commit to user
i
RENCANA STRATEGIS DINAS TATA RUANG KOTA
DALAM MEREVITALISASI ALUN-ALUN UTARA
SURAKARTA
Disusun Oleh:
DESTA AMANA SHALIKHAH
D0107006
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si.
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada hari :
Tanggal :
Panitia Penguji:
1. Ketua : Drs. Agung Priyono, M.Si. (...) NIP. 195504231981031002
2. Sekretaris : Drs. Ali, M.Si. (...) NIP. 195408301985031002
3. Penguji : Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si. (...) NIP. 197505052008011033
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan karya ini untuk:
Kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan segenap cinta dan kasih sayangnya
selama ini. Terima kasih untuk dukungan dan doanya yang tiada henti. Semoga karya ini
dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan harapan kalian. Amin...
Kakak-kakakku (Mas Udin, Mbak Erni, Mas Dwi, Mbak Rila, Mbak Pipit, Pak Eko, Mbak
Novi, Pak Budi); Keponakanku (Ersa, Rizka, Dea, Akbar, Hana, Nayla) dan semua keluarga
besarku yang dengan tulus selalu mendoakan, memberikan dukungan dan juga
semangatnya,…
Mas Sahid, terima kasih atas dukungan, dorongan, dan juga doanya. Terima kasih juga telah
mengajariku tentang kedewasaan…
Sahabat-sahabatku (Farah, Juli, Mifta, Tresty, Mas Hendra). Terima kasih, kalian selalu ada
ketika aku dalam keadaan suka ataupun duka…
Teman-temanku AN 07.…
Almamaterku…
commit to user
v
MOTTO
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”
(Q.S Al Baqarah 286)
“Sesungguhnya bersaman kesulitan ada kemudahan. Maka apabila telah selesai
(dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).”
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahim..
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Rencana Strategis Dinas Tata Ruang Kota Dalam Merevitalisasi Alun-Alun
Utara Surakarta.”
Skripsi ini disusun dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat
akedemis untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini tanpa
mengurangi rasa hormat dan dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing atas
bimbingan yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi.
2. Ibu Dra Suprapti dan Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku pembimbng akedemik
yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.
3. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan FISIP UNS yang telah
memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi ini
4. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Administrasi atas ilmu yang diberikan
commit to user
vii 5. Dosen-dosen penguji
6. Bapak Ir. Yohanes Bambang Sri Nugroho selaku Kepala Dinas Tata Ruang
Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.
7. Bapak Jaka Santosa Agustanto, ST selaku Kasi Tata Bangunan Dan
Lingkungan; Bapak Joko Supriyanto, ST dan Bapak Kayato Hardeni, S.S
selaku staf bidang konservasi bangunan cagar budaya, dan para staf Dinas Tata
Ruang Kota Surakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan data
untuk penulisan skripsi ini.
8. KGPH Poeger selaku pihak Keraton Kasunanan Surakarta yang telah bersedia
menjadi informan dalam penelitian ini.
9. Sahabatku Farah, Juli, Mifta, Tresty, dan sahabat-sahabatku AN 07 yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan
terbuka untuk perbaikan skripsi ini kedepannya nanti. Semoga penulisan skripsi
ini berguna untuk pengembangan dan penelitian sebelumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Penulis
commit to user
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perencanaan Strategis ……… 10
2. Revitalisasi ……… ... 36
3. Revitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta ... 38
B. Kerangka Pemikiran ... 42
BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian ... 46
2. Lokasi Penelitian ... 46
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ... 53
1. Kondisi Umum DTRK Surakarta ... 53
1.1 Mandat, Tupoksi, DTRK ... 53
1.2 Visi dan Misi DTRK ... 55
1.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Organisasi DTRK ... 56
1.4 Struktur Organisasi DTRK ... 60
1.5 Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan ... 62
2. Kondisi Umum Alun-Alun Utara Surakarta……… 71
B. Hasil Penelitian………. 74
B.1 Identifikasi Faktor Lingkungan……….. 75
1. Lingkungan Internal………. . 75
1.1 Kekuatan (Strength)………. 75
1.2 Kelemahan (Weakness)……… 79
2. Lingkungan Eksternal………... 81
2.1 Peluang (Oppotrunities)……… ... 81
2.2 Ancaman (Threat)………. 84
B.2 Identifikasi Isu Strategis………. 86
B.3 Merumuskan Strategi Untuk Mengelola Isu………... 92
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 102
B. Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1: Proses Perencanaan Strategis ... 16
Gambar 2.2: Matriks SWOT ... 28
Gambar 2.3: Diagram Analisis SWOT ... 35
Gambar 2.4: Kerangka Pemikiran ………..………... 43
Gambar 3.1: Model Analisis Interaktif ... 52
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1: Daftar Pertanyaan Tes Litmus ... 33
Tabel 4.1: Jumlah Pegawai DTRK Berdasarkan Jenis Kelamin... 63
Tabel 4.2: Jumlah Pegawai DTRK Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 64
Tabel 4.3: Jumlah Pegawai DTRK Berdasarkan Golongan Kepangkatan... 65
Tabel 4.4: Matriks Analisis SWOT ... 87
Tabel 4.5: Matriks Isu Strategis ... 90
commit to user
xii
ABSTRAK
DESTA AMANA SHALIKHAH, D0107006, RENCANA STRATEGIS DINAS TATA RUANG KOTA DALAM MEREVITALISASI ALUN-ALUN UTARA SURAKARTA, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, 105 Halaman.
Alun-alun utara sebagai bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta menjadi salah satu aset budaya yang memiliki nilai historis. Seiring dengan perkembangan zaman alun-alun utara perlu diperhatikan agar nilai historis kawasan alun-alun sebagai cagar budaya tetap terjaga. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan revitalisasi. Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana rencana strategis Dinas Tata Ruang Kota dalam merevitalisasi alun-alun utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun rencana strategis Dinas Tata Ruang Kota dalam merevitalisasi alun-alun utara. Dengan menggunakan identifikasi faktor internal dan eksternal maka diperoleh isu-isu stretegis yang akan digunakan Dinas Tata Ruang Kota dalam melestarikan kawasan cagar budaya khususnya alun-alun utara Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang mengetahui permasalahan penelitian seperti Kepala Dinas Tata Ruang Kota, Kepala Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan, Staf Bidang Konservasi Lingkungan dan Cagar Budaya, serta pihak Keraton Kasunanan Surakarta. Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Dokumentasi dilakukan terhadap dokumen ataupun buku-buku pedoman yang berhubungan dengan penelitian. Sedangkan observasi yaitu pengamatan langsung mengenai kondisi di Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dan alun-alun utara. Validitas data yang digunakan adalah tringgulasi data yakni menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisa datanya adalah analisis interaktif dengan komponen yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan.
Hasil penelitian menunjukkan dari analisis lingkungan internal dan eksternal diperoleh isu yang paling strategis dengan skor 36 dari hasil tes litmus yaitu menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan potensi alun-alun utara. Isu strategis tersebut selanjutnya menjadi strategi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dalam merevitalisasi alun-alun utara dengan program strategisnya sebagai berikut: 1) Membuat kelembagaan mengenai pengelolaan bidang-bidang di kawasan alun-alun utara; 2) Menciptakan integritas di antara instansi-instansi terkait dalam pelaksanaan revitalisasi sehingga dapat berjalan lancar; 3) Meningkatkan standart kerja dalam revitalisasi alun-alun utara secara efektif dan fleksibel untuk mendapatkan hasil yang optimal.
commit to user
xiii
ABSTRACT
DESTA AMANA SHALIKHAH, D0107006, STRATEGIC PLAN AT DEPARTEMENT OF CITY PLANNING TO REVITALIZE NORTH PLAZA, Science Thesis, Administration Science, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, 2010, 105 pages.
North plaza is one part of Kasunanan Surakarta Palace that became one of cultured asset which have historical value. According to development era, north plaza Kasunanan palace Surakarta needed attention so the historical value of north plaza area still protected. The attention can give in revitalization. The research focus on how the strategic plan at department of city planning to revitalize of north plaza Kasunanan Palace Surakarta. This research aims to arrange the strategic plan at department of city planning to revitalize north plaza Kasunanan Palace Surakarta. Identification internal and external factor are used to get strategic issues will be used by department of city planning to conserve the culture preserve especially north plaza.
This research method is descriptive kualitative. Technic are used for collecting data are interview, observation, and documentation. Interview have been done with people who have understand with this research problem which is the chief of department of city planning, the chief of building and environmental, the staff of conservation of culture preserve and environmental, and official from Kasunanan Surakarta Palace. This research used purposive sampling to determine the respondent. Documentation is collected from guidelines book that have connectivity with this research. Meanwhile observation that has been used is direct observation it is about condition in department of city planning and north plaza. Validity data that used is trianggulasi data it is to examine the same data from other sources. Technic that used for analyze data is interactive analysis with component analysis are reduction data, presentation data, and conclusion making. The result of the research show that from internal and external environment analysis got the most strategic issue with 36 score from litmus test, it is make corporation with connectivity instansi to optimal the potention from north plaza. The strategic issue become strategic that used by department of city planning to revitalize the north plaza with the strategic programs are: 1) To make institution about management sectors in north plaza area; 2) To create integrity between institutions in revitalizing to make it run well; 3) To improve labor standard in revitalization of the north plaza with effective and flexibel to get an optimal result.
As far suggestions is should be formed have to make regional regulation about culture heritage and department of city planning staff provided education and training on culture heritage.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Tidak hanya
budaya yang lahir pada zaman sekarang, tetapi juga budaya yang lahir pada zaman
dahulu. Kerajaan-kerajaan yang hidup di Indonesia pada zaman dahulu telah
melahirkan banyak sekali peninggalan-peninggalan bersejarah. Bukti peninggalan
bersejarah pada masa kerajaan dapat dilihat dari adanya benda-benda dan
bangunan-bangunan yang khas dengan corak kehidupan kerajaan. Semua bukti
peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia baik peninggalan pada masa purba,
masa kerajaan, dan masa penjajahan semakin memperkaya obyek wisata di
Indonesia, yang kesemuanya menjadi andalan dan penggerak laju perekonomian
bangsa ini.
Budaya tidak hanya mencerminkan identitas suatu negara, tetapi juga
menjadi obyek wisata utama di seantero dunia. Tidak sedikit wisatawan yang
tertarik pada hasil peninggalan masa lampau di kota bersejarah, kota tua pada
setiap negara yang mereka kunjungi. Trend wisata tersebut diberi nama heritage
tourism atau cultural heritage tourism. Salah satu daya tarik pariwisata yang
menarik di Indonesia adalah wisata peninggalan sejarah atau yang disebut wisata
heritage. Heritage, atau wisata berupa berbagai peninggalan dalam segala bentuk
bangunan, dinilai penting bukan hanya sebagai sebuah identitas kota dan negara,
commit to user
Kondisi yang terjadi saat ini adalah banyaknya peninggalan sejarah atau
heritage yang tidak terawat keadaanya atau bahkan terbengkalai. Selain kumuh
dan tidak terawat, banyak situs dan benda bersejarah yang berubah fungsi, bahkan
ada yang hilang. Hal ini sangat memprihatinkan, karena nilai dan fungsi asli
benda bersejarah menjadi hilang. Bangunan-bangunan yang seharusnya dapat
menjadi saksi sejarah di masa lampau sama sekali banyak yang tidak
mendapatkan perhatian cukup serius dari pemerintah, dan tinggal menunggu
waktu untuk punah dengan sendirinya. Tingkat kesadaran masyarakat yang masih
kurang menjadi kendala dalam pelestarian budaya ataupun obyek wisata yang
lain. Pada umumnya bangunan yang berpotensi wisata itu dibiarkan kotor, tidak
terawat tanpa solusi yang disepakati. Keadaan ini juga terjadi di kota Surakarta
yang notabene mempunyai banyak sekali warisan peninggalan bangunan
bersejarah yang berpotensi untuk dijadikan wisata heritage.
Kota Surakarta sebagai kota bersejarah yang lahir pada masa kerajaan
masih memiliki peninggalan-peninggalan bersejarah diantaranya alun-alun utara.
Alun-alun adalah tanah lapang yang berada di pusat sebuah kota yang pada zaman
dahulu merupakan milik kerajaan yang digunakan untuk melakukan upacara resmi
kerajaan dan kegiatan kultural kerajaan. Alun-alun juga menjadi tempat berlatih
perang (gladi yudha) bagi prajurit kerajaan, tempat penyelenggaraan sayembara
dan penyampaian titah (sabda) raja kepada kawula (rakyat). (Wikipedia Indonesia,
ensiklopedia bebas berbahasaIndonesia, 27 Oktober 2010)
Kawasan Alun-alun Surakarta sebagai salah satu peninggalan budaya dan
commit to user
nilai historis dan merupakan sebuah kawasan yang memiliki warisan yang berupa
bangunan dan desain arsitektur tertentu yang mencirikan keadaan masa lalu
ataupun kondisi yang ada pada masa tersebut. Kawasan ini dulunya merupakan
bagian dari salah satu pusat pemerintahan kerajaan di Jawa Tengah (Keraton
Surakarta).
Alun-alun utara, yang merupakan salah satu dari dua nama alun-alun
yaitu alun-alun utara dan alun-alun selatan, yang menjadi salah satu bagian dari
Keraton Surakarta merupakan obyek wisata heritage yang menarik di Surakarta.
Selain merupakan bangunan heritage, alun-alun utara Surakarta juga menawarkan
wisata religi dan budaya, yang mempunyai nilai dan potensi ekonomi karena di
alun-alun utara lebih sering digunakan untuk berbagai acara kerajaan, misalnya
sekaten, malam satu Sura.
Sebagai suatu tempat dalam bentuk tanah lapang, alun-alun utara
mengalami perkembangan dalam pemanfaatannya., dimana pada masa Kerajaan
dulu alun-alun digunakan untuk acara kerajaan kemudian seiring dengan
perkembangan zaman alun-alun digunakan sebagai ruang publik yang dapat
diakses oleh semua kalangan. Namun dengan dijadikannya alun-alun sebagai
public space (ruang publik), malah menjadi bahan permasalahan bagi pemerintah
setempat. Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait dengan pemanfaatan
alun-alun utara sebagai ruang publik antara lain:
1. Tertutupnya keberadaan alun-alun sebagai kawasan yang mempunyai nilai
commit to user
misalnya pedagang kaki lima yang nantinya akan mendatangkan masalah
terhadap kelestarian kawasan alun-alun utara Surakarta.
2. Lunturnya makna kompleks bangunan keraton dan alun-alun sebagai cagar
budaya. Penyebabnya adalah alun-alun yang dulunya sedemikian pesatnya
menjadi pelataran PKL dan parkir kendaraan wisata.
3. Munculnya kontradiksi dan konflik kepentingan antara aspek ekonomi
untuk mempertahankan sektor informal dengan aspek budaya untuk
mempertahankan obyek pariwisata Keraton Surakarta.
4. Adanya kecenderungan pemanfaatan ruang publik untuk kepentingan
sebagian orang yang menjadikan makna penggunaannya bergeser.
5. Hilangnya wajah kawasan alun-alun sebagai kawasan cagar budaya
sebagai dampak perkembangan aktivitas perdagangan dan nonbudaya
lainnya.
6. Hilangnya kesan estetika dan kesan monumental kawasan alun-alun
karena aktivitas perdagangan telah menimbulkan kekumuhan dan
kekotoran pada wajah kawasan. ( http://google.com.alasan-revitalisasi-alun-alun-utara-Surakarta, 27 Oktober 2010)
Dengan adanya beragam permasalahan yang ada di alun-alun utara
Surakarta, perlu adanya upaya perbaikan lingkungan, yaitu dengan revitalisasi.
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian
kota yang dulunya pernah hidup/vital, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduran (www.google.com definisi-revitalisasi, 11 Oktober 2010). Hal
commit to user
tidak tertata dengan baik dikhawatirkan nantinya akan semakin buruk kondisinya
apabila tidak dilakukan penanganan yang serius. Kondisi yang demikian juga
merupakan ancaman yang serius bagi kota secara tidak langsung karena dapat
mempercepat penurunan kualitas fungsional, visual, maupun lingkungan. Untuk
itu, pelestarian dan revitalisasi alun-alun utara menjadi salah satu program
pemerintah kota Surakarta dalam rangka mewujudkan citra Solo sebagai Kota
Budaya. Upaya revitalisasi mengandung tiga hal pokok, yaitu:
1. Meningkatkan vitalitas yang ada
2. Menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar
3. Memberikan vitalitas baru
Strategi revitalisasi bagi kawasan bersejarah dipandang penting
mengingat:
1. Revitalisasi tidak hanya semata-mata melindungi kawasan historis,
melainkan juga mewadahi sejumlah fungsi lain, sebagai kawasan strategis
yang harus mampu memberi pengaruh bagi kawasan di sekitarnya,
memiliki dinamika perubahan tinggi serta mampu pula menyerap investasi
dalam jumlah besar, sehingga konservasi terhadap area historis–kultural
menjadi sangat diperlukan.
2. Keberadaan asset historis yang tak lagi mendapat dukungan besar oleh
komunitasnya sering dianggap sebagai hal yang tidak fungsional dan
terabaikan diantara sejumlah besar kepentingan pragmatis, sehingga
revitalisasi untuk mendapatkan kembali daya hidup suatu asset historis
commit to user
Usaha menghidupkan kembali kejayaan wilayah dengan dukungan semua
pihak baik masyarakat ataupun pemerintah kota merupakan usaha yang harus
dihargai. Hal itu sudah mendapatkan tanggapan yang positif dari pihak pemerintah
Kota Surakarta dan masyarakat luas dengan revitalisasi. Menurut Bapak Jaka,
Kepala Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan Dinas Tata Ruang Kota Surakarta
mengatakan bahwa
“Upaya revitalisasi alun-alun utara Surakarta dilakukan dengan dasar untuk mengembalikan kebudayaan seperti fungsinya semula, menjaga keamanan dari para pedagang, selain itu revitalisasi ini juga digunakan untuk mengembalikan image alun-alun sebagai bagian dari keraton Surakarta yang sejalan dengan perwujudan harapan dan cita-cita Kota Solo dan pemerintah Kota sebagai penyelenggaranya”.
Dalam mewujudkan harapan dan cita-cita kota Solo, maka pemerintah
kota Surakarta melalui Dinas Tata Ruang Kota Surakarta harus siap menghadapi
kondisi lingkungan internal dan eksternal, yaitu dengan memperhatikan adanya
hambatan atau kendala yang mungkin timbul dalam revitalisasi alun-alun utara
serta mampu memanfaatkan peluang yang ada dalam kedua lingkungan tersebut.
Sehingga pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara dapat berjalan dengan efektif
dan strategis.
Adanya undang-undang nomor 32 tentang pelaksanaan pemerintahan
daerah dapat dijadikan peluang dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara
Surakarta. Karena dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut, maka
pemerintah daerah diberikan hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi
daerah, termasuk di dalamnya pengelolaan sektor tata kota dalam kesatuan sistem
commit to user
Tata kota mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam
pembangunan daerah. Hal tersebut dikarenakan tata kota merupakan sektor vital
dalam proses pembangunan sebuah kota dan berpengaruh pada sektor-sektor
lainnya. Apabila tata kota tertata rapi dan dapat berjalan dengan baik, maka
pembangunan di kota tersebut akan dapat berjalan dengan lancar, begitu pula
dengan sektor lain seperti ekonomi, pariwisata, dan sebagainya akan tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Selain adanya peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan
revitalisasi, munculnya hambatan juga harus diperhatikan. Hambatan pelaksanaan
revitalisasi diantaranya adalah karena adanya faktor biaya. Keterbatasan biaya
yang dimiliki oleh pemerintah, dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan
revitalisasi alun-alun utara Surakarta.
Dengan adanya peluang dan tantangan tersebut, maka Dinas Tata Ruang
Kota harus jeli dalam melaksanakan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.
Kejelian dan kecermatan dalam pelaksanaan revitalisasi diperlukan agar dapat
mewujudkan revitalisasi yang efektif dan strategis. Upaya untuk melaksanakan
revitalisasi dengan efisien dan strategis adalah dengan membuat suatu
perencanaan strategis. Perencanaan strategis adalah proses sistemik yang
disepakati organisasi dan membangun keterlibatan diantara stakeholders tentang
prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi
(Michael Allison dan Jude Kaye, 2005:1). Perencanaan strategis khususnya
digunakan untuk mempertajam fokus organisasi agar semua sumber organisasi
commit to user
strategis, dapat digunakan untuk menentukan strategi yang paling tepat dari
revitalisasi alun-alun utara Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
Bagaimana rencana strategis Dinas Tata Ruang Kota dalam merevitalisasi
alun-alun utara Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui strategi yang paling tepat untuk digunakan Dinas Tata Ruang
Kota dalam merevitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta.
2. Sebagai syarat guna meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan gambaran mengenai strategi yang paling tepat dalam
melaksanakan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.
2. Memberikan sumbangan kepada Dinas Tata Ruang Kota berupa
pemikiran, saran-saran dalam melaksanakan revitalisasi dan dalam
commit to user
3. Bagi penulis dapat menambah khasanah llmu pengetahuan, wawasan, dan
commit to user
Perencanaan strategis pada dasarnya adalah bagian dari manajemen
strategis, yaitu sebagai langkah awal dari manajemen strategis. Pemikiran tersebut
senada dengan pendapat John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, Jr (2008:5)
yang menyatakan bahwa:
“Manajemen strategis sebagai suatu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategis mencakup perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusan dan tindakan terkait strategi perusahaan.”
Pendapat lain dikemukakan oleh Hadari Nawawi (2005:149) yang
mendefinisikan manajemen strategi sebagai berikut:
“Manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategis) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi) dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipal) agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi) dalam usaha menghasilkan barang dan jasa serta pelayanan yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategik) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi”.
Selain kedua pendapat diatas, pendapat yang menjelaskan perencanaan
strategi sebagai bagian dari manajemen strategi juga diungkapkan oleh Steiss
(dalam J. Salusu, 2003:500) bahwa perencanaan stratejik sebagai komponen dari
manajemen stratejik bertugas untuk memperjelas tujuan dan sasaran, memilih
commit to user
daya, serta menciptakan suatu pedoman dalam menterjemahkan kebijaksanaan
organisasi.
Dari beberapa pendapat tersebut memberikan pemahaman bahwa
perencanaan strategis merupakan tahap yang paling penting dalam proses
manajemen strategis karena perencanaan strategis merupakan serangkaian
rencana, tindakan dan kegiatan mendasar yang dibuat oleh pimpinan puncak untuk
diimplementasikan seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang pada dasarnya mendorong organisasi untuk dapat melakukan
tugasnya dengan lebih baik.
Definisi mengenai perencanaan strategis secara lebih jelas seperti yang
dikemukakan oleh Olsen dan Eadie (dalam Bryson 2007: 4-5) sebagai berikut:
“Perencanaan strategis sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan-tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi (atau entitas lainnya), apa yang dikerjakan organisasi (atau entitas lainnya), dan mengapa organisasi (atau entitas lainnya) mengerjakan hal seperti itu”.
Michael Allinson dan Jude Kaye (2005:1) menjelaskan perencanaan
strategis kalau dirumuskan secara sederhana adalah sebuah alat manajemen, dan
sama dengan setiap alat manajemen, alat itu hanya digunakan untuk satu maksud
saja, yaitu menolong organisasi melakukan tugasnya dengan lebih baik.
Perencanaan strategis dapat membantu organisasi memfokuskan visi dan
prioritasnya sebagai jawaban terhadap lingkungan yang berubah dan untuk
memastikan agar anggota-anggota organisasi itu bekerja kearah tujuan yang sama.
commit to user
organisasi dan membangun keterlibatan di antara stakeholder utama tentang
prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan koperasi.
Selain pendapat-pendapat diatas, masih ada lagi definisi perencanaan
strategis dalam International Journal European Planning Studies yaitu:
“Strategic planning as the formulation of long-term organizational goals and objectives, including the selection of the appropriate strategies to achieve these goals and objectives”. (Vol 17, No 2, page 2)
Perencanaan strategis merupakan perumusan tujuan organisasi jangka
panjang dan sasaran, termasuk pemilihan strategi yang tepat untuk mencapai
tujuan dan sasaran.
Selain itu, penjelasan tentang rencana strategi yang lain adalah dalam
International Journal California Management Review:
“Strategic planning is a set of processes used by organizations for the purposes of gaining a better view of the future, reaching a common understanding among different parties about how the organization should proceed, and aligning different interests toward a shared goal.”(Vol 51, No 2, page 3)
Perencanaan strategis adalah serangkaian proses yang digunakan oleh
organisasi untuk tujuan mendapatkan pandangan yang lebih baik di masa depan,
mencapai pemahaman bersama antara berbagai pihak tentang bagaimana
organisasi tersebut harus dilanjutkan, dan menyelaraskan kepentingan yang
berbeda menuju tujuan bersama.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa perencanaan
strategis penting dilakukan bagi suatu organisasi agar dapat melaksanakan
commit to user
Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar organisasi mampu
melihat secara objektif kondisi-kondisi eksternal dan internalnya, sehingga
organisasi-organisasi tersebut dapat mengantisipasi perubahan lingkungannya.
Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan
memiliki produk yang sesuai keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal
dari sumber daya yang ada. (Freddy Rangkuti, 2009:3)
Selain memiliki tujuan, perencanaan strategis juga memiliki beberapa
manfaat bagi suatu organisasi, yaitu:
a) Berfikir secara strategis dan mengembangkan strategi-strategi yang efektif;
b) Memperjelas arah masa depan;
c) Menciptakan prioritas;
d) Membuat keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi masa depan;
e) Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuatan
keputusan;
f) Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang yang
berada di bawah kontrol organisasi;
g) Membuat keputusan yang melintasi tingkat dan fungsi;
h) Memecahkan masalah utama organisasi;
i) Memperbaiki kinerja organisasi;
j) Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif;
k) Membangun kerja kelompok dan keahlian. (Bryson, 2007:12-13)
Menurut Bryson, meski perencanaan strategis dapat memberikan seluruh
commit to user
perencanaan strategis hanyalah kumpulan konsep, prosedur, dan alat. Para
perencana perlu bersikap sangat hati-hati mengenai bagaimana mereka ikut serta
dalam perencanaan strategis, karena tidak semua pendekatan memiliki kegunaan
yang sama, karena beberapa syarat mempengaruhi keberhasilan penggunaan
masing-masing pendekatan.
Rencana strategis sangat beragam dalam bentuk dan isi. Bentuk yang
paling sederhana mungkin tidak lebih dari suatu pernyataan tidak tertulis dalam
pikiran para pembuat keputusan tentang misi organisasi dan apa yang seharusya
dilakukan organisasi. Namun pada umumnya dalam organisasi yang berskala
besar biasanya seorang pemimpin tidak memiliki informasi yang sangat detail
mengingat besarnya sumber daya yang harus dikelolanya. Sehingga ia
membutuhkan rencana untuk menjalankan organisasinya. Perencanaan strategis
bukanlah tujuan dalam perencanaan strategis itu sendiri, tetapi semata-mata
merupakan kumpulan konsep untuk membantu para pemimpin membuat
keputusan penting dan melakukan tindakan penting. Bahkan jika suatu proses
perencanaan strategis menimbulkan kesulitan dalam cara berfikir dan bertindak
strategis, proses perencanaan harus dikesampingkan bukan pemikiran dan
tindakannya! (Bryson, 2007:54). Jadi yang lebih diutamakan adalah apakah
perencanaan strategis tersebut dapat membantu pimpinan untuk dapat bertindak
strategis, bisa saja sebuah organisasi tidak membutuhkan rencana strategis sebab
memiliki seorang pemimpin yang mampu bertindak secara strategis. Namun
bagitu, Bryson beranggapan bahwa keberhasilan perencanaaan strategis juga
commit to user
Proses perencanaan strategis menurut Bryson (2007:55) terdiri dari
delapan langkah, yaitu:
1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis.
2. Mengidentifikasikan mandat organisasi.
3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi.
4. Menilai lingkungan eksternal: peluang dan ancaman
5. Menilai lingkungan internal: kekuatan dan kelemahan
6. Mengidentifikasikan isu strategis yang dihadapi organisasi.
7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu.
8. Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan.
Delapan langkah di atas harus mengarah pada tindakan, hasil, dan
evaluasi. Selain itu tindakan, hasil, dan evaluasi harus muncul di tiap-tiap langkah
dalam proses. Dengan kata lain, implementasi dan evaluasi tidak harus menunggu
hingga akhir, tetapi harus menjadi bagian yang menyatu dari proses dan terus
menerus. Pendek kata, selain delapan langkah tersebut, masih terdapat
implementasi dan evaluasi yang harus muncul dalam setiap langkah.
Alur proses perencanaan strategis digambarkan dalam bagan sebagai
commit to user
Penjelasan mengenai proses perencanaan strategis delapan langkah adalah
sebagai berikut:
1. Memprakarsai dan menyepakati proses perencanaan strategis.
Tujuannya adalah menegosiasikan kesepakatan dengan orang-orang
penting pembuat keputusan (decision makers) atau pembentuk opini
(opinion leader) internal (dan mungkin eksternal) tentang seluruh upaya
perencanaan strategis dan langkah perencanaan yang terpenting.
Kesepakatan yang dimaksud adalah mencakup maksud upaya
perencanaan, langkah-langkah yang dilalui dalam proses, bentuk dan
jadwal pembuatan laporan; peran, fungsi, keanggotaan kelompok yang
berwenang mengatahui upaya tersebut; peran, fungsi, dan keanggotaan tim
perencana strategis; komitmen dari semua sumber daya yang diperlukan
bagi keberhasilan perencanaan strategis.
2. Memperjelas mandat organisasi
Mandat organisasi adalah tugas yang harus dijalankan oleh organisasi, dan
apa yang tidak boleh dilakukan oleh organisasi. Dengan mengetahui
mandat, maka dapat memperjelas arah organisasi di masa depan, mandat
ada yang bersifat formal, misalnya berupa undang-undang, perjanjian,
peraturan. Sedangkan bentuk mandat yang lain adalah mandat informal
misalnya berupa nilai-nilai sosial, cita-cita yang hidup di tengah
commit to user 3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi
Misi organisasi yang berkaitan erat dengan mandat organisasi akan
memberikan pembenaran sosial bagi keberadaan organisasi. Memperjelas
misi/maksud berarti menetapkan di mana dan bagaimana organisasi akan
berkompetisi. Dalam organisasi publik dan nirlaba sebelum menetapkan
misi harus melakukan analisis terhadap stakeholders, karena kunci
keberhasilan dalam organisasi publik dan nirlaba adalah kepuasan
stakeholders.
4. Menilai Lingkungan eksternal
Tim perencana harus mengeksplorasi lingkungan di luar organisasi untuk
mengidentifikasikan peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi.
Sebenarnya, faktor ‘di dalam’ merupakan faktor yang di kontrol oleh
organisasi dan faktor ‘di luar’ adalah faktor yang tidak dikontrol oleh
organisasi.
Peluang dan ancaman dapat diketahui dengan memantau pelbagai
kekuatan dan kecenderungan politik, ekonomi, sosial, dan tekhnologi.
PESTs, merupakan akronim yang tepat bagi kekuatan dan kecenderungan
ini, karena organisasi biasanya harus berubah sebagai jawaban terhadap
kekuatan ataupun kecenderungan itu dan perubahan boleh jadi sangat
menyakitkan. Di samping PESTs, tim perencana strategis juga harus
memantau kelompok stakeholders yang beragam termasuk klien,
commit to user 5. Menilai Lingkungan eksternal
Untuk dapat mengenali kekuasaan dan kelemahan internal, organisasi
dapat memantau sumber daya (inputs), strategi sekarang (process), dan
kinerja (outputs). Kinerja sebagai faktor penting dalam organisasi, karena
tanpa informasi kinerja dapat menciptakan dan memperkeras konflik
organisasional yang penting. Tanpa kriteria dan informasi kinerja tidak ada
cara untuk mengevaluasi keefektifan relatif strategi alternatif, alokasi
sumber daya, desain organisasi, dan distribusi kekuasaan.
6. Mengidentifikasikan Isu Strategis yang Dihadapi Organisasi.
Lima unsur pertama dari proses perencanaan strategis secara
bersama-sama melahirkan isu keenam, identifikasi isu strategis. Identifikasi isu
sttrategis berkaitan dengan persoalan kebijakan penting yang
mempengaruhi mandat, misi dan nilai, tingkat dan campuran produk atau
pelayanan, klien, pengguna atau pembayar, biaya keuangan dan
manajemen organisasi.
Perencanaan strategis memfokuskan pada tercapainya “percampuran”
yang terbaik antara organisasi dan lingkungannya. Oleh karena itu antara
mandat dan lingkungan eksternalnya dapat dipikirkan sebagai perencanaan
dari luar ke dalam. Sedangkan perhatian kepada misi dan nilai-nilai
maupun lingkungan internal dapat dianggap sebagai perencanaan dari
dalam ke luar. Dengan demikian, langkah identifikasi isu strategis
benar-benar penting untuk kelangsungan, keberhasilan, dan keefektifan
commit to user 7. Merumuskan Strategi Untuk Mengelola Isu-Isu.
Strategi didefinisikan sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan,
keputusan, atau alokasi sumber daya yang menegaskan bagaimana
organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, mengapa organisasi harus
mengerjakan hal itu. Strategi biasanya dikembangkan untuk mengatasi isu
strategi, dan juga untuk menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan
kebijakan pokok.
8. Menciptakan visi organisasi yang efektif untuk masa depan.
Dalam hal ini, organisasi hendaknya mengembangkan deskripsi mengenai
bagaimana seharusnya organisasi itu sehingga berhasil
mengimplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensi yang
dimiliki. Yang termasuk dalam deskripsi tersebut adalah misi organisasi,
strategi dasarnya, kriteria kinerjanya, beberapa aturan keputusan penting,
dan standart etika yang diharapkan oleh seluruh pegawai.
Selain dari delapan langkah yang telah diuraikan di atas, masih ada lagi
tahapan yang harus ditempuh dalam proses perencanaan strategis. Tahapan
tersebut adalah tindakan atau lebih dikenal dengan implementasi strategi dan
tahap evaluasi strategi atau pengendalian.
Implementasi strategi adalah proses menjalankan strategi dan kebijakan
menjadi tindakan yang nyata atau kegiatan yang dapat dilaksanakan secara
realistis. Yang termasuk dalam kegiatan implementasi strategi adalah penyusunan
commit to user
Sedangkan evaluasi strategi adalah bentuk khusus dari pengendalian
organisasi yang memfokuskan kepada pengawasan dan evaluasi proses
manajemen strategis dengan maksud untuk meyakinkan bahwa hal tersebut secara
fungsi bisa berjalan. Pengendalian bertujuan untuk membuat sesuatu terjadi sesuai
dengan apa yang telah direncanakan. (Crown, 2007:137)
Berdasarkan delapan langkah proses perencanaan strategis di atas, dan
juga mendasarkan pada visi dan misi yang dimiliki Dinas Tata Ruang Kota
Surakarta, maka penelitian perencanaan strategis ini menggunakan tiga langkah
pokok, yaitu:
1. Analisis lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal
2. Identifikasi isu strategis
3. Perumusan strategi untuk mengelola isu.
Uraiannya sebagai berikut:
1. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan adalah:
“Satu proses monitoring terhadap lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasikan peluang (opportunities) dan tantangan (threats) yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya”. (Crown, 2007:38).
Allison dan Kaye (2005:15) menjelaskan bahwa:
commit to user
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
anaisis lingkungan berkaitan dengan lingkungan organisasi yang harus
diidentifikasi agar dapat mencapai tujuan organisasi.
Lingkungan organisasi yang dimaksud adalah lingkungan organisasi
internal dan lingkungan organisasi ekternal, yang keduanya perlu dianalisis.
Tujuan dari analisis lingkungan tersebut adalah agar organisasi dapat
mengantisipasi lingkungan organisasi sehingga dapat bereaksi secara cepat dan
tepat untuk kesuksesan organisasi.
Analisis lingkungan internal merupakan langkah untuk mengenali kondisi dan situasi di dalam organisasi yang terkait dengan mandat, tugas dan
fungsi organisasi dalam mencapai tujuannya. Lingkungan internal memiliki dua
sisi, yaitu:
1. Kekuatan
Merupakan situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif, yang
memungkinkan organisasi memiliki keunggulan strategik dalam mencapai
sasarannya.
2. Kelemahan
Adalah situasi dan ketidakmampuan internal yang mengakibatkan
organisasi tidak dapat mencapai sasarannya.
Kategori yang termasuk dalam lingkungan internal menurut Bryson
(2007:145) adalah:
a. Sumber daya (input)
commit to user c. Kinerja (output)
Sedangkan menurut Crown (2007:42-43) komponen–komponen yang ada
dalam lingkungan internal yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Aspek organisasi
- Jaringan komunikasi
- Struktur organisasi
- Hirarki tujuan
- Policy, prosedur, aturan
- Kemampuan tim manajemen
b. Aspek Pemasaran
- Segmentasi pasar
- Strategi produk
- Strategi harga
- Strategi promosi
- Strategi distribusi
c. Aspek Keuangan
- Likuiditas
- Profitabilitas
- Aktivitas
- Peluang investasi
d. Aspek Personel
- Hubungan ketenagakerjaan
commit to user - Program pelatihan
- Sistem penilaian performance
- Sistem insentif
- Tingkat absensi dan turnover karyawan
e. Aspek Produksi
- Layout fasilitas pabrik
- Penelitian dan pengembangan
- Penggunaan tekhnologi
- Pembelian bahan mentah
- Pengontrolan inventori
- Penggunaan sub-kontraktor.
Selain Crown dan Bryson, komponen variabel internal juga dijelaskan
oleh David Hunger dan Thomas L.Wheelen (2003:113) secara lebih ringkas,
yaitu:
a. Kekuatan ekonomi
b. Kekuatan tekhnologi
c. Kekuatan hukum-politik
d. Kekuatan sosio-kulutral.
Analisis lingkungan eksternal merupakan proses mengenali kondisi dan situasi yang ada di luar organisasi agar organisasi dapat mencapai tujuannya.
commit to user 1. Peluang
Adalah situasi dan faktor eksternal yang membantu organisasi mencapai
atau bahkan bisa melampaui pencapaian sasarannya.
2. Ancaman
Yaitu faktor-faktor eksternal yang menyebabkan organisasi tidak dapat
mencapai sasarannya.
Bryson (2007:142) membagi lingkungan eksternal dalam empat kategori
yaitu:
a. Politik
b. Ekonomi
c. Sosial
d. Tekhnologi, yang selanjutnya keempat kategori disingkat menjadi PESTs.
Sedangkan menurut Crown (2007:41) komponen lingkungan eksternal
terdiri dari:
a. General environment
Terdiri dari komponen-komponen yang pada umumnya memiliki
cakupan yang luas dan tidak bisa segera diaplikasikan untuk mengelola
organisasi. Komponen tersebut adalah:
- Komponen sosial
Menjelaskan karakteristik dari masyarakat dimana organisasi berada.
- Komponen ekonomi
Menunjukkan bagaimana sumber daya didistribusikan dan
commit to user - Komponen politik
Berisi semua elemen yang berhubungan dengan atau berurusan
dengan pemerintah.
- Komponen hukum
Berisi aturan-aturan yang harus dipenuhi.
- Komponen tekhnologi
Berisi pendekatan-pendekatan baru untuk memproduksi barang/jasa.
b. Opration environment
Terdiri dari komponen yang relatif lebih memberikan pengaruh spesifik
dan lebih cepat untuk pengelolaan organisasi. Komponennya meliputi:
- Komponen pelanggan
Menunjukkan karakteristik dan perilaku dari mereka yang membeli
barang atau jasa perusahaan.
- Komponen persaingan
Menujukkan dengan siapa organisasi/perusahaan harus berperang
dalam rangka memperoleh sumber daya.
- Komponen tenaga kerja
Terdiri dari faktor yang mempengaruhi supply tenaga kerja untuk
melakukan aktivitas-aktivitas organisasi.
- Komponen internasional
Terdiri dari semua faktor yang berhubungan dengan operasi
commit to user
David Hunger dan Thomas L. Wheleen (2003:113) menjelaskan lebih
ringkas mengenai komponen lingkungan eksternal yaitu:
a. Komunitas f. Pemerintah
b. Pesaing g. Kelompok kepentingan
c. Kreditur h. Pemegang saham
d. Pelanggan i. Pemasok
e. Karyawan/Serikat Pekerja j. Asosiasi perdagangan
Langkah analisis faktor lingkungan dalam penelitian perencanaan
strategis yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan analisis SWOT.
Pengertian analisis SWOT adalah sebagai berikut:
Menurut Freddy Rangkuti (2009:18-19) yang dimaksud dengan analisis
SWOT adalah:
“Identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan stategi perusahaan. SWOT merupakan singkatan dari lingkungan Internal
Strengths dan Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan
Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threaths)
dengan faktor internal kekuaan (strengths) dan kelemahan (weakness)”.
John A. Pearch dan Richard B. Robinson, Jr (2008:200) menjelaskan bahwa:
“SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan) dan Weakness
(kelemahan) internal dari suatu peusahaan serta Opportunities (peluang)
dan Threath (ancaman) lingkungan yang dihadapinya. Analisis SWOT
commit to user
Dengan demikian analisis SWOT dapat memberikan gambaran mengenai
situasi strategi perusahaan yang dilakukan dengan membandingkan antara
lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang
dan ancaman) yang dihadapi organisasi. Alat yang digunakan untk menyusun
faktor-faktor strategi perusahaan dikenal dengan nama “matriks SWOT”.
Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks SWOT digambaran sebagai berikut:
Gambar 2.2
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkn
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
commit to user
§ Strategi SO (Strenght-Opportunities)
Yaitu strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatan peluang sebesar-besarnya.
§ Strategi ST (Strenght-Threats)
Adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
§ Strategi WO (Weakness-Opportunities)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
§ Strategi WT (Weakness-Threats)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimakan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2. Identifikasi Isu Strategis
Proses identifikasi isu strategis merupakan proses yang vital dalam
perencanaan strategis. Dikatakan vital karena identifikasi isu strategis sangat
berpengaruh pada keputusan yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa
yang dikerjakan, dan mengapa organisasi itu mengerjakannya. Peran identifikasi
isu strategis yang sangat penting dalam proses perencanaan strategis senada
dengan pendapat dari Bryson (2007:161);
commit to user
Identifikasi isu strategis memiliki tujuan untuk mengidentifikasikan
pilihan kebijakan pokok yang dilakukan oleh organisasi. Adapun manfaat yang
diperoleh dengan mengidentifikasikan isu strategis adalah:
a) Perhatian difokuskan kepada apa yang benar-benar penting. Arti penting
dari manfaat ini jangan diremehkan.
b) Perhatian difokuskan kepada isu, bukan jawaban. Semua konflik serius
yang sering muncul adalah tentang solusi terhadap masalah tanpa satupun
kejelasan mengenai apa masalahnya.
c) Identifikasi isu biasanya menciptakan semacam ketegangan yang berguna
yang diperlukan untuk mendorong perubahan organisasi.
d) Identifikasi isu strategis harus memberikan petunjuk yang bermanfaat
mengenai bagaimana memecahkan isu.
e) Memperjelas proses perencanaan strategis bagi para partisipan.
Selain beberapa manfaat di atas, identifikasi isu juga membantu
mengenali bahwa ada tiga macam bentuk isu strategis, yaitu;
1. Isu yang tidak membutuhkan tindakan sekarang, tetapi isu tersebut harus
terus dipantau.
2. Isu-isu yang bisa ditangani sebagai bagian dari lingkaran perencanaan
strategis regular organisasi.
3. Isu-isu yang memerlukan tanggapan segera dan karenanya tidak bisa
commit to user
Untuk dapat mengidentifikasikan isu strategis, perlu adanya pendekatan.
Pendekatan tersebut menurut Barry seperti yang dikutip oleh Bryson (2007:171)
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Pendekatan langsung
Pendekatan langsung mungkin yang paling berguna bagi sebagian besar
organisasi pemerintah dan organisasi nirlaba. Dalam pendekatan ini perencana
bergerak lurus dari peninjauan terhadap mandat, misi, dan SWOTs hingga
identifikasi isu strategis.
2. Pendekatan Sasaran
Merupakan pendekatan yang lebih terikat dengan teori perencanaan tradisional,
dimana pertama-tama organisasi membangun tujuan dan sasaran bagi dirinya
sendiri dan kemudian mengidentifikasikan isu-isu atau mengembangkan
strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut.
3. Pendekatan visi keberhasilan
Merupakan pendekatan dimana organisasi diminta untuk mengembangkan
gambaran terbaik tentang dirinya sendiri di masa depan ketika organisasi
memenuhi misinya dan mencapai keberhasilan. Pendekatan ini amat
bermanfaat jika organisasi sulit mengidentifikasikan isu-isu strategis secara
langsung.
Apabila isu tersebut telah diidentifikasi, isu tersebut harus diurutkan
berdasarkan prioritas, logis, atau urutan temporal sebagai pendahuluan bagi
commit to user
bagaimana strategi isu tersebut, maka digunakan Test Litmus atau “Litmus test”
yang telah dikembangkan oleh Hennepin.
Tes Litmus digunakan untuk menyaring isu-isu strategis. Di dalam tes
litmus, setiap isu strategis yang telah diidentifikasi kemudian diberi 13 pertanyaan
yang selanjutnya diberi penilaian. Isu yang memiliki skor tertinggi adalah isu
yang paling strategis. Sedangkan isu yang memiliki skor terendah adalah isu
operasional. Penilaianya adalah sebagai berikut:
a) Skor 1, untuk isu yang bersifat operasional
b) Skor 2, untuk isu yang cukup strategis
c) Skor 3, untuk isu yang sangat strategis.
Dari hasil perkalian antara jumlah soal dan skor, dipeoleh nilai terendah
adalah 13 dan nilai tertinggi adalah 39. Sehingga dapat dikategorikan sebagai
berikut:
a) Nilai 13-21, berarti isu tersebut kurang strategis.
b) Nilai 22-30, berarti isu tersebut cukup strategis
commit to user
Table 2.1
Daftar Pertanyaan Test Litmus
No. Pertanyaan (1) (2) (3)
1. Kapan tantangan atau peluang isu-isu strategis yang ada dihadapan anda?
Sekarang Satu tahun Dua
3. Seberapa banyak resiko/peluang
keuangan organisasi anda?
Kecil Sedang Besar
4. Apakah strategi pemecahan isu
membutuhkan:
a) Pengembangan sarana dan program pelayanan baru b) Perubahan signifikan dalam
sumber-sumber atau jumlah pajak?
c) Perubahan signifikan dalam ketetapan atau peraturan? d) Penambahan atau modifikasi
fasilitas?
e) Penambahan staf yang signifikan?
Tidak
5. Bagaiman pendekatan terbaik bagi pemecahan isu?
dapat menetapkan bagaimana
menanggulangi isu?
terjadi bila isu itu tidak diselesaikan?
Ada gangguan,
9. Bagaimana sensifitas isu ini terhadap nilai sosial, politik, religious, dan kultural?
Lunak Sedang Keras
commit to user 3. Perumusan Strategi untuk Mengelola Isu
Menurut Allison dan Jude Kaye (2005:3) strategi merupakan prioritas
atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi. Strategi mencakup
pilihan-pilihan tentang bagimana cara terbaik untuk mencapai misi organisasi.
Strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program,
tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana
organisasi itu, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa organisasi
melakukannya. Oleh karena itu strategi merupakan perluasan dari misi, guna
menjembatani organisasi dengan lingkungannya. Strategi biasanya dikembangkan
untuk mengatasi isu strategi.
Di dalam analisis SWOT, strategi dibedakan menjadi empat macam,
yaitu strategi agresif, strategi diversifikasi, strategi turn-arround, dan strategi
commit to user
Gambar 2.3
Diagram Analisis SWOT
3. Mendukung 1. Mendukung
Strategi turn-arround strategi agesif
4.
4. Mendukung 2. Mendukung
Strategi defensive strategi diversifikasi
(Sumber: Freddy Rangkuti, 2009:19)
Kuadran 1: strategi yang agresif
Yaitu strategi yang ditetapkan untuk menghadapi berbagai peluang lingkungan di
mana dimiliki berbagai kekuatan yang mendorong pemanfaatan berbagai peluang
tersebut. Strategi ini mengacu pada strategi pertumbuhan, dan diterapkan dalam
kondisi di mana organisasi dalam situasi yang menguntungkan.
Kuadran 2: strategi diversifikasi
Yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekarang untuk
membuka peluang jangka panjang dan menghadapi situasi lingkungan tidak
menguntungkan dalam produk atau pasar lain atau baru. BERBAGAI PELUANG
KELEMAHAN INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
commit to user Kuadran 3: strategi turn-around
Merupakan strategi yang ditetapkan untuk mengambil berbagai langkah untuk
mengatasi kelemahan yang dihadapi secara internal agar peluang pasar dapat
dimanfaatkan.
Kuadran 4: strategi defensive
Yaitu strategi yang ditetapkan untuk menghadapi kondisi yang paling buruk
karena harus menghadapi tantangan besar yang bersumber pada lingkungan dan
pada waktu yang bersamaan dilanda berbagai kelemahan. Caranya adalah dengan
mengurangi atau merubah bentuk keterlibatan dalam produk atau pasar.
Jadi merumuskan strategi adalah merumuskan program-program strategi
atau alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk
mengelola isu. Pada tahap ini dirumuskan program-program strategis,
alternatif-alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk menanggapai
dan menyikapi isu strategis yang berada pada tahap sebelumnya.
2. Revitalisasi
Revitalisasi berasal dari kata re-vital-isasi. Kata re berarti kembali, kata
vital berarti penting dan kata isasi berarti proses. Jadi menurut bahasa, kata
revitalisasi berarti mementingkan kembali, dengan kata lain memfungsikan
kembali.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), revitalisasi berarti
commit to user
Sedangkan di dalam SK Walikota Surakarta No 646/116/1/1997
menyebutkan revitalisasi adalah merubah fungsi yang lebih sesuai, tanpa
melakukan perubahan menyeluruh atau hanya mengakibatkan dampak sekecil
mungkin. Revitalisasi sering disamakan artinya dengan adaptasi karena berupa
penyesuaian, yaitu menyesuaikan dengan perubahan zaman.
Sesuai dengan SK Walikota Surakarta No 646/116/1/1997, revitalisasi
merupakan bagian dari kegiatan konservasi. Konservasi sendiri diartikan sebagai
proses pengelolaan suatu tempat, khususnya menyangkut bagunan kuno atau
bersejarah, agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik,
mencakup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi, atau revitalisasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa revitalisasi merupakan suatu usaha untuk
menghidupkan kembali suatu tempat atau bangunan yang dilakukan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan revitalisasi bertujuan untuk mengubah suatu
tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai.
Tujuan dari kegiatan konservasi yang di dalamnya termasuk kegiatan
revitalisasi sesuai dengan SK Walikota No 646/166/1/1997 adalah:
a) Untuk menjaga, mempertahankan, dan mewariskan peninggalan budaya
berupa bangunan kuno/bersejarah.
b) Menjamin terwujudnya keberagaman atau variasi lingkungan binaan
sebagai tuntutan budaya masyarakat.
c) Meningkatkan nilai ekonomis bangunan kuno/bersejarah.
d) Menumbuhkan rasa kebanggaan dan kepercayaan diri yang kuat bagi
commit to user
3. Revitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta
Revitalisasi merupakan salah satu bentuk upaya pelestarian suatu
bangunan. Pelestarian bangunan berkaitan erat dengan identitas budaya suatu
daerah. Alun-alun utara Surakarta yang menjadi identitas budaya di Kota
Surakarta perlu mendapatkan revitalisasi yang nantinya akan mengembalikan
fungsi alun-alun seperti sediakala.
Revitalisasi alun-alun utara Surakarta dapat berarti pemfungsian kembali
atau pemanfaatan kembali serta pemberdayaan alun-alun utara seperti semula agar
lebih sesuai tanpa merubah secara keseluruhan makna alun-alun utara Surakarta
seperti saat pertama kali dibangun. Alun-alun utara yang saat ini sebagai ruang
publik dan dapat dimanfaatkan oleh semua orang, diharapkan dapat dihidupkan
dan dilestarikan kembali bersamaan dengan adanya revitalisasi yang dilakukan
tesebut. Dalam palaksanaan revitalisasi alun-alun utara Surakarta, Dinas Tata
Ruang Kota tidak akan melakukan perubahan fisik yang signifikan, karena hanya
berupa pelestarian saja, dan pelaksanaan revitalisasi diawali dengan perbaikan
saluran irigasi kawasan gladak sebelah timur. (Solopos, 22 September 2010).
Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana rencana strategis Dinas Tata
Ruang Kota dalam merevitalisasi alun-alun utara Surakarta. Rencana strategis
sendiri diartikan sebagai suatu upaya yang telah diproses sedemikian rupa dengan
melihat kondisi lingkungan organisasi yang ada, sehingga dapat dijadikan
pedoman bagi organisasi untuk dapat melakukan tugas-tugasnya dalam rangka
commit to user
Perencanaan strategis memiliki tujuan agar organisasi dalam melakukan
tugasnya dengan melihat kondisi lingkungan di sekitarnya baik internal maupun
eksternal sehingga organisasi tersebut mampu mengantisipasi perubahan
lingkungan yang ada. Perencanaan strategis penting untuk diketahui bagi suatu
organisasi agar dapat memfokuskan pada visi dan misinya sehingga dapat
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan organisasi dengan lancar. Selain
memiliki tujuan yang bagus, perencanaan strategis juga dapat memberikan
manfaat yang baik bagi organisasi pelaksananya.
Di dalam penelitian ini, Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dalam
merevitalisasi alun-alun utara menggunakan tiga langkah yang merupakan bagian
dari proses perencanaan strategis menurut Bryson. Langkah-langkah tersebut
adalah:
1. Analisis lingkungan
Proses analisis lingkungan digunakan untuk mengetahui kondisi
lingkungan yang ada di sekitar organisasi dalam rangka merevitalisasi
alun-alun utara. Analisis lingkungan ini dilakukan dengan mengamati dan
memperhatikan adanya kondisi lingkungan internal yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan, serta lingkungan eksternal, yaitu
dengan memperhatikan peluang dan ancaman yang mungkin timbul
selama proses revitalisasi.
Di dalam penelitian ini, analisis lingkungan disajikan dengan
menggunakan matriks SWOT, yang digunakan untuk mengidentifikasikan
commit to user
singkatan dari Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threats (ancaman).
2. Identifikasi isu strategis.
Setelah proses analisis lingkungan dilakukan, langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi isu yang ada. Identifikasi isu berguna untuk mengetahui
apakah isu-isu yang ada selama proses revitalisasi merupakan isu strategis
atau isu operasional. Pengkategorian kedalam isu strategis atau isu
operasional dilakukan dengan menggunakan tes litmus.
3. Perumusan strategi untuk mengelola isu.
Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah merumuskan strategi yang
telah diidentifikasi untuk mengelola isu-isu yang ada. Merumuskan
strategi adalah merumuskan program-program strategi atau alternatif
kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk mengelola isu.
Pada tahap ini dirumuskan program-program strategis,
alternative-alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk
menanggapai dan menyikapi isu strategis yang berada pada tahap
sebelumnya. Dengan merumuskan strategi akan didapatkan strategi mana
yang paling tepat untuk memecahkan isu yang ada.
Di dalam penelitian ini, selain dipahami mengenai perencanaan strategis,
maka juga diperlukan pemahaman mengenai revitalisasi. Revitalisasi diartikan
sebagai upaya memanfaatkan kembali suatu obyek agar dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Jadi, revitalisasi alun-alun utara adalah upaya untuk
commit to user
mana maknanya. Dengan demikian, penelitian dengan judul Rencana Strategis
Dinas Tata Ruang Kota Dalam Merevitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta
maksudnya adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang Kota
Surakarta untuk memanfaatkan kembali bangunan alun-alun utara Surakarta agar
dapat memiliki fungsi yang lebih sesuai dengan memperhatikan kondisi
lingkungan internal organisasi yang meliputi kekuatan dan kelemahan serta
kondisi lingkungan eksternal organisasi yang meliputi peluang dan ancaman, serta
mendasarkan pada visi, misi dan mandat Dinas Tata Ruang Kota Surakarta agar
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ditetapkan sebagai dasar dalam pengembangan
berbagai konsep maupun teori yang digunakan dalam penelitian ini dan
hubungannya dengan masalah yang dirumuskan. Kerangka pemikiran yang
ditetapkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan konsep perencanaan stategis.
Dalam penelitian ini membahas tentang salah satu potensi pariwisata
yang ada di Kota Surakarta yaitu alun-alun utara. Alun-alun utara merupakan
salah satu cagar budaya peninggalan sejarah yang merupakan bagian dari Keraton
Kasunanan Surakarta. Sebagai bagian dari sejarah yang menjadi salah satu simbol
daerah Surakarta, kondisi alun-alun utara Surakarta saat ini dapat dikatakan tidak
terawat, dan kadang disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab. Untuk itulah pemerintah kota Surakarta melalui Dinas Tata
Ruang Kota melakukan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.
Pelaksanaan revitalisasi yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang Kota
memerlukan suatu perencanaan strategis, karena dengan perencanaan strategis
dapat membantu Dinas Tata Ruang Kota mengetahui adanya kelemahan dan
kekuatan, serta tantangan dan peluang yang dihadapi dalam proses revitalisasi.
Proses perencanaan strategis dalam penelitian ini mengacu pada konsep
perencanaan strategis dari Bryson, dimana hal-hal yang akan dilakukan adalah
analisis lingkungan organisasi yang bersangkutan, identifikasi isu strategis, dan
perumusan strategis untuk mengelola isu. Adapun kerangka pemikiran penelitian