• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN KRISTEN

3.2 Media Informasi

3.2.1.2 Lingkungan

Cara orang dalam menjalani kehidupan sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, dimana ia hidup. Lingkungan kehidupan budaya suatu masyarakat mengandung unsur nilai, norma, etika, kebiasaan, adat-istiadat, maupun cita-cita (Vygotsky dalam Dariyo, 2004). Hal ini tentu kemudian mempengaruhi pola prilaku individu. Menurut Halstead (2004;77-78), bahwa anak sangat muda menerima banyak informasi tentang seksual dari teman sebayanya di tempat bermain, melalui tukar menukar majalah, televisi dan media-media lain juga merupakan sumber utama pengetahuan seks dan nilai–nilainya yang tidak mudah dikontrol orangtua. Sedangkan menurut Zulkifli (2005;15-16), remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik dengan kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orangtua menjadi nomor dua dalam hidupnya, dalam pengalaman remaja berusaha melakukan sesuatu hal secara bersama-sama misalnya berpacaran apa yang dilakukan oleh kelompoknya akan ditiru oleh remaja.

Lingkungan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, remaja putri merasa lebih nyaman bercerita mengenai masalah terkait seks kepada teman-teman sebaya mereka daripada orangtua mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Tika Panggabean (15 tahun) yang mengatakan :

“Aku lebih suka cerita tentang pacar-pacaran sama kawanku. Cerita tentang masalah waktu aku haid pun lebih enak sama

kawanku. Kalau sama mamak atau kakakku, tak suka aku. Orang itu banyak nasehat aja. Apa yang ku Tanya tak dijawab. Udah gitu mau diketawai. Malas lah. Lebih baik sama kawan aja.”

Menurut para remaja putri ini, teman-teman sebaya mereka lebih mengerti dan memahami apa yang mereka ingin ketahui. Oleh karena itu, mereka pun lebih senang membicarakan hal tersebut. Tanpa disadari, hal ini dapat menjadi boomerang bagi para orangtua. Hal ini dikarenakan, informasi yang didapat oleh remaja-remaja putri tersebut belum tentu benar. Untuk itu diperlukan pengawasan yang baik oleh orangtua.

3.2.1.3

Agama memiliki peran penting dalam penerapan pendidikan seks pada remaja putri. Hal ini terlihat dari aturan-aturan yang berlaku pada ajaran agama yang dianut. Di kelurahan ini, mayoritas warganya menganut agama Nasrani. Di dalam ajaran agama Nasrani terdapat suatu hukum yakni Hukum Siasat Gereja yang berlaku bagi setiap anggota gereja. Hukum ini akan dikenakan kepada setiap anggota gereja yang melanggar dari aturan-aturan yang telah ditetapkan. Contohnya adalah bagi perempuan yang hamil di luar nikah, perempuan/laki-laki yang meninggal karena bunuh diri, dan lain-lain.

Agama

Seperti diketahui di Kelurahan Kristen, masyarakat 96,53% menganut agama Kristen Protestan, penulis mendapat informasi bahwa remaja putri yang hamil diluar nikah tersebut telah dikeluarkan dari gereja dan dikenai Hukum Siasat Gereja (HSG). Hukum ini sangat berpengaruh bagi orang yang dikenainya. Orang tersebut akan dikeluarkan dari gereja tersebut dan tidak akan diterima di gereja mana pun lagi seperti yang diungkapkan oleh salah seorang informan

penulis dari kelurahan lain yang juga dikenai hukum tersebut, sebut saja namanya Dian (nama samaran, 25 tahun) yang mengatakan :

“Kalau udah kena HSG kayak kakak ini, mau tak mau harus pindah ke karismatik. Karna tak ada gereja yang mau nerima kecuali karismatik32

Karismatik merupakan sebuah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan kaum Kristiani yang percaya bahwa manifestasi

. Susah kalau tak ada gereja ini. Kalau tiba-tiba mati nanti, siapalah yang mendoakan nanti, tak mungkin langsung dikubur, nanti kalau anak kakak ini udah besar, mau tak mau harus dibaptis karna perlu nanti itu kalau dia mau nikah. Repotlah pokoknya.”

Hal ini membuktikan bahwa, agama merupakan salah satu yang memberikan batasan-batasan yang penting dalam konteks masalah seks. Meskipun demikian, tetap saja, penyimpangan tetap terjadi di kalangan remaja saat ini.

3.2.1.3.1 Gereja Karismatik

terjadi dan seharusnya dipraktikkan sebagai pengalaman pribadi setiap orang-orang percaya pada masa sekarang ini. Kata karismatik berasal dari sebuah kata Yunani charis yang berarti kasih karunia. Kata charis digunakan dalam untuk menjelaskan mengenai berbagai-bagai pengalaman supranatural khususnya

dalam 33

32

Karismatik adalah salah satu aliran gereja yang ada di Indonesia.

Denny Teguh Sutandio (2009; 25-29) menjelaskan bahwa,

33

“... sangat sulit untuk menentukan kapan dan di mana tepatnya Kristen Karismatik mulai muncul sebagai gerakan yang berpengaruh di antara gereja-gereja arus utama. Namun demikian, pada umumnya Amerika seringkali disebut-sebut sebagai pionir dari gerakan ini.”

Gereja beraliran karismatik ini memiliki tanggung jawab sosial yang besar bagi umatnya. Gereja ini beranggapan bahwa apabila seorang manusia melakukan kesalahan misalnya hamil di luar nikah patut untuk dituntun dan dibawa kembali ke jalan yang benar. Gereja ini tidak memberikan sanksi sosial seperti gereja aliran khatolik maupun lutheran jika salah seorang umatnya melakukan kesalahan seperti mengeluarkannya dari keanggotaan jemaat.

3.2.1.3.2 Hukum Siasat Gereja (HSG)

Setiap gereja memiliki norma-norma yang harus ditepati oleh setiap anggota gereja tersebut. Dalam penelitian ini, penulis melihat Hukum Siasat Gereja (HSG) dari gereja GKPI. Alasan penulis memilih gereja ini adalah dikarenakan mayoritas masyarakat di kelurahan ini merupakan anggota gereja GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia). Hukum Siasat Gereja dikenakan kepada setiap orang (anggota jemaat dan pelayan jemaat) yang berbuat salah/dosa, yang kesalahannya/dosanya nampak dan dapat dibuktikan. Adapun kesalahan atau dosa yang dimaksud adalah segala perbuatan atau ucapan yang bertentangan dengan Firman Tuhan, Iman Kristen yang dipahami GKPI, Tata Gereja dan Peraturan Rumah Tangga GKPI, serta peraturan yang berlaku di GKPI. Jenis-jenis kesalahan itu adalah sebagai berikut :

a.

 Penyembahan berhala atau menjadi kafir. Artinya, bahwa ia lebih percaya kepada mahluk lain, baik yang hidup maupun yang mati, dan kepada roh nenek moyangnya yang dia percayai mempunyai kekuatan dan dapat memberikan permintaannya. Hal itu dilakukan dengan mengadakan upacara-upacara khusus yang mengandung unsur kekafiran.

Kesalahan terhadap ajaran (Dogma)

 Segala bentuk perjinahan atau kawin tanpa pemberkatan gereja, seperti kumpul kebo, kawin kontrak, marbagas roha-roha34

 Membunuh, mencuri, saksi dusta, penipu, amarah dan iri hati, perseteruan, percabulan, pembohong, pesta-pora, dan lain-lain sebagaimana dimaksud dalam I Korintus 5:1-13; I Timoteus 6:9-10; Galatia 5:19-20.

, beristri lebih dari satu atau bersuami lebih dari satu, perceraian dengan tidak dipisah kematian atau tidak dengan alasan perjinahan, homoseks, lesbian, tukar kelamin, melacurkan diri, pengguguran kandungan tanpa alasan keselamatan si ibu.

 Yang menerima serta mempercayai ajaran sesat seperti :

• Atheisme, yaitu paham yang tidak mempercayai adanya Tuhan.

• Animisme, yaitu paham yang mempercayai bahwa semua benda sebagai perwujudan dari Allah dan tidak mempercayai Allah Tritunggal.

34

Marbagas roha-roha adalah sebutan untuk pasangan yang menikah diam-diam tanpa adanya pemberkatan dari gereja

• Spiritisme, yaitu paham yang mempercayai roh-roh dan menyembahnya sebagai Allah.

• Sinkritisme yaitu paham yang menggabungkan aliran-aliran kepercayaan sehingga tidak mempercayai Allah Tritunggal. Serta aliran-aliran yang menyesatkan lainnya.

 Yang menerima dan mempercayai ajaran agama lain.  Yang melaksanakan kebiasaan kekafiran, seperti :

• Acara melempar daging sebagai bagian dari upacara pemakaman orang tua yang meninggal; Meninta berkat dari orang yang sudah meninggal;

• Memberi makan orang yang sudah meninggal atau tulang-belulang;

• Memberi sesajen, dll.

 Yang mencemarkan nama Tuhan Tritunggal.

 Orang yang menerima dan mengakui Baptisan Ulang.

b.

 Tidak taat kepada Tata Gereja, Peraturan Rumah Tangga dan Peraturan HKI.

Kesalahan terhadap Peraturan Gereja GKPI

 Yang malas dan tidak mau mengikuti kebaktian Minggu atau perkumpulan yang diadakan oleh jemaat.

 Yang lalai membawa anaknya untuk dibaptis.

 Yang tidak memenuhi kewajiban dan tanggungjawabnya kepada gereja.  Yang tidak memelihara ketertiban bergereja atau yang mengganggu

ibadah.

 Yang menghina dan mencemarkan nama sesama anggota atau pelayan gereja.

 Yang telah selama enam bulan meninggalkan jemaat dengan tidak ada pemberitahuan.

 Pelayan Gereja yang tidak melaksanakan pelayanan gereja yang diembankan kepadanya sesuai dengan pentahbisannya.

c.

 Perkawinan yang tidak diberkati oleh gereja (marbagas roha-roha). Pelanggaran terhadap Petunjuk Pemberkatan Perkawinan

 Perkawinan yang melahirkan anak lebih cepat dari perkiraan waktu biasanya, kecuali anak lahir secara prematur yang diterangkan oleh pihak medis.

 Wanita yang melahirkan anak tanpa suami yang sah menurut gereja.  Yang menceraikan isteri atau suami dengan bukan alasan percabulan.  Kawin campur, yaitu kawin dengan pemeluk agama lain.

 Yang kawin dengan bapak tiri atau ibu tiri. Kawin sedarah (incest), homoseks, lesbian, kawin kontrak.Band. Imamat 18:6-18; I Korintus 5:1-2; Mateus 19:3-13; Kejadian 2:24; Mateus 5:31).

Setiap orang dari warga- jemaat GKPI yang bersalah atau berbuat dosa, maupun yang melakukanr perbuatan melanggar Firman Tuhan, Tata Gereja, Peraturan Rumah Tangga, Hukum Siasat Gereja dan Peraturan yang berlaku di GKPI, maka dianya akan dikenakan hukuman. Jenis-jenis hukuman adalah sebagai berikut :

a. Teguran atau nesehat.

b. Skorsing selama 3 bulan; atau 6 bulan; atau 12 bulan.

c. Dikucilkan atau dikeluarkan dari keanggotaan jemaat GKPI.

1. Orang yang kena Hukum siasat gereja tidak dapat menerima Sakramen Keterangan

Dokumen terkait