bisa membuat statement berupa perencanaan yang bisa menyamankan mereka. Intinya masyarakat mendukung karena mereka hidup di daerah Solo. Sebenarnya mereka itu menunggu kapan Solo dapat melimpah ruah dengan penghasilan dan dapat tergarap bagus sesuai dengan slogan Pemerintah kota Solo yaitu Solo Kota Budaya. Lebih jelasnya masyarakat mendukung apabila alun-alun utara direvitalisasi.” (wawancara 24 November 2010)

Dukungan dari masyarakat secara nyata seperti yang dikemukakan oleh Bapak Karto warga Gajahan:

“Kalau ada sisi positifnya ya mendukung saja. Jadi kalau alun-alun utara direvitalisasi saya setuju dan mendukung soalnya apabila dipandang orang-orang yang lewat akan menjadi bagus terasa sejuk dan indah.” (wawancara 29 November 2010)

Demikian juga Bapak Mulyadi warga Gajahan mengatakan bahwa: “Saya setuju dengan rencana itu (revitalisasi alun-alun utara) karena dapat memperindah kota Solo.” (wawancara 29 November 2010)

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Purwanti warga Baluwarti:

“Ya saya setuju saya. Itu kan bagian dari budaya sehingga perlu dilestarikan. Budaya Solo perlu dilestarikan agar tidak punah.” (wawancara 29 November 2010)

Dengan adanya dukungan yang diperoleh dari berbagai pihak dalam rangka memajukan alun-alun utara akan sangat mempengaruhi perkembangan alun-alun utara ke depannya. Partisipasi masyarakat dan pihak-pihak yang terkait dalam mengembangkan alun-alun utara sangat diharapkan dapat memberikan

commit to user

dampak yang positif bagi kemajuan alun-alun utara sebagai salah satu peninggalan budaya di Kota Solo ini.

2.2 Ancaman (Threats)

Pelaksanaan proyek revitalisasi alun-alun utara yang dilakukan dengan memperbaiki beberapa aksesoris yang cenderung rusak atau kurang tentunya membutuhkan adanya bahan baku sebagai kebutuhan utama, bahan baku harus selalu tersedia dan jumlahnya harus sesuai. Namun kenyataan yang ada, kondisi yang ada sekarang dengan munculnya bencana yang sulit diprediksi menyebabkan pelaksanaan revitalisasi sedikit terhambat karena minimnya bahan baku. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Jaka Santosa Agustanto, ST:

“Kendala lain dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara saat ini adalah waktu. Waktu yang kita maksud adalah bahan baku, dimana waktu selama ini ada bencana itu mempengaruhi material baik penyediaan ataupun penyaluran.” (wawancara 10 November 2010)

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Bapak Arzoni, ST. MT: “Kendalanya kemarin itu masalah hujan ya karena cuacanya saat ini juga tidak menentu. Kemudian bahan baku juga. Karena adanya bencana maka penyaluran bahan baku menjadi tersendat.” (wawancara 10 November 2010)

Kondisi cuaca serta alam yang tidak dapat diprediksi memberikan dampak bagi pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara yaitu penyaluran bahan baku yang tidak bisa terdistribusikan dengan cepat. Kondisi lain yang juga memberikan dampak dan manjadi kendala dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara adalah dari segi hukum. Kondisi payung hukum dapat mempengaruhi berjalannya revitalisasi alun-alun utara. Melalui undang-undang, Keputusan Menteri,

commit to user

Peraturan Daerah yang ada menjadikan gejolak sosial akan lebih stabil, sehingga pelaksanaan revitalisasi dapat berjalan dengan baik. Kenyataanya penegakan hukum dan perlindungan cagar budaya di Indonesia masih lemah, terbukti dengan masih banyaknya bangunan-bangunan cagar budaya yang dialihfungsikan dengan dalih pembangunan.

Lemahnya perlindungan cagar budaya ini juga karena belum ada peraturan daerah (Perda), kawasan lindung masih banyak yang belum masuk dalam tata ruang perkotaan. Hal itu diungkapkan oleh Bapak Joko Supriyanto, ST: “Kebetulan perda yang khusus tentang cagar budaya belum ada…” (wawancara 23 November 2010)

Dengan adanya peraturan daerah diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk menyelamatkan benda cagar budaya sepeti alun-alun utara Surakarta sehingga dapat terawat dengan baik.

Lemahnya kesadaran masyarakat akan ketertiban juga turut serta menjadi ancaman bagi pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara. Ketertiban masyarakat dalam hal ini tidak hanya masyarakat yang tinggal di sekitar alun-alun utara tetapi juga masyarakat pengguna kawasan alun-alun utara misalnya PKL, parkir diperlukan agar pelaksanaan revitalisasi dapat berjalan lancar. Namun yang terjadi saat ini kesadaran masyarakat akan ketertiban peraturan yang ada dirasa kurang. Masyarakat malah menyalahgunakan tempat-tempat yang telah direvitalisasi. Sepeti yang diutarakan oleh Bapak Kayato Hardeny, SS:

“Kalau dulu itu ya cuma masalah PKL. PKL sering menyalahgunakan tempat hasil revitalisasi. Pada dasarnya mereka dilarang, tapi ada juga yang tetap ngotot…” (wawancara 23 November 2010)

commit to user

Keberadaan PKL dikawasan alun-alun menjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintah kota Solo. Hal itu karena PKL tumbuh subur di kawasan alun-alun utara. Sepeti yang diutarakan oleh Bapak Arzony, ST. MT:

“Kendala di lapangan adalah PKl. PKL disana tumbuh subur. Ini menjadi permasalahan bagi kita dan menjadi PR buat pemerintah kota untuk menyelesaikannya.” (wawancara 23 November 2010)

Berdasarkan hasil wawancara-wawancara diatas dapat dikatakan bahwa ancaman-ancaman tersebut perlu diperhatikan oleh pemerintah agar tidak menjadi penghambat besar dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara. Diperlukan suatu perhatian khusus dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan semakin mengembangkan kesadaran akan ketertiban masyarakat untuk menjaga dan melestarikan aset budaya.