• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERANAN PETUGAS IMIGRASI DALAM PENERAPAN

B. Upaya Petugas Imigrasi Terhadap Keimigrasian

2. Upaya Represif

Menurut Soedarto yang dimaksud dengan tindakan represif adalah segala tindakan yang, dilakukan aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana. 88

Dalam kaitannya dengan penggulangan terhadap orang asing yang menyalagunakan izin keimigrasian dilakukan sesudah terjadinya atau terbukti

88

adanya penyalahgunaan izin keimigrasian. Tindakan ini bisa bersifat yuridis, dan bisa juga, bersifat administrasi.

Tindakan Represif yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Klass I A Polonia Medan terhadap pelanggaran yang dilakukan Warga Negara asing di Indonesia berupa pemalsuan Pasort, berupa tindakan Pendeportasian oleh Kantor Keimigrasian klass I A Polonia Medan.89

1) Tindakan Yuridis

Dalam pasal 50 undang-undang nomor 9 tahun 1992 yang dirubah dengan Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian disebutkan :

“orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan pemberian izin keimigrasian yang diberikan kepadanya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).”

Jadi tindakan yuridis adalah orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakan maksud pemberian izin keimigrasian dan harus dibuktikan di pengadilan oleh hakim dan kemudian dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Tindakan administrative

Menurut pasal 42 Undang-undang nomor 9 tahun 1992 yang dirubah dengan Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian yang mengatur mengenai tindakan keimigrasian terhadap orang asing di wilayah Indonesia, yaitu: (1) Tindakan keimigrasian dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah

Indonesia yang melakukan kegiatan yang berbahaya dan patut akan diduga berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, atau tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

89

Wawancara dengan Kepala Kantor Keimigrasian klass I A Polonia Medan, pada tanggal 20 Juni 2012, pukul 12.30 WIB

(2) Tindakan keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa: a. Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keberadaan

b. Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia

c. Keharusan untuk bertempat tinggal disuatu tempat tertentu di wilayah Indonesia

d. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke wilayah Indonesia.

Dengan demikian penyalahgunaan izin keimigrasian dapat dilakukan dengan 4 (empat) alternative seperti disebutkan diatas dengan alasan bahwa orang asing yang bersangkutan tidak mengindahkan peraturan yang mengatur keberadaan orang asing di wilayah Republik Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas tindakan-tmdakan represif yang dapat diambil adalah pemidanaan, pengusiran (deportasi) dan memasukkan orang asing yang terlibat ke dalam daftar pencegahan dan penangkalan atau cekal (black list). a. Pemidanaan

Fungsi pemidanaan adalah sebagai penjeraan, pada Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian terdapat perubahan dalam hal ancaman sanksi pidana, begitu juga tindak pidana penyalahgunaan izin keimigrasian yang diberikan kepadanya, yaitu diatur pada pasal 110 yang berbunyi :

“Dipidana dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian izin tinggal yang diberikan kepadanya.”

b. Pengusiran

Pengusiran atau deportasi (deportation) adalah suatu tindakan sepihak dari pemerintah berupa, tindakan mengeluarkan orang asing dari wilayah Republik Indonesia karena berbahaya bagi ketentraman, kesusilaan. atau kesejahteraan umum. Selain itu, bagi orang asing yang masuk serta berada di wilayah Republik Indonesia dapat juga diusir. Menurut Sri Setianingsih bahwa :90

“Deportasi adalah pengusiran orang asing keluar wilayah Indonesia (keluar wilayah suatu negara) dengan alasan bahwa orang asing tersebut wilayahnya tidak dikendaki oleh negara yang bersangkutan.”

Sedangkan menurut I Wayan Parthiana, bahwa : 91

“Hak suatu negara untuk mengusir orang asing yang berada di negaranya dikenal, dengan pengusiran atau deportasi explution, pengusiran tersebut semata-mata berdasarkan kepentingan negara, itu sendiri. Jadi tidak ada sangkut pautnya dengan negara asal atau negara dari mana dia semula datang.”

c. Black list (daftar cekal)

Black list adalah istilah yang dipakai dalam bahasa sehari-hari untuk menggantinya daftar orang-orang yang tidak diperbolehkan meninggalkan Indonesia dan orang-orang yang tidak diperbolehkan memasuki wilayah Indonesia. Di dalam keimigrasian daftar ini disebut “daftar pencegahan dan penangkalan.” Di dalam pasal 1 angka 13 dan 14 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011, disebutkan pengertian dari:

“Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk keluar dari wilayah Indonesia berdasarlan alasan tertentu.”

90

I Wayan Tangun Susila dkk, dalam Sri Setianingsih, op cit, hal 37

91

“Penangkalan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu.”

Berdasarkan pasal 17 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011, penangkalan terhadap orang asing dilakukan karena :

a. Diketahui atau diduga terlibat dengan kegitan sindikasi kejahatan internasional;

b. Pada saat berada di negaranya sendiri atau di negara lain bersikap bermusuhan terhadap pemerintah Indonesia atau melakukan perbuatan yang mencemarkan nama baik bangsa dan negara Indonesia;

c. Diduga, melakukan perbuatan yang bertentangan dengan keamanan dan ketertiban umum, kesusilaan, agama dan adat kebiasaan masyarakat Indonesia; d. Atas permintaan suatu negara, orang asing yang berusaha menghindarkan diri

dari ancaman dan pelaksanaan hukuman di suatu negara tersebut karena melakukan kejahatan yang juga diancam pidana menurut hukum yang berlaku di Indonesia;

e. Pernah diusir atau dideportasi dari wilayah Indonesia; dan

f. Alasan-alasan lain yang berkaitan dengan keimigrasian yang diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Mengenai pencegahan orang asing untuk memasuki wilayah RI diatur di dalam pasal 11, 12, 13, dan 14 Undang-undang no. 9 tahun, 1992. Di dalam pasal disebutkan bahwa :

(1) Pencegaban ditetapkan dengan keputusan tertulis

(2) Keputusan sebagaimana didalam ayat (1) memuat sekurang-kurangnya : a. Identitas orang yang terkena pencegahan

b. Alasan pencegahan c. Jangka waktu pencegahan

(3) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan dengan surta tercatat kepada orang-orang yang terkena pencegahan selambat-lambatnya 7 (tuluh) hari terhitung sejak tanggal penetapan.

Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa pencegahan ditujukan kepada orang asing yang masih memiliki masalah di Indonesia, baik masalah politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanam keimigrasian. pidana, perdata dan lain sebagainya yang dapat mengganggu dan mengancam stabilitas nasional. Sedangkan penangkalan ditujukan hanya kepada orang asing yang hendak masuk ke wilayah Indonesia, orang asing mana pernah terlibat masalah-masalah sebagaimana disebutkan diatas.

Dokumen terkait