• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERANAN PETUGAS IMIGRASI DALAM PENERAPAN

A. Penerapan Kebijakan Selektif (Selektive policy)

2. Lalu Lintas Keimigrasian

Keimigrasian sangat berkaitan erat dengan lalu lintas orang yang ke luar atau masuk ke suatu negara dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 yang telah dirubah dengan Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian yang menyatakan bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas orang masuk atau keluar wilayah Indonesia merupakan hak dan wewenang Negara Republik Indonesia serta merupakan salah satu perwujudan dari kedaulatannya sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Perangkat dokumen yang lazim digunakan bagi orang yang ke luar atau masuk ke suatu negara adalah Paspor yaitu dokumen perjalanan resmi atau travel document yang diterbitkan oleh Pemerintah yang memuat identitas pemegangnya

59

Wawancara dengan LIlik Bambang L, Kepala Kantor Imigrasi Klass I Polonia pada tanggal 4 Juni 2012 pukul 10.15 WIB.

dan dipergunakan untuk melakukan perjalanan antar negara menurut kepentingannya misalnya untuk keperluan dinas, perdagangan, wisata dan lain-lain. 60

Dalam hal seseorang hendak melakukan perjalanan ke luar negeri, harus mengurus terlebih dahulu ijin masuk ke negara yang hendak dituju melalui Kedutaan Besar atau Konsulat Jenderal atau perwakilan yang ditunjuk oleh negara yang bersangkutan. Izin masuk ke suatu negara tertentu lazim disebut dengan istilah ”visa”. 61

Lilik Bambang L juga mengatakan “ berbicara selective policy bagi orang asing yang telah berada di wilayah Indonesia yang memegang izin keimigrasian seperti Izin Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas, Izin Tinggal Tetap dan perizinan lainnya yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi baik di Tempat Pemeriksaan Imigrasi atau pada Kantor-kantor Imigrasi di seluruh Indonesia bilamana mereka akan mengajukan permohonan perpanjangan izin keimigrasiannya tersebut ada hal-hal yang akan memfilter mereka dan akan diseleksi kembali dengan cara-cara:

1. Secara Administratif.

1. Pengawasan Terhadap Permohonan Perpanjangan Izin Kunjungan dan Izin Keimigrasian lainnya.

Dalam rangka mengamankan kebijakan pemerintah dalam hal pemberian izin keimigrasian yang dilakukan di seluruh Kantor Imigrasi di Indonesia agar memperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini :

1. Dalam proses pemberian perpanjangan izin tinggal harus memeriksa secara teliti tentang kebenaran maksud keberadaan dan kegiatan pemohon, misalnya : kepada mereka yang potensial akan melakukan praktek prostitusi, kegiatan illegal dan lain-lain yang bertentangan dengan norma-norma dan budaya daerah;

2. Dalam hal kecurigaan terhadap sponsor fiktif, perlu mengadakan pemeriksaan lapangan untuk melihat kebenaran dan keberadaan sponsor;

3. Memeriksa dengan teliti seluruh persyaratan formil dan materiil yang diajukan oleh pemohon atau penjamin, apakah disetujui atau ditolak permohonannya.

2. Pembatasan Perpanjangn Izin Kunjungan kepada orang asing dari Negara-negara tertentu yang dianggap rawan keimigrasian dan (ideologi, Politik, ekonomi, sosial dan budaya) Pertahanan Dan Keamanan (Hankam).

Sehubungan dengan banyaknya pelanggaran keimigrasian berupa penyalahgunaan izin tinggal yang dilakukan oleh orang asing yang masuk ke Imdonesia dengan visa yang diberikan melalui proses Clearance House 60

Koerniatmanto, Soetoprawiro, Hukum kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia, (Jakarta; Gramedia,1996) hal 17

61

sesuai Keputusan Menteri Hukum dan Ham RI Nomor M.193-PR.09.03 Tahun 2007 tanggal 08 Oktober 2007 tentang Tim Koordinasi Penilai pemberi Visa Bagi Warga Negara Asing Rawan dan Surat Departemen Luar Negeri Nomor 102/HK/IV/2006/55/R tanggal 12 April 2006, disampaikan hal sebagai berikut :

1. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan izin tinggal keimigrasian dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pelanggaran hukum seperti peredaran narkoba dan lain-lain, agar para Kepala Kantor Imigrasi menolak setiap permohonan perpanjangan izin kunjungan yang diajukan oleh sponsor dan atau orang lain yang berasal dari negara-negara yang dianggap rawan sosbud/keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Surat DEPLU No. 102/HK/IV/2006/55/R tanggal 12 April 2006;

2. Tindak lanjut penolakan pemberian perpanjang dilakukan dengan cara :

a. Memberikan kepada yang bersangkutan izin berangkat atau exit permit only keluar wilayah indonesia/ke negara asalnya; b. Melakukan pengawasan terhadap keberangkatan yang

bersangkutan keluar wilayah Indonesia/ke negara asalnya; c. Melaporkan keberangkatan yang bersangkutan kepada Direktur Jenderal Imigrasi Up Direktur Intelijen Keimigrasian;

3. Negara-negara yang dianggap rawan dipandang dari sudut Ipoleksosbud Hankam tersebut antara lain :

a. Rawan Ideologi : Angola, Kuba, dan Korea; b. Rawan Politik : Israel;

c. Rawan Ekonomi : Kuba, Ethiopia. Irak dan Somalia; d. Rawan Sosial Budaya /

Keimigrasian : Albania, Afganistan, Bangladesh Kamerun, Ethiopia,

Ghana, Irak, Nigeria dan Pakistan.

3. Edaran Daftar Komite Sanksi Resolusi Dewan Keamana Perserikatan Bangsa-bangsa

Berdasarkan Surat Direktur Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata Departemen Luar Negeri Republik Indonesia perihal Daftar Komite Sanksi Resolusi 1267 (1999) DKPBB , sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan No 1455 (2003), dengan ini di informasikan bahwa :

1. Daftar Komite Sanksi Resolusi 1267 (1999) merupakan daftar yang berkenaan dengan orang-orang dan organisasi yang terkait dengan Usama bin Laden dan Jaringan Al-Qaida

dapat diakses melalui situs http:/www.un.org/Docs/commitees/1267/1267ListEng.4.1.3.2

2. Daftar ini terdiri dari 2 (dua) format yaitu pdf yang memuat daftar nama dan organisasi yang terkait dengan Usama bin Laden dan jaringan Al-Qaida dalam bentuk paragraph, dan formathtml dalam bentuk tabel.

3. Diharapkan Daftar Komite Sanksi Resolusi 1267 (1999) dapat diakses oleh semua Kantor Imigrasi sebagai tindakan preventif

mengenai kemungkinan ditemukan orang atau organisasi yang terlibat dengan jaringan Al-Qaida di wilayah Indonesia.

4. Pemanfaatan Perangkat Intelijen Keimigrasian

Sebagai salah satu upaya dalam mengatasi pelanggaran dan tindak pidana keimigrasian yang terjadi di wilayah Indonesia. Pemanfaatan perangkat intelijen tersebut sangat mendukung pelaksanaan tugas-tugas keimigrasian dengan cara :

1. Kepala Kantor Imigrasi dapat langsung mengirim data informasi intelijen kepada Direktur Intelijen dan Bina TPI; 2. Kepala Kantor Imigrasi dapat mengirim informasi intelijen

tersebut kepada Kepala Divisi Imigrasi;

3. Untuk acuan dalam mengisi informasi intelijen agar memperhatikan masalah terkait dengan antara lain :

a. Terorisme, dilakukan oleh orang asing dan juga melibatkan warga negara Indonesia dengan tujuan mengganggu stabilitas negara;

b. Pencucian uang atau money laundring, juga dilakukan oleh warga negara asing yang mencari keuntungan dengan cara tidak wajar atau melanggar hukum;

c. Peredaran narkoba, merupakan sindikat internasional, terorganisir dan Indonesia merupakan salah satu sasarannya;

d. Perdagangan manusia, kejahatan seperti ini dilakukan antar negara dan terorganisir korbannya wanita dan anak-anak dibawah umur;

e. Penyelundupan manusia, merupakan kejahatan lintas negara dan pelanggaran keimigrasian;

f. Pelanggaran perbatasan, hal ini menyangkut lintas batas negara, atau kedaulatan negara;

g. Dokumen palsu, dokumen yang bukan dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dan dipergunakan untuk tujuan tertentu;

h. Dokumen yang didapat dengan tidak sah, artinya tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Dokumen terkait