• Tidak ada hasil yang ditemukan

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG

2. Ruang Lingkup Materi

a) Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK)

Penyelenggaraan JPSK

Di dalam RUU JPSK perlu dituangkan secara jelas menganai tujuan diterapkannya JPSK yaitu untuk memelihara stabilitas sistem keuangan dan menangani permasalahannya. Selanjutnya, di dalam penyelenggaraannya JPSK harus berlandaskan pada asas-asas yang dapat menjamin bahwa JPSK dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat luas yang diselenggarakan secara bersama-sama oleh Pemerintah, BI, OJK, dan LPS. Di dalam penyelenggaraan JPSK oleh lembaga/otoritas tersebut perlu diperhatikan prinsip-prinsip keselarasan dan koordinasi antara satu lembaga/otoritas satu dengan yang lain secara efektif. Selanjutnya, adanya kepastian hukum dalam penyelenggaraan JPSK perlu diwujudkan untuk menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh lembaga/otoritas terkait. Penyelenggaraan Jaring Pengaman Sistem Keuangan meliputi:

a. koordinasi dalam rangka pemantauan dan pemeliharaan Stabilitas Sistem Keuangan;

b. penanganan Kondisi Tidak Normal; dan

c. penanganan permasalahan Bank SIB, baik dalam kondisi Stabilitas Sistem Keuangan normal maupun Kondisi Tidak Normal.

b) Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Pembentukan KSSK

Dengan mempertimbangkan kondisi yang ada saat ini dan mengacu pada standar praktik yang telah diterapkan di berbagai negara, diperlukan adanya langkah-langkah pengambilan kebijakan antar lembaga/otoritas dalam kerangka koordinasi yang efektif, transparan, serta akuntabel. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan suatu mekanisme koordinasi antar lembaga/otoritas dalam suatu komite yang ditetapkan dengan undang-undang.

Mekanisme koordinasi antar lembaga/otoritas tersebut dapat diwujudkan melalui pembentukan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner OJK, Ketua Dewan Komisioner LPS. Dalam hal ini Menteri Keuangan akan bertindak sebagai koordinator merangkap anggota. Setiap anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan bertindak untuk dan atas nama lembaga yang dipimpinnya. Komite Stabilitas Sistem Keuangan menyelenggarakan Jaring Pengaman Sistem Keuangan dalam rangka melaksanakan kepentingan negara di bidang perekonomian.

Tugas dan Kewenangan KSSK

Komite Stabilitas Sistem Keuangan mengemban tugas untuk:

a. melakukan koordinasi dalam rangka pemantauan dan pemeliharaan Stabilitas Sistem Keuangan; dan

b. melakukan penanganan permasalahan Stabilitas Sistem Keuangan yang diakibatkan oleh Kondisi Tidak Normal dan permasalahan Bank SIB.

Dalam rangka menyelenggarakan JPSK untuk memelihara stabilitas sistem keuangan dan menangani permasalahannya, KSSK perlu memiliki beberapa kewenangan. Sebagai contoh, untuk dapat menentukan status Stabilitas Sistem Keuangan, KSSK perlu mempunyai wewenang untuk memperoleh hasil penilaian kondisi SSK dari masing-masing anggota KSSK terlebih dahulu. Hasil penilaian tersebut juga perlu dilengkapi dengan data dan informasi pendukung, serta kerangka kerja penilaian yang digunakan oleh masing-masing anggota. Lebih lanjut, untuk menetapkan langkah-langkah penanganan Kondisi Tidak Normal, KSSK juga perlu memperoleh rekomendasi dari masing-masing anggota KSSK mengenai langkah-langkah penanganan dimaksud. KSSK juga berwenang untuk memperoleh daftar Bank SIB terkini dari OJK, baik secara berkala atau atau sewaktu-waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Secara rinci, KSSK berwenang untuk:

a. menetapkan status Stabilitas Sistem Keuangan;

b. menetapkan langkah penanganan Kondisi Tidak Normal; c. menetapkan langkah penanganan permasalahan Bank

SIB yang tidak dapat lagi ditangani oleh Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya; d. memberi persetujuan pemberian PLK dari Bank

Indonesia kepada Bank SIB;

e. menyerahkan penanganan permasalahan solvabilitas Bank SIB kepada Lembaga Penjamin Simpanan;

f. menetapkan keputusan mengenai pembelian SBN yang dimiliki Lembaga Penjamin Simpanan oleh Bank Indonesia untuk penanganan Bank SIB;

g. menetapkan keputusan mengenai pembelian SBN di pasar perdana oleh Bank Indonesia untuk penanganan Kondisi Tidak Normal dan/atau penanganan permasalahan Bank SIB;

h. menetapkan keputusan mengenai tata kelola KSSK dan sekretariat KSSK.

i. meminta hasil penilaian kondisi Stabilitas Sistem Keuangan dari masing-masing anggota KSSK, beserta data dan informasi pendukungnya;

j. meminta informasi mengenai kerangka kerja penilaian kondisi Stabilitas Sistem Keuangan yang digunakan oleh masing-masing anggota KSSK;

k. meminta daftar Bank SIB terkini dari Otorias Jasa Keuangan secara berkala atau sewaktu-waktu;

l. meminta rekomendasi dari masing-masing anggota KSSK mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh Menteri Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan/atau Lembaga Penjamin Simpanan;

m. meminta informasi dari Lembaga Penjamin Simpanan mengenai perkembangan penanganan Bank SIB;

n. meminta laporan dari Lembaga Penjamin Simpanan mengenai pengelolaan Badan Restrukturisasi Perbankan;

Kesekretariatan dan Alat Kelengkapan KSSK

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, KSSK dibantu oleh sekretariat KSSK yang dipimpin oleh sekretaris KSSK. Sekretariat KSSK berada di lingkungan Kementerian Keuangan. Sekretaris KSSK merupakan pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan yang ditugaskan oleh Menteri Keuangan. Anggaran sekretariat KSSK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sekretariat

KSSK dapat menyelenggarakan rapat yang dihadiri oleh pejabat Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan untuk mempersiapkan pelaksanaan rapat KSSK. Organisasi dan tata kerja Sekretariat KSSK ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Apabila diperlukan, KSSK dapat membentuk gugus tugas atau kelompok kerja untuk membantu pelaksanaan tugas KSSK. Gugus tugas atau kelompok kerja, dibentuk untuk melaksanakan tugas khusus, misalnya membangun kerangka atau pedoman analisis dan melakukan kajian hukum. KSSK dapat meminta informasi, pendapat, dan/atau masukan dari pihak lain yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya. Pihak lain yang dapat diminta informasi, pendapat, dan/atau masukan, misalnya menteri yang membidangi hukum, aparat penegak hukum, dan ahli dalam bidang ekonomi atau perbankan.

Tata Cara Pengambilan Keputusan

Dalam rangka mewujudkan tujuan JPSK, yaitu untuk memelihara stabilitas sistem keuangan dan menangani permasalahannya, maka perlu diatur suatu ketentuan mengenai tata cara pengambilan keputusan yang diadakan oleh KSSK. Pengambilan keputusan KSSK dilakukan dalam rapat KSSK. Rapat KSSK dihadiri oleh seluruh anggota KSSK dan dipimpin oleh koordinator KSSK. Dalam hal anggota KSSK berhalangan hadir secara fisik pada waktu dan tempat rapat yang telah ditentukan, rapat KSSK dapat diselenggarakan melalui sarana komunikasi elektronik yang memungkinkan anggota KSSK saling melihat dan/atau mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam

rapat. Pelaksanaan rapat KSSK harus didokumentasikan baik secara tertulis dan/atau secara elektronik. secara utuh mulai dari awal sampai dengan berakhirnya rapat. Pendokumentasian dilakukan secara tertulis dan/atau secara elektronik. Dalam hal anggota KSSK berhalangan sementara atau tetap, anggota KSSK yang bersangkutan diwakili oleh pejabat pengganti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud dengan “pejabat pengganti adalah termasuk pejabat sementara, atau istilah lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun, jika koordinator KSSK berhalangan sementara atau tetap, koordinator KSSK diwakili oleh pejabat pengganti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rapat KSSK dinyatakan sah dan dapat mengambil keputusan apabila dihadiri oleh seluruh anggota KSSK atau diwakili oleh pejabat pengganti. Kehadiran anggota KSSK sebagaimana dimaksud berupa kehadiran secara fisik maupun kehadiran melalui sarana komunikasi elektronik.

Pengambilan keputusan dalam rapat KSSK dilakukan berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal tidak tercapai mufakat, usulan keputusan yang diajukan oleh anggota KSSK dinyatakan ditolak dan pendapat akhir masing-masing anggota KSSK didokumentasikan. Usulan keputusan yang diajukan oleh anggota KSSK dapat diajukan kembali oleh anggota KSSK yang bersangkutan paling banyak 1 (satu) kali. Keputusan rapat KSSK mengenai penetapan Kondisi Tidak Normal, langkah-langkah penanganan Kondisi Tidak Normal, dan/atau langkah-langkah penanganan permasalahan Bank SIB dilaporkan

oleh koordinator KSSK kepada Presiden dalam waktu 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak penetapan Kondisi Tidak Normal. Penyampaian laporan dilakukan secara tertulis atau melalui sarana elektronik. Penyampaian laporan harus ditatausahakan dengan baik dan lengkap. Yang dimaksud dengan “baik dan lengkap” adalah penatausahaan dokumentasi yang dilakukan memenuhi tata cara dan kaidah yang berlaku. Setiap keputusan ditandatangani oleh seluruh anggota KSSK. Dalam hal rapat diselenggarakan melalui sarana komunikasi elektronik, anggota KSSK yang berhalangan hadir secara fisik menunjuk pejabat yang mewakilinya untuk menandatangani keputusan rapat KSSK.

c) Pemantauan dan Pemeliharaan Stabilitas Sistem Keuangan

Anggota KSSK melakukan pemantauan dan pemeliharaan stabilitas sistem keuangan sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing anggota KSSK. Pemantauan dan pemeliharaan stabilitas sistem keuangan merupakan bagian dari protokol manajemen krisis masing-masing anggota KSSK.

Dalam rangka pemantauan dan pemeliharaan stabilitas sistem keuangan, KSSK menyelenggarakan rapat KSSK secara berkala paling sedikit 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu atas permintaan anggota KSSK. Anggota KSSK menyampaikan hasil pemantauan dan pemeliharaan baik secara berkala maupun sewaktu-waktu dalam rapat KSSK.

d) Penanganan Permasalahan Stabilitas Sistem Keuangan

Anggota KSSK dapat meminta penyelenggaraan rapat KSSK kepada Koordinator KSSK apabila protokol manajemen krisis yang dimilikinya mengindikasikan adanya Kondisi Tidak Normal pada bidang yang menjadi tanggung jawabnya yang dapat mempengaruhi Stabilitas Sistem Keuangan. Permintaan penyelenggaraan rapat KSSK disertai dengan hasil penilaian protokol manajemen krisis anggota KSSK yang bersangkutan yang mengindikasikan adanya Kondisi Tidak Normal pada bidang yang menjadi tanggung jawabnya yang dapat mempengaruhi Stabilitas Sistem Keuangan. Dalam rapat KSSK, anggota KSSK memberikan informasi sebagai berikiut:

1. Bank Indonesia menyampaikan:

a. penilaian kondisi moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran yang mempengaruhi Stabilitas Sistem Keuangan; dan

b. rekomendasi langkah-langkah penanganan permasalahan di bidang moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran yang mempengaruhi Stabilitas Sistem Keuangan.

2. Otoritas Jasa Keuangan menyampaikan:

a. penilaian kondisi lembaga jasa keuangan dan pasar modal yang mempengaruhi stabilitas sistem keuangan;

b. data Bank SIB dalam status bank dalam pengawasan khusus; dan

c. rekomendasi langkah-langkah penanganan kondisi lembaga jasa keuangan dan pasar modal yang

mempengaruhi stabilitas sistem keuangan serta penanganan Bank SIB dalam status Bank dalam pengawasan khusus.

Yang dimaksud dengan “bank dalam pengawasan khusus” adalah status pengawasan terhadap bank yang dinilai oleh Otoritas Jasa Keuangan mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.

3. Lembaga Penjamin Simpanan menyampaikan:

a. penilaian kondisi kecukupan dana penjaminan simpanan yang mempengaruhi Stabilitas Sistem Keuangan; dan

b. rekomendasi langkah-langkah penanganan untuk memenuhi kecukupan dana penjaminan simpanan. 4. Menteri Keuangan menyampaikan:

a. penilaian kondisi kesinambungan fiskal dan pasar SBN yang mempengaruhi Stabilitas Sistem Keuangan; dan

b. rekomendasi langkah-langkah penanganan kondisi kesinambungan fiskal dan pasar SBN yang mempengaruhi Stabilitas Sistem Keuangan.

Rapat KSSK menetapkan status Stabilitas Sistem Keuangan dalam kondisi normal atau tidak normal. Penetapan status Stabilitas Sistem Keuangan didasarkan pada data, informasi, kerangka penilaian kondisi Stabilitas Sistem Keuangan, dan pertimbangan dari seluruh anggota KSSK, termasuk pertimbangan profesional masing-masing anggota KSSK. Yang dimaksud dengan “pertimbangan profesional (professional judgement)” adalah suatu proses pragmatik melalui faktor-faktor berupa pengalaman, pembenaran

terhadap tindakan, merespon terhadap motivasi dari luar, dan belajar dari kesalahan.

Dalam hal KSSK menetapkan status Stabilitas Sistem Keuangan dalam Kondisi Tidak Normal, dengan mempertimbangkan rekomendasi dari masing-masing anggota KSSK, KSSK menetapkan langkah-langkah dalam rangka:

a. penanganan permasalahan di bidang moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran yang mempengaruhi Stabilitas Sistem Keuangan;

b. penanganan Bank SIB dalam status Bank dalam pengawasan khusus dan penanganan kondisi lembaga jasa keuangan dan/atau pasar modal yang mempengaruhi Stabilitas Sistem Keuangan;

c. Penanganan kondisi lembaga jasa keuangan dan/atau pasar modal dalam Kondisi Tidak Normal tidak diatur secara spesifik dalam Undang-Undang ini sehingga penanganannya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. penanganan kondisi kesinambungan fiskal dan pasar SBN yang mempengaruhi Stabilitas Sistem Keuangan; dan/atau

e. penanganan bank dan pemenuhan kecukupan dana penjaminan simpanan.

Penanganan permasalahan kecukupan dana penjaminan simpanan dilakukan berdasarkan Undang-Undang mengenai Lembaga Penjamin Simpanan. Langkah-langkah penanganan dilaporkan oleh koordinator KSSK kepada Presiden dalam waktu 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam. Selain langkah-langkah penanganan di atas,

KSSK dapat mengusulkan kepada Presiden untuk menetapkan kenaikan besaran nilai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan.

e) Penanganan Permasalahan Bank

1. Penanganan Permasalahan Bank SIB

(a) Tindakan Mengatasi Permasalahan oleh Bank

Penetapan Bank SIB dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan Bank Indonesia pada kondisi Stabilitas Sistem Keuangan normal. Pengkinian Bank SIB dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu pada kondisi Stabilitas Sistem Keuangan normal. Penetapan Bank SIB berdasarkan pengkinian sewaktu-waktu dilakukan setelah memperoleh persetujuan Komite Stabilitas Sistem Keuangan. Bank SIB harus menerapkan rencana pemulihan yang telah disusunnya dan yang telah disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan untuk mengatasi masalah keuangan. Rencana pemulihan (recovery plan) merupakan rencana langkah-langkah yang akan dilakukan oleh Bank dan/atau pemegang saham Bank untuk mengatasi masalah keuangan. Rencana penyehatan disusun sejak Bank ditetapkan sebagai Bank SIB dan disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan untuk mendapatkan persetujuan. Selama rencana pemulihan belum disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan, Bank SIB harus menerapkan langkah penyehatan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Ketentuan lebih lanjut

mengenai rencana pemulihan diatur dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

(b) Tindakan Mengatasi Kesulitan Likuiditas Bank

Bank SIB yang mengalami kesulitan likuiditas dapat mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia untuk mendapatkan pinjaman likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan prinsip syariah. Berdasarkan Undang-Undang mengenai Bank Indonesia, Bank yang mengalami kesulitan likuiditas dapat mengajukan pinjaman likuiditas jangka pendek kepada Bank Indonesia sebagai lender of the last

resort sepanjang Bank yang bersangkutan

memenuhi ketentuan solvabilitas dan memiliki agunan yang cukup. Pinjaman likuiditas jangka pendek yang disediakan untuk Bank SIB adalah dalam rangka pelaksanaan peran Bank Indonesia untuk memelihara Stabilitas Sistem Keuangan. Pinjaman likuiditas jangka pendek untuk Bank Syariah adalah berupa pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan prinsip syariah. Bank Indonesia berdasarkan informasi dan rekomendasi dari Otoritas Jasa Keuangan dapat memberikan pinjaman likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan prinsip syariah. Pemberian pinjaman likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan prinsip syariah dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Bank Indonesia dan peraturan pelaksanaannya.

Dalam hal Bank SIB mengalami kesulitan likuiditas namun masih memenuhi ketentuan solvabilitas dan pemberian pinjaman likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan prinsip syariah diperkirakan tidak dapat menyelesaikan permasalahan likuiditas Bank SIB, Bank SIB dimaksud dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan PLK kepada Bank Indonesia. PLK untuk Bank Syariah adalah berupa Pembiayaan Likuiditas Khusus berdasarkan prinsip syariah. Bank Indonesia setelah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta penyelenggaraan rapat KSSK untuk memutuskan pemberian PLK dalam hal terdapat Bank SIB yang mengajukan permohonan PLK. Dalam rapat KSSK, Bank Indonesia setelah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan menyampaikan usulan antara lain besarnya jumlah PLK yang diberikan, jangka waktu, dan suku bunga PLK.

Bank Indonesia meminta penyelenggaraan rapat KSSK apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, Bank SIB yang mengajukan PLK telah memenuhi syarat dan ketentuan pemberian PLK. Dalam rapat KSSK, Bank Indonesia menyampaikan usulan antara lain besarnya jumlah PLK yang diberikan, jangka waktu, dan suku bunga PLK. Bank Indonesia memberikan PLK kepada Bank SIB berdasarkan Keputusan KSSK. Persetujuan KSSK diberikan apabila berdasarkan informasi dan rekomendasi dari

Otoritas Jasa Keuangan, Bank SIB masih memenuhi ketentuan mengenai solvabilitas dan tingkat kesehatan Bank serta perkiraan kemampuan untuk mengembalikan PLK. Pemerintah memberikan jaminan pelunasan atas PLK yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada Bank SIB. Dalam hal Bank SIB tidak dapat melunasi PLK pada saat jatuh tempo sesuai perjanjian, Pemerintah merealisasikan jaminan pelunasan dengan membayar secara tunai dan/atau dengan menerbitkan SBN yang dapat diperdagangkan untuk Bank Indonesia. Ketentuan mengenai pemberian PLK termasuk tata cara, persyaratan, dan jaminan pemerintah atas pelunasan PLK serta pengawasan terhadap Bank SIB penerima PLK diputuskan oleh KSSK. Pelaksanaan keputusan KSSK diatur dalam peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangan pemerintah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan.

Bank SIB penerima PLK dilarang melakukan transaksi dengan pihak terkait, termasuk membagikan dividen dan memberikan manfaat finansial lainnya, sebelum melunasi seluruh kewajiban PLK. Yang dimaksud “pihak terkait” adalah sesuai dengan ketentuan batas maksimum pemberian kredit.

Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap Bank SIB penerima PLK dalam rangka memastikan

penggunaan PLK dan pelaksanaan rencana pembayaran kembali PLK sesuai dengan perjanjian.

Dalam rangka pengawasan, Otoritas Jasa Keuangan dapat menempatkan pengawas pada Bank SIB penerima PLK.

(c) Tindakan Mengatasi Permasalahan Solvabilitas Bank

Dalam hal terdapat Bank SIB yang mengalami permasalahan solvabilitas, Otoritas Jasa Keuangan melakukan penanganan permasalahan solvabilitas berdasarkan kewenangannya, termasuk pelaksanaan rencana penyehatan Bank SIB dimaksud. Yang dimaksud dengan “permasalahan solvabilitas” adalah kesulitan permodalan yang dialami Bank SIB sehingga tidak memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Termasuk dalam penanganan solvabilitas antara lain adalah konversi kewajiban Bank SIB menjadi modal (bail-in) sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Otoritas Jasa Keuangan memberitahukan kepada Lembaga Penjamin Simpanan untuk melakukan persiapan penanganan Bank SIB. Dalam hal Bank SIB ditetapkan sebagai Bank dalam pengawasan khusus, Otoritas Jasa Keuangan dapat: 1. menunjuk pengelola statuter sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan; atau

2. meminta Lembaga Penjamin Simpanan melakukan langkah persiapan penanganan Bank SIB berupa pengalihan sebagian atau seluruh aset dan/atau kewajiban Bank SIB kepada Bank atau pihak lain.

Langkah persiapan penanganan Bank SIB dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan pada saat Bank dalam pengawasan khusus agar pada saat Lembaga Penjamin Simpanan menerima penyerahan Bank SIB dari KSSK, Lembaga

Penjamin Simpanan telah siap

mengimplementasikan pengalihan sebagian atau seluruh aset dan/atau kewajiban Bank SIB. Langkah persiapan Lembaga Penjamin Simpanan antara lain berupa melakukan penilaian aset dan/atau kewajiban Bank SIB, menawarkan kepada Bank atau pihak lain yang bersedia menerima pengalihan sebagian atau seluruh aset dan/atau kewajiban Bank SIB, dan/atau melaksanakan uji tuntas (due dilligence).

Dalam hal penanganan tidak dapat mengatasi masalah solvabilitas Bank SIB, Otoritas Jasa Keuangan meminta penyelenggaraan rapat KSSK disertai dengan rekomendasi langkah-langkah penanganan permasalahan Bank SIB dimaksud. Permasalahan solvabilitas tidak dapat diatasi apabila kondisi semakin memburuk atau batas waktu Bank dalam pengawasan khusus telah berakhir. Rapat KSSK diselenggarakan untuk menetapkan langkah-langkah penanganan

permasalahan solvabilitas Bank SIB dimaksud. Langkah-langkah penanganan Bank SIB paling sedikit:

1. memutuskan penyerahan Bank SIB kepada Lembaga Penjamin Simpanan untuk dilakukan penanganan berdasarkan Undang-Undang ini dan Undang-Undang mengenai Lembaga Penjamin Simpanan. Bank SIB yang diserahkan kepada Lembaga Penjamin Simpanan merupakan Bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan.

2. Selain hal tersebut di atas juga menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh anggota KSSK sesuai dengan kewenangan masing-masing dalam rangka mendukung pelaksanaan penanganan Bank SIB oleh LPS. Penanganan Bank SIB dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan dengan cara:

a. mengalihkan sebagian atau seluruh aset dan/atau kewajiban Bank SIB kepada Bank atau pihak lain;

b. Penanganan bank seperti ini dikenal sebagai transaksi purchase and assumption. Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah perorangan atau badan hukum selain Bank.

c. mengalihkan sebagian atau seluruh aset dan/atau kewajiban Bank SIB kepada Bank baru yang dibentuk khusus sebagai Bank Perantara; dan/atau;

d. Penanganan bank seperti ini dikenal sebagai transaksi purchase and assumption melalui

bridge bank.

e. melakukan penanganan sesuai dengan Undang-Undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan Bank SIB, jenis dan kriteria aset dan kewajiban Bank SIB yang dapat dialihkan kepada Bank Perantara, Bank penerima, dan/atau pihak penerima lain diatur dengan Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan antara lain mengatur prosedur pelaksanaan pengalihan aset dan/atau kewajiban Bank kepada Bank Perantara, Bank penerima, dan/atau pihak penerima lain, dan prosedur pengoperasian Bank Perantara

Lembaga Penjamin Simpanan mendirikan Bank Perantara untuk menerima pengalihan sebagian atau seluruh aset dan/atau kewajiban Bank SIB dan menjalankan aktivitas usaha Bank. Dalam rangka pendirian Bank Perantara oleh Lembaga Penjamin Simpanan, tidak berlaku ketentuan yang mewajibkan perseroan terbatas didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang

Perseroan Terbatas. Otoritas Jasa Keuangan memberikan izin Bank Perantara dalam 2 (dua) tahap:

a. persetujuan prinsip untuk melakukan persiapan pendirian bank.

b. izin usaha untuk melakukan kegiatan usaha bank setelah persiapan pendirian bank selesai

Dokumen terkait