• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Pengawasan Program Jaminan Kesehatan Nasional Oleh Otoritas Jasa Keuangan

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL BPJS KESEHATAN

B. Ruang Lingkup Pengawasan Program Jaminan Kesehatan Nasional Oleh Otoritas Jasa Keuangan

Badan hukum publik BPJS mendapat amanah dan kepercayaan dari pembentuk undang-undang untuk menyelenggarakan program jaminan sosial dengan tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Oleh karena itu BPJS dituntut untuk melaksanakan amanah dan kepercayaan tersebut secara akuntabel dan transparan.Untuk itulah perlu dilakukan pengawasan terhadap BPJS agar dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan asas-asas, prinsip-prinsip, ketentuan peraturan perundang-undangan dan memberi manfaat yang optimal kepada peserta dan/atau anggota

keluarganya.112Pengawasan adalah proses kegiatan penilaian terhadap BPJS

dengan tujuan agar BPJS melaksanakan fungsinya dengan baik dan berhasil

mencapai tujuan yang telah ditetapkan113

Hasil pengawasan dapat dipergunakan oleh BPJS untuk melaksanakan perbaikan internal dan juga digunakan oleh pemangku kepentingan untuk mengevaluasi apakah: 2016). 113

Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor:5/POJK.05/2013 tentang Pengawasan Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Oleh Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 angka 7.

1. BPJS telah melaksanakan tugas dan wewenangnya secara benar, tepat dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

2. program jaminan sosial yang diselenggarakan telah mencapai tujuan yang

ditetapkan;

3. pelayanan publik telah dilaksanakan secara berdaya guna, berhasil guna,

memenuhi standar dan berkeadilan.

Pengawasan dilakukan untuk melindungi berbagai pihak dari perlakuan

tidak adil dan tidak sesuai dengan hukum yang berlalu.114Dalam hal pengawasan

OJK pada industri keuangan baik bank maupun nonbank berada di satu atap atau sistem pengawasan terpadu sehingga sistem pengawas bisa bertukar informasi dengan mudah. Hal ini dapat menghindari putusnya informasi antara badan

pengawas bank dan nonbank yang telah ada di Indonesia sebelumnya.115

Pengawasan eksternal terhadap BPJS akan dilakukan oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan lembaga pengawas independen dimana hal ini sudah diatur dalam ketentuan Pasal 39 UU BPJS. Dalam penjelasan Pasal 39 UU BPJS disebutkan bahwa lembaga pengawas independen yang dimaksud BPJS adalah Sistem pengawasan terpadu ini dapat meminimalisasi kemungkinan berbenturannya kordinasi antarlembaga. Jika ada berbagai lembaga pengawas dalam suatu sistem keuangan banyak tantangan yang harus dihadapi asalah satunya adalah memastikan koordinasi antar lembaga-lembaga agar terciptanya konsistensi dalam menentukan suatu kebijakan atau menentukan siapa yang bertanggung jawab atas suatu kebijakan tersebut.

114

Adler Haymans Manurung., Op,Cit., hlm. 14.

115

OJK.Penunjukan OJK sebagai pengawas independen atas BPJS sejalan pula dengan tugas pengaturan dan pengawasan OJK sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 6 UU OJK yang menjelaskan bahwa OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Dalam ketentuan Pasal 1 angka 10 UU OJK juga disebutkan bahwa yang dimaksud dengan lembaga jasa keuangan lainnya adalah pergadaian, lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, meliputi penyelenggara program jaminan sosial, pensiun dan kesejahteraan serta lembaga jasa keuangan lain yang dinyatakan diawasi oleh OJK berdasarkan peraturan perundang- undangan.

Pengawasan terhadap BPJS dilakukan oleh OJK untuk mewujudkan pengelolaan program jaminan sosial yang transparan, berkelanjutan dan mampu melindungi kepentingan masyarakat. Agar tujuan tersebut tercapai diperlukan suatu sistem pengawasan yang dapat memberikan indikasi mengenai potensi kegagalan BPJS secara dini. Indikasi tersebut dapat diperoleh secara akurat apabila OJK memperoleh informasi yang memadai mengenai kondisi BPJS yang dapat diperoleh melalui pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung.

Ruang lingkup pengawasan OJK terhadap BPJS meliputi:

1. Kesehatan keuangan, yang dimaksud pengawasan terhadap kesehatan

keuangan antara lain dengan menilai kondisi keuangan BPJS dari aspek

likuiditas, solvabilitas, risk based capital, kecukupan cadangan, perimbangan

aset dan liabilitas.

2. Penerapan tata kelola yang baik termasuk proses bisnis, yang dimaksud

pengawasan terhadap penerapan tata kelola yang baik termasuk proses bisnis antara lain dengan memastikan manajemen BPJS melakukan evaluasi

terhadap penerapan prinsip-prinsip GCG serta penerapan risk management

termasuk dampak sistemik, quality assurance dan standard operating

procedure yang baik termasuk proses bisnis.

3. Pengelolaan dan kinerja investasi, yang dimaksud pengawasan terhadap

pengelolaan kinerja dan investasi antara lain dengan melakukan evaluasi terhadap penempatan dan pelepasan investasi serta capaian hasil investasi oleh BPJS.

4. Penerapan manajemen risiko dan kontrol yang baik, yang dimaksud

pengawasan terhadap penerapan manajemen risiko dan kontrol yang baik antara lain untuk memastikan bahwa BPJS memiliki dan mengimplementasikan pedoman manajemen risiko dan pengendalian internal dalam menyelenggarakan jaminan sosial. Sistem manajemen risiko yang tersebut paling kurang meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran dan penilaian risiko serta upaya-upaya memitigasinya.

5. Pendeteksian dan penyelesaian kejahatan keuangan (fraud), yang dimaksud pengawasan terhadap pendeteksian dan penyelesaian kejahatan keuangan (fraud) antara lain dengan melakukan evaluasi terhadap kinerja organ pengawas BPJS yaitu dewan pengawas dan satuan pengawas internal.

6. Valuasi aset dan liabilitas, yang dimaksud pengawasan terhadap valuasi aset

dan liabilitas antara lain untuk memastikan bahwa dalam melakukan valuasi aset dan valuasi liabilitas, BPJS mengikuti ketentuan yang berlaku dan praktik-praktik terbaik di bidang akuntansi dan aktuaria.

7. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, yang dimaksud

pengawasan terhadap kepatuhan pada peraturan perundang-undangan antara lain untuk memastikan bahwa BPJS memenuhi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan jaminan sosial dan pengawasan BPJS.

8. Keterbukaan informasi kepada masyarakat (public disclosure), yang

dimaksud pengawasan terhadap keterbukaan informasi kepada masyarakat (public disclosure) antara lain dengan memastikan BJPS mempublikasikan laporan keuangan semesteran dan tahunannya kepada masyarakat.

9. Perlindungan konsumen, yang dimaksud pengawasan terhadap perlindungan

konsumen antara lain dengan mengevaluasi sistem penyelesaian pengaduan peserta BPJS.

10. Rasio kolektibilitas iuran, yang dimaksud pengawasan terhadap rasio

kolektibilitas iuran antara lain dengan memastikan BPJS memiliki dan melaksanakan sistem monitoring pembayaran iuran.

11. Monitoring dampak sistemik, yang dimaksud pengawasan terhadap monitoring dampak sistemik antara lain melakukan penilaian dampak sistemik terhadap industri jasa keuangan atas aktivitas operasional, aktivitas investasi, jumlah peserta, perikatan dengan pihak lain dan program yang diselenggarakan oleh BPJS.

12. Aspek lain yang merupakan fungsi, tugas dan wewenang OJK berdasarkan

peraturan perundang-undangan. 116

Menurut Pasal 3 ayat (1) POJK dalam mengawasi program JKN oleh BPJS kesehatan, OJK menggunakan dua metode pengawasan yaitu pengawasan langsung dan tidak langsung.Pengawasan langsung dilakukan melalui pemeriksaan. Pemeriksaan adalah rangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dan/atau keterangan serta untuk menilai dan memberikan kesimpulan mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial oleh

BPJS.117

1. memperoleh gambaran mengenai kondisi BPJS yang sebenarnya;

Pemeriksaan terhadap BPJS tersebut dilakukan oleh pemeriksa yaitu pegawai OJK itu sendiri. Pemeriksaan bertujuan untuk:

2. memastikan bahwa BPJS telah mematuhi peraturan perundangundangan;

3. memastikan bahwa BPJS telah menerapkan tata kelola, manajemen risiko,

dan kontrol yang baik;

116

Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor:5/POJK.05/2013 tentang Pengawasan Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Oleh Otoritas Jasa Keuangan, bagian penjelasan.

117

Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor:5/POJK.05/2013 tentang Pengawasan Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Oleh Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 angka 6.

4. memastikan bahwa BPJS telah melakukan upaya untuk memenuhi kewajiban

kepada peserta.118

Sementara pengawasan tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dilakukan melalui:

1. analisis atas laporan yang disampaikan oleh BPJS kepada OJK;

2. analisis atas laporan yang disampaikan oleh pihak lain kepada OJK.119

OJK mengawasi BPJS agar dapat berktifitas secara teratur dan tidak mendapat intervensi dari berbagai pihak dan Otoritas Jasa Keuangan memiliki fungsi mengawasi kinerja keuangan peserta BPJS untuk mewujudkan tata kelola kesehatan keuangan terutama dalam rangka penerapan GCG. Dengan adanya pengawasan dua arah ini, maka diharapkan akan membuat pelaksanaan BPJS menjadi lebih baik. Dengan demikian diharapkan dapat mencakup seluruh kebutuhan masyarakat Indonesia yang mengikuti program jaminan sosial ini.

C. Wewenang dan Peran Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Pengawas dalam