• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Penelitian ini hanya dibatasi pada penelitian mengenai kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut pelayanan wisata mancing Fishing Valley Bogor

2. Responden dibatasi yang telah berusia 17 tahun ke atas karena diasumsikan telah mengerti prosedur tanya jawab dalam kuesioner dan telah memiliki kemampuan menganalisis pertanyaan maupun informasi

3. Responden adalah pengunjung yang pernah mengunjungi wisata mancing Fishing Valley minimal dua kali dan telah menikmati wahana-wahana yang disediakan di wisata mancing Fishing Valley Bogor

4. Penelitian ini hanya menganalisis tingkat kepuasan konsumen di kolam pemancingan baik galatama, kiloan, harian saja.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perikanan dan Memancing

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial/bisnis)2.

Memancing (fishing) secara luas adalah suatu kegiatan menangkap ikan yang bisa merupakan pekerjaan, hobi, olahraga luar ruang (outdoor) atau kegiatan di pinggir atau ditengah danau, laut, sungai dan perairan lainnya dengan target seekor ikan. Atau bisa juga sebagai kegiatan menangkap ikan atau hewan air tanpa alat atau dengan menggunakan sebuah alat oleh seorang atau beberapa pemancing3.

2.1.1 Lokasi Pemancingan

Pengertian lokasi pemancingan menurut Wudianto (1999) terdiri atas perairan umum dan kolam khusus. Perairan umum (open waters) adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi air (air tawar, air payau, dan air laut) dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami atau buatan. Perairan ini kepemilikannya bersifat

atau bendungan, laut, dan genangan yang bersifat sementara sedangkan kolam khusus yaitu kolam yang secara teknis merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas, dibuat manusia dan mudah dikuasai (diisi air, dikeringkan, diatur menurut kehendak kita). Pada setiap tempat pemancingan terdapat istilah sewa kolam. Menurut Wudianto (1999) sistem penyewaan kolam yang umum adalah : 1)Sewa Lapak

Lapak adalah tempat pijakan pada saat memancing. Biasanya lapak terbuat dari bambu atau papan dan dipasang di pinggiran/tepian kolam pemancingan. Pemancing menyewa tempat di koam pemancingan yang telah diisi ikan oleh pengelola pemancingan untuk periode waktu tertentu.

2)Sistem Borong Kolam

Pemancing menyewa kolam sendiri atau bersama-sama untuk periode waktu tertentu. Lama waktu, jumlah, dan jenis ikan yang diisikan ke dalam kolam sesuai dengan kesepakatan pemancing dengan pemilik kolam.

3)Sistem Kiloan

Pemancing melakukan pemancingan di kolam dengan besar biaya tergantung pada jumlah (kilogram) yang tertangkap dan sesuai dengan harga yang telah disepakati sebelumnya.

2.1.2 Klasifikasi Sistem Pemancingan

Budidaya kolam merupakan budidaya prikanan tertinggi kedua setelah tambak. Peningkatan konsumsi ikan dapat meningkatkan stimulus para wirausaha untuk membuka objek wisata mancing. Kolam ialah areal/bidang tanah yang

digenangi air dan dibudidayakan dengan jenis pengusahaan berupa : kolam air tawar, tambak, dan kolam penggaraman.

Sistem pemancingan yang sering digunakan oleh para pengelola pemancingan ikan air tawar dalam lokasi kolam buatan dikelompokkan sebagai berikut (Wudianto, 1999):

1) Kolam Pancing Harian

Tempat khusus yang disediakan untuk pemancingan dengan cara pemancing membayar harga lapak (sewa lapak berikut ikannya) baru kemudian memancing. Kegiatan mancingnya dapat dilakukan setiap hari bahkan ada yang bukanya sampai 24 jam.

2) Kolam Pancing Kiloan

Pemancingan yang menggunakan sistem dengan cara menimbang hasil tangkapan yang diperoleh, kemudian pemancing membayar harga berdasarkan perolehannya.

3) Kolam Pancing Borongan

Pemancingan ini menggunakan sistem dengan cara pemancing atau kelompok pemancing menyewa kolam pancing yang waktu memancingnya, jumlah ikan yang diisikan di kolam pancing berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak atau dapat juga sekelompok pemancing menawar isi kolam pancing milik petani budidaya, baru dilaksanakan kegiatan memancing.

4) Kolam Pancing Lomba

Pemancingan yang dikhususkan untuk para pemancing yang akan mencoba ketangguhannya dengan menerapkan pengetahuan dan pengalamannya terhadap pemancing lain tanpa mengurangi keakraban sesamanya. Pada sistem pancing

lomba biasanya penyelenggara telah mengisikan sejumlah ikan terlebih dahulu dan menyediakan sejumlah hadiah-hadiah bagi pemenangnya. Kriteria pemenang ditentukan berdasarkan perolehan terberat perekor yang didapatkan peserta lomba mancing. Lomba biasanya diadakan mulai dari pagi hingga sore, pada hari Minggu atau pada hari libur.

5) Kolam Pancing Galatama

Sistem pemancingan yang hendak mengasah keterampilan konsumen dalam memancing karena ikan hasil tangkapan tidak dibawa pulang seperti pada sistem pemancingan lainnya. Ikan yang ditebar pada kolam pemancingan jumlahnya sangat banyak. Kegiatan memancing dilakukan setiap hari dan bersifat perlombaan karena memiliki hadiah sebagai penghargaan untuk pemenangnya. Hadiah umumnya berupa uang yang jumlah nominalnya tergantung dari jumlah peserta. Jika uangnya sudah terkumpul terlebih dahulu dikurangi oleh bagian yang menjadi hak panitia. Kriteria pemenang sesuai kesepakatan bersama, biasanya seperti juara ikan terberat, juara ikan berwarna merah, juara total berat perolehan berat ikan dan juara total perolehan jumlah satuan ikan. Dalam setiap harinya lomba terbagi dalam beberapa babak, yang lamanya antara 2-3 jam per babak. Dalam setiap babak didapatkan hasil penentuan juara. Ikan yang diperoleh dilepaskan saat itu juga setelah dilakukan penimbangan. Dalam sistem pemancingan yang lainnya selain perbedaan utama “timbang lepas” peraturan lain yang berbeda yaitu :

a) Joran yang digunakan hanya sebuah joran saja kecuali pada empang galatama tertentu yang boleh menggunakan hingga dua buah joran

b) Melarang penggunaan umpan hidup (cacing, kroto, dan lain-lainnya), umpan yang berbahan dasar nasi dan umbi-umbian, umpan yang dapat mengambang (roti kering, pelet, dan lain-lain)

c) Rangkaian pancing yang digunakan adalah rangkaian glosor (tanpa pelampung) dengan menggunakan tali pandu berpemberat yang disebut bemper. Ukuran pemberat kira-kira sebesar biji melinjo. Rangkaian kail yang digunakan sebanyak maksimal satu rangkai yang berisi tiga mata kail dengan ukuran mata kail bebas tidak ada batasan.

2.1.3 Peralatan Memancing

Menurut Wudianto (1999) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu : bagian-bagian pancing, jenis-jenis pancing, dan perlengkapan memancing yang lainnya agar kegiatan memancing dapat berjalan lancar, sehingga tujuan dan manfaat memancing dapat terpenuhi yakni selain mendapatkan hasil tangkapan ikan, juga mampu memperoleh manfaat olahraga, olahrasa maupun rekreasi.

1) Bagian-Bagian Pancing

Bagian-bagian pancing menurut Wudianto (1999) terdiri atas joran (rod), gulungan (ree), tali pancing (lines), mata pancing (hook). Joran merupakan bagian terpenting dalam sebuah alat pancing. Joran adalah tangkai pancing yang biasanya terbuat dari kayu, bambu, dan atau fiberglass. Umumnya panjang joran tidak lebih dari 4 m dan ini tergantung pada lokasi pemancingan. Tipe joran diantaranya : joran sederhana, joran sederhana dengan cincin penyalur (memarit), dan joran modern. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam memilih joran yaitu tingkat

kelenturan joran, agar proses memancing tidak terganggu. Semakin lentur suatu joran maka akan semakin baik kualitas joran tersebut. Bagian pancing yang lain yaitu gulungan (reel) yakni tempat untuk menggulung tali agar tidak kusut dan lebih mudah penggunaannya. Alat ini digunakan pada jenis pancing yang menggunakan cincin penyalur. Bahan dasar gulungan biasanya dari kayu, bambu, plastik, dan stainless atau kuningan.

Bagian alat pancing yang lain yaitu tali pancing (lines) yang juga dikenal sebagai kenur, senar, atau nangsi. Jenis tali sintesis sebagai bahan dasar tali pancing yang biasa digunakan diantaranya yaitu :PE (polyethelene), PP (polyprophelene), dan PA (polyamide). Hal yang harus diperhatikan dalam memilih tali pancing yaitu ukuran diameter benangnya. Semakin besar ukuran tali semakin besar juga kekuatannya menahan beban ikan. Namun besarnya diameter tali pancing membuat bayangan tali didalam air semakin jelas sehingga mudah dikenali oleh ikan yang akan menjadi sasaran pancing.

Bagian alat pancing yang tak kalah penting yaitu mata pancing (hook). Terdapat dua jenis mata pancing yaitu mata pancing dengan pengait dan tanpa pengait. Mata pancing yang ada di pasaran memiliki bentuk punggung lurus yang dikenal bentuk huruf “J” dan bentuk punggung melengkung menyerupai huruf “G” dan terdiri atas banyak ukuran. Patokan penomoran mata pancing berkaitan dengan lebar celah dan diameter batang mata pancing.

2) Jenis Pancing

Wudianto (1999) mengemukakan bahwa pancing itu terdiri berbagai jenis diantaranya yaitu : pancing tegeg, pancing golong, pancing bait casting, pancing spinning, yang membedakan ketiga jenis pancing diatas yaitu kelengkapan

bbagian-bagian pancingnya. Pancing tegeg merupakan pancing yang paling sederhana, memiliki panjang antara 2-4 m. Tali pancing diikatkan mati pada ujung joran. Bagian ujung tali pancing diberi keratin sebagai tempat pengikatan tali pancing. Mata pancing diikatkan pada salah satu ujung tali pancing. Pancing golong dilengkapi gulungan tempat menggulung tali pancing sehingga tali pancing yang dimiliki relatif lebih panjang dari pancing tegeg dan memungkinkan jangkauan lemparan mata pancing lebih jauh.

Jenis pancing bait casting dan spinning merupakan jenis pancing modern. Pancing bait casting dilengkapi dengan casting reel (penggulung tali pelempar umpan). Casting reel mampu mengulur tali, menghambat laju tali, dan sekaligus menggulung tali pancing apabila unpan telah dimakan ikan sedangkan kelebihan jenis pancing spinning yaitu dilengkapi dengan cara penyajian umpan yang menghasilkan getaran sehingga pada saat umpan disodorkan ke hadapan ikan target tampak sebagai mangsa karena memiliki gerakan sehingga ikan terget tertarik untuk memakan umpannya. Umpan pada pancing spinning memang dibuat khusus dari bahan plastik atau logam tak berkarat (spinner). Selain itu, pancing spinning juga dilengkapi dengan penggulung (reel) tali pancing yang sumbunya dapat dikunci yang disebut beuget pelindung yang sekaligus berfungsi sebagai penyalur dan pengaman tali pancing agar tidak kusut.

3) Perlengkapan Lain

Perlengkapan lain dalam memancing menurut Wudianto (1999) diantaranya yaitu umpan, pelampung, pemberat, pengasah mata pancing dan tempat peralatan pancing. Umpan merupakan faktor penting dalam memancing ikan. Hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan makan ikan (food and feeding habit)

ikan. Pembagian umpan terdiri atas dua yaitu umpan alami dan umpan buatan. Umpan alami adalah umpan yang murni berasal dari alam, tidak dicampur atau tercampur dengan sesama bahan alami maupun bahan buatan. Khusus umpan alami hewani, ada yang dapat digunakan dalam keadaan hidup atau mati. Contoh umpan alami yaitu : gungsir, jangkrik, kroto, cacing merah, jagung, padi, dan lain- lain sedangkan umpan buatan adalah umpan yang telah diolah manusia, baik dengan mesin (pabrik) maupun tidak umpan buatan ada yang berbentuk umpan sebenarnya atau berbentuk umpan palsu. Umpan sebenarnya yaitu umpan yang terbuat dari bahan yang dapat dicerna oleh ikan sedangkan umpan palsu adalah umpan yang dibuat menyerupai umpan sebenarnya, biasanya terbuat dari bambu, kayu, plastik, atau bahan sintesis lainnya.

Pelampung didefinisikan sebagai benda yang mampu mengapung di permukaan air, baik secara keseluruhan atau sebagian. Hal ini dikarenakan massa jenis pelampung lebih kecil dari massa jenis air. Biasanya pelampung terbuat dari bahan kayu, busa, dan karet. Bahan yang paling baik yaitu karet sintesis yang permukaannya dilapisi bahan kedap air untuk mengurangi turunnya daya apung sebuah pelampung akibat rembesan air, yang perlu diperhatikan dalam membuat atau memilih pelampung diantaranya yaitu harus kedap air dan warnanya mencolok agar mudah terlihat dari jarak jauh.

Perlengkapan memancing lainnya yaitu pemberat yang berfungsi untuk memperkokoh dan mengimbangi kedudukan pelampung di air, serta untuk mempercepat tenggelamnya umpan yang dilempar ke air dan meluruskan posisi tali pancing ke air. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih pemberat

diantaranya terbuat dari bahan yang mempunyai massa jenis lebih besar daripada air, contohnya timah, dipasang pada jarak 15-30 cm dari mata pancing.

Perlengkapan memancing lainnya yaitu : pengasah mata pancing yang biasanya berupa batu asah (seperti asahan pisau), gerinda, atau kikir besi. Selain pengasah mata pancing, yang perlu diperhatikan dalam memancing yaitu : tempat peralatan pancing yang biasanya berbentuk kotak yang terbuat dari kaleng atau kayu yang di dalamnya dibentuk ruang-ruang kecil untuk menyimpan peralatan cadangan secara terpisah.

2.2 Jasa

Rangkuti (2006) mendefinisikan jasa adalah pemberian suatu kinerja atau tindakan tidak kasat mata dari satu pihak kepada pihak lain. Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. (Kotler dalam Umar, 2003)

Jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi desain program pemasaran (Kotler, 2005) yaitu :

1. Tidak Berwujud (Intangibility)

Berbeda dengan produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum membeli. Pembeli akan menarik kesimpulan mengenai mutu dan tempat, orang-orang, peralatan, bahan komunikasi, simbol, dan harga yang mereka lihat untuk mengurangi ketidakpastian. Oleh karena itu, tugas penyedia jasa adalah untuk “mengelola bukti tersebut” dan

“mewujudkan sesuatu yang tidak berwujud”. Pemasar jasa harus mampu mengubah jasa yang tidak berwujud menjadi manfaat yang konkret.

2. Tidak Terpisahkan (Inseparability)

Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Jika seseorang memberikan jasa, maka penyedianya adalah bagian dari jasa itu. Karena konsumen juga hadir pada saat jasa dihasilkan, interaksi penyedia-konsumen merupakan ciri khusus pemasaran jasa.

3. Bervariasi (Variability)

Jasa bervariasi bergantung pada siapa yang memberikannya, kapan, dan dimana diberikan.

4. Tidak Tahan Lama (Perishability)

Jasa tidak dapat disimpan atau mudah musnah sehingga tidak dapat dijual pada masa yang akan datang.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu lebih dijelaskan perbedaan antara fisik dan jasa. Terdapat delapan aspek mendasar yang membedakan jasa dengan barang fisik, yang menurut Lovelock dalam Umar, 2003 yaitu :

1. Produk jasa yang dikonsumsi tidak dapat dimiliki oleh konsumen 2. Produk jasa merupakan suatu kinerja yang sifatnya intangibles

3.Dalam proses produksi jasa, konsumen memiliki peran yang lebih besar untuk turut serta pengolahnya dibandingkan dengan produk barang fisik

4.Orang-orang yang terlibat dalam proses jasa berperan sedikit banyak dalam pembentukan atau mendesain jasa

5. Dalam hal operasionalisasi masukan dan keluaran, produk jasa lebih bervariasi 6. Produk jasa tertentu sulit dievaluasi oleh konsumen

7. Jasa tidak dapat disimpan

8. Faktor waktu dalam proses jasa dan konsumsi jasa relatif lebih diperhatikan

2.3 Pariwisata

Menurut Undang-Undang No.9/1990, pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Direktorat Jenderal Pariwisata 2005)

Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, pariwisata didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang wisata. Secara filosofis, lahirnya kegiatan pariwisata berawal dari faktor manusia dan perilakunya itu sendiri (human being). Secara periodik, manusia senantiasa membutuhkan aktifitas-aktifitas baru diluar aktifitas rutinnya yang dapat menumbuhkan kembali kesegaran dan gairah hidupnya.

2.4 Agrowisata

Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata.

Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya4.

Sutjipta (2001) mendefinisikan, agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan kesajahteraan masyarakat petani.

Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Deptan, 2005)

Antara ecotourism dan agritourism berpegang pada prinsip yang sama. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut (Wood 2000 dalam Pitana, 2002) : a) Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan

kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata.

b) Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian.

c) Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang bekerjasama dengan unsur pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian.

d) Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, menejemen sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi.

e) Memberi penekanan pada kebutuhan zone pariwisata regional dan penataan serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.

f) Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan.

g) Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis, dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar kawasan yang dilindungi.

h) Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak melampui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk lokal.

i) Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuh-tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan alam dan budaya.

2.5 Penelitian Terdahulu

Wahyu (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kepuasan Pengunjung Terhadap Kinerja Kebun Wisata Pasirmukti dan Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran, menggunakan alat analisis Importance-Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index untuk melihat tingkat kepentingan atribut-atribut kinerja pelayanan kebun wisata pasirmukti Bogor. Dari hasil IPA diperoleh atribut-atribut yang dinilai penting yaitu promosi, kemudahan mencapai

lokasi, serta sarana peribadatan. Sedangkan dari hasil CSI diperoleh bahwa secara keseluruhan konsumen merasa cukup puas terhadap kinerja atributnya yaitu mencapai 65,83%.

Andika (2007) menganalisis Tingkat Kepuasan Pengunjung Agrowisata Little Farmers Cisarua Kabupaten Bandung Utara. Penelitian ini menggunakan Metode Analisis Deskriptif, IPA dan CSI. Hasil menunjukkan bahwa konsumen merasa puas terhadap kinerja pelayanan selama ini terlihat dari nilai CSI sebesar 79,12 persen. Tujuan konsumen ke agrowisata adalah ingin berekreasi, manfaat yang diperoleh adalah tambahan pengetahuan, sumber informasi utama adalah teman/keluarga. Perusahaan perlu meningkatkan kinerja pada atribut kebersihan lokasi, pelayanan informasi.

Fahmi (2007) melakukan penelitian dengan menggunakan IPA dan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil analisis penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan atribut pisang Raja Bulu, diketahui bahwa atribut rasa merupakan atribut yang dinilai paling penting oleh para responden. Atribut yang dinilai tidak baik oleh responden adalah atribut bentuk, warna, kebersihan kulit, warna kulit buah, ketebalan kulit buah, tekstur kulit buah dan daging buah.. Berdasarkan plot data yang diperoleh dari diagram Kartesius, atribut-atribut yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki kualitasnya adalah harga, bentuk buah, warna kulit buah, kebersihan kulit buah, keseragaman buah per sisir, warna daging buah, dan tingkat kematangan.

Maharani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Mutu Pelayanan dan Mutu Produk Makanan di restoran Kedai Sunda Cipayung Bogor” menggunakan alat analisis IPA, Indeks

Kepuasan Pelanggan, dan Analisis Gap. Berdasarkan hasil IPA, atribut yang dianggap penting dan memuaskan pelanggan adalah kecepatan mengantarkan pesanan, kesesuaian pesanan dengan makanan yang disajikan, kebersihan peralatan makanan, ketepatan dalam proses pembayaran, dan kenyamanan restoran. Sedangkan atribut yang dinilai penting namun pelayanan belum memuaskan adalah keramahan pramusaji, kelengkapan daftar menu, dan kebersihan fasilitas toilet. Perhitungan Indeks Kepuasan Pelanggan menunjukkan bahwa pelanggan merasa puas dengan nilai 80 persen.

Penelitian mengenai “Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Wisata Mancing Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Mutu Pelayanan” ini lebih mengetahui tingkat kepuasan konsumen pemancingan di Fishing Valley terhadap atribut dan mutu pelayanannya. Penelitian ini memiliki keunikan dari segi lokasi yaitu wisata mancing terbesar di Bogor, Fishing Valley. Selain itu, penelitian ini menggunakan alat analisis Importance Performance Analysis saja dengan dilengkapi indikator-indikator skala kuesionernya. Selain itu, atribut-atribut yang diteliti menggunakan dimensi mutu pelayanan jasa dan tidak ada atribut harga. Penelitian ini menganalisis kepuasan konsumen objek wisata kolam pemancingan yaitu wisata mancing Fishing Valley Bogor terhadap atribut mutu pelayanannya.

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian, serta metode- metode atau teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun keangka pemikiran teoritis penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1.1 Dimensi Mutu Pelayanan / Kualitas Jasa

Mutu atau kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan

Dokumen terkait