• Tidak ada hasil yang ditemukan

Istilah literasi sains mulai muncul pada akhir tahun 1950. Secara harfiah,

literasi berarti “melek”, sedangkan sains berartipengetahuan alam. PISA mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan untuk menggunakan pe-ngetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan mengambil kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputus-an berkenakeputus-an dengkeputus-an alam dkeputus-an perubahkeputus-annya akibat aktivitas mkeputus-anusia (OECD, 1999: 60). Sedangkan menurutNational Science Teacher Assosia-tion(dalam Toharudin, Rustaman dan Hendrawati 2011: 1) mengemuka-kan bahwa.

“Seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang yang meng -gunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains untuk dapat menilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia ber-hubungan dengan orang lain, lingkungannya serta memahami inter-aksi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan

20

Literasi sains didefinisikan juga sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan data untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia. Hal ini se-jalan dengan pendapat Deboer (dalam Anjasari, 2014: 1), literasi sains di-peruntukkan bagi seluruh siswa, tidak memandang apakah nanti siswa ter-sebut akan menjadi saintis atau tidak. Berdasarkan pengertian terter-sebut, pe-nekanan literasi sains bukan hanya pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep dan proses sains, tetapi juga diarahkan bagaimana seseorang dapat membuat keputusan dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, budaya, dan pertumbuhan ekonomi.

Konsep literasi sains menurut Toharudin, Rustaman dan Hendrawati (2011: 4) terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi kosakata dan dimensi pro-ses inkuiri. Dimensi kosakata menunjukkan istilah sains sebagai fondasi dasar dalam membaca dan memahami bahan bacaan sains sedangkan dimensi proses inkuiri menunjukkan pemahaman dan kompetensi untuk memahami dan mengikuti argumen tentang sains dan hal-hal yang ber-hubungan dengan kebijakan teknologi media.

Berdasarkan konsep literasi sains tersebut, maka keinklusifan literasi sains sebagai suatu kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan kecende-rungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan tekno-logis dan yang terpenting adalah siswa dapat berpikir secara ilmiah tentang bukti yang akan mereka hadapi (Depdiknas, 2007: 12).

21

Adapun dimensi literasi sains menurut Depdiknas (2007: 16) meliputi tiga dimensi sebagai berikut.

1. ContentLiterasi Sains

Dalam dimensi konsep ilmiah(scientific concepts)siswa perlu me-nangkap sejumlah konsep kunci atau esensial untuk dapat memahami fenomena alam tertentu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia.

2. ProcessLiterasi Sains

Program For International Student Assesment(PISA) mengakses ke-mampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti kemampuan siswa untuk mencari menafsirkan dan memper-lakukan bukti-bukti. PISA menguji lima proses semacam itu, yakni mengenali pertanyaan ilmiah (1), mengidentifikasi bukti (2), menarik kesimpulan (3), mengkomunikasikan kesimpulan (4) dan menunjuk-kan pemahaman konsep ilmiah (5).

3. ContextLiterasi Sains

Konteks literasi sains dalam PISA lebih pada kehidupan sehari-hari daripada kelas atau laboratorium. Sebagaimana dengan bentuk-bentuk literasi lainnya, konteks melibatkan isu-isu yang penting dalam ke-hidupan secara umum.

Berdasarkan dimensi-dimensi literasi sains di atas maka secara rinci ciri-ciri orang yang melek sains menurut Hidayat (dalam Hasrudin, 2001: 38-39) sebagai berikut:

22

1. Dalam membuat keputusan sehari-hari ia menggunakan konsep-konsep IPA, keterampilan proses serta nilai-nilai IPA

2. Mengerti dan memahami bagaimana masyarakat memengaruhi IPA dan teknologi dan sebaliknya

3. Menyadari baik manfaat maupun keterbatasan IPA dan teknologi dalam meningkatkan kesejahteraan manusia

4. Mengetahui serta dapat memanfaatkan konsep, hipotesis, serta teori-teori IPA

5. Menghargai IPA dan teknologi untuk merangsang kemampuan intelektual

6. Mengerti bahwa generasi IPA dan teknologi bergantung pada pe-ngembangan dan penelitian

7. Dapat membedakan antara bukti-bukti ilmiah dan pendapat pribadi 8. Mengenal asal-usul IPA dan mengerti bahwa pengetahuan ilmiah itu

bersifat sementara dan akan berubah bilamana bukti-bukti yang baru mulai terkumpul

9. Mengerti akan penerapan teknologi dan keputusan yang dibuat untuk mempergunakan teknologi

10. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup sehingga dapat menghargai manfaat penelitian dan pengembangan teknologi 11. Mempunyai pandangan yag lebih luas dan dalam tentang dunia

dimana ia hidup berkat pendidikan IPA yang diperolehnya

12. Mengenal sumber-sumber IPA dan teknologi yang dapat dipercaya dan menggunakannya dalam proses membuat keputusan.

Salah satu programassesmentyang mengukur literasi sains adalah PISA. Program For International Student Assesmen(PISA) adalah studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan peserta didik usia 15 tahun kelas III SMP dan kelas I SMA dalam membaca (rea-ding literacy), matematika (mathematic literacy), dan sains (scientific lite-racy). Penelitian yang dilakukan PISA meliputi tiga periode yaitu pada 2000, 2003, 2006, dan 2009 (Toharudin, Rustaman, dan Hendrawati, 2011: 15).

PISA (dalam Depdiknas, 2007: 12) menetapkan 3 dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya sebagai berikut:

23

1. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika men-jawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, mengidentifikasi dan menginterpretasikan bukti serta menerangkan kesimpulan.

2. Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci yang diperlukan un-tuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terha-dap alam melalui aktifitas manusia.

3. Konteks sains merujuk pada situasi dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains. Da-lam kaitan ini PISA membagi bidang aplikasi sains kedaDa-lam 3 kelom-pok yakni kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan, serta teknologi.

Berdasarkan PISA terbaru yaitu PISA tahun 2015 (dalam OECD, 2015: 4-5) menyebutkan ada tiga kompetensi yang diuji yaitu:

1. Menjelaskan fenomena ilmiah terdiri dari kemampuan untuk meng-ingat kembali dan mengaplikasikan pengetahuan ilmiah dengan tepat, mengidentifikasi, menggunakan, dan menghasilkan model penjelasan, prediksi dan hipotesis.

2. Mengevaluasi dan mendesain inquiri ilmiah terdiri dari mengidentifi-kasi, membedakan, mengevaluasi atas pertanyaan yang dibahas dalam sebuah penelitian ilmiah, serta memastikan keandalan data dan objek-tivitas serta penjelasan secara umum.

3. Kemampuan untuk, mengubah data dari satu representasi kerepresen-tasi lainnya, menganalisa, menginterprekerepresen-tasikan, dan mengidentifikasi data dan dugaan serta memberi kesimpulan dengan tepat, fakta-fakta dan alasan dalam tes ilmiah yang berkaitan, mengevaluasi argumen dan fakta-fakta yang bersifat ilmiah dari sumber lain (misalkan dari koran, internet dan jurnal).

Kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan kompetensi yang telah di-uraikan sebelumnya tergantung pada tipe kemampuan ilmiah yaitu terdiri dari isi pengetahuan, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan epistemis. Isi pengetahuan merupakan pengetahuan dari sains itu sendiri. Pengetahu-an prosedural merupakPengetahu-an pengetahuPengetahu-an perbedaPengetahu-an metode dPengetahu-an praktek yPengetahu-ang digunakan untuk membangun pengetahuan ilmiah yang baik sesuai dengan standar prosedur. Pengetahuan epistemik merupakan pengetahuan

bagai-24

mana keyakinan kita terhadap sains dalam membenarkan hasil dari praktek yang bersifat sains (OECD, 2015: 5).

Dokumen terkait