• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERANAN PETUGAS IMIGRASI DALAM PENERAPAN

B. Peran Petugas Imigrasi

Peran dari petugas Imigrasi dalam selektive policy ditunjukkan pula dengan salah satunya yakni pengawasan dilapangan, dimana peran petugas dilapangan sangatlah menentukan bagi keluar dan masuknya orang asing diwilayah negara Indonesia.

”Pengawasan yang dilakukan oleh petugas Keimigrasian berupa pemantauan secara intelijen dan pelacakan, razia gabungan dengan instansi terkait mengumpulkan bahan keterangan, laporan masyarakat maupun media, pencarian orang dan alat bukti yang berhubungan dengan tindak

pidana keimigrasian. Sumber Data Pengawasan Lapangan meliputi Hasil pengamatan, pembuntutan, penyusupan wawancara, intelijen dan pelacakan, hasil penilaian sumber data yaitu Sumber data pengawasan administratif, hasil penilaian laporan masyarakat, berita mas media cetak dan elektronik, Hasil laporan instansi pemerintah maupun swasta, dan hasil pengembangan semua sumber data yang ada.”62

1. Operasi Pengawasan Keimigrasian.

Upaya awal yang dilakukan oleh imigrasi yang merupakan tugas pokok dan fungsi keimigrasian adalah pengawasan keimigrasian dalam hal ini terhadap orang asing. Memberikan perizinan kepada orang asing jauh lebih mudah dibandingkan melakukan pengawasan perizinan tersebut. Pengawasan sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya pelanggaran yang dilakuakan oleh orang asing, karena keimigrasian sangat berkaitan erat dengan lalu lintas orang yang ke luar atau masuk ke wilayah Indonesia serta keberadaan dan kegiatannya di Indonesia.

Pengawasan dibidang keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip yang bersifat selektif atau selective policy, artinya untuk terwujudnya hal tersebut maka dilakukan pengawasan orang asing. Maka pelaksanaan pengawasan orang asing pada dasarnya telah dilakukan sejak orang asing tersebut mengajukan permohonan Visa di Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, kemudian yang bersangkutan masuk dan berada di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) dan keberadaan/kegiatannya di wilayah Republik Indonesia.

Pemantauan merupakan salah satu cara atau kegiatan, atau upaya yang dilakukan untuk mengetahui secara dini setiap peristiwa yang diduga mengandung unsur-unsur pelanggaran atau kejahatan keimigrasian, baik mengenai keberadaan maupun kegiatan orang asing yang lazim dikenal dengan istilah penyelidikan.

62

Wawancara langsung dengan Edy Firyan selaku Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi kantor imigrasi Klass I Polonia Medan pada tanggal 07 Juni 2012 pukul 13.05 WIB

Pemantauan dan penyelidikan ini merupakan tindakan permulaan dari rangkaian penyidikan tindak pidana keimigrasian apabila perkara tersebut akan diajukan ke penuntut umum dan diteruskan ke pengadilan. 63

Operasi adalah suatu kegiatan terhadap suatu objek tertentu yang dibatasi oleh tempat, waktu serta dana. Untuk mengetahui setiap peristiwa yang diduga mengandung unsur pelanggaran atau kejahatan keimigrasian terhadap ketentuan yang berlaku dibidang Keimigrasian, dapat diperoleh dari setiap bahan keterangan yang mempunyai kaitan dengan perbuatan orang asing, baik lalulintas, keberadaan maupun kegiatannya.

Dalam mencari dan menemukan keterangan yang berkaitan dengan peristiwa dimaksud agar diupayakan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis dan macam pelanggaran keimigrasian dengan memperhatikan hak-hak asasi manusia dan senantiasa disertai dasar hukum dan dilengkapi dengan surat perintah tugas. Cara yang dilakukan dapat berupa :

1. Pengamatan dengan panca indera secara teliti, cermat terhadap surat-surat, benda dan tempat kejadian untuk mendapat gambaran yang lebih jelas baik secara keseluruhan atau lebih rinci;

2. Pembuntutan terhadap obyek yang berkaitan atau berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan, sedang dan atau telah terjadi;

3. Penyusupan dalam ruang lingkup peristiwa atau golongan kegiatan peristiwa yang akan, sedang atau telah terjadi unsur pelanggaran;

4. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang mengetahui atau patut diduga mengetahui terjadinya peristiwa pelanggaran atau kejahatan keimigrasian dengan memperhatikan sumber dan nilai keterangan.

Wilayah sasaran pemantauan operasi pengawasan Keimigrasian menyangkut seluruh wilayah Republik Indonesia, sesuai Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang wilayah Negara Indonesia. Sasaran pemantauan dimaksud yaitu :64

1. Orang asing pemegang izin singgah, izin kunjungan, izin tinggal terbatas, izin tinggal tetap, tanpa izin keimigrasian, over stay, imigran ilegal, dan orang asing yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan izin yang diberikan;

2. Alat angkut niaga, non niaga, alat apung; 63

Leden Marpaung, Asas Teori Praktek hukum Pidana, (Jakarta; Sinar grafika, 2005), hal 57.

64

3. Bangunan Hotel, wisma, dan sejenisnya, Kantor pemerintah, perusahaan, pabrik;

4. Rumah, asrama tempat orang asing bertempat tinggal.

2. Operasi Intelijen Keimigrasian.

Intelijen Keimigrasian ialah setiap usaha dan upaya penyelidikan, penyidikan serta penindakan untuk mengamankan pelaksanaan ketentuan dan peraturan keimigrasian berdasarkan Tri Fungsi Imigrasi.”65

Sebagai suatu subsistem dari sistem Sekuriti Nasional maka kegiatan intelijen merupakan usaha “imbang” atau mengimbangi kegiatan intelijen atau kejahatan intelijen dari pihak lain, yang mempergunakan pola-pola operasional yang serupa atau sama. Oleh karena itu maka kegiatan intelijen yang dilakukan selaku aparat atau badan negara akan dinilai sebagai suatu “kejahatan intelijen” oleh pihak negara lain yang dijadikan sasaran. Kegiatan Untuk dapat menghadapi, mencegah, menanggulangi dan secara terbuka maupun secara tertutup yang dilakukan baik oleh badan-badan intelijen negara asing maupun oleh sindikat-sindikat kejahatan internasional atau domestik maka diperlukan suatu sistem Sekuriti Umum yang tepat. Peranan dan kemampuan sistem sekuriti umum baik secara terbuka pada daerah-daerah perbatasan negara sangat diharapkan, wilayah pedalaman/teritorial maupun didalam lingkungan sendiri serta sistem kontra intelijen terbuka dan tertutup. Namun masih ada satu usaha kegiatan lain yang dapat membantu secara tidak langsung atas kegiatan Sekuriti Umum dan Kontra Intelijen tersebut diatas yang disebut kegiatan “Intelijen”.

65

John Sarodja Saleh, Sekuriti dan Intelijen Keimigrasian Hasil Suatu Kajian Tim, (Jakarta; Direktorat Jenderal Imigrasi Depkum dan Ham RI, 2008) Hal 90

intelijen di bidang keimigrasian terutama dalam rangka penegakan hukum keimigrasian, ini sangat diperlukan untuk mencegah hal-hal yang tidak di inginkan terutama masuknya rang asing ke wilayah Negara Republik Indonesia. Sesuai Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor F-914.PW.01.10 Th 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Intelijen Keimigrasian. Dalam rangka mencegah terjadinya pelanggaran dan kejahatan keimigrasian yang dilakukan oleh orang asing, melalui sistem peringatan deteksi dini atau early warning detection dipandang perlu dilakukan kegiatan operasi intelijen keimigrasian dengan membentuk Tim Operasi Intelijen Keimigrasian yang bertugas :

1. Merencanakan dan menyelenggarakan pelaksanaan tugas-tugas operasi intelijen keimigrasian dalam rangka mencegah terjadinya penyimpangan, pelanggaran dan kejahatan keimigrasian baik dalam bentuk kegiatan rutin operasional maupun insidentil di wilayah kerjanya yangmeliputi pengamatan, penelusuran, penelitian dan pemantauan serta pengumpulan bahan keterangan;

2. Menindaklanjuti laporan, informasi baik lisan maupun tertulis dari sumber-sumber laporan;

3. Menetapkan pola operasi, baik terbuka maupun tertutup;

4. Menetapkan penugasan personil Tim untuk melakukan operasi intelijen keimigrasian;

5. Melaksanakan pengumpulan bahan keterangan dan pengolahan informasi yang berkaitan dengan penyimpangan, pelanggaran maupun kejahatan keimigrasian;

7. Melaksanakan tugas intelijen berdasarkan Surat Perintah Operasi;

8. Membuat laporan pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan operasi kepada pimpinan.

3. PengaturanLalu Lintas Keimigrasian

Keimigrasian adalah menyangkut perpindahan setiap orang dari suatu negara ke negara lain yang berarti terjadi lalu lintas antar negara. Tiap negara yang mengalami lalu lintas orang tidak tertutup kemungkinan terjadinya pelanggaran atau kejahatan keimigrasian. Hal ini dikenal sebagai lalu lintas keimigrasian yang terdiri dari Izin Masuk atau entry permit maupun Izin kembali atau Re entry permit, dan izin keimigrasian lainnya. Hal tersebut dilakukan oleh petugas imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi.

4. Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian.

Pengawasan dimaksud adalah pengawasan secara menyeluruh baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing yang menggunakan dokumen keimigrasian untuk melakukan perjalanan antar negara. Sedangkan pengawasan orang asing dilakukan sejak orang asing mengajukan permohonan visa di perwakilan Indonesia di luar negeri, lalu masuk ke Indonesia melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi dan selama berada di wilayah Indonesia baik terhadap izin keberadaan maupun kegiatannya dan hingga meninggalkan wilayah Indonesia tetap dalam pengawasan Imigrasi. Pengawasan adalah suatu “proses kegiatan mengumpulkan data, menganalisa dan menentukan apakah suatu yang diawasi sesuai dengan standar yang telah ditentukan atau sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku”.66

66

Norma-norma yang berlaku bagi orang asing di Indonesia antara lain norma hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti yang menyangkut izin keberadaannya atau izin keimigrasian, izin kegiatannya seperti yang menyangkut ketenagakerjaan, mengikuti pendidikan, mengadakan penelitian dan sebagainya. Selain itu norma-norma yang menyangkut norma agama dan sosial budaya lainnya, seperti halnya norma agama, kebudayaan, adat istiadat yang berlaku di Indonesia. Sebagai tindak lanjut pengawasan orang asing, dilakukan penindakan jika terjadi penyimpangan baik yang menyangkut izin keberadaannya, maupun kegiatannya selama berada di wilayah Republik Indonesia. Tindakan yang dilakukan dapat melalui tindakan keimigrasian dalam arti tanpa melalui proses peradilan atau tindakan melalui proses peradilan artinya dengan keputusan Hakim.

Seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, darat, laut maupun udara menjadi fokus pengawasan keimigrasian terhadap lalulintas orang antar negara yang akan masuk ke wilayah Indonesia, melalui tempat pemeriksaan imigrasi yang telah ditentukan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Sesuai Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara pasal 1 ayat (1) Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut dengan Wilayah Negara adalah salah satu unsur negara yang merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut dan tanah dibawahnya, serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.

Perbatasan wilayah Negara Indonesia dimaksud sesuai pasal 5 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 yaitu :

Batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut dan tanah dibawahnya serta ruang udara diatasnya ditetapkan atas dasar perjanjian bilateral dan/atau trilateral mengenai batas darat, batas laut dan batas udara serta berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional.

Batas wilayah Negara Republik Indonesia dengan negara-negara tetangga tersebut sesuai pasal 6 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 yaitu :

1) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, meliputi :

a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara : Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste;

b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara : Malaysia, Papua Nugini, Singapura, dan Timor Leste; dan

c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut, dan batasnya dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan hukum internasional.

2) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk titik-titik koordinatnya ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau trilateral. 3) Dalam hal Wilayah Negara tidak berbatasan dengan negara lain, Indonesia

menetapkan batas wilayah Negara secara unilateral berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum Internasional.

5. Peyidikan Keimigrasian

Melakukan serangkaian kegiatan mencari tersangka, saksi, petunjuk dan surat yang merupakan alat bukti, kelanjutan dari adanya laporan keimigrasian atau kejadian yang diperoleh melalui laporan masyarakat atau diketahui langsung oleh penyidik Imigrasi bahwa telah terjadi tindak pidana keimigrasian. Penyidikan adalah salah satu proses peradilan terhadap suatu tindak pidana yang diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Selain Polisi Negara Republik Indonesia sebagai penyidik umum, juga dilakukan oleh Pejabat Imigrasi yang diangkat sebagai Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Polisi dalam hal ini sebagai Koordinator Pengawas atau korwas PPNS.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) yang dimaksud penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.67

Oleh karena itu dalam hal pelanggaran atau tindak pidana keimigrasian yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian maka dapat dilakukan penyidikan oleh penyidik pegawai negeri sipil dalam hal ini oleh Pejabat Imigrasi yang telah diberi wewenang khusus oleh Undang-undang.

Dalam hal melakukan pemeriksaan tentunya seorang penyidik tidak boleh mengabaikan hak-hak orang lain seperti yang tercantum dalam Pasal 17 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, yang dimaksudkan bahwa:

Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar.

6. Pencegahan Dan Penangkalan

Salah satu tugas dan fungsi imigrasi ialah turut serta dalam menjaga ketertiban dan keamanan negara dari gangguan dan ancaman baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, bekerjasama dengan aparat keamanan lainnya. Implimentasi dari tugas menjaga ketertiban dan keamanan itu ialah melakukan tindakan preventif yang berupa pencegahan dan penangkalan, yaitu melarang untuk sementara orang-orang tertentu dengan alasan tertentu untuk

67

meninggalkan atau masuk ke wilayah negara Indonesia. Dalam rangka menjaga keutuhan dan tegaknya negara, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan atau disebut Juga CEKAL.

Permintaan atau permohonan Pencegahan dan Penangkalan ini merupakan keputusan dari : Menteri sepanjang menyangkut masalah keimigrasian, Menteri Keuangan sepanjang menyangkut urusan piutang negara, Jaksa Agung sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan pasal 32 huruf g Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sepanjang menyangkut pemeliharaan dan penegakan keamanan dan pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988. Keputusan ini memuat nama, umur, pekerjaan, alamat, jenis kelamin dan kewarganegaraannya.

Pencegahan dan penangkalan bagi warga negara asing yang masuk ke Indonesia dibedakan antara lain : 68

1)

Sudah merupakan sifat alamiah manusia untuk selalu bergerak. dari sejarah manusia, manusia merupakan makhluk yang mengalami pergerakan dari suatu tempat ketempat lain apapun itu alasannya. Dikarenakan hal ini sudah menjadi hak yang kodrati bagi manusia untuk mempunyai hak atas kebebasan bergerak. Kebebasan ini

Pencegahan Penangkalan dan Hak Atas Kebebasan Bergerak

68

Dwi Ari Listiyani, Artikel, Sistem Keimigrasian di Indonesia, Oleh, diakses dari

telah dinyatakan di dalam Universal Declaration of Human Rights.

Setiap pembatasan yang dapat dilakukan oleh setiap Negara harus berdasarkan alasan yang jelas secara hukum dan rasional. Pembatasan hak atas kebebasan bergerak ini dapat dilakukan oleh setiap Negara dengan cara pencegahan dan penangkalan, Pencegahan dan penangkalan adalah untuk menghentikan seseorang untuk masuk atau keluar wilayah Negara yang bersangkutan atas dasar alasan-alasan yang secara rasional untuk keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat. Definisi Pencegahan menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk keluar dari wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu. Sedangkan penangkalan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk masuk kewilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu. Penggunaan pencegahan dan penangkalan ini tidak boleh digunakan sewenang-wenang oleh suatu Negara, Negara harus tetap menjamin hak atas kebebasan bergerak setiap individu namun juga harus menjalankan kepentingan nasionalnya. Penggunaan pencegahan dan penangkalan ini harus benar-benar dengan alasan yang kuat dan rasionil dan berlandaskan hukum untuk alasan keamanan

Namun kebebasan ini bukan berarti bebas sebebas-bebasnya bergerak tanpa adanya aturan yang membatasinya. Dunia internasional juga memahami keberadaan setiap Negara mempunyai kepentingannya masing-masing, sehingga kebebasan bergerak itu diseimbangkan dengan kepentingan-kepentingan setiap Negara. Dengan hal ini maka dunia internasional juga memberikan batasan terhadap kebebasan bergerak ini. Kebebasan bergerak itu dibatasi dengan keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat.

nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat yang sesuai dengan kovenan internasional dalam hak sipil dan politik. 2)

Hukum Keimigrasian di Indonesia menganut prinsip

Pencegahan dan Penangkalan di Indonesia

selective policy. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak bermusuhan baik terhadap rakyat, maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di izinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia. Orang asing karena alasan-alasan tertentu seperti sikap permusuhan terhadap rakyat dan Negara Republik Indonesia untuk sementara waktu dapat ditolak masuk wilayah Indonesia. Selanjutnya berdasarkan selective policy

Untuk melaksanakan pencegahan dan penangkalan harus dilakukan oleh petugas yang diberi wewenang. Menurut ketentuan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 wewenang dan tanggung jawab pencegahan dilakukan oleh :

, secara selektif dapat diatur izin tinggal bagi orang asing sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di Indonesia. Terhadap warga Negara Indonesia berlaku prinsip bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak keluar atau masuk ke wilayah Indonesia. Namun, hak-hak ini bukan sesuatu yang tidak dapat dibatasi. Karena alasan-alasan tertentu dan untuk jangka waktu tertentu warga Negara Indonesia dapat dicegah ke luar dari wilayah Indonesia dan dapat ditangkal masuk ke wilayah Indonesia. Tetapi, oleh karena penangkalan pada dasarnya ditujukan pada orang asing, maka penangkalan terhadap warga Negara Indonesia hanya dikenakan dalam keadaan sangat khusus.

a. Menteri Hukum dan Ham, melalui Dirjen keimigrasian, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian

b. Menteri Keuangan, sepanjang menyangkut urusan piutang Negara c. Jaksa Agung, sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan pasal 32

huruf g Undang-Undang Nomor 5 tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

d. Panglima angkatan bersenjata Republik Indonesia, sepanjang menyangkut pemeliharaan dan penegakkan keamanan dan pertahanan Negara sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahanan keamanan Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 1 tahun 1988.

Pencegahan ditetapkan dengan keputusan tertulis yang sekurang-kurangnya memuat :

a. Identitas orang yang terkena pencegahan. b. Alasan pencegahan.

c. Jangka waktu pencegahan

Keputusan mengenai hal tersebut disampaikan dengan surat tercatat kepada orang atau orang-orang yang terkena pencegahan selambat-lambatnya tujuh hari terhitung sejak tanggal penetapan. Keputusan pencegahan oleh Menteri Hukum dan HAM serta oleh menteri keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf a dan b berlaku untuk jangka waktu paling lama enam bulan, dan dapat diperpanjang untuk paling banyak dua kali masing-masing tidak lebih dari enam bulan. Keputusan pencegahan oleh kejaksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf c berlaku untuk jangka waktu sesuai dengan keputusan jaksa agung. Sedangkan keputusan pencegahan oleh panglima ABRI (sekarang namanya menjadi TNI) sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf d berlaku untuk jangka

waktu paling lama enam bulan dengan ketentuan seluruh masa perpanjangan pencegahan tersebut tidak lebih dari dua tahun. Apabila tidak ada keputusan perpanjangan pencegahan tersebut berakhir demi hukum.

Setiap wewenang yang diberikan kepada pejabat-pejabat tersebut, dalam menggunakan kewenangannya untuk melakukan pencegahan harus benar-benar didasarkan pada keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat dengan alasan yang rasionil dan jelas karena hal ini menyangkut hak asasi setiap orang. Alasan yang rasionil dan jelas ini bersifat relatif, karena besarnya tingkat keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral dan kepentingan masyarakat itu relatif bergantung dari keadaan Negara tersebut. Disinilah kearifan dan kebijaksanaan para pejabat-pejabat tersebut dalam melaksanakan kewenangannya harus dilandaskan pada pola fikir yang jernih dan hati nurani mereka.

Disamping pencegahan, yang juga penting adalah penangkalan. Wewenag dan tanggung jawab penangkalan terhadap orang asing dilakukan oleh :

a. Menteri, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian.

b. Jaksa agung, sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan pasal 32 huruf g Undang-Undang Nomor 5 tahun 1991 tentang kejaksaan Republik Indonesia. c. Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sepanjang menyangkut

pemeliharaan dan penegakkan keamanan dan pertahanan Negara sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan poko pertahanan keamanan Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 1 tahun 1988. Pelaksanaan penangkalan didalam huruf c aturan di atas, dilakukan semata-mata untuk mencapai tujuan dan dalam batas-batas seperti yang diatur dalam

undang-undang nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 1 Tahun 1988. Berdasarkan undang-undang ini, pertahanan dan keamanan Negara bertujuan untuk tetap tegaknya Negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 terhadap segala ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri serta tercapainya tujuan nasional. Pelaksanaan komando pertahanan keamanan Negara ada pada panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dengan demikian, dalam rangka melaksanakan tugas di

Dokumen terkait